• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI JAMU UNTUK AYAM BURAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI JAMU UNTUK AYAM BURAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI JAMU UNTUK AYAM BURAS

UTILIZATION OF MEDICINAL PLANTS AS HERBS FOR LOCAL CHICKEN

Sudirman H.

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK

Penelitian bertujuan agar peternak dapat memahami manfaat dari tanaman obat-obatan sebagai campuran jamu untuk memacu pertumbuhan ayam buras. Penelitian dilaksanakan di Desa Lipukasi, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret sampai Mei 2009. Penelitian dilakukan pada ayam buras fase starter (5–8 minggu) sebanyak 30 ekor yang terbagi dalam 6 petak kandang berukuran 60 cm x 40 cm berisi 5 ekor ayam, dengan sistem pemeliharaan secara intensif yaitu dengan menggunakan induk buatan melalui demonstrasi plot dengan dua perlakuan yaitu: 1) Perlakuan 1 (P0) adalah tanpa pemberian jamu, 2) Perlakuan 2 (P1) adalah dengan pemberian jamu pada air minum dengan dosis 20 cc L-1 air. Jenis pakan yang digunakan dalam penelitian adalah adalah jenis butiran BP 11-P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian jamu memberikan hasil yang nyata pada pertambahan berat badan, konversi pakan, dan konsumsi air minum, sedangkan pada konsumsi pakan memberikan hasil yang tidak nyata.

Kata kunci: Tanaman obat, jamu, ayam buras

ABSTRACT

The research aims to make farmers understand the benefits of medicinal plants as a mixture of herbs to stimulate the growth of local chicken. The research was conducted in Lipukasi village, district of Tanete Rilau, Barru regency, South Sulawesi province in March to May 2009. The study was conducted on local chicken starter phase (5–8 weeks) as many as 30 individuals were divided into six plots cages measuring 60 cm x 40 cm were containing 5 chickens, with intensive maintenance system by using artificial stem through demonstration plots with two treatments were: 1) Treatment 1 (P0) is without giving herbs, 2) Treatment 2 (P1) is the provision of medicine in drinking water at of 20 cc L-1 water dosage. Type of feed used in this study is a type of grain is BP 11-P. The results showed that the provision of medicinal treatment have significant effect on increasing of body weight, feed conversion, and consumption of drinking water, while feed intake have not significant effect.

Keywords: Medicinal plants, herbs, local chicken

PENDAHULUAN

Kebijakan pembangunan peternakan da-lam rangka mencukupi kebutuhan protein hewani guna meningkatkan kualitas sum-berdaya manusia, meningkatkan

pendapat-an dpendapat-an kesejahterapendapat-an petpendapat-ani, memperluas lapangan kerja dan mewujudkan keluarga mandiri Indonesia.

Pertambahan penduduk yang cepat, serta adanya kemajuan ilmu pengetahuan

(2)

ten-tang gizi dan kesehatan mempengaruhi perubahan perilaku konsumen dalam me-ngonsumsi pangan hewani. Karena itu, pembangunan di bidang peternakan seba-gai salah satu sektor penyedia bahan pa-ngan asal hewan dituntut untuk dapat me-ningkatkan produktivitasnya guna dapat memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk-produk peternakan.

Salah satu komoditi peternakan yang saat ini memiliki prospek yang cerah untuk di-kembangkan adalah komoditi ayam buras. Komoditi ayam buras banyak dipilih ka-rena mempunyai keunggulan dibanding-kan dengan ayam ras. Banyak orang me-yakini bahwa telur ayam buras lebih ala-mi dibandingkan dengan ayam ras, selain itu dagingnya lebih gurih.

Keunggulan pengembangan ayam buras tidak lepas dari peran para ilmuan yang terus melakukan kajian atau penelitian yang hasilnya diperuntukan bagi para pe-ngusaha atau peternak dalam mengem-bangkan usahanya. Salah satu kajian yang dilakukan adalah dengan memanfaatan obat-obatan tradisional sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan obat-obat-an modern yobat-obat-ang hargobat-obat-anya relatif mahal. Dewasa ini minat masyarakat untuk me-manfaatkan kembali kekayaan alam se-bagai ramuan obat seperti yang dilakukan oleh nenek moyang pada zaman dahulu semakin meluas, tidak hanya untuk manu-sia tapi sudah merambah ke dunia peter-nakan dan tidak terkecuali ternak unggas. Upaya penyembuhan dengan jamu sudah sejak lama dikenal dilakukan manusia. Mungkin awalnya, kesembuhan dapat ter-laksana karena usaha coba-coba atau se-cara kebetulan. Usaha tersebut terus ber-langsung hingga terbukti bahwa suatu ra-muan dapat menyembuhkan suatu penya-kit dan cara tersebut kemudian diwariskan secara turun temurun. Penggunaan bahan tanaman sebagai antibiotika dikenal de-ngan jamu ternak, namun istilah ini belum

begitu dikenal secara luas di kalangan pe-ternak, belum sepopuler jamu untuk ma-nusia. Di pulau Jawa, ada sebagian peter-nak yang telah menggupeter-nakan jamu dalam usaha peternakannya, bahkan sudah ada pabrik yang memproduksi secara ko-mersil.

Saat ini penggunaan obat tradisional mulai diterapkan dan digalakkan penggunaannya dalam usaha peternakan sebagai pendam-ping dari penggunaan obat-obatan mo-dern. Seiring pergeseran konsep modern yang kemudian beralih ke alam yang se-karang menjadi trend di kalangan ma-syarakat. Penggunaan obat tradisional dari bahan-bahan alami ini mempunyai segi positif yaitu lebih praktis, ekonomis, mu-dah didapat dan hampir tidak ada efek samping, sehingga dengan demikian sa-ngat memungkinkan untuk dilakukan sua-tu penelitian tentang pemanfaatan tanam-an obat-obattanam-an sebagai jamu untuk ayam buras. Penelitian bertujuan agar peternak dapat memahami manfaat dari tanaman obat-obatan sebagai campuran jamu untuk memacu pertumbuhan ayam buras.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Lipukasi, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret sampai Mei 2009.

Alat dan bahan yang digunakan adalah: alat tulis, ember, timbangan, pisau, blen-der, kain saring, sendok pengaduk, gelas ukur, dan gayung. Bahan yang digunakan adalah: air bersih, kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, daun sirih, mahko-ta dewa, temulawak, kayu manis, mola-ses/air gula, dan EM-4.

Pembuatan Jamu

a. Bahan berupa kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak,

(3)

di-kupas lalu dicuci bersih dan dipotong kecil-kecil.

b. Bahan tersebut kemudian diblender bersama daun sirih dan daun mahkota dewa sampai halus.

c. Setelah semua bahan sudah halus selanjutnya disaring dan diperas. d. Molases/air gula dilarutkan dalam

em-ber hingga tercampur rata lalu ditam-bahkan EM-4, diaduk rata dan didiam-kan selama 5 menit.

e. Setelah 5 menit, ditambahkan air pe-rasan dari bahan yang telah dihaluskan kemudian ditambahkan air bersih (air sumur) hingga volumenya sampai 10 liter, kemudian dimasukkan kayu ma-nis yang telah dihaluskan dan diaduk sampai rata.

f. Ramuan tersebut dipermentasi selama 6 hari dalam wadah tertutup rapat. Sekali sehari ramuan diaduk dan di-buka selama 5 menit kemudian ditutup kembali.

g. Setelah 6 hari pembuatan jamu telah selesai dan siap untuk diaplikasikan. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada ayam buras fase starter (5–8 minggu) se-banyak 30 ekor yang terbagi dalam 6 pe-tak kandang dengan ukuran 60 cm x 40 cm berisi 5 ekor ayam. Sistem pemeliha-raan yang dilakukan adalah pemelihapemeliha-raan secara intensif yaitu dengan menggunakan induk buatan melalui demonstrasi plot de-ngan dua perlakuan yaitu:

- Perlakuan 1 (P0) adalah tanpa pemberi-an jamu

- Perlakuan 1 (P1) adalah dengan pembe-rian jamu pada air minum dengan dosis 20 cc L-1 air.

Adapun jenis pakan yang digunakan da-lam penelitian adalah adalah jenis butiran BP 11-P dengan komposisi ransum seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi pakan (BP 11-P)

No Kandungan Kadar (%) 1 2 3 4 5 6 7 Kadar Air Protein Lemak Serat Kasar Abu Kalsium Phosphor 13.0 21.0-23.0 5.0 5.0 7.0 0.90 0.60

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari data pri-mer yaitu dari hasil penelitian dan data sekunder yang diperoleh dari dinas atau instansi terkait.

Parameter Pengamatan dan Metode Analisis

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan diukur berdasarkan jum-lah pakan yang disiapkan untuk konsumsi satu minggu sesuai dengan kebutuhan pakan dikurangi dengan sisa makanan akhir minggu yang sama. Hal ini dilaku-kan setiap minggu selama kegiatan ber-langsung.

Pemberian pakan yang dilakukan 2 kali sehari yaitu pemberian pertama pada pu-kul 08.00 dan pemberian kedua pada pukul 14.00. Pemberian pakan pada ming-gu pertama sebanyak 45 g ekor-1 hari-1, pada minggu kedua 50 g ekor-1 hari-1, pada minggu ketiga 55 g ekor-1 hari-1 dan pada minggu keempat g ekor-1 hari-1. Kon-sumsi pakan diukur berdasarkan jumlah pakan yang disiapkan untuk satu minggu dikurangi dengan sisa makanan akhir minggu yang sama.

Pertambahan Berat Badan

Pertambahan berat badan dilakukan de-ngan mengukur pertambahan berat badan rata-rata ayam setiap minggu pada setiap

(4)

perlakuan. Penimbangan ayam dilakukan setiap akhir minggu kemudian jumlah yang didapatkan dirata-ratakan untuk men-dapatkan hasil setiap minggu pada setiap perlakuan. Hasil selisih antara berat badan akhir dengan berat badan awal merupakan pertambahan berat badan dengan rumus:

Awal BB -Akhir BB PBB Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung dengan mengu-kur jumlah pakan yang dihabiskan dalam satu minggu dengan menggunakan tim-bangan. Hasil selisih perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan jumlah pertambahan berat badan pada se-lang waktu yang sama dengan mengguna-kan rumus: (g) badan berat n Pertambaha (g) dikonsumsi yang pakan KP

Konsumsi Air Minum

Konsumsi air minum diukur setiap hari berdasarkan air yang disediakan pagi hari dikurangi dengan sisa air pada pagi be-rikutnya kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan konsumsi air minum selama penelitian.

Metode analisis yang digunakan dalam demplot adalah dengan menggunakan uji standar error (Kerlinger, 2004), dengan rumus:

n SD SE

dimana: SE = Nilai Standar Error, SD = Nilai standar deviasi/simpangan baku, n = Jumlah populasi per petak setiap perlakuan

Sedangkan untuk nilai standar deviasi diperoleh dengan rumus (Robert dan James, 1991):

n S SD

2

dimana: SD = Nilai standar deviasi, S2 = Total nilai simpangan kuadrat, n = Jumlah sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Konsumsi Pakan

Hasil pengamatan didapatkan rata-rata konsumsi pakan P0 1669,82 g dan P1 1673,92 g, selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 menunjukkan bahwa konsumsi pakan antara perlakuan P0 dan P1 mem-berikan hasil yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan pada ayam buras fase starter. Konsumsi rata-rata pakan ayam buras selama 4 minggu pemeliharaan ada-lah untuk P0 sebesar 1669,82 g dan P1 sebesar 1673,92 gram. Konsumsi rata-rata pakan P0 sebesar 59,64 g hari-1 dan P1 sebesar 59,78 g hari-1, hasil tersebut sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Santosa (2003), bahwa kebutuhan pakan untuk ayam buras pada umur 5–8 minggu adalah 45–60 gram ekor-1 hari-1.

Pertambahan Berat Badan

Hasil pengamatan pertambahan berat badan didapatkan hasil sebagai berikut: P0 374,560 g dan P1 548,57 g, selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan pertambahan be-rat badan antara perlakuan P0 dan P1 memberikan hasil yang nyata. Ayam yang diberi jamu memiliki berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan ayam

(5)

yang tidak diberi jamu, hal ini menunjuk-kan jamu memberimenunjuk-kan pengaruh terhadap

nafsu makan ayam sehingga pertambahan berat badan ayam meningkat.

1666.00 1668.00 1670.00 1672.00 1674.00 1676.00 1678.00 P0 P1 Kon s ums i P a k a n (g ) Perlakuan Gambar 1. Konsumsi pakan pada setiap perlakuan

Menurut Sarwono (2005), jamu berman-faat untuk menambah nafsu makan se-hingga dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan meningkatkan laju per-tumbuhan pada ayam buras menyatakan bahwa dalam pembuatan jamu ayam salah satu kandungannya adalah EM-4. EM-4 yang merupakan kelompok mikroorga-nisme yang banyak digunakan dalam bi-dang peternakan, karena 90% bakteri di dalamnya adalah Lactobacillus spp. yang dapat dikatakan sebagai probiotik. Probio-tik itu sendiri adalah mikroorganisme hi-dup non patogen, yang digunakan sebagai imbuhan makanan/pakan yang mampu mendesak bakteri patogen, sehingga pada gilirannya hewan/manusia menjadi lebih sehat dan proses pertumbuhan/produksi ti-dak terganggu (Seoharsono, 1997).

Konversi Pakan

Hasil perhitungan konversi pakan didapat-kan hasil sebagai berikut: P0 = 4.23 dan P1 = 3.16, selengkapnya disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa konversi pakan antara perlakuan P0 dan P1 memberikan hasil yang nyata.

Pemberian jamu pada ayam buras fase starter memberikan hasil yang berbeda nyata karena pemberian jamu dapat mem-perbaiki konversi ransum pada ayam bu-ras. Hal ini sesuai dengan Sarwono (2005) yang mengemukakan bahwa jamu untuk ternak bermanfaat untuk membantu proses pencernaan dalam usus. Lebih lanjut, Muhlisa (1999) menyatakan bahwa pem-buatan jamu ayam menggunakan bahan rempah-rempah yang salah satunya adalah

(6)

lengkuas yang dapat memperbaiki pencer-naan sehingga dapat memperbaiki

konver-si ransum, dan dengan demikian maka laju pertumbuhan ayam buras akan meningkat.

300.00 350.00 400.00 450.00 500.00 550.00 600.00 P0 P1 P e rta m ba ha n Be ra t Ba da n (g) Perlakuan Gambar 2. Pertambahan berat badan pada setiap perlakuan

2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 P0 P1 Kon v e rs i P a k a n Perlakuan

(7)

Konsumsi Air Minum

Hasil perhitungan konsumsi air minum di-dapatkan hasil sebagai berikut: P0 = 4363 mL dan P1 = 4429 mL, dengan konsumsi rata-rata setiap hari P0 = 155,84 mL ekor-1hari-1 dan P1 = 158,21 mL ekor

-1

hari-1. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa konsumsi air minum antara perlakuan P0 dan P1 memberikan hasil yang berbeda nyata.

Air minum merupakan faktor yang sangat penting yang harus diperhatikan. Keku-rangan air bagi ternak sebesar 2–5% dari berat tubuhnya, maka akan menggangu konsumsi pakan dan mengurangi nafsu makan, sehingga didalam penelitian ini pemberian air minum sangat penting

un-tuk diperhatikan. Pemberian air minum disesuaikan dengan kebutuhan ayam buras fase starter umur 5–8 minggu dimana pada minggu pertama diberikan 100 mL ekor-1 hari-1, pada minggu kedua 125 mL ekor-1 hari-1, pada minggu ketiga 135 mL ekor-1 hari-1 dan pada minggu keempat 150 mL ekor-1 hari-1.

Sarwono (2004) menyatakan bahwa kebu-tuhan air untuk ayam buras pada umur 5–8 minggu adalah 100–125 mL ekor-1 hari-1. Dengan demikian konsumsi air minum berbeda nyata antar perlakuan atau dengan kata lain pemberian jamu pada air minum ayam buras fase starter ber-pengaruh nyata terhadap konsumsi air minum. 4320.00 4340.00 4360.00 4380.00 4400.00 4420.00 4440.00 4460.00 P0 P1 Kons um s i A ir Minum (m L) Perlakuan

Gambar 4. Hasil pengamatan konsumsi air minum pada Setiap Perlakuan

KESIMPULAN

Ayam buras yang diberi jamu melalui air minum mengakibatkan peningkatan per-tambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan serta konsumsi air minum.

DAFTAR PUSTAKA

Kerlinger F. N., 2004. Asas-asas Pene-litian Behavior (Terjemahan L. R. Simatupang). Gajah Mada Univer-sity, Yogyakarta.

(8)

Muhlisa. F., 1999. Temu-Temuan dan Empon-Empon Budidaya dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Robert dan James, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika (Suatu Pende-katan Biometrik). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sarwono, 2005. Jamu untuk Ternak. Penebar swadaya, Jakarta.

Soeharsono, 1997. Probiotik Alternatif Pengganti Antibiotik Dalam Bi-dang Peternakan. Fakultas Peter-nakan, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sudaryani. T. dan Santosa.H., 2003. Pem-bibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Citra satelit GeoEye-1 memiliki tingkat ketelitian yang cukup baik untuk digunakan sebagai sumber perolehan informasi lahan permukiman dalam proses pemetaan

Agung Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.. Merujuk pada al-Qur’ân banyak ayat menjelaskan tentang prinsip-prinsip kesetaraan gender. Nasaruddin Umar

Perekonomian dengan sistem barter ini terjadi pada waktu itu belum dikenal sama sekali alat tukar yang disebut uang atau alat yang berfungsi sebagai alat pembayaran3. Fungsi uang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jamu dengan dosis 30 cc L -1 air memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ayam, yaitu rata-rata 1.976 g,

ADONIA

CT scan adalah suatu pemeriksaan radiologi yang menggunakan sinar-x untuk menghasilkan citra penampang lintang suatu objek. CT scan menggunakan prinsip atenuasi atau

Pada tahap kedua film “Toys Story 3” scene-scene yang sudah dipilah tersebut akan dianalisa secara mendalam dan dimaknai, yang menunjukkan adegan feminisme liberal dari perempuan,

Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang mengalami perdarahan