• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru di dalam dunia pendidikan adalah pendidik, yang menjadi tokoh,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Guru di dalam dunia pendidikan adalah pendidik, yang menjadi tokoh,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Guru di dalam dunia pendidikan adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin (Mulyasa, 2011). Merujuk kepada pernyataan diatas, berdasarkan hasil observasi tidak langsung yang peneliti lakukan terdapat beberapa orang guru yang terlambat masuk ke dalam kelas ketika sudah ada bel pergantian jam mengajar. Selain itu,daftar kehadiran yang rendah dan keterlambatan datang ke sekolah. satu tahun terakhir sejak tahun ajaran 2011/2012 di SMK KH Dewantoro, tercatat ada15 orang guru yang mewakili beberapa kasus pelanggaran terhadap peraturan sekolah yang telah dibuat. Pelanggaran tersebut didapat dari buku pembinaan yang antara lain berisi keterlambatan, absen tidak hadir, dan masalah-masalah yang bertentangan dengan visi dan misi sekolah.

Buku pembinaan merupakan buku yang berisi catatan pembinaan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah. Guru yang dibina adalah guru yang melakukan pelanggaran yang sudah ditetapkan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru piket, yang sering dijadikan alasan keterlambatan seorang guru datang ke sekolah adalah macet di jalan dan anak mereka yang sakit.

(2)

Menurut hasil wawancara kepada sa;ah satu siswa SMK, siswa tersebut merasa kecewa terhadap seorang guru yang jarang masuk ke dalam kelas karena waktu pelajaran yang seharusnya digunakan untuk belajar akhirnya kosong dan suasana kelas menjadi gaduh. Hal ini terjadi di beberapa kelas tetapi hanya pada satu mata pelajaran. Menurut keterangan dari siswa, ketika guru tersebut tidak masuk ke dalam kelas tidak ada guru lain yang menggantikan sehingga kelas menjadi ramai tidak terkontrol.

Menurut Luthans (2008:149) “positive relationship between

organizational commitment and desirable outcomes such as high performance, low turnover, and low absenteesim”. Seseorang yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi menghasilkan kinerja kerja yang tinggi, rendahnya pergantian guru, dan sedikitnya absensi. Berdasarkan pernyataan tersebut, sekolah mengharapkan guru memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi sehingga dapat mencapai tujuan dari organisasi dan memiliki nilai-nilai yang sama sesuai dengan yang dimiliki sekolah.

SMK Ki Hajar Dewantoro adalah sebuah sekolah swasta yang didirikan oleh Yayasan Pedidikan Ki Hajar Dewantoro dengan akte pendirian No. 206 di kantor notaris Ny. NANNY WAHYUDI, SH tanggal 17 Maret 1986 di Tangerang. SMK Ki Hajar Dewantoro didirikan atas dasar keinginan para dewan guru yang umumnya mengajar pada sekolah negeri, untuk ikut berbakti dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. SMK KH Dewantoro memiliki visi yaitu unggul dalam prestasi berdasarkan imtaq serta menyiapkan tenaga terampil yang sesuai dengan tuntutan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

(3)

Menurut Depdiknas(2008), Bab II pasal 2 tentang kompetensi dan sertifikasi, guru wajib memiliki a) kualifikasi akademik; b) kompetensi; c) sertifikat pendidik; d) jasmani dan rohani yang sehat e) kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 3 merupakan seperangkat pengetahuan keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Menurut Agustin(2010), komitmen guru terhadap pekerjaan berhubungan dengan kepribadian guru. Kepribadian guru dapat meningkatkan kemampuan guru sesuai dengan potensi yang dimiliki dan berguna untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Seorang guru akan berusaha memanfaatkan dan memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Guru dalam kenyataan dituntut untuk mampu mendidik dan membimbing siswa. Karena adanya tuntutan tersebut, guru perlu meningkatkan kemampuan yang dimiliki.

Menurut Robbins (2003) komitmen organisasi adalah sampai tingkat mana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Komitmen organisasi dalam hal ini sekolah sebagai organisasi melihat bagaimana seorang guru dapat mencurahkan hati, pikiran dan tenaganya dengan cara berusaha melakukan yang terbaik serta memiliki keinginan untuk bertahan di organisasi tersebut (Meyer & Allen, 1997). Sejauh mana komitmen organisasi melekat pada guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain karakteristik organisasi, karakteristik pribadi, dan pengalaman kerja (Meyer & Allen, 1997).

(4)

Menurut Greenberg dan Baron (2003) karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi. Guru yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi akan bekerja secara total, mencurahkan segala perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya untuk organisasi. Komitmen guru kepada sekolah sebagai organisasi pada dasarnya merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh guru yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya. Komitmen terhadap organisasi berkaitan dengan identifikasi dan loyalitas pada organisasi dan tujuan-tujuannya (Lieke, 2010).

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya mengenai analisis pengaruh faktor-faktor self efficacy terhadap kinerja, kepuasan kerja, komitmen organisasi pekerja jarak jauh, menyatakan self efficacy memiliki hubungan kausal yang positif terhadap komitmen organisasi (Hariyanto, 2001). Menurut Stapley (1996, dalam Hariyanto,2001) komitmen organisasi sebagai salah satu sikap yang dimiliki pekerja semakin baik jika pertimbangan self efficacy pekerja tersebut semakin baik pula. Semakin besar pertimbangan self efficacy pekerja akan berpengaruh secara positif pada peningkatan komitmen organisasi pekerja (Hariyanto,2001).

Hasil penelitian sebelumnya menyatakan peningkatan self efficacy guru akan diikuti dengan peningkatan komitmen guru, dan sebaliknya penurunan self efficacy guru akan diikuti dengan penurunan komitmen guru pula (Wulandari & Mardhani, 2009). Reyes dan Coladarci (1992, dalam Wulandari & Mardhani, 2009) menemukan bahwa self efficacy berhubungan dengan komitmen guru

(5)

disekolah, baik itu komitmen guru terhadap organisasi ataupun komitmen guru terhadap profesinya.

Penelitian hubungan antara personality traits, self efficacy dan komitmen organisasi pada karyawan di tempat fitnes menambahkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabelself efficacy dengan komitmen organisasi (Lee, 2007).

Menurut Bandura (1997) self efficacy adalah belief atau keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif. Self efficacy adalah penilaian individu terhadap keyakinan diri akan kemampuannya dalam menjalankan tugas sehingga memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Keyakinan tersebut ditunjukkan dengan perilaku dan sikap guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Menurut Pajares, Miller & Johnson (1999, dalam Ferla, Valcke, dan Cai ,2009) self efficacy biasanya dimulai dari seberapa yakinkah guru melakukan tugasnya. Guru yang memiliki self efficacy tinggi maka merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya dan begitu pula sebaliknya. Self efficacy tergantung pada (a) kompetensi yang diminta untuk aktivitas yang berbeda-beda, (b) hadir tidaknya orang lain, (c) tingkat persaingan diantara individu, (d) predisposisi pribadi dalam menghadapi kegagalan, dan (e) kondisi fisiologis lain yang menyertai, seperti kelelahan, kecemasan, apati atau kesedihan (Feist & Feist, 2008).

Knobolch dan Whittington (2003) menyatakan bahwa self efficacy guru merupakan sumber dari komitmen guru dalam mengajar, dimana hal ini

(6)

berhubungan dengan harapan dan keberhasilannya dalam mengajar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai self efficacy dan komitmen organisasi guru maka peneliti menentukan self efficacy sebagaisebagaisalah satu variabel yang memiliki hubungan dengan komitmen organisasi guru di SMK KH Dewantoro.

1.2 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan penjelasan dalam permasalahan yang dikemukakan di atas yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dengan komitmen organisasi guru di SMK KH Dewantoro

1.3 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Menjadi bahan informasi dan menambah khasanah dan pengetahuan bagi

peneliti dalam mengembangkan ilmu psikologi yang diperoleh selama perkuliahan.

2. Untuk guru di SMK KH Dewantoro penelitian ini sebagai sumbangan

pengetahuan tentang self efficacy dan kepribadian agar mampu memiliki komitmen yang baik dalam organisasi Yayasan yang menunginya sehingga mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik sebagai guru.

3. Untuk pihak Yayasan dapat digunakan sebagai masukan ilmu pengetahuan

dalam menangani guru-guru atau pegawai dalam menjalankan kegiatan organisasi.

(7)

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka rumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara self sfficacy dengan komitmen organisasi guru di SMK KH dewantoro?

Referensi

Dokumen terkait

– Tes virologis HIV yang positif (HIV-RNA atau HIV-DNA atau antigen HIV p24 yang ultrasensitif) dikonfirmasi ddengan tes virologis kedua yang didapatkan dengan cara berbeda lebih

3. Dari analisis dapat dilihat bahwa Bupati, Dinas Kehutanan Provinsi dan BPKH mempunyai peran, kontribusi, pengaruh dan dampak yang signifikan terhadap pemberian rekomendasi

Dapat dikatakan use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sistem informasi dan siapa saja yang berhak menggunakan fungsi- fungsi

Suatu foto udara diambil dari ketinggian 6000 ft di atas permukaan rata-rata dengan fokus kamera 6 in (152.4 mm) dan format ukuran 9 in (23 cm).. INTERPRETASI FOTO UDARA.  Definisi

Dengan ini penulis akan mencoba merancang, membuat serta mengimplementasikan sistem pengambilan keputusan ke dalam bentuk yang terkomputerisasi yaitu dalam bentuk

Agar pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kompetensinya dan dapat

apakah citra Kereta Api Prambanan Ekspres dimata Komunitas Pramekers Joglo sudah sesuai dengan citra yang diharapkan perusahaan mengenai Kereta Api Prambanan Ekspres

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan