Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
187
PERANCANGAN FASILITAS DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA STASIUN
PENGEBORAN DI PT. PEPUTRA MASTERINDO
Zayyinul Hayati Zen
1, Satriardi
2, Kismadi
3 1,2,3Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Riau
Jl. Tuanku Tambusai Ujung, Pekanbaru, Riau
E-mail : eza_ab@yahoo.com
Abstrak
PT. Peputra Masterindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit. Perusahaan memiliki workshop yang berfungsi sebagai tempat perbaikan dan pembuatan alat-alat yang menjadi kebutuhan pabrik. Salah satu peralatan yang digunakan adalah mesin bor yang dijalankan secara semi otomatis, dimana dalam penggunaan mesin ini operator melakukan pekerjaan dalam posisi jongkok serta tangan dalam posisi menekan mesin bor dengan sikap kerja yang tidak ergonomis. Sikap kerja yang tidak ergonomis ini dapat mengakibatkan keluhan terhadap otot saat bekerja, untuk itu perlu dilakukan perbaikan fasilitas kerja pada stasiun pengeboran. Upaya untuk mengatasi hal tersebut dilakukan identifikasi keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standart Nordic Questionnaire (SNQ) mulai dari tingkat sangat sakit hingga agak sakit pada anggota tubuh operator. Selanjutnya dilakukan penilaian postur kerja dengan metode Quick Exposure Check (QEC) dan didapatkan postur kerja yang berada pada level tidak aman yaitu pada pekerjaan mengambil batang besi, memposisikan batang besi, mengebor, mengambil hasil kerja dan meletakkan hasil kerja. Sedangkan hasil perhitungan biomekanika pada pekerjaan pengangkatan diketahui bahwa nilai Lifting Index (LI) > 1 serta nilai FC > MPL. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan berada pada level perlu dilakukan tindakan dengan segera. Perbaikan dilakukan dengan merancang fasilitas kerja sesuai dengan antropometri operator. Setelah usulan perbaikan rancangan fasilitas kerja dibuat, dilakukan penilaian postur kerja pada kegiatan pengeboran dengan metode QEC dan hasilnya semua elemen kerja berada pada level aman.
Kata Kunci: Antropometri, Biomekanika, Musculoskeletal Disorders, Postur Kerja, QEC
1. PENDAHULUAN
Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai di tempat kerja khususnya yang
berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya adalah
kelelahan musculoskeletal. Keluhan ini dirasakan pada bagian-bagian otot skeletal yaitu meliputi
otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Apabila
pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar
yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan musculoskeletal dan semua pekerjaan
akan berlangsung dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada anggota
tubuh tertentu yang dikenal dengan musculoskeletal disorders (MSDs).
PT. Peputra Masterindo merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan
kelapa sawit, untuk menunjang kelancaran produksi PT. Peputra Masterindo didukung oleh fasilitas
workshop yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan perawatan, pemeliharaan dan
pembuatan mesin-mesin pabrik seperti lori, Hidro Cyclon, Inclided Conveyor, Elevator dan hal-hal
yang berhubungan dengan kebutuhan produksi. Proses pengeboran di workshop dilakukan secara
semi otomatis. Dari hasil observasi di lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa orang
operator dibagian pengeboran diketahui rata-rata tingkat keluhan musculoskeletal seperti yang
terlihat pada histogram berikut ini.
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
188
Gambar 1. Rata-rata Tingkat Keluhan Musculoskeletal Operator
Dari histogram di atas dapat dilihat rata-rata keluhan rasa sakit terdapat pada otot bahu,
punggung, pinggang belakang, paha, lutut dan betis. Hal ini dikarenakan operator melakukan
pekerjaannya dalam posisi jongkok sebab posisi mesin yang terlalu rendah. Sikap kerja yang tidak
alamiah terutama pada punggung saat memposisikan besi tepat pada mata bor. Karena sifat
pekerjaannya, maka diduga dapat menyebabkan gangguan musculoskeletal bagi operator.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi
ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan operator. Dalam penelitian ini akan dilakukan
identifikasi ergonomi yang menghasilkan penilaian cara kerja apakah sudah sesuai dengan prinsip
ergonomi atau belum.
2. METODOLOGI
Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian
Gambar 1. Rata-rata Tingkat Keluhan Musculoskeletal Operator
Dari histogram di atas dapat dilihat rata-rata keluhan rasa sakit terdapat pada otot bahu, punggung, pinggang belakang, paha, lutut dan betis. Hal ini dikarenakan operator melakukan pekerjaannya dalam posisi jongkok sebab posisi mesin yang terlalu rendah. Sikap kerja yang tidak alamiah terutama pada punggung saat memposisikan besi tepat pada mata bor. Karena sifat pekerjaannya, maka diduga dapat menyebabkan gangguan musculoskeletal bagi operator.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan operator. Dalam penelitian ini akan dilakukan identifikasi ergonomi yang menghasilkan penilaian cara kerja apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi atau belum.
2. Metodologi
Mulai
Studi Pendahuluan
Melakukan Pengamatan Langsung Ke Perusahaan
Melakukan Identifikasi Masalah Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian
Studi Pustaka
Nordic Body Map, Postur Kerja , Antropometri dan Perancangan fasilitas kerja yang ergonomis
Data Primer
- Data tingkat keluhan muscoloskeletal - Data postur kerja QEC
- Data dimensi tubuh operator - Data waktu proses
Data Sekunder
- Data tingkat keluhan muscoloskeletal - Data postur kerja QEC
- Data dimensi tubuh operator - Data waktu proses
Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian 0 1 2 3 4 A 2
Gambar 1. Rata-rata Tingkat Keluhan Musculoskeletal Operator
Dari histogram di atas dapat dilihat rata-rata keluhan rasa sakit terdapat pada otot bahu, punggung, pinggang belakang, paha, lutut dan betis. Hal ini dikarenakan operator melakukan pekerjaannya dalam posisi jongkok sebab posisi mesin yang terlalu rendah. Sikap kerja yang tidak alamiah terutama pada punggung saat memposisikan besi tepat pada mata bor. Karena sifat pekerjaannya, maka diduga dapat menyebabkan gangguan musculoskeletal bagi operator.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan operator. Dalam penelitian ini akan dilakukan identifikasi ergonomi yang menghasilkan penilaian cara kerja apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi atau belum.
2. Metodologi
Mulai
Studi Pendahuluan
Melakukan Pengamatan Langsung Ke Perusahaan
Melakukan Identifikasi Masalah Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian
Studi Pustaka
Nordic Body Map, Postur Kerja , Antropometri dan Perancangan fasilitas kerja yang ergonomis
Data Primer
- Data tingkat keluhan muscoloskeletal - Data postur kerja QEC
- Data dimensi tubuh operator - Data waktu proses
Data Sekunder
- Data tingkat keluhan muscoloskeletal - Data postur kerja QEC
- Data dimensi tubuh operator - Data waktu proses
Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian 0 1 2 3 4 A
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
189
Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Data Keluhan Musculoskeletal
Kuisioner SNQ untuk mengetahui tingkat keluhan musculoskeletal pada tiap bagian
tubuh dengan masing-masing kategori rasa sakit, sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana
yang paling merasakan sakit. Hasil pengolahan data SNQ dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 3. Grafik Sebaran Keluhan Musculoskeletal Operator
Dari histogram dapat diketahui keluhan musculoskeletal operator merasakan tingkatan
sangat sakit pada bahu kanan, punggung, pinggang kebelakang, paha kanan, lutut kanan, betis
kiri dan betis kanan serta operator merasakan tingkatan sakit pada bahu kiri, paha kiri, lutut
kiri, pegelangan kaki kiri, dan telapak kaki kanan.
3
Penentuan Instrumen Penelitian
· Kuesioner SNQ
· Kuesioner QEC
· Stopwatch dan Kamera
· Meteran
· Human Body Martin
Teknik Pengumpulan Data
· Wawancara dengan pihak perusahaan dan karyawan
· Penyebaran SNQ
· Penyebaran Kuesioner QEC
· Pengukuran dimensi tubuh operator
· Analisa postur kerja
Pengolahan Data
· Pengolahan SNQ
· Penentuan skor dan level resiko postur kerja aktual QEC
· Penilaian postur kerja dengan pendekatan biomekanika
· Pengukuran dimensi tubuh operator
· Perhitungan uji keseragaman , kecukupan dan kenormalan data .
Analisis Pemecahan Masalah
· Analisis keluhanmusculoskeletal
· Analisis postur kerja aktual
· Analisis rancangan pasilitas kerja yang baru
· Analisis prosedur kerja rancangan fasilitas kerja yang baru
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian (lanjutan) 3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Data Keluhan Musculoskeletal
Kuisioner SNQ untuk mengetahui tingkat keluhan musculoskeletal pada tiap bagian tubuh dengan masing-masing kategori rasa sakit, sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana yang paling merasakan sakit. Hasil pengolahan data SNQ dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 3. Grafik Sebaran Keluhan Musculoskeletal Operator 0 2 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415 1617 18 19 20 21 22 23 24 25 26 2728 Ti n gk at K e lu h a n Jenis Kleluhan
Rata-rata keluhan operator
A
3
Penentuan Instrumen Penelitian
· Kuesioner SNQ
· Kuesioner QEC
· Stopwatch dan Kamera
· Meteran
· Human Body Martin
Teknik Pengumpulan Data
· Wawancara dengan pihak perusahaan dan karyawan
· Penyebaran SNQ
· Penyebaran Kuesioner QEC
· Pengukuran dimensi tubuh operator
· Analisa postur kerja
Pengolahan Data
· Pengolahan SNQ
· Penentuan skor dan level resiko postur kerja aktual QEC
· Penilaian postur kerja dengan pendekatan biomekanika
· Pengukuran dimensi tubuh operator
· Perhitungan uji keseragaman , kecukupan dan kenormalan data .
Analisis Pemecahan Masalah
· Analisis keluhanmusculoskeletal
· Analisis postur kerja aktual
· Analisis rancangan pasilitas kerja yang baru
· Analisis prosedur kerja rancangan fasilitas kerja yang baru
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian (lanjutan) 3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Data Keluhan Musculoskeletal
Kuisioner SNQ untuk mengetahui tingkat keluhan musculoskeletal pada tiap bagian tubuh dengan masing-masing kategori rasa sakit, sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana yang paling merasakan sakit. Hasil pengolahan data SNQ dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 3. Grafik Sebaran Keluhan Musculoskeletal Operator 0 2 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617 18 19 20 21 22 23 24 25 26 2728 Ti n gk at K e lu h a n Jenis Kleluhan
Rata-rata keluhan operator
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
190
3.2. Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Quick Exposure Check (QEC)
Penilaian postur kerja aktual operator pada stasiun pengeboran dengan menggunakan
QEC untuk merumuskan perbaikan rancangan yang akan dilakukan terhadap fasilitas kerja
berdasarkan tingkat keluhan musculoskeletal dan penilaian postur kerja tersebut.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisa Postur Kerja Dengan QEC
Penilaian postur kerja dengan QEC dapat disimpulkan bahwa terjadi postur kerja yang
tidak alamiah oleh operator yang disebabkan oleh posisi belakang punggung dalam keadaan
membungkuk, gerakan lengan, pergelangan tangan yang kontiniu, posisi leher membungkuk
serta posisi tempat duduk yang rendah akibat peletakan mesin yang rendah.
3.3. Penilaian Postur Kerja dengan Pendekatan Biomekanika
Dalam pendekatan biomekanika ini dilakukan analisa terhadap pekerjaan mengangkat
beban dengan menghitung nilai Recommended Weight Limit (RWL) dan nilai Maximum
Permissible Limit (MPL) pada operator.
3.3.1. Penilaian Recommended Weight Limit (RWL)
Recommended Weight Limit (RWL) digunakan untuk mengetahui batas beban
yang dapat diangkat oleh operator tanpa menimbulkan cedera. Data aktual yang
digunakan untuk mengetahui nilai RWL dari pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 2. Data Pengangkatan
Untuk menentukan nilai dari RWL digunakan persamaan NIOSH seperti persamaan
berikut:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
1) Origin
LC
= 23 Kg
HM
= (25 / H) = (25/35) = 0,714
VM
= (1 – 0,003 | V – 75 | ) = (1 – 0,003 | 0 – 75 | ) = 0,775
DM
=1
AM
=1
FM
= 0,91
CM
= 0,95
RWL
= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,714 x 0,775 x 1 x 1 x 0,91 x 0,95
= 11,002
Dari histogram dapat diketahui keluhan musculoskeletal operator merasakan tingkatan sangat sakit pada bahu kanan, punggung, pinggang kebelakang, paha kanan, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan serta operator merasakan tingkatan sakit pada bahu kiri, paha kiri, lutut kiri, pegelangan kaki kiri, dan telapak kaki kanan.
3.2 Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Quick Exposure Check (QEC)
Penilaian postur kerja aktual operator pada stasiun pengeboran dengan menggunakan QEC untuk merumuskan perbaikan rancangan yang akan dilakukan terhadap fasilitas kerja berdasarkan tingkat keluhan musculoskeletal dan penilaian postur kerja tersebut.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisa Postur Kerja Dengan QEC
No Elemen Kerja Persentase Tindakan
1 Mengambil benda kerja yang akan di
bor 54,9 Tindakan dalam waktu dekat
2 Memposisikan benda kerja 56,2 Tindakan dalam waktu dekat
3 Mengunci benda kerja 35,2 Aman
4 Memasang mata bor 36,4 Aman
5 Mengebor batang besi 63,6 Tindakan dalam waktu dekat
6 Menyemprot mata bor 33,3 Aman
7 Mengambil benda kerja hasil bor 56,2 Tindakan dalam waktu dekat 8 Meletakkan benda kerja hasil bor 59,9 Tindakan dalam waktu dekat
Penilaian postur kerja dengan QEC dapat disimpulkan bahwa terjadi postur kerja yang tidak alamiah oleh operator yang disebabkan oleh posisi belakang punggung dalam keadaan membungkuk, gerakan lengan, pergelangan tangan yang kontiniu, posisi leher membungkuk serta posisi tempat duduk yang rendah akibat peletakan mesin yang rendah.
3.3 Penilaian Postur Kerja dengan Pendekatan Biomekanika
Dalam pendekatan biomekanika ini dilakukan analisa terhadap pekerjaan mengangkat beban dengan menghitung nilai Recommended Weight Limit (RWL) dan nilai Maximum Permissible
Limit (MPL) pada operator.
3.3.1 Penilaian Recommended Weight Limit (RWL)
Recommended Weight Limit (RWL)digunakan untuk mengetahui batas beban yang dapat
diangkat oleh operator tanpa menimbulkan cedera. Data aktual yang digunakan untuk mengetahui nilai RWL dari pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Data Pengangkatan
H (cm) V (cm) D (cm) A ( 0 ) FM CM
Origin 35 0 0 0 0,91 0,95
Destination 200 25 25 30 0,91 0,95
Untuk menentukan nilai dari RWL digunakan persamaan NIOSH seperti persamaan berikut : RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM 1. Origin LC = 23 Kg HM = (25 / H) = (25/35) = 0,714 VM = (1 – 0,003 | V – 75 | ) = (1 – 0,003 | 0 – 75 | ) = 0,775 DM = 1 AM = 1 FM = 0,91
4
Dari histogram dapat diketahui keluhan musculoskeletal operator merasakan tingkatan sangat sakit pada bahu kanan, punggung, pinggang kebelakang, paha kanan, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan serta operator merasakan tingkatan sakit pada bahu kiri, paha kiri, lutut kiri, pegelangan kaki kiri, dan telapak kaki kanan.
3.2 Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Quick Exposure Check (QEC)
Penilaian postur kerja aktual operator pada stasiun pengeboran dengan menggunakan QEC untuk merumuskan perbaikan rancangan yang akan dilakukan terhadap fasilitas kerja berdasarkan tingkat keluhan musculoskeletal dan penilaian postur kerja tersebut.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisa Postur Kerja Dengan QEC
No Elemen Kerja Persentase Tindakan
1 Mengambil benda kerja yang akan di
bor 54,9 Tindakan dalam waktu dekat
2 Memposisikan benda kerja 56,2 Tindakan dalam waktu dekat
3 Mengunci benda kerja 35,2 Aman
4 Memasang mata bor 36,4 Aman
5 Mengebor batang besi 63,6 Tindakan dalam waktu dekat
6 Menyemprot mata bor 33,3 Aman
7 Mengambil benda kerja hasil bor 56,2 Tindakan dalam waktu dekat 8 Meletakkan benda kerja hasil bor 59,9 Tindakan dalam waktu dekat
Penilaian postur kerja dengan QEC dapat disimpulkan bahwa terjadi postur kerja yang tidak alamiah oleh operator yang disebabkan oleh posisi belakang punggung dalam keadaan membungkuk, gerakan lengan, pergelangan tangan yang kontiniu, posisi leher membungkuk serta posisi tempat duduk yang rendah akibat peletakan mesin yang rendah.
3.3 Penilaian Postur Kerja dengan Pendekatan Biomekanika
Dalam pendekatan biomekanika ini dilakukan analisa terhadap pekerjaan mengangkat beban dengan menghitung nilai Recommended Weight Limit (RWL) dan nilai Maximum Permissible
Limit (MPL) pada operator.
3.3.1 Penilaian Recommended Weight Limit (RWL)
Recommended Weight Limit (RWL)digunakan untuk mengetahui batas beban yang dapat
diangkat oleh operator tanpa menimbulkan cedera. Data aktual yang digunakan untuk mengetahui nilai RWL dari pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Data Pengangkatan
H (cm) V (cm) D (cm) A ( 0 ) FM CM
Origin 35 0 0 0 0,91 0,95
Destination 200 25 25 30 0,91 0,95
Untuk menentukan nilai dari RWL digunakan persamaan NIOSH seperti persamaan berikut : RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM 1. Origin LC = 23 Kg HM = (25 / H) = (25/35) = 0,714 VM = (1 – 0,003 | V – 75 | ) = (1 – 0,003 | 0 – 75 | ) = 0,775 DM = 1 AM = 1 FM = 0,91
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
191
2) Destination
LC
= 23 Kg
HM
= (25 / H)
= (25/200)
= 0,125
VM
= (1 – 0,003 | V – 75 | )
= (1 – 0,003 | 25 – 75 | ) = 0,85
DM
= 0,82 + (4,5/D)
= 0,82 + (4,5/25) = 1
AM
= 1 – (0,0032 A)
= 1 – (0,0032 x 30)
= 0,904
FM
= 0,91
CM
= 0,95
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,125 x 0,85 x 1 x 0,904 x 0,91 x 0,95
= 2,098
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai Lifting Index (LI) > 1 hal ini dapat
disimpulkan bahwa aktivitas tersebut dapat beresiko cedera tulang belakang untuk itu
perlu dilakukan perbaikan pada sistem kerja tersebut.
3.3.2. Penilaian Maximum Permissible Limit (MPL)
Pada penilaian MPL ini bertujuan untuk menganalisa kegiatan pengankatan beban
yang dapat berakibat cedera pada segmen L5/S1 adapun elemen pekerjaan yanga akan
dinilai antara lain :
1) Mengambil Benda Kerja
Gambar 4. Segmentasi Tubuh Operator Mengambil Benda kerja
Operator mengambil benda kerja (batang besi) dari lantai untuk di bor
dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun
panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
192
Tabel 3. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Benda
Kerja
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL
Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar
6998,38 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat
disimpulkan bahwa nilai FC 6998,38 N >MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut
membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari
cedera pada segmen L5/S1.
2) Mengangkat Benda Kerja
Gambar 5. Segmentasi Tubuh Operator Mengangkat Benda kerja
Operator mengangkat benda kerja (batang besi) dari lantai untuk dibawa ke
temat pengeboran dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar
69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengangkat Benda
Kerja
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL
Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar
9.899,90 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat
disimpulkan bahwa nilai FC 9.899,90 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut
membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari
cedera pada segmen L5/S1.
Tabel 3. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 67 0 2 Lengan bawah 27 70 0 3 Lengan atas 28 86 0 4 Punggung 38 32 0 5 Inklinasi perut ӨH = 10 0 6 Inklinasi paha ӨT = 90 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 6998,38 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 6998,38 N >MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
b). Mengangkat Benda Kerja
Gambar 5. Segmentasi Tubuh Operator Mengangkat Benda kerja
Operator mengangkat benda kerja (batang besi) dari lantai untuk dibawa ke temat pengeboran dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengangkat Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 35 0 2 Lengan bawah 27 38 0 3 Lengan atas 28 60 0 4 Punggung 38 70 0 5 Inklinasi perut ӨH = 84 0 6 Inklinasi paha ӨT = 65 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 9.899,90 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 9.899,90 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
c). Meletakkan Benda Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 6. Segmentasi Tubuh Operator Meletakkan Benda kerja
6
Tabel 3. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 67 0 2 Lengan bawah 27 70 0 3 Lengan atas 28 86 0 4 Punggung 38 32 0 5 Inklinasi perut ӨH = 10 0 6 Inklinasi paha ӨT = 90 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 6998,38 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 6998,38 N >MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
b). Mengangkat Benda Kerja
Gambar 5. Segmentasi Tubuh Operator Mengangkat Benda kerja
Operator mengangkat benda kerja (batang besi) dari lantai untuk dibawa ke temat pengeboran dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengangkat Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 35 0 2 Lengan bawah 27 38 0 3 Lengan atas 28 60 0 4 Punggung 38 70 0 5 Inklinasi perut ӨH = 84 0 6 Inklinasi paha ӨT = 65 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 9.899,90 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 9.899,90 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
c). Meletakkan Benda Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 6. Segmentasi Tubuh Operator Meletakkan Benda kerja
6
Tabel 3. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 67 0 2 Lengan bawah 27 70 0 3 Lengan atas 28 86 0 4 Punggung 38 32 0 5 Inklinasi perut ӨH = 10 0 6 Inklinasi paha ӨT = 90 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 6998,38 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 6998,38 N >MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
b). Mengangkat Benda Kerja
Gambar 5. Segmentasi Tubuh Operator Mengangkat Benda kerja
Operator mengangkat benda kerja (batang besi) dari lantai untuk dibawa ke temat pengeboran dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengangkat Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 35 0 2 Lengan bawah 27 38 0 3 Lengan atas 28 60 0 4 Punggung 38 70 0 5 Inklinasi perut ӨH = 84 0 6 Inklinasi paha ӨT = 65 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 9.899,90 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 9.899,90 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
c). Meletakkan Benda Kerja Pada Mesin Bor
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
193
3) Meletakkan Benda Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 6. Segmentasi Tubuh Operator Meletakkan Benda kerja
Operator meletakkan benda kerja (batang besi) yang diambil dari lantai pada
mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg.
Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Meletakkan Benda
Kerja
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL
Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar
7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat
disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan
tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk
menghindari cedera pada segmen L5/S1.
4) Mengambil Hasil Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 7. Segmentasi Tubuh Operator Mengambil Hasil Kerja
Operator mengambil hasil kerja (batang besi) dari mesin bor dengan berat
batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan
sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
6
Tabel 3. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 67 0 2 Lengan bawah 27 70 0 3 Lengan atas 28 86 0 4 Punggung 38 32 0 5 Inklinasi perut ӨH = 10 0 6 Inklinasi paha ӨT = 90 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 6998,38 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 6998,38 N >MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
b). Mengangkat Benda Kerja
Gambar 5. Segmentasi Tubuh Operator Mengangkat Benda kerja
Operator mengangkat benda kerja (batang besi) dari lantai untuk dibawa ke temat pengeboran dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengangkat Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 35 0 2 Lengan bawah 27 38 0 3 Lengan atas 28 60 0 4 Punggung 38 70 0 5 Inklinasi perut ӨH = 84 0 6 Inklinasi paha ӨT = 65 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 9.899,90 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 9.899,90 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
c). Meletakkan Benda Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 6. Segmentasi Tubuh Operator Meletakkan Benda kerja
7
Operator meletakkan benda kerja (batang besi) yang diambil dari lantai pada mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Meletakkan Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
d). Mengambil Hasil Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 7. Segmentasi Tubuh Operator Mengambil Hasil Kerja
Operator mengambil hasil kerja (batang besi) dari mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Hasil Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
3.4 Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
Fasilitas kerja yang digunakan di PT. Peputra Masterindo adalah mesin bor.
7
Operator meletakkan benda kerja (batang besi) yang diambil dari lantai pada mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Meletakkan Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
d). Mengambil Hasil Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 7. Segmentasi Tubuh Operator Mengambil Hasil Kerja
Operator mengambil hasil kerja (batang besi) dari mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Hasil Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
3.4 Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
194
Tabel 6. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Hasil Kerja
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL
Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar
7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat
disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan
tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk
menghindari cedera pada segmen L5/S1.
3.4. Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
Fasilitas kerja yang digunakan di PT. Peputra Masterindo adalah mesin bor.
Gambar 8. Mesin Bor Aktual (Tampa 3 Dimensi)
Tabel 7. Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
Perbaikan dimensi fasilitas kerja dilakukan pengukuran dimensi tubuh operator. Data
antropometri hasil pengukuran diolah untuk dijadikan sebagai acuan untuk menentukan
dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati beberapa uji agar layak untuk
membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji kenormalan data,
keseragaman data dan kecukupan data.
3.5. Data Antropometri
Dimensi tubuh yang perlu diukur untuk mendapatkan data antropometri yang akan
dijadikan acuan dalam penentuan dimensi rancangan adalah Tinggi bahu duduk, lebar pinggul,
tinggi popliteal, jangkauan tangan, tinggi pinggang berdiri dan rentangan tangan. Data dimensi
tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Operator meletakkan benda kerja (batang besi) yang diambil dari lantai pada mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Meletakkan Benda Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
d). Mengambil Hasil Kerja Pada Mesin Bor
Gambar 7. Segmentasi Tubuh Operator Mengambil Hasil Kerja
Operator mengambil hasil kerja (batang besi) dari mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Hasil Kerja
No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat)
1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1.
3.4 Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
Fasilitas kerja yang digunakan di PT. Peputra Masterindo adalah mesin bor.
8
Gambar 8. Mesin Bor Aktual (Tampa 3 Dimensi) Tabel 7. Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
No Dimensi Ukuran (cm)
1 Jarak mata bor ke lantai 32
2 Diameter mata bor 2
3 Tinggi mesin 150
4 Wadah penahan batang besi 23
5 Tinggi gagang mesin bor ke lantai 55
6 Tinggi wadah mesin 13
Perbaikan dimensi fasilitas kerja dilakukan pengukuran dimensi tubuh operator. Data antropometri hasil pengukuran diolah untuk dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data.
3.5 Data Antropometri
Dimensi tubuh yang perlu diukur untuk mendapatkan data antropometri yang akan dijadikan acuan dalam penentuan dimensi rancangan adalah Tinggi bahu duduk, lebar pinggul, tinggi popliteal, jangkauan tangan, tinggi pinggang berdiri dan rentangan tangan. Data dimensi tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Data Antropometri Operator
No. TBD LP Tpo JT Tpgb Rt 1 56,3 36,1 44,5 74,5 100 170 2 63 30 45 67 93 166 3 55,5 35,3 43,9 74 106 170 4 57,6 33,4 43,5 70 88 168 5 57,8 32,8 44 72 110 180 6 58,3 30,5 44,9 76 102 164 7 57 34 40,6 60 103 174 8 58 27 40,5 62 96 145 9 61,7 34,5 47,6 82 99 154 10 60,5 30,7 46,4 74 95 155 11 61 36,6 48,5 69 101 157 12 60 32 45 70 97 171 13 64,5 31,6 48,2 83 89 164 Keterangan :
TBD = Tinggi bahu duduk
LP = Lebar pinggul pada posisi duduk Tpo = Tinggi popliteal
JT = Jangkauan tangan Tpgb = Tinggi pinggang berdiri Rt = Rentangan tangan
8
Gambar 8. Mesin Bor Aktual (Tampa 3 Dimensi) Tabel 7. Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
No Dimensi Ukuran (cm)
1 Jarak mata bor ke lantai 32
2 Diameter mata bor 2
3 Tinggi mesin 150
4 Wadah penahan batang besi 23
5 Tinggi gagang mesin bor ke lantai 55
6 Tinggi wadah mesin 13
Perbaikan dimensi fasilitas kerja dilakukan pengukuran dimensi tubuh operator. Data antropometri hasil pengukuran diolah untuk dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data.
3.5 Data Antropometri
Dimensi tubuh yang perlu diukur untuk mendapatkan data antropometri yang akan dijadikan acuan dalam penentuan dimensi rancangan adalah Tinggi bahu duduk, lebar pinggul, tinggi popliteal, jangkauan tangan, tinggi pinggang berdiri dan rentangan tangan. Data dimensi tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Data Antropometri Operator
No. TBD LP Tpo JT Tpgb Rt 1 56,3 36,1 44,5 74,5 100 170 2 63 30 45 67 93 166 3 55,5 35,3 43,9 74 106 170 4 57,6 33,4 43,5 70 88 168 5 57,8 32,8 44 72 110 180 6 58,3 30,5 44,9 76 102 164 7 57 34 40,6 60 103 174 8 58 27 40,5 62 96 145 9 61,7 34,5 47,6 82 99 154 10 60,5 30,7 46,4 74 95 155 11 61 36,6 48,5 69 101 157 12 60 32 45 70 97 171 13 64,5 31,6 48,2 83 89 164 Keterangan :
TBD = Tinggi bahu duduk
LP = Lebar pinggul pada posisi duduk Tpo = Tinggi popliteal
JT = Jangkauan tangan Tpgb = Tinggi pinggang berdiri Rt = Rentangan tangan
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
195
Tabel 8. Data Antropometri Operator
Keterangan :
TBD = Tinggi bahu duduk
LP
= Lebar pinggul pada posisi duduk
Tpo = Tinggi popliteal
JT
= Jangkauan tangan
Tpgb = Tinggi pinggang berdiri
Rt
= Rentangan tangan
Data antropometri hasil pengukuran diolah untuk dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati beberapa uji agar
8
Gambar 8. Mesin Bor Aktual (Tampa 3 Dimensi) Tabel 7. Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual
No Dimensi Ukuran (cm)
1 Jarak mata bor ke lantai 32
2 Diameter mata bor 2
3 Tinggi mesin 150
4 Wadah penahan batang besi 23
5 Tinggi gagang mesin bor ke lantai 55
6 Tinggi wadah mesin 13
Perbaikan dimensi fasilitas kerja dilakukan pengukuran dimensi tubuh operator. Data antropometri hasil pengukuran diolah untuk dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data.
3.5 Data Antropometri
Dimensi tubuh yang perlu diukur untuk mendapatkan data antropometri yang akan dijadikan acuan dalam penentuan dimensi rancangan adalah Tinggi bahu duduk, lebar pinggul, tinggi popliteal, jangkauan tangan, tinggi pinggang berdiri dan rentangan tangan. Data dimensi tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Data Antropometri Operator
No. TBD LP Tpo JT Tpgb Rt 1 56,3 36,1 44,5 74,5 100 170 2 63 30 45 67 93 166 3 55,5 35,3 43,9 74 106 170 4 57,6 33,4 43,5 70 88 168 5 57,8 32,8 44 72 110 180 6 58,3 30,5 44,9 76 102 164 7 57 34 40,6 60 103 174 8 58 27 40,5 62 96 145 9 61,7 34,5 47,6 82 99 154 10 60,5 30,7 46,4 74 95 155 11 61 36,6 48,5 69 101 157 12 60 32 45 70 97 171 13 64,5 31,6 48,2 83 89 164 Keterangan :
TBD = Tinggi bahu duduk
LP = Lebar pinggul pada posisi duduk Tpo = Tinggi popliteal
JT = Jangkauan tangan Tpgb = Tinggi pinggang berdiri Rt = Rentangan tangan
196
layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji kenormalan
data, keseragaman data dan kecukupan data.
Tabel 9. Rekapitulasi Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square
Tabel 10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Antropometri
Tabel 11. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Antropometri
3.6. Dimensi Produk yang Akan Dirancang
Tabel 12. Ukuran Dimensi Rancangan
10
Tabel 11. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Antropometri
No Dimensi N ∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi)2 N' Keterangan
1 TBD 35 2077,5 123603,35 4316006,25 3,75 Cukup 2 LP 35 1124,2 36350,62 1263825,64 10,69 Cukup 3 Tpo 35 1543,2 68317,36 2381466,24 6,48 Cukup 4 JT 35 2513,8 181737,44 6319190,44 10,54 Cukup 5 Tpgb 35 3356 323498 11262736 8,48 Cukup 6 Rt 35 5693 931621 32410249 9,70 Cukup
3.6 Dimensi Produk yang Akan Dirancang Tabel 12. Ukuran Dimensi Rancangan
No Rancangan Dimensi Persentil Ukuran
1 Lebar Kursi Lebar Pinggul P 95 36 cm
2 Tinggi Kursi Tinggi Popliteal P 50 44 cm
3 Tinggi Mata Bor Tinggi Bahu Duduk +
Tinggi Popliteal P 50 + P50 103 cm
4 Panjang conveyor Rentang Tangan P5 142 cm
5 Tinggi meja tempat material Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm
6 Lebar meja tempat material Jangkauan Tangan P5 62 cm
7 Tinggi Conveyor Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm
8 Jarak Meja Material dengan
Conveyor Rentangan Tangan P50 163 cm
3.7 Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru
Gambar 9. Fasilitas Kerja Usulan Keseluruan (Tampak 3 Dimensi) Adapun usulan fasilitas kerja yang akan di rancang adalah :
1. Crane untuk mengangkat benda kerja
Crane dalam hal ini digunakan untuk mengangkat benda kerja (batang besi) dengan membangun sebuah kostruksi dari baja dengan tinggi 400 cm, panjang 600 cm dan lebar 400 cm, pada bagian atas konstruksi dirancang rel untuk mempermudah operator dalam menggerakkan crane ke semua arah.
2. Meja tempat benda kerja
Fasilitas ini dirancang agar operator tidak mengalami cedera pada saat mengambil benda kerja, dimana pada kondisi aktual operator mengambil benda kerja dalam kondisi membungkuk dikarenakan benda kerja berada di bawah lantai. Untuk mengatasi resiko tersebut maka dirancang sebuah fasilitas kerja dengan menambahkan meja tempat tumpukan material dengan dimensi ukuran sebagai berikut :
10
Tabel 11. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Antropometri
No Dimensi N ∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi)2 N' Keterangan
1 TBD 35 2077,5 123603,35 4316006,25 3,75 Cukup 2 LP 35 1124,2 36350,62 1263825,64 10,69 Cukup 3 Tpo 35 1543,2 68317,36 2381466,24 6,48 Cukup 4 JT 35 2513,8 181737,44 6319190,44 10,54 Cukup 5 Tpgb 35 3356 323498 11262736 8,48 Cukup 6 Rt 35 5693 931621 32410249 9,70 Cukup
3.6 Dimensi Produk yang Akan Dirancang Tabel 12. Ukuran Dimensi Rancangan
No Rancangan Dimensi Persentil Ukuran
1 Lebar Kursi Lebar Pinggul P 95 36 cm
2 Tinggi Kursi Tinggi Popliteal P 50 44 cm
3 Tinggi Mata Bor Tinggi Bahu Duduk +
Tinggi Popliteal P 50 + P50 103 cm
4 Panjang conveyor Rentang Tangan P5 142 cm
5 Tinggi meja tempat material Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm
6 Lebar meja tempat material Jangkauan Tangan P5 62 cm
7 Tinggi Conveyor Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm
8 Jarak Meja Material dengan
Conveyor Rentangan Tangan P50 163 cm
3.7 Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru
Gambar 9. Fasilitas Kerja Usulan Keseluruan (Tampak 3 Dimensi) Adapun usulan fasilitas kerja yang akan di rancang adalah :
1. Crane untuk mengangkat benda kerja
Crane dalam hal ini digunakan untuk mengangkat benda kerja (batang besi) dengan membangun sebuah kostruksi dari baja dengan tinggi 400 cm, panjang 600 cm dan lebar 400 cm, pada bagian atas konstruksi dirancang rel untuk mempermudah operator dalam menggerakkan crane ke semua arah.
2. Meja tempat benda kerja
Fasilitas ini dirancang agar operator tidak mengalami cedera pada saat mengambil benda kerja, dimana pada kondisi aktual operator mengambil benda kerja dalam kondisi membungkuk dikarenakan benda kerja berada di bawah lantai. Untuk mengatasi resiko tersebut maka dirancang sebuah fasilitas kerja dengan menambahkan meja tempat tumpukan material dengan dimensi ukuran sebagai berikut :
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
197
3.7. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru
Gambar 9. Fasilitas Kerja Usulan Keseluruan (Tampak 3 Dimensi)
Adapun usulan fasilitas kerja yang akan di rancang adalah :
1) Crane untuk mengangkat benda kerja Crane dalam hal ini digunakan untuk mengangkat
benda kerja (batang besi) dengan membangun sebuah kostruksi dari baja dengan tinggi
400 cm, panjang 600 cm dan lebar 400 cm, pada bagian atas konstruksi dirancang rel
untuk mempermudah operator dalam menggerakkan crane ke semua arah.
2) Meja tempat benda kerja Fasilitas ini dirancang agar operator tidak mengalami cedera
pada saat mengambil benda kerja, dimana pada kondisi aktual operator mengambil benda
kerja dalam kondisi membungkuk dikarenakan benda kerja berada di bawah lantai. Untuk
mengatasi resiko tersebut maka dirancang sebuah fasilitas kerja dengan menambahkan
meja tempat tumpukan material dengan dimensi ukuran sebagai berikut :
a. Tinggi
: 98 cm
Dimensi
: Tinggi Pinggang Berdiri
Persentil
: P 50
b. Lebar
: 62
Dimensi
: Jangkauan Tangan
Persentil
: P5
c. Panjang
: 201
Dimensi
: Disesuaikan dengan benda kerja
d. Jarak dengan conveyo
: 163 cm
Dimensi
: Rentang tangan
Persentil
: P50
3) Conveyor
Rancangan conveyor ini diusulkan untuk mempermudah operator dalam memposisikan
benda kerja dengan panjang yang disesuaikan dengan persentil 5 dari dimensi rentang
tangan operator yaitu 142 cm sehingga operator lebih mudah untuk menjangkau dan
menggeser benda kerja, serta tinggi 94 cm dan lebar 54 cm disesuaikan dengan kondisi
meisin bor.
4) Meja mesin bor
Meja dudukan mesin bor ini dirancang sesuai dengan tinggi mata bor dengan lantai yang
diambil dari dimensi tinggi bahu duduk + tinggi popliteal yaitu 103 cm dengan persentil
50 sehingga operator dalam melakukan pekerjaan pengeboran tidak lagi dalam posisi
jongkok dan dapat terhindar dari cedera.
10
Tabel 11. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Antropometri
No Dimensi N ∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi)2 N' Keterangan
1 TBD 35 2077,5 123603,35 4316006,25 3,75 Cukup 2 LP 35 1124,2 36350,62 1263825,64 10,69 Cukup 3 Tpo 35 1543,2 68317,36 2381466,24 6,48 Cukup 4 JT 35 2513,8 181737,44 6319190,44 10,54 Cukup 5 Tpgb 35 3356 323498 11262736 8,48 Cukup 6 Rt 35 5693 931621 32410249 9,70 Cukup
3.6 Dimensi Produk yang Akan Dirancang Tabel 12. Ukuran Dimensi Rancangan
No Rancangan Dimensi Persentil Ukuran
1 Lebar Kursi Lebar Pinggul P 95 36 cm
2 Tinggi Kursi Tinggi Popliteal P 50 44 cm
3 Tinggi Mata Bor Tinggi Bahu Duduk +
Tinggi Popliteal P 50 + P50 103 cm
4 Panjang conveyor Rentang Tangan P5 142 cm
5 Tinggi meja tempat material Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm
6 Lebar meja tempat material Jangkauan Tangan P5 62 cm
7 Tinggi Conveyor Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm
8 Jarak Meja Material dengan
Conveyor Rentangan Tangan P50 163 cm
3.7 Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru
Gambar 9. Fasilitas Kerja Usulan Keseluruan (Tampak 3 Dimensi) Adapun usulan fasilitas kerja yang akan di rancang adalah :
1. Crane untuk mengangkat benda kerja
Crane dalam hal ini digunakan untuk mengangkat benda kerja (batang besi) dengan membangun sebuah kostruksi dari baja dengan tinggi 400 cm, panjang 600 cm dan lebar 400 cm, pada bagian atas konstruksi dirancang rel untuk mempermudah operator dalam menggerakkan crane ke semua arah.
2. Meja tempat benda kerja
Fasilitas ini dirancang agar operator tidak mengalami cedera pada saat mengambil benda kerja, dimana pada kondisi aktual operator mengambil benda kerja dalam kondisi membungkuk dikarenakan benda kerja berada di bawah lantai. Untuk mengatasi resiko tersebut maka dirancang sebuah fasilitas kerja dengan menambahkan meja tempat tumpukan material dengan dimensi ukuran sebagai berikut :
198
5) Tempat Duduk
Tempat duduk operator dengan tinggi 44 cm diambil dari data dimensi tinggi popliteal
dengan persentil 50 dan lebar 36 cm dari data dimensi lebar pinggul duduk dengan
persentil 95.
6) Meja hasil pengeboran
Fasilitas meja hasil pekerjaan dirancang sesuai dengan ukuran benda kerja dengan tinggi
87 cm yang dibuat lebih rendah dari conveyor agar benda kerja yang telah selesai di bor
langsung di dorong ke meja tumpukan sehingga operator tidak ada lagi melakukan
pekerjaan pengangkatan.
3.8. Analisis
3.8.1 Analisis Faktor Psikologis
Pada proses pekerjaan di stasiun pengeboran PT. Peputra Masterindo ditemukan
proses pekerjaan yang tidak alamiah hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap
psikologi operator adapun hal-hal yang mempengaruhi faktor tersebut diantaranya:
a. Suasana kerja kurang aman
Suasana kerja yang kurang memadai dimana penempatan posisi mesin bor yang
terlalu rendah dan tidak adanya alat bantu pengangkatan material yang cukup berat
tentunya dapat membahayakan bagi operator dan sangat beresiko.
b. Adanya rasa kebosanan
Proses kerja yang berulang dan berat tentunya dapat menyebabkan kebosanan dan
kelelahan pada bagian tubuh yang dikenai pekerjaan atau beban.
c. Hilangnya kewaspadaan
Akibat dari kepenatan dan keletihan dari pekerjaan yang terlalu berat, operator akan
berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan tersebut dalam janga
waktu lama, pekerjaan ini juga akan berdampak menimbulkan hal-hal seperti
kejenuhan kerja yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja,
Stress kerja, Kelelahan atau keletihan kerja serta gangguan Musculoskeletal
Disorders (MSDs).
3.8.2 Analisa Tingkat Keluhan Musculoskeletal
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan Standart Nordic Questionnaire
(SNQ) terdapat persamaan dan perbedaan tingkat dan kategori rasa sakit pada bagian
tubuh operator. Keluhan ini terjadi karena faktor postur kerja yang statis dimana operator
bekerja dengan keadaan diam. Gerakan yang dilakukan pada saat bekerja hanya berada
pada posisi jongkok. Faktor yang berpengaruh sangat besar yaitu terhadap fasilitas yang
digunakan. Tidak adanya kesesuaian antara operator yang satu dengan yang lain.
Tingkat kategori rasa sakit yang berbeda pada bagian tubuh yang disebabkan
berbedanya antropometri operator pada setiap bagian tubuhnya. Perbedaan ini juga
disebabkan oleh tata letak komponen pada masing-masing tempat kerja yang belum
teratur dan kecenderungan bekerja dengan fasilitas seadanya dan mengandalkan
kebiasaan selama bekerja. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penyesuain
rancangan fasilitas kerja dengan antropometri operator, melakukan pengaturan tata letak
komponen sehingga tata letak lebih teratur dan benda kerja berada jangkauan operator
dengan postur kerja yang sesuai.
3.8.3 Analisa Postur Kerja Aktual QEC
Berdasarkan hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC, level
tindakan yang dilakukan pada setiap elemen kerja dapat dilihat pada tabel 1. Elemen kerja
mengambil batang besi, memposisikan batang besi, mengebor besi, mengambil dan
meletakkan hasil bor merupakan postur kerja yang tidak alamiah disebabkan oleh oleh
posisi belakang punggung dalam keadaan membungkuk, gerakan lengan, pergelangan
tangan yang kontiniu dan posisi leher yang membungkuk serta posisi tubuh yang
jongkok. Dari hasil penilaian postur kerja tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa postur kerja yang tidak alamiah.
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
199
3.8.4 Analisa Biomekanika Postur Kerja Aktual
Dari nilai gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) diketahui bahwa berada diatas
Nilai MPL yang ditetapkan oleh NIOSH hal ini tentunya kegiatan yang dilakukan oleh
operator sudah tergolong berbahaya dan perlu dilakukan perbaikan segera. Untuk
penilaian Recommended Weight Limit (RWL) diketahui bahwa nilai Lifting Index
sebesar 21,44 > 1 hal ini dapat di simpulkan bahwa aktivitas tersebut dapat beresiko
cedera tulang belakang dan perlu dilakukan perbaikan.
3.8.5 Analisa Kondisi Aktual Fasilitas Kerja
Kondisi fasilitas kerja pada proses pengeboran yang rendah dimana posisi mesin
bor ditarok di lantai, hal ini menyebabkan posisi operator pada saat mengoperasikan
mesin harus menyesuaikan sehingga terjadi sikap kerja yang tidak alamiah terutama pada
kaki operator dengan posisi jongkok serta sekali-kali harus berdiri dengan posisi
membungkuk dengan pandangan fokus pada mata bor. Hal ini merupakan sikap kerja
yang tidak alamiah yang dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal jika terjadi secara
terus-menerus. Jarak batang besi yang akan diambil untuk diletakkan pada mesin bor
berjarak sekitar 2 meter sehingga operator sulit untuk mengangkat batang besi yang
memiliki berat rata-rata 45 kg dengan panjang 60 cm. operator harus mengangkat batang
besi lalu meletakkan kewadah tepat pada mata mesin bor. Bentuk pada wadah penahan
batang besi yang agak kecil sehingga operator membutuhkan waktu cukup lama untuk
memposisikan batang besi agar tetap lurus dan pas pada mata bor.
3.8.6 Analisa Postur Kerja pada Fasilitas Kerja Usulan
Analisa postur kerja ini dilakukan berdasarkan gambar pada fasilitas kerja usulan.
Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC untuk setiap elemen kerja dari
kegiatan pengeboran, antara lain : dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan
metode QEC untuk setiap elemen kerja dari kegiatan pengeboran pada fasilitas kerja
usulan didapatkan hasil semua elemen kerja berada pada level aman.
4. KESIMPULAN
1) Dari hasil pengolahan tingkat keluhan yang di alami oleh operator dengan menggunakan
penyebaran kuesioner Standart Nordic Questionnaire (SNQ) terdapat perbedaan kategori
rasa sakit pada bagian tubuhnya. Dimana operator merasakan tingkatan sangat sakit pada
bahu kanan, punggung, pinggang kebelakang, paha kanan, lutut kanan, betis kiri dan betis
kanan serta operator merasakan tingkatan sakit pada bahu kiri, paha kiri, lutut kiri,
pegelangan kaki kiri, dan telapak kaki kanan. Perbedaan tersebut disebabkan karena
berbedanya dimensi tubuh operator dan tata letak komponen pada masing-masing tempat
kerja.
2) Hasil penilaian postur kerja aktual dengan metode Quick Exposure Check(QEC) terdapat
elemen kerja yang memerlukan perbaikan yaitu : mengambil batang besi, memposisikan
batang besi, mengebor besi, mengambil hasil bor dan meletakkan hasil bor. Sementara
elemen kerja mengunci batang besi, memasang mata bor dan menyemprot mata bor berada
pada level aman.
3) Hasil penilaian postur kerja dengan pendekatan biomekanika dengan melakukan penilaian
Recommended Weight Limit (RWL) diketahui bahwa nilai Lifting Index (LI) 21,44 > 1 hal
ini berada pada level tidak aman yang dapat berisiko cedera musculoskeletal pada operator
yang harus dilakukan perbaikan segera. Sedangkan berdasarkan perhitungan Maximum
Permissible Limit (MPL) diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) > MPL dari 4
kegiatan pengangkatan yang dilakukan oleh operator seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
200
Tabel 13. Hasil Perhitungan Maximum Permissible Limit
Dari hasil perhitungan di simpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh operator
berada pada level berbahaya teridentifikasi dapat beresiko pada L5/S1.
4) Perbaikan rancangan fasilitas kerja terdiri dari :
a. Tinggi mata bor 103 cm
b. Tinggi kursi operator 44 cm
c. Lebar dudukan kursi 36 cm
d. Panjang conveyor 142 cm
e. Tinggi meja penumpukan material 96 cm
f. Lebar meja penumpukan material 62 cm
Dari hasil penilaian postur kerja pada fasilitas kerja usulan yaitu mengambil batang besi,
memposisikan batang besi, dan mengebor besi berada pada level aman.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anis, Muchlison, Perbaikan Metode Kerja Operator Melalui Analisis Musculoskeletal Disorders
(MSDs), Seminar Nasinonal IENACO, ISSN : 2337-4349, 2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2006.
Dwiwaluyo, Sihono Statistika untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2001.
Ilman, Ahmad., Yuniar., dan Helianty, Yanty, Rancangan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode
Quick Exposure Checklist (QEC) di Bengkel Sepatu X di Cibaduyut. Teknik Industri Itenas
No. 2 Vol. 1, 2013.
Manuaba, A. Penerapan Ergonomi Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Industri. Disampaikan
pada Seminar Nasional Ergonomi. Reevaluasi Penerapan Ergonomi dalam Meningkatkan
Kinerja Industri. Surabaya, 23 Nopember 1999.
Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikainya. Surabaya: PT. Guna widya. 2003.
Poerwanto, Setiadi, Muhammad Yudi, Anizar, Usulan Alat Bantu Pemindahan Batako untuk
Mengurangi Resiko Musculoskeletal Disorders di PT.XYZ, e-Jurnal Teknik Industri FT
USU, Vol.1 No.3, April 2013.
Santoso, Gempur. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Surabaya: PT. Guna Widya.
2004.
Stanton, Neville.et.al. Handbook of Human Factors and E rgonomics Methods. CRC Press LLC:
United States of America. 2004.
Sugiharto, Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemotongan Untuk Mengurangi Keluhan
Musculoskeletal di CV.XYZ, e-Jurnal Teknik Industri FT USU, Vol.1 No.2, Maret 2013.
Sutalaksana, I.Z, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB. 1979.
Tarwaka, Solichul, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas.
Denpasar: Universitas Udayana. 2004.
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya: PT Guna Widya. 1995.
Worths, Butter. Applied Ergonomi Handbook. London: Loughborough University of Technology.
1989.
yang dilakukan oleh operator seperti terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 13. Hasil Perhitungan Maximum Permissible Limit
No Pekerjaan Elemen AL FC MPL Kesimpulan
1 Mengambil Benda
Kerja 3.500 N 6.998,38 N 6.500 N Berbahaya
2 Mengangkat
Benda Kerja 3.500 N 9.899,90 N 6.500 N Berbahaya
3 Meletakkan Benda
Kerja 3.500 N 7.525,36 N 6.500 N Berbahaya
4
Mengambil Benda Kerja dari Mesin Bor
3.500 N 7.525,36 N 6.500 N Berbahaya
Dari hasil perhitungan di simpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh operator berada pada level berbahaya teridentifikasi dapat beresiko pada L5/S1.
4. Perbaikan rancangan fasilitas kerja terdiri dari :
a.
Tinggi mata bor 103 cmb.
Tinggi kursi operator 44 cmc.
Lebar dudukan kursi 36 cmd.
Panjang conveyor 142 cme.
Tinggi meja penumpukan material 96 cmf.
Lebar meja penumpukan material 62 cmDari hasil penilaian postur kerja pada fasilitas kerja usulan yaitu mengambil batang besi, memposisikan batang besi, dan mengebor besi berada pada level aman.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anis, Muchlison, Perbaikan Metode Kerja Operator Melalui Analisis Musculoskeletal Disorders (MSDs), Seminar Nasinonal IENACO, ISSN : 2337-4349, 2014.
[2] Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2006.
[3] Dwiwaluyo, Sihono Statistika untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2001. [4] Ilman, Ahmad., Yuniar., dan Helianty, Yanty, Rancangan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode
Quick Exposure Checklist (QEC) di Bengkel Sepatu X di Cibaduyut. Teknik Industri Itenas No. 2 Vol. 1, 2013.
[5] Manuaba, A. Penerapan Ergonomi Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Industri. Disampaikan pada Seminar Nasional Ergonomi. Reevaluasi Penerapan Ergonomi dalam Meningkatkan Kinerja Industri. Surabaya, 23 Nopember 1999.
[6] Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikainya. Surabaya: PT. Guna widya. 2003. [7] Poerwanto, Setiadi, Muhammad Yudi, Anizar, Usulan Alat Bantu Pemindahan Batako untuk
Mengurangi Resiko Musculoskeletal Disorders di PT.XYZ, e-Jurnal Teknik Industri FT USU, Vol.1 No.3, April 2013
[8] Santoso, Gempur. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Surabaya: PT. Guna Widya. 2004.
[9] Stanton, Neville.et.al. Handbook of Human Factors and E rgonomics Methods. CRC Press LLC: United States of America. 2004
[10] Sugiharto, Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemotongan Untuk Mengurangi Keluhan Musculoskeletal di CV.XYZ, e-Jurnal Teknik Industri FT USU, Vol.1 No.2, Maret 2013
[11] Sutalaksana, I.Z, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB. 1979.
[12] Tarwaka, Solichul, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Denpasar: Universitas Udayana. 2004.
[13] Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya: PT Guna Widya. 1995.
[14] Worths, Butter. Applied Ergonomi Handbook. London: Loughborough University of Technology. 1989.