• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROFESI GEISHA DALAM FILM MEMOIRS OF A GEISHA. (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROFESI GEISHA DALAM FILM MEMOIRS OF A GEISHA. (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROFESI GEISHA DALAM FILM

MEMOIRS OF A GEISHA

(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha)

Disusun oleh JUITA E J PURBA

050904037

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSTAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Juita E J Purba

NIM : 050904037

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film

Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi

Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha)

Medan, Maret 2009

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

(Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A) (Drs.Amir Purba, M.A) NIP. 131654103 NIP. 131654104

Dekan FISIP USU,

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of a Geisha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha serta untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual

geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU uang berjumlah 8500 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10%sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Dan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah

stratified proportional random sampling dan purposive sampling.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan dan mendukung. Serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner dan tanya jawab secara mendalam dengan beberapa responden untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa table tunggal dan kemudian diinterpretasikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa film memoirs of a geisha adalah film yang memberikan manfaat kepada mahasiswa, selain memberi hiburan juga memberi informasi tentang budaya Jepang yang unik yaitu profesi geisha. Mayoritas mahasiswa memberikan tanggapan yang negatif terhadap profesi tersebut. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ada sebuah proses dari peranan media dalam pembentukan persepsi mahasiswa terhadap budaya Jepang.

(4)

DAFTAR ISI ABSTRAKSI………...i KATA PENGANTAR………ii DAFTAR ISI………...iv DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL………...vii BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah...1

I. 2. Perumusan Masalah...10 I. 3. Pembatasan Masalah...11 I. 4. Tujuan Penelitian... 11 I. 5. Manfaat Penelitian ...12 I. 6. Kerangka Teori...12 I. 7. Kerangka Konsep...22

I.8 Model Teoritis...24

I.9 Operasional Variabel...24

1.10 Defenisi Variabel Operasional...25

BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Komunikasi Massa...28

II. 1 1. Karakteristik Komunikasi Massa...29

II. 1. 2. Komponen Komunikasi Massa...33

II. 1. 3. Fungsi Komunikasi Massa...34

II. 2. Media Massa...36

II. 2. 1. Pengertian Media Massa...36

II. 2. 2. Fungsi Media Massa...38

II 3. Film...39

II. 3. 1. Sejarah Film...39

II. 3 2. Jenis-Jenis Film...42

II. 4. Komunikasi Antar Budaya...43

II. 5. S-O-R...49

II. 6 Persepsi...51

II. 5. 1. Pengertian Persepsi...51

II. 5. 2. Proses Pembentukan Persepsi...53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Deskripsi Film...57

III. 1. 1. Universitas Sumatera Utara...57

III. 1. 2. Deskripsi Film Memoirs Of A Geisha...73

III. 2. Metode Penelitian...78

III. 3. Populasi dan Sampel...78

III. 4. Teknik Penarikan Sampel...81

III. 5. Teknik Pengumpulan Data...83

(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Analisa Tabel Tunggal...85 IV. 2. Pembahasan...107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1. Kesimpulan...117 V. 1. Saran...118 DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Film sebagai salah satu bentuk media massa, merupaka salah satu representasi realitas yang ada dalam masyarakat. Film merupakan media komunikasi yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan makna. Melalui film, berbagai pesan dapat disampaikan kepada audiens yang diinginkan. Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa, dapat disampaikan secara holistik. Proses penyampaian pesan yang dilakukanpun efektif dan efesien kerena melibatkan semua panca indra baik audio maupun visual layaknya medium televisi dan memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan membaca buku

Pesan yang disampaikan melalui film pun melibatkan banyak faktor dan unsur yang saling melengkapi. Mulai dari proses pra sampai pasca produksi. Proses kreatif dan riset yang panjang sudah barang tentu menjadi suatu kewajiban. Hal ini untuk menunjang kevalidan dan kesesuaian dengan realitas yang ada didalam masyarakat. Proses kerja keras dan riset yang panjang itu tidak lain untuk mendukung terciptanya sebuah mahakarya yang sempurna, dan akhirnya memenuhi tuntutan pasar.

Film merupakan sebuah gambar bergerak yang bisa memberikan kita banyak sekali gambaran masa lalu, budaya dan peraturan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya. Memoirs of Geisha, merupakan salah satu film

(7)

yang memberikan semua gambaran tersebut. Sebuah film yang membawa kita melihat perkembangan yang terjadi di suatu negara yaitu Jepang.

Banyak hal menarik yang bisa menjadi bahan kajian dari masyarakat Jepang. Kecuali perkembangan ilmu dan teknologinya yang semakin

sophisticated, juga hal-hal yang menyangkut budaya dan tradisi. Berbeda dengan

negara-negara lain yang melakukan modernisasi dengan menyingkirkan tradisi, Jepang adalah sedikit negara yang bisa melakukan keduanya secara bersama-sama, salah satunya adalah tentang Geisha. Nama ini amat identik dengan Jepang, bahkan dalam beberapa segi telah menjadi ikon yang sangat populer. Geisha sangat menarik untuk dikaji karena memiliki kandungan yang kompleks menyangkut perspektif gender, potret kelas sosial masyarakat, tradisi dan seni budaya, serta sisi gelap lainnya berupa prostitusi, bahkan belakangan berkaitan dengan fenomena trafficking atau perdagangan manusia.

Tradisi dan status sosial geisha sangat menarik tatkala ditarik kedalam sebuah media film dengan plot yang romantis. Apalagi mengingat adanya distorsi pemahaman dan kerancuan antara geisha dan pelacur di kalangan masyarakat umum. Pilikan artistik dan bahasa visul menjadi penting tatkala hendak menggambarkan sebuah status sosial dan peran sosail dalam masyarakat. Apalagi posisi tersebut sulit untuk dieksploitasi secara umum. Geisha merupakan salah satu bentuk filosofi dari jutaan kebudayaan jepang yang unik dan berkarakter.

Sebenarnya menurut pengertian dari karakter huruf kanjinya, geisha berarti seniman, dimana huruf Gei berarti seni dan huruf Sha berarti pelaku atau orang. Geisha adalah seniwati profesional yang bertugas menghibur tamu yang berkunjung ke tempat dimana ia bekerja. Geisha biasanya bekerja di Ochaya atau

(8)

kedai teh. Menghibur bukan berarti memberikan “hiburan” tapi menunjukkan berbagai kesenian tradisional Jepang dan bercengkerama dengan tamu tersebut.

Geisha muncul untuk pertama kalinya pada sekitar tahun 1600an. Pada masa

tersebut yang bekerja sebagai geisha adalah pria, mereka lebih dikenal sebagai

Hokan atau pelawak, tugas mereka adalah membuat tamu terhibur dengan

lawakan atau tabuhan gendangnya. Lalu pada tahun 1751 muncul geisha wanita untuk pertama kalinya, dia disebut Geiko. Pada tahun 1780 jumlah geisha pria menurun dan sebaliknya jumlah geisha wanita bertambah dan akhirnya pada tanun 1800an, semua geisha adalah wanita.

Ada beberapa analisis tentang sebab-sebab munculnya geisha. Salah satunya adalah karena masyarakat Jepang tidak menerima kehidupan poligami. Sebagai kompensasinya, para laki-laki Jepang memiliki wanita simpanan. Geisha inilah yang dijadikan sebagai wanita simpanan karena memiliki sejumlah kelebihan seperti usianya yang lebih muda daripada isteri di rumah, berparas cantik karena secara otomatis telah melalui seleksi di antara para calon geisha, serta memiliki kemampuan aneka seni yang tidak dimiliki oleh isteri di rumah.

Geisha mengeksklusifkan diri dengan tinggal di lingkungan yang berbeda

dengan lingkungan masyarakat umum. Selain menghibur, geisha juga memiliki banyak andil dalam pegolakan-pergolakan politik di Jepang, hal itu karena sebagian besar perundingan-perundingan politik mengambil tempat di kedai teh dimana geisha bekerja. Mereka banyak mengetahui rahasia-rahasia politik dan ada juga yang turut andil dalam mempengaruhi keputusan seorang politikus pada masa itu. Dikatakan bahwa geisha adalah satu-satunya profesi di Jepang yang menempatkan wanita pada posisi teratas. Profesi ini juga menjadikan wanita

(9)

sebagai sosok yang dihargai dalam masyarakat Jepang yang konon menempatkan wanita selalu di bawah pria.

Film Memoirs Of a Geisha menampilkan sebuah cerita tentang dunia

geisha yang penuh rahasia, dunia dimana penampilan sangatlah penting, dimana

keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, dimana perempuan-perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa, dan dimana cinta dicemooh sebagai ilusi belaka. Kisah Sayuri bermula di desa nelayan miskin pada tahun 1929, ketika ia berusia sembilan tahun ia dijual ke sebuah rumah geisha yang terkenal. Tidak tahan dengan kehidupan dirumah itu, dia mencoba melarikan diri, tindakan itu membuat dia terancam menjadi pelayan seumur hidup. Saat meratapi nasibnya di tepi sungai dia bertemu Mr.Chairman, diluar kebiasaan pria terhormat ini mendekati dan menghiburnya dan saat itu Sayuri bertekad akan menjadi geisha, hanya demi mendapat kesempatan bisa bertemu lagi dengan pri itu suatu hari nanti.

Melalui sayuri kita menyaksikan suka duka wanita yang mempelajari seni

geisha yang berat bahkan bersaing denga sesama geisha memperebutkan pria-pria

dan kekayaan mereka. Namun ketika Perang Dunia II meletus, rumah-rumah

geisha terpaksa ditutup. Sayuri denga sedikit uang dan dengan sedikit lagi

makanan harus mulai lagi dari awal untuk menemukan kebebasan yang langka dengan cara-caranya sendiri. Film ini diperankan oleh bintang-bintang terkenal seperi Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Michelle Yeoh, dan Gong Li.

Dalam film tersebut dapat dilihat bagaimana kehidupan geisha dipresentasikan melalui sebuah film, dan bagaimana film dapat memperkenalkan salah satu budaya Jepang yang unik dan berkarakter kepada orang banyak,

(10)

mengingat peneliti sendiri pertama sekali mengetahui geisha dari film Memoirss of geisha. Dalam film tersebut digambarkan potret kehidupan geisha sebagai produk budaya Jepang yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni diantaranya seperti menari, menyanyi, memainkan musik, bermain teater, memakai kimono, merias wajah dengan makeup tebal dan dandanan rambut yang rumit, menuang sake dengan cara yang anggun dan sesensual bercerita tentang banyak hal dari sastera hingga sejarah, memakaikan jas dan sepatu tamu, dan banyak lagi. Dan sebagai agen seni geisha bukan hanya wanita Jepang yang berkemampuan lebih dalam bidang seni tetapi juga memiliki intelektual dengan aktivitas yang terpola dan terkonsep, hal itulah yang membuat geisha menjadi menarik untuk di jadikan teman berbicara oleh klien-kliennya yang pada umumnya adalah pria yang berpengaruh dan memiliki kekuasaan, mereka bukan saja wanita yang cantik, lembut, memiliki ketrampilan seni atau skill tetapi juga merupakan wanita yang cerdas yang memiliki daya tarik, memiliki etika bergaul, berjalan dan berbicara halus., wanita yang glamour, anggun dan menawan. Seorang geisha sejati juga tidak akan mengotori reputasinya dengan membuat diri bisa disewa laki-laki dengan tarif per malam.

Film itu juga bercerita bahwa menjadi geisha bukanlah hal yang mudah karena harus melalui sekolah khusus atau kejuruan, mendapat pelatihan dari dini dan tinggal diruma geisha selama bertahun-tahun, dan yang menjadi geisha bukanlah orang yang sembarangan tetapi hanya wanita-wanita yang memiliki kecerdasan, paras mempesona dan keterampilan seni. Wanita yang pandai berbicara, menjaga rahasia bahkan menciptakan suasana dramatis hanya dengan menggerakkan kipas atau menggoda seseorang dengan hanya menampilkan

(11)

sedikit belakang lehernya atau sekilas pergelangan tangannya. Dalam film dikatakan bahwa geisha adalah artis dan menjadi geisha adalah menjadi sebuah karya seni yang bergerak dan menciptakan sebuah dunia rahasia tempat dimana yang ada hanyalah keindahan.

Sebenarnya dunia geisha adalah sebuah wilayah yang kompleks dan penuh teka-teki terutama bagi masyarakat luar. Sebagian orang melihat geisha merupakan sisi gelap masyarakat modern Jepang, tetapi masyarakat, negara dan pemerintah Jepang sendiri tidak pernah mempersoalkannya. Geisha yang sulit dilacak secara pasti tahun-tahun kemunculannya, sampai sekarang tetap eksis dengan perlindungan hukum penuh. Dalam banyak hal negara bahkan memanfaatkannya.

Salah satu contoh yaitu yang dialami oleh salah seorang geisha yang bernama Mineko ketika dia diundang menghadiri jamuan makan resmi bersama Ratu Elizabeth di Jepang. Ketika itu ia adalah penari Mai terbaik di Kyoto dan untuk menghormati Ratu Elizabeth, pemerintah Jepang mendudukan ia disebela ratu tetapi kenyataannya Ratu Elizabeth tidak ingin berbicara dengannya bahkan melihatnyapun tidak. Tampaknya Ratu Elizabeth mengiranya adalah pelacur tingkat tinggi (http://wrm-indonesia.org/content/view/228/66/)

Hal itu bisa dipahami karena dalam perilaku dan kejadian tertentu, banyak hal yang menghubungkan geisha dengan dunia pelacuran, melalui film Memoirs

Of a Geisha kita dapat melihat bagaimana rekruitmen geisha tidak terbuka, calon Geisha di peroleh melalui proses perdagangan manusia. Kita dapat melihatnya

saat tokoh utama Sayuri dan kakaknya dijual oleh orangtuanya kepada makelar yang nantinya akan dijual lagi kepada pemilik rumah geisha. Selain itu geisha

(12)

selama masa persiapan, masa sekolah, hingga menjadi seorang geisha tinggal di sebuah gion atau semacam rumah penampungan . di dalam gion itu, ada induk semang yang disebut ibu, yang berkuasa penuh atas gion seisinya, termasuk para

geisha, geisha magang, dan para pembantunya. Ibu inilah yang mengurus segala

keperluan geisha termasuk mengatur pemasukan dan pengeluaran . Semua biaya hidup dan pendidikan geisha, bahkan mungkin pelanggaran-pelanggaran yang bisa dinilai dengan uang ditanggung oleh ibu, tetapi itu semua dihitung sebagai hutang. Bila nanti geisha sudah mengahsilkan uang, mula-mula digunakan untuk mengembalikan hutang yang dimiliki oleh seorang geisha kepada ibu tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki/geisha).

Kemudian dalam dunia geisha dikenal sebuah peristiwa yang disebut sebagai mizuage, yaitu peristiwa “memerawani”. Ini dilakukan oleh seorang

geisha magang yang dianggap sudah layak menjadi geisha sesungguhnya. Orang

yang berhak melakukan mizuage adalah siapa yang berani membayar harga paling tinggi. Dalam film ini kita dapat melihat bagaimana keperawanan Sayuri dilelang seharga 15.000 yen, harga mizuage termahal yang pernah ada saat itu. Tetapi setelah mizuage antara geisha dan pembayar tertinggi tidak ada ikatan apapun, dan sebelum peristiwa mizuage diadakan upacara terlebih dahulu. Kemudian seorang geisha dalam menekuni pekerjaan sehari-hari memang sebatas memberikan pelayanan jasa hiburan melalui keterampilan yang ia miliki. Sedangkan dalam konteks sex seorang geisha akan dianggap sukses jika memiliki seorang danna, yaitu lelaki yang memberi perlindungan baik secara mental maupun materil. Seorang geisha akan dianggap gagal bila ia tidak memiliki seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan membiayai

(13)

pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai gantinya si geisha akan memberi pelayanan seksual. Dan pelayanan itu hanya untuk satu pria yaitu dannanya.

Keunikan budaya Jepang yang dilihat dari profesi geisha ternyata memperoleh tanggapan yang berbeda-beda bagi orang Indonesia yang diperepsikan dalam bentuk persepsi. Ada persepsi negative yang mengatakan bahwa profesi geisha berhubungan dengan praktek prostitusi, suatu profesi yang hina, dan memandang geisha sebagai pelacur kelas atas, esensinya sama halnya dengan beberapa artis Indonesia yang menjual dirinya kepada orang-orang kaya dan berpengaruh, dunia yang penuh dengan persaingan diantara sesama geisha yang penuh dengan intrik-intrik untuk mengambil hati kliennya dan beberapa menganggapnya sebagai seorang pelacur politik. Tetapi ada juga persepsi positif yang mengatakan geisha adalah seniman, wanita yang elegan, cerdas, pintar, berwawasan, lembut, ramah, tahu cara menyenangkan hati pria, bukanlah pelacur tetaapi artis yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni, yang mampu menghibur banyak pria, wanita yang menjaga kelestarian budaya dalam bidang fashion maupun seni (http://www.indoforum.org/archive/indexphp). Dan memandang geisha adalah korban yang dieksploitasi oleh okiya (pihak rumah

geisha) hal itu dilihat dari adanya hak okiya untuk melelang kegadisan geishanya.

Hal yang ironis adalah geisha bukan untuk merasakan, bukan untuk mencintai dan memilih, karena geisha adalah seni maha agung yang hidup dalam dunia yang terapung, yang selamanya akan menjadi setengah isteri dan tidak dapat memiliki cinta seutuhnya, dan pada akhirnya geisha menjadi bagian penting dalam kehidupan borjuis Jepang kala itu, dan perannya tidak dapat dianggap sebelah

(14)

mata. Aura sensualitas menjadikannya pemikat, menjadikannya sebagai bagian dari kultur dan khasanah serta tradisi Jepang, dan menjadi sumber pesona di negara asalnya.

Oleh sebab itu disinilah pentingnya komunikasi antar budaya mengingat saat ini dunia sedang menyusut, proses ini sering disebut globalisasi sehingga kapasitas untuk memehami keanekaragaman budaya sangat diperlukan, dimana esensinya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap individu atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. Seperti halnya profesi geisha yang berasal dari Jepang jika dikaitkan dengan budaya Indonesia jelas sangat bertentangan. Dari segi agama, semua agama di Indonesia sangat menentang jika seorang wanita “berhubungan” dengan pria yang bukan suaminya walaupun ia hanya berhubungan dengan satu pria saja, di samping itu kita juga akan menilai sangat tidak bermoral jika wanita dijadikan komoditi untuk melakukan lobi politik walaupun di Indonesia sendiri dalam praktiknya banyak menggunakan wanita sebagai lobi politik. Masalah sosial lainnya yang dapat kita lihat dalam film tersebut yaitu traffickking atau penjualan manusia, undang-undang di Indonesia sangat jelas menghukum tindak pidana orang-orang yang melakukan penjualan manusia dan ironisnya dalam film tersebut yang melakukan penjualan adalah orangtuanya sendiri dengan alasan ekonomi.

Berdasarkan pemaparan diatas tidak heran jika oleh peneliti budaya jepang khususnya profesi geisha yang dapat kita lihat dalam film memoirs of a geisha dianggap fenomenal dan unik serta menarik untuk diteliti, disamping adanya kontroversi di luar Negara Jepang seperti di Indonesia yang melahirkan

(15)

perbedaan persepsi dalam memandang profesi tersebut. Kontroversi lain yang timbul yaitu munculnya keberatan tentang diangkatnya kisah para artis-penghibur tradisional Jepang dalam layar lebar oleh para mantan pelakunya, hal lain yang membuat profesi geisha dalam film memoirs of geisha menarik untuk di teliti yaitu film ini disatu sisi hendak mengetengahkan bahwa sesungguhnya geisha sangat berbeda dengan prostitusi tetapi disisi lain ditampilkan sisi sesungguhnya dunia prostitusi itu. Film memoirs of a geisha adalah film yang meraih enam nominasi academy award yang diadaptasi dari novel yang sangat sukses hasil karya Arthur Golden, yang telah menjual lebih dari empat juta kopi di Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa (http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of

_a_ Geisha).

Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui mengetahui bagaimana persepsi yang terbentuk di kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap profesi Geisha dalam film Memoirs Of a Geisha?”

(16)

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang hanya berisi uraian situasi

atau peristiwa penelitian dan tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi.

2. Responden adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara Program S1 di enam fakultas yang ditentukan dengan cara random sampling yaitu Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra dan Hukum yang telah menonton film Memoirs Of a Geisha

3. Penelitian ini hanya ditujukan untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film Memoirs

Of a Geisha.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha

2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.

(17)

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU

2. Secara akademis, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, Khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1997: 40).

Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006 : 45).

(18)

I.6.1 Komunikasi Massa

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dilemukaka oleh Bittner (dalam Ardianto,2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan uang dikomunikasikan melaui media massa pada sejumlah besar orang”. Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu Gerbner (dalam Ardianto,2004:4),”komunikasi massa ialah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Ahli komunikasi massa lainnya, Joseph A Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Komunkasi massa ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton, tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar diidefinisikan (Ardianto,2004:6)

Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa menjadi, “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto,2004:7)

Menurut Dominick (Ardianto 2004:15) fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance(pengawasan), interpretation (penafsiran),

linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment

(19)

Berikut ini adalah perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yaitu (Rakhmat, 1993:219).

1. Efek kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang dketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.

2. Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.

3. Efek konatif (behavioral), yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku. I.6.2 Media Massa

Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas (http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa)

Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya dapat dikelompokkan atas:

1. Media cetak (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur dan sebagainya

2. Media Elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain. Media massa mempunyai karakter tertentu, yang tidak bisa disamai oleh media massa yang lain. Media cetak, mampu memuat peristiwa secara lengkap sampai kepada detil-detilnya, dan bisa disimpan dan dibaca ulang. Namun sifat komunikasinya masih tertunda (delay). Radio bisa menyiarkan berita secara cepat dan langsung, namun sifat beritanya hanya sekilas, dan seringkali tidak mampu diingat secara baik oleh audiens. Radio juga hanya bersifat audio. Namun radio

(20)

mampu menghadirkan efek ‘theatre of mind’, yaitu audiens mampu berimajinasi lebih jauh tentang apa yang mereka dengarkan. Foto mampu menghadirkan gambar peristiwa secara komprehensif, tanpa ditambah dan dikurangi. Foto mampu melengkapi berita, dan menambah legitimasinya. Televisi mampu menjawab kekurangan radio, kesan audio visual mampu dihadirkan, namun informasi yang dihasilkan juga masih bersifat sekilas, tidak mendalam. Film tidak bisa menjawab kebutuhan berita, namun film mampu merekam kejadian secara audio visual dan bisa diputar berulang-ulang. Film juga bisa dipakai sebagai sarana penyampaian pesan secara fiktif, melalui pengaturan skenario dan penyutradaraan.

I. 6. 3 Film

Film adalah gambar yang bergerak (moving picture). Menurut Effendy film diartikan sebagai hasil budaya dan sebagai alat ekspresi kesenian. Film sebagai media komunikasi massa yang merupakan hasil dari berbagai teknologi rekaman suara, kesenian, baik seni rupa, teater, sasra dan arsitektur serta musik.

Dalam kaitannya dengan kemampuan film untuk tumbuh dan berkembang sangat bergantung kepada kondisi bagaimana unsur-unsur cangkokan teknologi dan unsur seni dapat dipadukan sehingga pada akhirnya menghasilkan film yang berkualitas.

Dalam perspektif komunikasi Massa, film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi, yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Perspektif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi, disamping itu dengan dengan meletakkan film dalam konteks sosial, politik, dan budaya dimana proses komunikasi itu berlangsung, sama

(21)

artinya dengan memahami preferensi penonton yang pada gilirannya menciptakan citra penonton film (Irawanto 1999:11). Film atau motion pictures ditemukan dari hail pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. (Ardianto 2004: 135).

Menurut Effendi (2003:210) jenis-jenis film berdasarkan sifatnya adalah: 1. film cerita (story film)

2. film berita (newsreel)

3. film documenter (documentary film) 4. film kartun (cartoon film)

Film yang dipertunjukkan di gedung bioskop adalah film teatrikal yang mempunyai persamaan dengan televisi dalam hal sifatnya yang audio visual, hanya saja dibedakan pada mekanik dan non elektronik dalam proses komunikasinya dan dalam fungsinya rekreatif, edukatif, persuasif (non

informatif).

I.6.4 Komunikasi Antar Budaya

Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tidak apat dielakkan dari pengetian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi antarbudaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut (Liliweri,2004:9):

1. komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya

2. komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya

(22)

3. komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaika secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakuka oleh dua orang yang berbeda latar balakang budayanya.

4. komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan lain.

5. komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan oleh orang yang berbeda latar belakang budayanya.

6. komunikasi atarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepad orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan mengahasilkan efek tertentu.

7. komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan. Komunikasi antar budaya memiliki dua saluran yaitu antar pribadi dan media massa (Radio, surat kabar, TV, Film, Majalah), saluranan komunikasi mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya (Lubis, 2002:5).

(23)

I.6.5 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Respon, ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologidan komunikasi adalahsama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.

Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organisme), efek (respon). Model S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Model S-O-R Organism : - perhatian -pengertian -penerimaan stimulus Response : Perubahan sikap Sumber: Effendy,2003:255

Proses diatas mengambarkan perubahan sikap dan bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau dapat ditolak, maka pada proses selanjutnay terhenti. Ini berarti stimulus tersbut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak ada perhatian (attention) dari organisme, jika stimulus diterima oleh organisme berarti adanya komunikasi dan perhatian dari organisme, dalam hal ini stimulus

(24)

efektif dan ada reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya adalah organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan dalam mengubah sikap. Dalam perubahan sikap ini dapat dilihat bahwa sikap dapat berubah hanya jika rangsangan yang diberikan melebihi rangsanga semula. Perubahan berarti bahwa stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme, dan akhirnya secara efektif dapat merubah sikap.

Hovland (dalam Effendy,2003:255) beranggapan bahwa perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.

I.6.6 Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa latin perception dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu , menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya

(25)

melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. (Rakhmat 2005:51).

Sementara menurut Brian Fellows persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisa informasi. Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, atau indra pendengar), atensi, dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang di kirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks karena manusia bersifat dianmis. Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko(Mulyana 2005:168).

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi juga bisa diartikan sebagai proses. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi. Kita biasanya menganggap bahwa kita bisa melihat hal-hal yang benar-benar faktual atau nyata didunia sekitar kita. Kita mengira bahwa benda-benda yang kita lihat atau persepsi adlah hal-hal yang nyata, sedangkan hal-hal lain seperti ide dan etori merupakan sesuatu yang kurang nyata, bagi setiap orang apa yang dipersepsikan adalah kenyataan (Matsumono, 2004:59)

(26)

Persepsi itu bersifat kompleks dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita dan apa yang terjadi diluar dapat sangat berbeda denga apa yang mencapai otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting dalam memahami komunikasi. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dala proses ini. Tahapan-tahapan ini tidak saling terpisah, dalam kenyataan ketiganya bersifat kontiniu, bercampur baur, dan bertumpang tindih satu sama lain (lihat gambar),

Gambar 2 Proses persepsi Terjadinya Stimulasi alat indra Stimulus alat indra diatur Stimulus alat indra dievaluasi-ditafsirkan Sumber: Sobur,2003:449

1. Terjadinya stimulasi alat indra

Pada tahap pertama, alat-alat indra distimulasi (dirangsang), kita mendengar suara musik, kita melihat orang yang telah lama tidak kita jumpai, kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Meskipun memiliki kemampuan pengindraan untuk merasaka stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.sebagai contoh bila kita melamun di kelas, anda tidak mendengar apa yang dikatakan dosen sampai dia memanggil nama anda, barulah. anda sadar. Anda tahu bahwa anda mendengar nama anda disebut-sebut tetapi anda tidak tahu apa penyebabnya.

2. Stimulasi terhadap alat indar diatur

Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagi prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas atau

(27)

bersama-sama atau sebagai satu kesatuan (unity). Kita mempersepsikan orang yang sering bersama-sama sebagai satu unity (sebagai satu pasangan). Prinsip lain adalah kelengkapan (closure), kita memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataan lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap, sebagai contoh kita mempersepsikan gambar potongan lingkaran sebagai lingkaran penuh meskipun sebagian dari lingkaran itu tidak ada. Atau kita akan mempersepsikan serangkaian titik atau garis putus yang ditata dalam pola melingkar sebagai lingkaran.

3. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi

Langkah ketiga dari proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kedua istilah penafsiran-evaluasi digabungkan untuk menegaskan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektifyang melibatkan evaluasi di pihak pertama. Penafsiran masa lalu tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita (Sobur,2003:449).

I.7 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasia dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai

(28)

abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Kriyantono,2006:17).

Agar konsep tersebut dapat diteliti, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha

Profesi geisha merupaka sebuah produk budaya bangsa Jepang yaitu seniman yang memiliki banyak keahlian, keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, perempuan-perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa.

2. Persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Mahasiswa adalah kaum intelektual dan merupakan unsur yang paling sadar dalam masyarakat.

(29)

I.8 Model Teoritis

Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3

Model Teoritis komponen

profesi geisha dalam film

Memoirs Of A Ghesia

komponen Persepsi Mahasiswa

Karakteristik Responden

I.9 Operasional variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, indikator-indikator yang akan diteliti yaitu:

(30)

Tabel 1 Variabel Operasional

Komponen Indikator Profesi geisha dalam film Memoirs Of

a Geisha

1. Status geisha 2. Tugas geisha

3. Tanggung jawab geisha 4. Peranan geisha

5. Ritual geisha

Persepsi Mahasiswa 1. Pengenalan

2. Penalaran 3. Perasaan 4. Tanggapan Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin

2. Fakultas 3. Angkatan

4. Suku 5. Agama

I.10 Defenisi Operasional

Defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun 1995 : 46).

Defenisi variabel operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : 1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha

Indikatornya:

a. Status geisha yaitu keadaan atau kedudukan geisha dalam hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya, jenis status di sini adalah status sosial dan status ekonomi.

(31)

b. Tugas geisha yaitu kewajiban yang harus diselesaikan oleh geisha atau hal-hal apa saja yang menjadi pekerjaan seorang geisha. c. Tanggung jawab geisha yaitu tanggung jawab dalam menjalankan

tugasnya, tanggungjawab kepada dannanya, kliennya, dan rumah

geisha

d. Peranan geisha yaitu tingkat yang diharapkan dimiliki oleh geisha dalam kedudukannya di masyarakat.

e. Ritual geisha yaitu ritual yang dilakukan dalam kehidupan seorang

geisha antara lain mizuage (keperawanan geisha magang dilelang),

san san kudo (ritual saat seorang geisha memperoleh dannanya). 2. Persepsi mahasiswa

Indikatornya :

a. Pengenalan yaitu adanya pengenalan terhadap rangsangan yaitu profesi geisha dalam film memoirs of a geisha, yang diawali dengan perhatian

b. Penalaran yaitu proses sewaktu rangsangan dihubungkan yang rangsangan lainnya, sehingga menimbulkan pemahaman responden terhadap isi film yang menjabarkan kehidupan seorang geisha

c. Perasaan, yaitu kondisi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan, baik sendiri maupun bersama-sama, dengan rangsangan lain berupa suka atau tidak suka

d. Tanggapan yaitu tindakan tersembunyi berupa persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha

(32)

3. Karakteristik Responden Indikatornya:

a. Jenis Kelamin yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan

b Fakultas yaitu dari fakultas mana responden berasal c. Stambuk yaitu tahun responden menjadi mahasiswa d. Suku yaitu suku dari responden

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Komunikasi Massa

Defenisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang disitir komala, dalam Karlinah,dkk.1999), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is maessage comminicated through a

mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui

bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (Ardianto, 2004:3) Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya Communicology : An

Introduction to the Study of Communication, mengatakan bahwa defenisi

komunikasi massa adalah sebagai berikut : Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemencar yang audio dan visual. Komunikai massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya, televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita (Effendy,1993 : 21).

Selanjutnya, Maletzke (1963, dalam Rakhmat,1993:188) mengartikan komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan

(34)

pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.

II.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004: 7-13)

1. Komunikator Terlembaga

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut Wright komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. Apabila pesan itu disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut : komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak pesan dibuat settingnya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh layout man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk ke mesin cetak. Tahap terakhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya.

Apabila media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah

(35)

acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar.

2. Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. Misalnya, berita pemilihan Lurah di Kelurahan Sukapada Kotamadya Bandung, dapat dianggap memenuhi kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat kotamadya Bandung, apalagi jawa Barat.

3. Komunikan Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersonal. Komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya.

Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tuatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat

(36)

dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latarbelakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

4. Pesan Serempak

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainya adalah, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relativ banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Keserempakan media massa itu ialah keserampakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah, contohnya acara televisi yang ditayangkan oleh station tv setiap harinya, ditonton oleh jutaan pemirsa. Mereka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara-acara di televisi.

5. Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa yang penting adalah isi.

Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu. Dalam komunukasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan ditentukan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Bersifat Satu Arah

Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka

(37)

komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpesonal. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

Apabila kita sedang menonton berita di televisi kemudian ada beberapa bagian yang tidak dapat kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima.

7. Stimulasi Alat Indra yang Terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. Sedangkan komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa.

8. Umpa Balik Tertunda (Delayed)

Umpan balik atau feedback merupakan factor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.

Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersonal, contohnya kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Umpan balik ini bersifat

(38)

langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediatefeedback).

II.2.2 Komponen Komunikasi Massa

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Walaupun kaomunikasi massa dalam prosesnya bersifat satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004 : 36-42):

a. Komunikator

Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara massal dan didistribusikan kepada massa.

b. Pesan

Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya.

c. Media

Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instananeous).

(39)

d. Khalayak

Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak.

e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan di filter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya.

f. Gatekeeper (Penjaga Gawang)

Dalam proses perjalanannya sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeeper ikut terlibat di dalamnya. Gatekeeper dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima.

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Dominick menyebutkan bahwa “fungsi komunikasi massa meliputi fungsi

survellance, interpretation, linkage, transmission of values, dan entertainment”.

(40)

1. Surveillance (pengawasan)

Fungsi pengawasan dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. Fungsi warning of beware surveillance (pengawasan peringatan) yaitu terjadi ketika media menginformasikan tentang ancaman bencana alam, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi, ancaman militer, dan lain-lain.

b. Fungsi instrumental surveillance (pengawsan instrumental) yaitu

penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berita acara film bioskop, berita mengenai harga produk, mode, dan lain-lain.

2. Interpretation (penafsiran)

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, media massa mengumpulkan data danfakta dan selanjutnya memberikan penafsiran atas peristiwa-peristiwa penting.Tujuan penafsiran adalah mengajak pembaca dan pendengar maupun penonton untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut pada komunikasi antar personal dan kelompok.

3. Linkage (pertalian)

Fungsi ini dapat dilihat dari peranan media massa dalam menyatukan Masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian)berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi sosialisasi, di mana mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Dalam hal ini media mewakili gambaran masyarakat yang ditonton, didengar, dan dibaca sehingga

(41)

media massa akan memperlihatkan bagaimana masyarakat tersebut bertindak, berperilaku, dan berharapan.

5. Entertainment (hiburan)

Melalui berbagai macam sajian dari media massa, khalayak akan mendapatkan Hiburan yang dikehendakinya dan berita-berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

II.2 Media Massa

II.2.1 Pengertian Media Massa

Media massa berasal dari istilah bahasa inggris. Media massa merupakan Singkatan dari mass media of communication atau media of mass communication. Media massa adalah “komunikasi dengan menggunakan sarana atau peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan area yang seluas-luasnya”. “Komunikasi massa tak akan lepas dari massa, karena dalam komunikasi massa, penyampaian pesannya adalah melalui media”(McQuail 2005:3) menyatakan bahwa media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Bukan hanya itu, media juga dapat menjadi sumber dominan yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial baik secara individu maupun kolektif, dimana media menyajikan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. Selanjutnya, media massa memiliki beberapa karakteristik sebagaimana diungkapkan oleh Cangara sebagai berikut (Cangara, 2003:134):

(42)

1. Bersifat melembaga: pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah: komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan

terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Kalau misalnya terjadi reaksi atau umpan balik maka biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak: dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena

memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis: seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka: pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Beberapa bentuk media massa meliputi alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,radio, dan televisi.

Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah, dan lain-lain) dan media non cetak atau elektronik (radio, TV, internet, film). Media elektronik (film, radio, dan televisi ) sendiri memiliki sejarah yang sangat berbeda dari media cetak. Sebagai produk revolusi industri dan teknologi, media elektronik muncul ketika alam demokrasi di AS sudah berkembang secara penuh an urbanisasisudah berlangsung lama, lengkap dengan berbagai persoalan yang dibawanya. Karena itu media elektronik sejak awal sudah bersifat demokratis, dan sejak awal juga khalayaknya adalah masyarakat luas secara keseluruhan, bukan kalangan tertentu saja. Dahulu tidak seperti media cetak, media elektronik menuntut khalayaknya memberikan perhatian secara penuh karena apa yang disiarkannya tidak akan

(43)

diulang. Kita bisa membaca tentang plato sekarang, lalu meneruskannya sepuluh tahun kemudian. Kita tidak apat menikmati siaran radio dan televisi seperti itu, namun teknologi audio dan vidio kemudian mengubahnya, karena kita bia merekam secara tertentu untuk kita nikmati pada saat kapan saja diluar pada saat acara itu disiarkan.

Teknologi sifat dasar elektronik, dan kebutuhan akan dukungan yang besar mengharuskan film, radio dan televisi memiliki khalayak luas atau massal. Program acara radio atau film pendekpun memerlukan biaya yang besar dan menuntut bermacam keahlian mulai dari penulis naskah,produser, sutradara, pemain, insinyur dan teknisi yang menangani berbagai peralatan. Untuk menutup semua biaya itu diperlukan khalayak yang besar (Rivers dkk, 2003:59).

II.3.2 Fugsi Media Massa

Fungsi dari media massa adalah (Mc.Quail. 1994:70): 1. Informasi

Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia Menunjukkan, hubungan kekuasaan, Memudahkan inovasi adaptasi dan kemajuan.

2. Korelasi

Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi, menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan, melakukan sosialisasi, mengkoordinasikan ngbeberapa kegiatan, membentuk kesepakatan, menentukan urutan prioritas dan memberikan status relaif.

(44)

3. Kesinambungan

Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.

4. Hiburan

Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi, meredakan ketegangan sosial.

5. Mobilisasi

Mengkampenyakan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan, ekonomi, pekerjaan dan agama.

II.3 Film

II.3.1 Sejarah Film

Film art adalah seni rupa media paling lengkap, aliran seni yang selama

berpuluh-puluh tahun diacuhkan oleh ilmu kesenian dan bahkan sulit bagi para pakar untuk membuat batasannya ini mampu mengkonseptualisasikan berbagai macam bentuk seni; tari, teather, drama, musik, gerak, menjadi satu bentuk paling maju. Dalam menyampaikan pesan, film adalah media paling komunikatif, walau karena teknologinya masih dikuasi oleh segelintir tuan-tuan modal maka tentu saja mahal.

Perkembangan video art adalah solusi logis yang lahir dari pensiasatan mahalnya teknologi film yang mendesak film art, sekaligus menunjukkan bagaimana inovasi teknologi bisa mendorong munculnya aliran seni baru, atau, betapa besarnya andil pekerja seni terhadap perkembangan teknologi. Pekerja seni tertarik pada media baru sebagai alat yang kapasitas dan batasannya ingin mereka

(45)

coba sendiri. Keuntungan video terletak pada faktor ketersediaan dan reproduksinya yang irit. Format film termahal, yakni format 35-mm, tidak bisa dibeli oleh pembuat film eksperimental dari kalangan klas miskin (underground) dan karena itu hanya dikuasai perusahaan-perusahaan produksi film besar. Setelah perang dunia ke-II pembuat film eksperimental terutama kali membuat film dengan format 16mm.

Pada tahun 1965 Kodak mengembangkan format amatir super-8. Meskipun di tahun 70-an dan 80-an terjadi booming gerakan super-8, film video yang secara kualitatif termasuk media kelas rendahan masih tetap bertahan. Aspek yang menarik menyangkut berbagai jenis seni rupa media ini adalah, bahwa sebagian besar teknologi yang digunakan awalnya berasal dari perkembangan militer. Video misalnya, dikembangkan untuk pengawasan penerbangan, komputer untuk membaca sandi/kode pihak musuh dan untuk mengevaluasi secara lebih cepat data-data radar, dan internet untuk memperbaiki kemungkinan-kemungkinan komunikasi militer.

Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinip-prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada public Amerika Serikat adalah The Life of an American fireman dan film The

Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S Porter pada tahun 1903. tetapi

film The Great Train Robbery yang masa putarnya hanya sebelas menit dianggap film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta peletak dasar teknik editing yang baik.

Tahun 1906 sampai 1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerik Serikat, karena pada decade ini lahir film Feature, lahir pula

(46)

bintang film dan pusat perfilman yang kita kenal dengan Holllywood. Periode ini juga disbut dengan The age of Griffith karena David Wark Griffith-lah yang telah membuat film sebagai media yang dinamis. Diawali dengan film The Adventures

of Dolly (1908) dan puncaknya film The Birth of a Nation (1915) serta film Intolarance (1916). Griffith mempelopori gaya beraktig yang lebih alamiah,

organisasi cerit yang makin baik, dan yang paling utama mengangkat film menjadi media yang memiliki karakteristik unik, dengan gerakan-gerakan kamera yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik, dan teknik editing yag baik. Pada periode ini pula perlu di catat nama Mack Sennett dan Keystone Company-nya yang telah membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris Charlie Chaplin.

Apabila film permulaannya adalah film bisu, maka pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara pertama meskipun belum sempurna (Ardianto, 2004:134).

Industri film adalah industri binis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang sering kali, demi uang keluar dari kaidah artistik film itu sendiri(Ardianto, 2004:134 ) .

(47)

II.3.2 Jenis-jenis Film

Film dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun (Effendy, 2003:210)

1. Film Cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi artistinya.

2. Film berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-beanr terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita. Kriteria berita itu adalah penting dan menarik

3. Film dokumenter

Film dokumenter didefenisikan oleh Robert Flaherty sebagai ”karya ciptaan mengenai kenyataan(creative treatment of actuality) berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter adalah hasil interpretasi pribadi (pembuatnya mengenai kenyataan tersebut).

4. Film kartun

Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan dapat dipastikan kita semua mengenal tokoh Donald bebek (Donald duck), Putri Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika

(48)

Serikat Walt Disney. Sebagian film kartun, sepanjag film in diputarkan akan membuat kita tertawa karena kelucuan dari tokoh-tokohnya.

II.4.3 Fungsi film

Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif, maupun edukatif bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat dicapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter atau film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang (http://kuliahkomunikasi.com/?p=23)

II.5 Komunikasi Antar Budaya

Pada dasarnya kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat itu sangat unik. Bahasa, cara makan, cara berpakaian, cara bersopan santun, standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari komunitas lain. Perbedaan itu memang tampak kontradiksi, namun kenyataan sejarah menunjukkan adanya sharing of culture yang dapat saling menerima dan mengerti perbedaan itu (Purwasito, 2003:224)

Budaya setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, unik dan lokal. Setiap budaya mempunyai simbol yang berbeda-beda. Pandangan dunia memuat nilai-nilai dan norma dasar yang berkembang diantara komunitas masyarakat. Orang-orang asing selalu dianggap sebagai out-group, dipandang sebagai komunitas yang akan mengancam eksistensi in-group, ditandai dengan berbagai betuk superioritas budaya yang ditampilkan. Mereka memproduksi stereotipe dengan

(49)

mengembangkan suatu penilaian umum terhadap budaya lain secara sepihak, yaitu berdasarkan pandangan umum yang biasanya negatif. Stereotipe yang diproduksi itu biasanya sulit berubah meskipun perubahan nilai dan norma berubah. Dalam kenyataan streotipe sebagai cap negatif menempel terus sebagai refrensi individu. Meskipun realitas sesungguhnya cap negatif tersebut hanay sebagai upaya perlindungan terhadap budaya sendiri sehingga stereotipe tidak benar-benar ada atau sungguh-sungguh terjadi demikian nyata dalam masyarakat.

Nilai dan norma dasar dari suatu budaya juga melahirkan sikap egoisme dan superioritas kultural yang disebut etnosentrisme, yakni suatu penilaian budaya orang lain berdasarkan ukuran budaya sendiri. Penilaian tersebut dilakukan dengan cara memberi nilai yang baik pada budaya sendiri dan menilai budaya orang lain selalu lebih rendah sedangkan budayanya sendiri dianggap lebih tinggi, lebih baik dan lebih unggul. Hal ini membawa konsekuensi dan pengaruh yang luas dalam tindak komunikasi.

Komunikasi antar budaya lebih cenderung dikenal sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian, di mana masalah-masalah kecil dalam Komunikasi sering diperumit oleh adanya perbedaan-perbedaan persepsi dalam memandang masalah itu sendiri. Dalam hal ini Komunikasi antar budaya diharapkan berperan memperbanyak dan memperdalam persamaan dalam persepsi dan pengalaman seseorang. Namun demikian karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman – pengalaman yang berbeda sehingga membawa kita kepada persepsi yang berbeda-beda atas dunia eksternal kita. komunikasi dan budaya yang mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari

(50)

perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan Edward T.Hall(dalam Lubis,2006:2),bahwa ‘komunikasi adalah budaya’ dan ‘budaya adalah komunikasi’. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian–pengertian operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan komunikasi antar budaya.

Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan:

1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup Kawasan – kawasan di dunia (budaya timur/barat), Sub kawasan-kawasan di dunia (budaya Amerika Utara/Asia), Nasional/Negara (budaya Indonesia/Perancis/Jepang) , Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara (budaya orang Amerika Hutam, budayaAmerika Asia, budya Cina Indonesia), Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).

Gambar

Gambar 1  Model S-O-R  Organism :  - perhatian  -pengertian  -penerimaan stimulus  Response :  Perubahan sikap  Sumber: Effendy,2003:255
Gambar 2  Proses persepsi  Terjadinya  Stimulasi  alat indra Stimulus  alat indra  diatur Stimulus alat  indra dievaluasi-ditafsirkan Sumber: Sobur,2003:449
Gambar 3  Model Teoritis  komponen
Tabel 1  Variabel Operasional
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini akan menjelaskan tentang data pengamatan sistem transmisi data dari perangkat pemilihan suara, pengamatan hasil tampilan pada komputer, serta jarak maksimum

Berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor : 58.10/POKJA II-ULP/2015 Tanggal 14 September 2015 tentang Penetapan Pemenang untuk pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Bangunan

 Saling tukar informasi tentang : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan jaring-jaring balok dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “ Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Hypervideo Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Adapun judul dari Usulan Penelitian ini adalah “ KAJIAN PRODUKSI KOPI ROBUSTA (Coffea robusta Lindl.) PADA BEBERAPA KETINGGIAN KETINGGIAN , KEMIRINGAN LERENG DAN JENIS

Perbedaan Prosedur Pengembangan Desain Kurikulum Pada Pembelajaran Akselerasi dan Pembelajaran Reguler .... Perbedaan Penetapan Tujuan Kurikulum pada

formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. Adapun Kabupaten dengan cakupan paling rendah adalah: (1) Nagan

NILAI KARYA ILMIAH DOSEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR A. Identitas Dosen Peng usul.. 1. Identitas Artikel