• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Budi Prasetiyo adalah Guru Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong Kabupaten Pasir

57

Dengan Strategi Pikir Plus

Budi Prasetiyo

Abstract: This research is based on the low competence of 2nd grade students of SMP Negeri 3 Pasir

Belengkong on writing poem. This matter is caused by uneffective learning. The uneffective learning is predictably because of the inaccurate choice of write poem learning. Pikir Plus Strategy can be used to increase writing poem learning because this strategy gives advantage on students to find and start the activity of writing poem. Result of the research is done by showing increment of writing poem learning. The increment then increase students competency on writing poem, seen from every aspect and from the whole piece of poem made by students.

Key words: learning increment, writing poem, pikir plus

Menulis kreatif puisi merupakan salah satu keterampilan bidang apresiasi sastra yang harus di-kuasai oleh siswa SMP. Di dalam kurikulum baha-sa Indonesia, materi menulis kreatif puisi terdapat pada pembelajaran yang diajarkan di kelas VIII, yakni menuliskan pengalaman pribadi yang paling menarik dalam bentuk puisi atau cerita pendek. Akan tetapi, pada kenyataannya pembelajaran me-nulis puisi di sekolah masih banyak kendala dan cenderung untuk dihindari.

Pembelajaran menulis puisi di SMP dilaku-kan dengan tujuan untuk meningkatdilaku-kan kemampu-an siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Hal itu berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasa-an, penalarperasa-an, dan daya khayal, serta kepekaan ter-hadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Seperti yang diungkapkan Pradopo (1987) bahwa puisi adalah ekspresi kreatif, yaitu ekspresi dari ak-tivitas jiwa yang memusatkan kesan-kesan (kon-densasi). Kesan-kesan dapat diperoleh melalui pe-ngalaman dan lingkungan. Oleh karena itu, angga-pan bahwa menulis puisi sebagai aktivitas yang su-lit sudah seharusnya dihilangkan, khususnya siswa SMP, karena mereka merupakan siswa yang rata-rata berusia 13-14 tahun. Anak pada usia tersebut

sudah dapat berpikir refleksif dan menyatakan ope-rasi mentalnya dengan simbol-simbol (Piaget da-lam Dahar, 1988). Artinya, mereka bisa mengung-kapkan pikiran dan perasaan yang ada pada dirinya dalam bentuk puisi. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang be-lum mampu melaksanakan kegiatan tersebut secara optimal.

Dari hasil refleksi awal di kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi ma-sih rendah. Siswa mengalami kesulitan menuang-kan pikiran dan perasaannya dalam bentuk puisi. Kesulitan yang dihadapi siswa itu ditandai dengan beberapa hal seperti siswa kesulitan menemukan ide, menemukan kata pertama dalam puisinya, me-ngembangkan ide menjadi puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan menulis puisi karena ti-dak terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran, dan imajinasinya ke dalam puisi.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi tersebut disebabkan kurang efektifnya pem-belajaran yang diciptakan guru. Ketidakefektifan i-tu disebabkan oleh kurang tepatnya strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Strategi yang

(2)

dipakai guru tidak dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar secara lelu-asa dapat mengekspresikan perlelu-asaannya. Pembela-jaran menulis kreatif puisi cenderung bersifat teori-tis informatif, bukan apresiatif produktif. Belajar yang diciptakan guru di dalam kelas hanya sebatas memberikan informasi pengetahuan tentang sastra sehingga kemampuan mengapresiasi dan kemam-puan mencipta kurang mendapat perhatian. Yang terjadi adalah proses transfer pengetahuan tentang sastra dari guru kepada siswa. Siswa kurang men-dapat kesempatan untuk melakukan konstruksi pe-ngetahuan dan melakukan pengembangan pengeta-huan itu menjadi sebuah produk pengetapengeta-huan baru. Apalagi, di dalam belajar hanya ada satu sumber belajar yang dari tahun ke tahun dianggap sakti

mandraguna, yaitu buku pelajaran.

Kondisi demikian, hampir dihadapi oleh guru yang mengajarkan sastra. Namun demikian, hal itu bukannya tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pembelajaran menulis kreatif puisi tidak dapat dilakukan dengan baik. Pertama, tidak semua guru bahasa memiliki kegemaran terhadap materi menulis kreatif puisi. Hal ini membuat moti-vasi guru dalam mengajarkan materi menulis krea-tif puisi tidak muncul sehingga ada perasaan kera-gu-raguan dalam mengajarkannya. Kedua, meng-ajarkan menulis puisi bukan hanya berkaitan de-ngan kemampuan menggunakan bahasa, tetapi juga berhubungan dengan penggalian perasaan, norma, dan nilai-nilai estetika dalam bentuk media bahasa. Ketiga, sikap berpikir inovatif dan kreatif yang be-lum tumbuh pada guru sebagai upaya untuk ngembangkan diri. Akibatnya, proses belajar me-ngajar menulis kreatif puisi yang diciptakan mono-ton dan menjenuhkan. Guru belum berpikir lebih jauh untuk mengembangkan dan menciptakan sua-sana belajar yang menarik, bermakna, dan konteks-tual.

Pembelajaran menulis puisi dapat terjadi de-ngan efektif jika guru dapat menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang dapat memberikan pe-luang kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Strategi tersebut diharapkan dapat mem-buat siswa mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu belajar, yang dapat memanfaatkan potensi siswa seluas-luasnya.

Salahsatustrategi pembelajaranyangmeng-

acu pada pembelajaran menulis kreatif adalah stra-tegi Pikir Plus. Pikir Plus merupakan rangkaian kegiatan dalam belajar menulis puisi yang membe-rikan kesempatan lebih besar kepada siswa untuk melakukan proses penulisan, sejak proses penemu-an objek tulispenemu-an sampai pemublikasipenemu-an. Istilah

Pi-kir Plus itu sendiri merupakan bentuk akronim dari

enam langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi. Keenam langkah yang dimaksud an-tara lain: (1) pemilihan objek yang diingini atau di-senangi, (2) imajinasikan objek tersebut, (3) kreasi-kan imajinasimu dengan kata-kata, (4) ringkas dan kembangkan kata menjadi sebuah larik, (5) padu-kan dan olah larik-larik menjadi bait-bait puisi, dan (6) publikasikan puisimu.

Dilihat dari ciri dan karakteristiknya, strategi pembelajaran menulis puisi Pikir Plus tersebut me-rupakan suatu pembelajaran yang berbasis konteks-tual. Pembelajaran yang berbasis kontekstual meru-pakan alternatif untuk dapat menciptakan pembela-jaran menulis kreatif puisi yang inovatif. Sebab, dengan pendekatan kontekstual peluang keterliba-tan siswa dalam proses pembelajaran sangat domi-nan. Dengan memanfaatkan 7 elemen pada pembe-lajaran kontekstual, proses kreatif siswa dalam me-nulis puisi dapat digali dan ditumbuhkan dengan baik. Ketujuh elemen pembelajaran kontekstual itu adalah konstruktivisme (constructivism), masyara-kat belajar (learning community), penemuan

(inqu-iry), bertanya (questioning), penilaian autentik (au-thentic assessment), pemodelan (modeling), dan

re-fleksi (reflection).

Mengingat pentingnya kemampuan menulis puisi bagi siswa, maka penulis berusaha mengung-kap seberapa besar peningkatan pembelajaran me-nulis kreatif puisi dengan strategi Pikir Plus jika dilihat dari sudut pandang perencanaan, pelaksana-an, dan proses penilaian pembelajaran melalui sua-tu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan ada-nya penelitian ini diharapkan dapat membuka wa-wasan bagi guru dalam mencari strategi alternatif untuk meningkatkan pembelajaran menulis kreatif puisi. Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai sarana pengembangan profesi keguruan untuk ke-naikan pangkat/ golongan. Bagi siswa, dapat mem-berikan manfaat dalam menciptakan kegiatan bela-jar yang lebih menyenangkan, kontekstual, dan me-narik.

(3)

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Rancangan ini sesuai dengan latar permasa-lahan dan karakteristik penelitian yang dilakukan, yakni (1) masalah penelitian berasal dari persoalan yang terjadi dalam praktik pembelajaran di kelas, yakni kemampuan siswa dalam menulis puisi yang masih rendah, (2) adanya tindakan untuk memper-baiki permasalahan pembelajaran, yaitu melalui pe-nerapan strategi Pikir Plus, (3) adanya kolaborasi dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan eva-luasi, serta (4) adanya kegiatan untuk melakukan evaluasi dan refleksi.

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam dua kali tatap muka. Setiap tatap muka berlangsung selama 345 menit. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 6 dan 8 Maret 2006. Sementara itu, siklus kedua di-laksanakan pada tanggal 27 dan 29 Maret 2006. Penelitian dilaksanakan berdasarkan model peneli-tian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis & McTaggart (1992), yang meliputi: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Alur pelaksanaan tindakan disaji-kan pada gambar 1 berikut.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong tahun ajaran 2005/2006 sebanyak 30 siswa. Pemilihan subjek ini didasari pertimbangan bahwa subjek adalah siswa peneliti dan mayoritas siswa yang mengala-mi kesulitan dalam menulis puisi adalah siswa kelas VIII.

Media utama yang digunakan adalah gambar atau benda, baik yang dibawa oleh siswa dan guru maupun yang ada di sekitar siswa atau di sekitar lingkungan sekolah. Adapun alat-alat yang diguna-kan untuk menjaring data keberhasilan belajar sis-wa adalah format observasi, LKS, dan rubrik peni-laian kemampuan menulis puisi.

Untuk menentukan kualifikasi keberhasilan tindakan penelitian diperlukan rambu-rambu. Indi-kator pada penelitian ini dibuat untuk mendekripsi-kan tiga permasalahan penelitian. Ketiga permasa-lahan itu, yakni permasapermasa-lahan penelitian tahap pe-rencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Indikator untuk menentukan keberhasilan pe-rencanaan pembelajaran difokuskan pada empat as-pek. Keempat aspek yang dimaksud adalah (1) pe-rumusan tujuan, (2) pengorganisasian materi, me-dia, dan sumber belajar, (3) penyusunan skenario pembelajaran,dan (4) penilaian.Penentuan keber-

Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Diadaptasi dari Model Kemmis dan Taggart

Studi pendahuluan

Analisi dan Refleksi Temuan

Kemampuan siswa dalam menulis puisi masih rendah

Perencanaan Tindakan

Membuat rancangan tindakan, panduan, dan instrumen

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

Kesimpulan

Analisi dan Refleksi Siklus II

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

Analisis dan Refleksi Siklus I

(4)

hasilanperencanaan yangdibuat dilakukan dengan mengacu pada panduan pembuatan rencana pembe-lajaran menulis puisi dengan strategi Pikir Plus.

Indikator keberhasilan pelaksanaan pembela-jaran difokuskan pada dua aspek, yakni aspek pro-ses dan aspek hasil. Aspek propro-ses ditujukan pada aktivitas proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan guru dilihat dari kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan perencanaan yang telah dibu-at. Sementara itu, keberhasilan proses pembelaja-ran siswa dilihat dengan menggunakan panduan observasi pelaksanaan pembelajaran. Pada aspek ini yang diperhatikan adalah keaktifan, kerjasama, dan kreativitas. Penentuan keberhasilan pembelaja-ran pada aspek hasil dilakukan dengan melihat ha-sil karya puisi yang dibuat siswa. Untuk menentu-kan keberhasilan itu digunamenentu-kan panduan penilaian hasil menulis puisi.

Adapun indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tahap penilaian difokuskan kegiatan guru dalam melakukan penilaian. Penilaian difo-kuskan pada dua hal, yaitu penilaian proses dan pe-nilaian hasil. Pepe-nilaian hasil belajar dilakukan de-ngan menggunakan panduan penilaian hasil puisi. Penilaian terhadap hasil belajar dilakukan terhadap empat komponen, yaitu komponen isi, tipografi, pengimajinasian, dan keotentikan.

Keberhasilan seluruh komponen ditentukan dengan kualifikasi sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Penentuan kualifikasi itu didasarkan pada indikator pencapaian yang diperoleh siswa untuk setiap komponen. Sementara itu, penentuan kualifi-kasi keberhasilan terhadap tulisan siswa ditentukan oleh jumlah skor yang diperoleh siswa pada selu-ruh komponen. Kualifikasi sangat baik jika siswa memperoleh skor 80 sampai 100. Kualifikasi baik jika siswa memperoleh skor antara 60 sampai 79. Kualifikasi cukup jika siswa memperoleh skor an-tara 40 sampai 59. Semenan-tara itu, kualifikasi ku-rang jika siswa memperoleh skor 10 sampai 39.

Tema yang dipilih dalam rencana pembelaja-ran adalah lingkungan. Tema ini sesuai dengan ke-giatan dan strategi belajar yang akan dilakukan. Adapun media dan sumber belajar utama yang di-gunakan adalah benda-benda atau objek, baik yang dibawa oleh siswa atau guru, maupun yang ada di sekitar kelas atau sekolah. Sementara itu, media

dan sumber belajar tambahan yang digunakan ada-lah karton, kertas HVS, spidol, lem kertas, buku antologi puisi, kamus besar bahasa Indonesia, dan model puisi.

HASIL

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan kegiatan curah pendapat. Curah pendapat dimak-sudkan untuk membangkitkan skemata siswa ten-tang tema dan objek yang akan ditulisnya ke dalam bentuk puisi. Selain itu, kegiatan yang dilakukan adalah pemajangan model puisi yang ditulis de-ngan strategi Pikir Plus. Pemberian model ini di-maksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada siswa tentang produk sas-tra yang berbentuk puisi. Dengan demikian, siswa memiliki pengetahuan dan konsep yang jelas ten-tang puisi.

Pembelajaran dilakukan dengan terlebih da-hulu meminta siswa untuk mencari dan menentu-kan objek yang amenentu-kan ditulisnya menjadi sebuah pu-isi. Untuk menentukan objek itu, guru sebelumnya telah menyiapkan berbagai gambar dan benda un-tuk dipilih siswa. Akan tetapi, siswa juga diberi ke-bebasan untuk mencari dan memilih sendiri objek, terutama yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara kooperatif. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepekaan sosial dan sikap kerja sama antarsesama siswa. Pembentukan kelompok kooperatif dilakukan de-ngan memperhatikan heterogenitas anggotanya.

Setiap kelompok memilih objek sesuai kese-pakatan kelompok masing-masing. Ada kelompok yang memilih objek yang dibawa oleh guru ada ju-ga yang memilih sendiri objek yang ada di lingku-ngan sekolah. Objek-objek yang dipilih di antara-nya, pesawat terbang, bunga, capung, dan sebagai-nya. Objek yang telah dipilih oleh kelompok di-gambar pada bagian tengah kertas.

Kegiatan pokok kedua adalah tahap meng-imajinasikan objek. Pada tahap ini, siswa dipandu untuk dapat mengimajinasikan objek yang ada de-ngan berbagai kemungkinan. Siswa pada umumnya mempersonifikasikan objek yang telah dipilihnya. Namun, ada juga siswa yang mengimajinasikan de-ngan cara membuat pengandaian. Pengimajinasian yang dibuat siswa misalnya sebagai berikut:

(5)

Andai aku seperti pohon akasia

Cantiknya kupu-kupu yang berwarna-warni Sawit lambang kehidupan

Guru membimbing siswa dengan memberi-kan beberapa pertanyaan yang dapat menggali ima-jinasi, citraan, dan ide kreatif siswa. Siswa pun sa-ling berbagi melalui diskusi untuk memunculkan pengimajinasian yang berhubungan dengan objek.

Kegiatan selanjutnya adalah tahap mengre-asikan hasil imajinasi dengan kata yang bermakna. Pada tahap ini siswa diminta menuliskan sebanyak-banyaknya kata atau kelompok kata yang memiliki makna berkaitan dengan hasil imajinasinya terha-dap objek. Siswa juga diminta menuliskan kata-ka-ta yang berhubungan dengan kata-ka-tanggapan, perasaan, citraan, dan pengamatannya terhadap objek. Kata-kata yang berhubungan dengan sifat positif (kelebi-han, kebaikan, kehebatan) dituliskan pada bagian kiri karton manila. Adapun kata-kata yang berhu-bungan dengan sifat negatif (kelemahan, kekurang-an, keburukan) ditulis pada bagian kanan karton.

Gambar 1 Pengelompokan Kata

Setelah siswa menuliskan sebanyak-banyak-nya kata yang berhubungan dengan objek, kegiatan berikutnya adalah tahap merangkum dan mengem-bangkan kata menjadi larik. Pada tahap ini memilih kata-kata yang paling berkesan. Kata-kata tersebut kemudian dirangkum dan dikembangkan dengan menambah kata lain sehingga menjadi kalimat-ka-limat. Kalimat-kalimat tersebut akan menjadi larik-larik dalam puisi.

Tahapan selanjutnya adalah memadukan dan mengolah larik-larik yang telah dibuat sehingga menjadi bait-bait puisi. Pada tahap ini, siswa saling berdiskusi untuk membuat draf puisi dengan cara

memadukan, menyusun, dan merangkai larik-larik yang dibuat agar menjadi bait yang padu. Siswa membuat beberapa bait, setiap bait tersebut lalu di-tata sehingga tersusun menjadi sebuah puisi.

Setelah siswa menyelesaikan sebuah puisi, tahap selanjutnya adalah tahap memublikasikan ha-sil karya. Setiap siswa memberi ilustrasi pada kar-yanya semenarik mungkin dan memampangkan ha-sil karyanya di dinding kelas sesuai kelompoknya. Setiap kelompok diminta untuk mencermati dan menilai hasil karya kelompok lain. Mereka memi-lih sebuah karya yang menurutnya terbaik serta di-minta mengemukakan alasan mengapa memilih pu-isi tersebut. Kesempatan ini juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap karya temannya

(pe-er assessment).

Aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa berjalan dengan baik. Siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, baik seca-ra individu maupun kelompok. Belajar yang dila-kukan dengan santai dan bermakna membuat moti-vasi dan minat siswa dalam melakukan aktivitas belajar sangat tinggi. Siswa lebih giat dan antusias dalam belajar, sejak melakukan kegiatan curah pendapat, membuat imajinasi, membuat puisi sam-pai memublikasikannya.

Penilaian dilakukan terhadap proses dan ha-sil pembelajaran. Untuk melakukan penilaian ter-hadap proses pembelajaran digunakan teknik ob-servasi, penilaian sejawat, dan portofolio. Sementa-ra penilaian hasil dilakukan terhadap hasil akhir puisi yang dihasilkan siswa.

Teknik observasi dilakukan untuk mengeta-hui aktivitas belajar siswa berupa kreativitas, keak-tifan, dan kerjasama. Hasil penilaian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Penilaian sejawat digunakan da-lam pembelajaran ketika guru meminta siswa untuk memberikan komentar dan tanggapan terhadap pui-si pui-siswa lain pada saat dipublikapui-sikan, baik pada saat dibacakan maupun ketika dipajang di dinding kelas. Teknik penilaian sejawat ini digunakan un-tuk menumbuhkan keberanian dalam memberi dan menerima saran dari siswa lain. Adapun teknik portofolio dipakai untuk mengetahui perkembang-an hasil belajar siswa pada setiap tahap. Penilaiperkembang-an dilakukan dengan mengumpulkan hasil unjuk kerja yang dihasilkan siswa.

Untuk menentukan kualifikasi kemampuan

kokoh hijau minyak rindang untuk pupuk tajam banyak semut berduri S A W I T

(6)

menulis puisi, penilaian dilakukan dengan menggu-nakan panduan penilaian puisi. Berdasarkan pandu-an itu ada empat komponen ypandu-ang menjadi fokus penilaian. keempat komponen yang dimaksud ada-lah komponen isi (I), tipografi (T), pengimajinasian (P), dan keotentikan (O).

Hasil penilaian yang dilakukan terhadap pui-si yang dihapui-silkan pui-siswa pada pui-siklus I menunjuk-kan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi pada komponen I, T, dan P masih pada taraf cukup. Rata-rata kualifikasi baik hanya dicapai siswa pada komponen O. Sementara itu pada siklus II, kemam-puan siswa dalam menulis puisi mengalami pe-ningkatan. Peningkatan itu dilihat dari empat kom-ponen penilaian puisi siswa. Dari empat komkom-ponen tersebut, komponen I, P, dan O rata-rata dicapai siswa dengan kualifikasi baik. Kualifikasi cukup hanya terjadi pada komponen T.

Sementara itu, kemampuan siswa dalam me-nulis puisi secara keseluruhan pada siklus II meng-alami peningkatan. Dari 30 siswa, 5 siswa mem-peroleh nilai dengan kualifikasi sangat baik, 17 sis-wa berkualifikasi baik, 6 sissis-wa berkualifikasi cu-kup, dan hanya 2 siswa masih memperoleh nilai dengan kualifikasi kurang. Namun demikian, selain memberikan penilaian hasil akhir dalam bentuk angka, guru juga memberikan penilaian-penilaian yang bersifat memberikan penguatan. Hal itu dila-kukan dengan memberikan komentar pada semua puisi yang dihasilkan siswa pada bagian belakang. Komentar yang diberikan guru lebih bersifatmen- didik dan memacu semangat belajar siswa.

Dari hasil penilaian yang dilakukan terhadap draf akhir puisi yang dihasilkan siswa menggam-barkan keberhasilan yang cukup baik. Dari 30 sis-wa, 5 siswa (16,6%) berkualifikasi sangat baik, 17 siswa (56,7%) berkualifikasi baik, 6 siswa (20%) berkualifikasi cukup, dan 2 siswa (6,7%) berkuali-fikasi kurang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil tindakan, dapat disimpul-kan bahwa pembelajaran menulis puisi di kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat dari meningkat-nya kemampuan siswa dalam menulis puisi. Pe-ningkatan ini tentu saja merupakan implikasi lang-sung dari serangkaian perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian pembelajaran yang telah disusun pe-neliti.

Tahap perencanaan lebih difokuskan pada proses pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembela-jaran (RPP). Penyusunan RPP ini dinilai lebih baik dan efektif. Hal itu dilihat dari beberapa hal meli-puti: (1) perencanaan disusun secara sistematis dan terorganisasi dengan baik, (2) indikator dirumus-kan secara jelas dan operasional, (3) pengorganisa-sian materi, media, dan sumber belajar dirumus-kan secara jelas dengan memanfaatdirumus-kan lingkung-an, (4) langkah-langkah pembelajaran dijabarkan secara detil dan lengkap, serta (5) penilaian pembe-lajaran dilengkapi dengan alat dan tekniknya secara jelas dan lengkap.

Tahap pelaksanaan difokuskan pada aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Penerapan strategi Pikir Plus dalam pembelajaran membuat aktivitas dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran semakin baik. Guru dapat mencipta-kan kondisi belajar yang memberi peluang lebih besar kepada siswa untuk terlibat aktif, dari tahap menumbuhkan ide puisi sampai tahap pemublikasi-an. Sementara itu, peningkatan aktivitas belajar sis-wa dapat dilihat dari intensitas keterlibatan sissis-wa dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran yang menerapkan strategi Pikir Plus, siswa dapat men-cari ide tulisan puisi secara mudah, detil, dan imaji-natif. Siswa juga dapat langsung memanfaatkan penginderaannya yang dimilikinya untuk mengum-pulkan bahan tulisan sebanyak mungkin dan meng-konstruksinya menjadi larik dan bait-bait puisi.

Tahap penilaian difokuskan pada aktivitas guru dan siswa dalam proses penilaian pembelaja-ran. Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya pa-da karya puisi, tetapi juga papa-da proses menulis puisi yang dilakukan siswa. Teknik penilaian seja-wat yang diterapkan guru telah menciptakan pe-luang keterlibatan siswa dalam proses penilaian. Artinya, siswa memiliki kesempatan untuk melaku-kan penilaian terhadap puisi siswa atau kelompok lain. Hal itu semua berdampak pada hasil karya puisi siswa. Dari hasil tulisan siswa menunjukkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa baik.

SARAN

Pikir Plus merupakan salah satu upaya me-ningkatkan pembelajaran menulis puisi. Strategi ini

(7)

diharapkan dapat diterapkan tidak hanya dalam ta-hap perencanaan pembelajaran melainkan juga pa-da tahan perencanaan pa-dan penilaian. Tentu saja pe-nilaian yang dimaksud meliputi pepe-nilaian proses dan hasil. Strategi ini bisa diterapkan pada pembe-lajaran sastra yang lain sehingga peran kepala se-kolah dalam membuka peluang kepada untuk me-nerapkan strategi Pikir Plus sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. H. 1987. Pemilihan dan

Pengemba-ngan Media untuk Pembelajaran. Jakarta:

Ra-jawali.

Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1993. Kurikulum SMP 1994 Mata

Pe-lajaran bahasa Indonesia. Jakarta:

Depdik-bud.

Dick, W. & Lou C.. 1990. The Sistematic Design of

Onstructional (Third Edition). Florida: Harper

Collins Publisher.

Endraswara, S. 2003. Membaca, Menulis, dan

Me-ngajarkan Sastra yang Berbasis Kompetensi.

Yogyakarta: Kota Kembang.

Gani, R. 1980. Pengajaran Apresiasi Puisi. Ende:

Nusa Indah.

Goodman, K. 1986. What’s Whole in Language. Heineman: Portsmouth, N.H

Kemmis, S. & Mc. Taggart, R.. 1992. The Action

Research Planer. Victoria: Deakin University.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhadi & Senduk, G.. 2004. Pembelajaran

Kon-tekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Pradopo, R. D. 1987. Pengkajian Puisi. Yogya-karta: Gajah Mada University Press.

Puhl, C. B. 1997. Develop Not Judge, Continous

Assessment in The ESL Classroom. English

Teaching Forum, April 1997, pp 2-9.

Rustana, C.E. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Sekolah. Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Tarigan, Henry Guntur. 2000. Prinsip-Prinsip

Da-sar Sastra. Bandung: Angkasa.

Temple, C., Nathan, R., Burris, N., & Temple, F.. 1988. The Beginnings of Writing. Boston, Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Tompkins, Gael E. 1994. Teaching Writing

Balan-cing Process and Product. New York:

Gambar

Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Diadaptasi dari Model Kemmis dan Taggart Studi pendahuluan

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pokok PUB Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Tahun 2021 sebagaimana disebutkan di atas, tidak mencapai 20% (dua puluh persen) dari total ekuitas Perseroan

Kita dapat memperkirakan bahwa pada saat itu, Nazaret telah sedemikian rupa diabaikan sehingga tidak ada hal baik yang dapat diharapkan muncul dari mereka yang tinggal di

 Pembentukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli) Kabupaten Banjarnegara sesuai dengan Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor: 700/1290

Pasien DM tipe 2 yang mendapatkan terapi antidiabetes oral metformin 3 kali 500 mg perhari tanpa serbuk kering jahe merah.. Yunus Bengkulu, pasien yang dalam keadaan

Jika lima kelompok unsur kehidupan merupakan suatu cara memahami kelahiran kembali menjadi berbagai keadaan makhluk, ini hanya akan lebih jelas untuk menyatakan

4.1.3 Perkembangan Economic Value Added (EVA) pada Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012.. Economic Value Added (EVA) merupakan suatu

sebelumnya hanya dilakukan pada kelompok bank tertentu seperti bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Fitrianto dan Mawardi 2006), Bank Persero (Raharjo et

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul : ”Penggunaan Cooperative Learning Tipe STAD ( Student Teams-Achievement Divisions) untuk