http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Perlawanan Tokoh Sri Ningsih terhadap Stereotip
Pekerjaan Perempuan dalam Novel
Tentang Kamu
Karya Tere Liye: Kajian Feminisme dan
Implementasinya di SMA
Fikha Nada Naililhaq1, Yulia Esti Katrini2, Dzikrina Dian Cahyani3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi maraknya perempuan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat dan memerlukan banyak tenaga untuk melakukannya. Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan oleh laki-laki, dan banyak masyarakat yang menganggap miring pekerjaan tersebut apabila dikerjakan oleh perempuan. Hal tersebut juga terjadi pada tokoh Sri Ningsih dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye. Tujuan penelitiannya adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah disebutkan. Mengungkapkan perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan yang terkandung dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye. Mengimplementasi perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan yang terkandung dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye sebagai bahan ajar di SMA. Dalam penelitian tentang perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan, menggunakan metode pungumpulan data studi pustaka, dengan teknik, membaca, menandai, dan mengklarifikasi data. Sedangkan metode analisis datanya menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, di dalam novel Tentang Kamu karya Tere liye tokoh Sri Ningsih melakukan perlawanan stereotip pekerjaan perempuan dengan melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki, yaitu 1) mencari teripang, kerang, dan bulu babi; 2) mengambil air bersih di pulau seberang; 3) kuli serabutan di pasar; 4) bisnis makanan menggunakan gerobak dorong; 5) bisnis rental mobil; 6) pengawas pabrik; 7) bisnis sabun mandi; 8) cleaning service; dan 9) sopir bus. Serta cara pandang tokoh perempuan terhadap macam-macam pekerjaan yang dijalaninya. Penelitian ini juga dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di SMA, sesuai dengan kurikulum 2013 kelas XII pada KD 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dan KD 4.9 Merancang novel atau novelet dengan memerhatikan isi dan kebahasaan.
Kata Kunci : Perlawanan, Stereotip, Pekerjaan, Feminisme, Pembelajaran
Abstract
This Research explain background of a lot of women that do the hard job that need a lot of energy to do it. That job usually done by men, and a lot of society that underestimate the job if it done by women. That matter also happens to Sri Ningsih Character to the Stereotype of Women’s Job in Novel Tentang Kamu work of Tere Liye. The purpose of the
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
research of The Resistance of Sri Ningsih Character to The Stereotype of Women’s Job, using the method of collecting library data, with technique of reading, tagging and clarifying data. While the data analyzing method using the method of analyze descriptively. The research result conclude that in the novel of Tentang Kamu work of Tere liye, Sri Ningsih Character do the Resistance to The Stereotype of Women’s Job by doing the job that usually done by men, which are 1) looking for sea cucumber, clams, and sea urchins; 2) taking clean water across the island; 3) work randomly at traditional market; 4) food business using cart; 5) car rental business; 6) factory supervisor; 7) soap business; 8) cleaning service; and 9) bus driver. Also, the way the women character look to various kind of job that they have. This research also can be implemented in the learning process in high School, according to the curriculum 2013 XII class in KD 3.9 Analyzing the content and discussing novel and KD 4.9 Designing novel or novelette by giving attention to the content and the discussion.
Keywords: The Research, Stereotype, Job, Feminism, Learning
PENDAHULUAN
Permasalahan sosial dalam kehidupan masyarakat sangat beragam, salah satunya yakni pemasalahan gender yang selalu menarik untuk dikaji. Gender berhubungan dengan stereotip laki-laki serta perempuan. Stereotip laki-laki dengan perempuan mempunyai perbedaan yakni, stereotip laki-laki adalah strong
dan active sedangkan stereotip perempuan adalah passive dan waek (Reevy & Maslach, C., 2001). Stereotip laki-laki bersifat kuat dan aktif sedangkan perempuan bersifat pasif dan lemah. Hal tersebut berdampak bagi kaum perempuan, terutama di kalangan masyarakat yang menganggap bahwa perempuan hanya dapat melakukan pekerjaan domestik saja. Selain itu, tidak pantas bekerja, apalagi dengan pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga, seperti menjadi sopir bus ataupun kuli panggul di pasar. Apabila perempuan melakukan pekerjaan tersebut, maka ia dianggap melawan stereotip pekerjaan perempuan. Stereotip pekerjaan perempuan biasanya berhubungan dengan pekerjaan yang mudah dilakukan dan tidak membutuhkan tenaga yang banyak untuk melakukannya. Oleh sebab itu, akan ada anggapan bahwa pekerjaan yang berat dan membutuhkan banyak tenaga tidak cocok dilakukan oleh perempuan.
Berdasarkan aspek-aspek yang terkandung dalam novel Tentang Kamu
karya Tere Liye, novel tersebut dapat dijadikan sumber data penelitian. Penelitian ini bertujuan bukan hanya menganalisis makna novel, melainkan juga menjadikan novel sebagai bahan ajar. Sesuai dengan silabus kelas XII, Kurikulum 2013. Tepatnya pada KD 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dan KD 4.9 Merancang novel atau novelet dengan memerhatikan isi dan kebahasaan. Indikator KD ini membahas unsur pembangun novel, yaitu unsur intrinsik. Terkait dengan unsur pembangun tersebut, seorang tokoh perempuan yang menginspirasi dengan memperjuangkan gender dapat masuk ke dalam submateri penokohan pada unsur intrinsik novel. Adanya kajian feminisme tentang perlawanan stereotip pekerjaan perempuan ini, dapat membantu siswa dalam pembelajaran sastra Indonesia.
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini berupa perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan seperti yang terdapat dalam novel
Tentang Kamu karya Tere Liye serta implementasi perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye sebagai bahan ajar di SMA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan yang terkandung dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye, dan untuk mengimplementasi penelitian ini sebagai bahan ajar di SMA. Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua yakni, bagi guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai tambahan bahan ajar ketika mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII, pada KD 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dan 4.9 Merancang novel atau novelet dengan memerhatikan isi dan kebahasaan. Bagi Siswa kelas XII dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk referensi belajar dengan menganalisis unsur intrinsik pada novel. Siswa menjadi lebih memahami cara menganalisis perlawanan yang dilakukan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan di dalam novel Tentang Kamu sesuai dengan teori feminisme.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis menggunakan lima jurnal penelitian yang digunakan sebagai kajian pustaka. Kelima penelitian tersebut diteliti oleh (Windiyarti, 2008) “Pemberontakan Perempuan Bali terhadap Diskriminasi Kelas dan Gender: Kajian Feminis Novel
Tarian Bumi karya Oka Rusmini”, (Di, Pentas, & Tragédie, 2008) “Kekuasaan di atas Pentas: La Tragedie Phedre dalam Perspektif Feminisme Postrukturalis”, (Hastuti, 2011) “Laku Dramatis Tiga Tokoh Perempuan dalam Cerpen Lelaki dengan Bibir Tersenyum (Sebuah Kajian Feminis)”, (Hidayat, Anoegrajekti, & Mariati, 2013) “Representasi Perempuan dalam Novel Supernova-Petir Karya Dewi Lestari: Kajian Feminisme Eksistensialis”, dan (Hidayat et al., 2013). (Rios, 2015) “Feminisme dalam Novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah. Dari kelima penelitian tersebut mempunyai kesamaan, yakni mengkaji karya sastra dengan menggunakan teori feminisme. Ada pula perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam penelitian tersebut, yaitu terletak pada sumber data dan objek penelitian atau topik utama yang diteliti. Pada penelitian ini, menggunakan sumber data novel Tentang Kamu karya Tere Liye dan objek penelitian perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan yang terdapat pada novel Tentang Kamu karya Tere Liye menggunakan kajian feminisme. (Windiyarti, 2008) menggunakan sumber data novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini dan objek data tentang pemberontakan perempuan Bali terhadap deskriminasi kelas dan gender. (Di et al., 2008) menggunakan sumber data drama Phedre karya Jean Racine’s dan objek penelitian tentang kekuasaan di atas pentas Tragedi Phedre dalam perspektif feminisme postrukturalis. (Hastuti, 2011) menggunakan sumber data cerpen Lelaki dengan Bibir Tersenyum dan objek penelitian tentang laku dramatis tokoh perempuan dalam cerpen yang mempunyai watak kompleks, serta mempunyai paham feminis radikal. (Hidayat et al., 2013) menggunakan sumber data novel
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
ketertindasan perempuan. (Rios, 2015) menggunakan sumber data novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy dan objek penelitian nilai-nilai feminisme pada novel dan implikasinya dalam pembelajaran di sekolah.
Secara etimologi feminisme berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan (tunggal) yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Dalam arti luas, feminis merupakan gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh budaya dominan, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial budaya. Feminis dalam arti sempit, khususnya dalam sastra, feminis berkaitan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun proses resepsi (Anggarani, 2014). Feminisme dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perempuan harus memperoleh hak dan peluang yang sama dengan laki-laki. Inti dari tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sejajar dengan kedudukan dan derajat laki-laki. Kaum perempuan, melalui gerakan feminisme menuntut agar masyarakat mempunyai kesadaran untuk tidak selalu memarginalkan perempuan, sehingga terjadi keseimbangan yang dinamis (Suwastini, 2017). Selain itu, kaum feminis juga ingin memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki, termasuk dalam bidang pekerjaan-pekerjaan.
Pekerjaan perempuan dapat dikategorikan ke dalam stereotip pekerjaan perempuan. Menurut (Zaduqisti, 2009) stereotip adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotip juga bisa diartikan sebagai kepercayaan sosial masyarakat tentang seseorang yang menempatkan mereka ke dalam suatu kategori tertentu. Stereotip perempuan dapat dikatakan sebagai tipe-tipe perempuan yang melekat dalam diri perempuan sesuai dengan sosial budaya atau anggapan masyarakat (Saidah, 2013). Atau dapat dikatakan, stereotip perempuan itu manusia yang lemah lembut, santun, dengan keterbatasan kekuatan untuk melakukan hal-hal atau pekerjaan yang berat. Perempuan hanya bertanggung jawab seputar pekerjaan domestik saja. Selain itu, dalam mengambil keputusan perempuan cenderung menggunakan hati, bukan berpikir secara rasional. Berbeda dengan stereotip perempuan, stereotip laki-laki adalah seorang yang kuat, perkasa, dan mampu melakukan hal-hal berat yang tidak dapat dilakukan oleh perempuan (Lintang, 2015). Kekuatan fisik sangat penting bagi laki-laki, beberapa dari mereka lebih nyaman bila memiliki kekuatan fisik tertentu (Andrianti, 2011). Selain itu, dalam memutuskan suatu tindakan laki-laki selalu berpikir rasional tanpa melibatkan hati dalam mengambil keputusan. Begitupula dalam hal pekerjaan, ada perbedaan antara pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Perempuan cenderung melakukan pekerjaan yang ringan sedangkan laki-laki melakukan pekerjaan yang berat. Apabila seorang melakukan pekerjaan yang kasar dan berat maka dianggap telah melawan stereotip pekejaan perempuan. Contohnya seorang perempuan yang melakukan pekerjaan yang keras seperti menjadi kuli panggul di pasar. Itulah salah satu contoh pelawanan stereotip pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan. Ada beberapa penyebab dari adanya pelawanan stereotip perempuan, salah satunya
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
yaitu faktor ekonomi. Perempuan akan melawan stereotip pekerjaan agar ia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Latar dari penelitian ini sesuai dengan latar novel Tentang Kamu karya Tere Liye, yaitu di Pulau Bungin, Sumbawa. Pulau Bungin terletak di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau ini mempunya julukan sebagai pulau terdapat di dunia (Marjanto, Syaifuddin, 2018). Hal tersebut dikarenakan nyaris tidak ada lahan kosong, seluruh wilayahnya dipenuhi rumah-rumah penduduk yang berdempetan. Pulau Bungin adalah pulau yang wilayahnya berada di tengah laut, begitu pula dengan mata pencaharian masyarakatnya yaitu menjadi nelayan (Mansyur, Mustafa, Utojo, Hasnawi, & Tangko, 2016). Sebagian nelayan ada yang menangkap ikan dengan cara menyelam atau memanah, ada juga yang mempunyai keramba, serta mencari loster, teripang, dan bulu babi (Satvikadewi & Hamim, 2019). Nelayan adalah pekerjaan seorang laki-laki di Pulau Bungin, sedangkan perempuan hanya melakukan pekerjaan domestik seperti memasak di dapur untuk mengolah hasil tangkapan suami. Ibu-ibu di Pulau Bungin sering membuat dodol dari gula aren. Hal ini dikarenakan sebagian besar suami mereka bekerja menjadi pelaut yang berlayar hingga ke Ternate dan Tidore kemudian akan membawa hasil alam dari Maluku yang berupa gula aren (Area, Indonesia, & Global, 2004). Masyarakat Pulau Bungin tidak membiarkan seorang perempuan bekerja berat. Perempuan hanya bertugas mengurus rumah serta mengolah hasil tangkapan laki-laki atau suaminya.
Dalam penelitian sastra ini, memiliki korelasi dengan pengajaran sastra pada jenjang SMA, terutama kelas XII semester gasal. Kompetensi Dasar yang sesuai dengan penelitian ini yakni KD 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dan KD 4.9 Merancang novel atau novelet dengan memerhatikan isi dan kebahasaan. Pada KD ini siswa diharapkan mampu mengetahui isi dengan cara menganalisis unsur intrinsik. Unsur intrinsik berhubungan dengan penokohan, yaitu tokoh Sri Ningsih sebagai tokoh utama dalam novel Tentang Kamu. Siswa dapat mengambil pelajaran dari tokoh tersebut, karena ia dapat melakukan pekerjaan apapun tanpa mengeluh dan tidak mudah putus asa.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang spesifik. Jenis penelitian ini bertujuan untuk pengembangan teori, pendeskripsian realitas dan kompleksitas fenomena yang di teliti (Uhyat, 2013). Sumber data dari penelitian ini berasal dari novel
Tentang Kamu karya Tere Liye. Objek penelitiannya berupa, perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye. Wujud data dalam penelitian ini berupa teks. Penandanya berupa kalimat yang mengandung unsur perlawanan tokoh Si Ningsih terhadap stereotip pekerjaan perempuan pada novel Tentang Kamu karya Tere Liye. Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode studi pustaka, metode ini akan menemukan segala sumber yang terkait dengan objek penelitian (Gulto, 2013). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dengan cara membaca, menandai, dan mengklarifikasi data (Djaelani, 2013). Pada analisis data, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yang dilakukan dengan cara
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis yang memberikan pemahaman dan penjelasan (Rahmat, 2009). Teknik analisis data disesuaikan dengan metode analisis datanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlawanan stereotip profesi perempuan yang dilakukan oleh tokoh utama yaitu Sri Ningsih, mencakup pekerjaan yang tidak lazim dikerjakan oleh perempuan. Tidak hanya itu, perlawanan stereotipnya berupa pemikiran yang luas dan mendalam tentang suatu pekerjaan. Sri Ningsih dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut, karena ia mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang-orang lain. Sri sudah dibekali pendidikan sejak ia kecil, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Hal ini lah yang menunjang Sri dapat berpikir secara luas dan lebih maju dibanding dengan orang lain yang tidak mengenyam bangku sekolah.
Data 1
Menunaikan janji kepada istrinya, Nugroho mengirim Sri Ningsih sekolah. Malam hari ia belajar mengaji di masjid Pulau Bungin. Siangnya belajar membaca dan berhitung di sekolah seberang pulau. Tahun-tahun itu, Indonesia baru saja merdeka, tidak banyak sekolah yang tersedia, tapi hadirnya cabang organisasi keagamaan seperti NU atau Muhammadiyah di Pulau Sumbawa, membuat banyak aktivis mendirikan sekolah rakyat. (TK/82).
Pada tahun 1940-an, tepatnya di Indonesia pendidikan masih sangat rendah. Belum banyak sekolahan yang ada, hanya ada Sekolah Rakyat yang didirikan oleh Belanda, serta sekolah-sekolah yang didirikan oleh organisasi masyarakat seperti Muhamadiyah dan NU. Saat itu yang dapat bersekolah pun hanya orang-orang tertentu saja yakni kaum bangsawan, terutama laki-laki. Pada masa itu, perempuan tidak diperbolehkan sekolah. Perempuan hanya ditugasi untuk belajar mengurus pekerjaan domestik saja seperti memasak, menyapu, mencuci, dan sebagainya.
Sri Ningsih merupakan salah satu perempuan yang beruntung. Berkat orang tuanya, terutama Ibu yang menginginkan anak perempuannya berpendidikan maka ia dapat menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat. Sri menempuh dua macam pendidikan, yaitu pendidikan formal dan nonformal. Pada pagi hari Sri Ningsih menempuh pendidikan formal seperti, belajar bahasa, membaca, dan berhitung. Sedangkan pada malam hari Sri menempuh pendidikan nonformal seperti balajar ilmu agama di masjid Pulau Bungin. Saat itu, Sri Ningsih merupakan satu-satunya anak yang bersekolah di seluruh pulau Bungin.
Data 2
“Bagaimana sekolahmu hari ini Sri?” Nugroho bertanya. “Lancar Pak. Tadi belajar hitung-hitungan dan mencongak.” “Seru?”
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Sri mengangguk, tertawa teringat keseruan di kelas, dia dan teman-teman berebut menjawab pertanyaan guru. Hari ini Nugroho tidak melaut, dia menjemput anaknya yang sekolah di seberang pulau.
“Selain berhitung, apa pelajaran kesukaanmu sekarang, Sri?”
“Bahasa, Pak. Kami belajar bercakap-cakap dengan bahasa Belanda, juga bahasa Inggris.” (TK/84).
Dari kutipan di atas diceritakan bahwa perjalanan dari rumah Sri ke sekolah cukup jauh, Sri harus menggunakan perahu untuk menyeberang Pulau. Kemudian Sri Ningsih harus menggunakan dokar untuk melintasi padang rumput agar sampai ke sekolahnya. Sri biasa berangkat ke sekolah menggunakan perahu dan dokar pribadi milik keluarganya yang khusus digunakan untuk mengantar dan menjemput Sri sekolah. Terkadang Sri berangkat dan pulang sekolah sendiri hanya ditemani pengemudi perahu serta pengemudi dokar. Suatu hari Nugroho tidak melaut, sehingga ia bisa mengantar dan menjemput Sri ke sekolah. Ketika sedang dalam perjalanan naik dokar, terjadilah percakapan seperti pada data di atas (TK/84).
Nugroho bertanya kepada Sri tentang kegiatannya di sekolah. Sri menceritakan semua kegiatannya dengan antusias, mulai dari pelajaran menghitung, mencongak, dan bahasa. Sri sangat menyukai pelajaran bahasa, di sekolah ia belajar bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Ketika zaman Sri masih sekolah yaitu tahun 1940-an, saat itu Indonesia sedang dalam masa transisi kemerdekaan, sehingga di Sekolah Rakyat masih banyak yang mempelajari bahasa-bahasa asing. Sri menyukai pelajaran bahasa karena ia mempunyai cita-cita berkeliling dunia, sehingga dia sangat tekun mempelajari bahasa-bahasa asing.
Kegiatan Sri dalam bersekolah menunjangnya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lazim di kerjakan oleh laki-laki. Sri berani mengambil keputusan untuk melawan stereotip pofesi perempuan, dengan berbagai resiko yang akan dihadapi. Berikut ini beberapa pekerjaan laki-laki yang dikerjakan oleh Sri Ningsih. 1) Mencari teripang, kerang, dan bulu babi
Data 7
Sri menggeleng perlahan. Dia tidak bisa pulang jika embernya belum penuh, dia tidak tahu harus sampai jam berapa. Satu tahun sejak kepergian bapaknya, bukan hanya harus membantu pekerjaan rumah, mengepel, mencuci, menyetrika, memasak, dia juga harus bekerja mencari uang. Mencari teripang, kerang atau tatahe (bulu babi) di laut dangkal sekitar Pulau Bungin adalah pekerjaan itu. (TK/106)
Sri Ningsih bekerja mencari teripang, kerang atau bulu babi di lautan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendirinya serta ibu dan adik tirinya. Biasanya yang melakukan pekerjaan seperti itu adalah laki-laki, namun Sri terpaksa melakukan pekerjaan itu karena keadaan yang terdesak. Sri tidak pernah mengeluh, ia selalu sigap dalam bekerja. Sri Ningsih seperti sudah tidak punya rasa lelah, seharian bekerja di lautan. Sri harus mendayung perahunya sendiri. Terkadang ketika angin sedang tidak bersahabat, Sri Ningsih harus menggunakan tenaga yang lebih banyak untuk mendayung perahunya. Setelah itu, Sri masih
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
harus mencari teripang, kerang, ataupun bulu babi. Ia harus berjam-jam membiarkan kaki sampai lututnya terendam air laut, matanya jeli mencari-cari teripang, kerang, ataupun bulu babi, serta tangannya lincah dan gesit untuk menangkapnya. Belum lagi ketika siang hari terpaan terik matahari membakar kulitnya menjadi hitam legam dan malam hari angin kencang menerpa tubuh mungilnya. Ketika sampai rumah pun Sri Ningsih masih terbebani dengan pekerjaan rumah. Sri harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah sendirian, tanpa bantuan ibu tirinya. Jadi walaupun Sri Ningsih melawan stereotip pekerjaan perempuan dengan melakukan pekerjaan yang berat, namun ia tetap harus melaksanakan tugas domestiknya sebagai perempuan.
Data 8
Sri menunduk semakin dalam. Dia sudah seharian membawa perahu kecil pinjaman tetangga untuk melaut di sekitar pulau, mengumpulkan bulu babi. Tangkapannya banyak, tapi harganya memang sedang murah. Itu pun tetangga tempat dia meminjam kapal menolak menerima bagian uangnya. (TK/107)
Sepeninggal Ayah Sri Ningsih, ibu tirinya bersikap sangat kejam kepadanya. Pekerjaan yang dilakukan Sri Ningsih selalu dianggap salah oleh ibu tirinya. Pada suatu hari, Sri Ningsih melaut untuk mencari bulu babi. Sri merupakan perempuan yang tangguh, tidak semua perempuan bisa melakukan pekerjaan seperti yang ia lakukan. Ia selalu mencari peluang dengan cara bekerja apapun yang ia bisa agar bisa membelikan bahan makanan untuk ibu dan adik tirinya. Sri Ningsih tidak pernah menyimpan dendam sedikit pun untuk ibu tirinya, padahal hampir setiap hari ia mendapat pukulan dan tendangan.
Sesuai data TK/107 dijelaskan bahwa pada waktu itu, tangkapan bulu babi Sri Ningsih lumayan banyak, namun ketika dijual hanya mendapatkan uang sedikit karena harga bulu babi sedang tidak baik. Sri sudah menjelaskan alasan ia mendapat uang sedikit, tetapi seperti biasa ketika ibu tirinya tahu, ia langsung marah besar dan menghukum Sri Ningsih untuk tidur di luar rumah.
2) Mengambil air bersih di pulau seberang
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan primer manusia, tidak terkecuali bagi masyarakat Pulau Bungin. Sesuai kebudayaan masyarakat Pulau Bungin, tugas untuk memenuhi kebutuhan air bersih adalah tugas seorang laki-laki. Laki-laki harus memenuhi kebutuhan air bersih setiap harinya, sehingga perempuan bisa langsung menggunakan air bersih yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengambil air bersih menjadi tugas lelaki karena tempatnya yang jauh dan berada di pulau seberang. Banyak sekali resiko yang akan dihadapi ketika akan megambil air, seperti bertemu badai dilautan bahkan bertemu binatang buas ketika telah sampai di pulau seberang.
Masyarakat Pulau Bungin susah mendapatkan air bersih dikarenakan banyak warga yang sering membuang sampah sembarangan, akibatnya terjadi pencemaran air bersih. Air bersih di Pulau Bungin seperti harta berharga, karena di Pulau Bungin sudah tidak ada sumber air bersih sama sekali. Masyarakat harus mengambil air di pulau seberang menggunakan jeriken. Kegiatan semacam itu dilakukan setiap hari oleh masyarakat setempat, apalagi saat musim kemarau. Ketika musim hujan datang masyarakat sering menampung air hujan sebagai
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
kebutuhan air bersihnya, sehingga mereka tidak perlu repot-repot untuk menyeberang pulau.
Data 10
“Ini pukul tujuh malam, Sri. Kenapa kamu mendadak ingin meminjam perahu? Kamu mau kemana?” Ode bertanya.
“Aku harus mengambil air bersih.”
“Tapi tidaklah bisa ditunda besok? Langit gelap, sebentar lagi hujan.” “Sri menggeleng, “Air bersih di rumah habis. Ibuku menyuruh.” (TK/119)
Sesuai data TK/119 Sri disuruh ibu tirinya untuk mengambil air bersih. Di pulau Bungin tidak ada sumber air bersih, maka Sri Ningsih harus menyeberang ke pulau seberang untuk mendapatkan air bersih. Tugas mengambil air bersih sebenarnya tugas laki-laki, karena ini merupakan pekerjaan yang berat apalagi jika tempat mata airnya jauh.
Data 11
Sri tiba di bibir pantai seberang. Perjalanannya masih jauh, sumur itu terletak setengah kilometer dari bibir pantai. Sumur sumber air bersih terletak di tengah padang rumput. Dengan bantuan cahaya petir, Sri menebak-nebak arahnya dalam gelap malam, menghindari tersesat ke dalam padang rumput dengan hewan buas berbahaya. Tiba disumur, Sri mulai menimba air, menuangkan air bersih ke dalam jeriken hingga penuh. Jeriken dengan kapasitas dua puluh liter air penuh. Sri meletakkan timba, bersiap pulang. (TK/120)
Sri Ningsih bersusah payah agar sampai ke tempat sumur. Sri Ningsih mempunyai keberanian yang sangat kuat, dan tidak semua manusia mempunyai keberanian seperti Sri Ningsih baik itu laki-laki maupun perempuan. Dalam gelapnya malam, Sri Ningsih melewati padang rumput yang terdapat berbagai macam binatang buas, kemudian Sri menebak-nebak jalan menuju sumur agar tidak tersesat. Ia tidak membawa alat penerangan apapun. Sri hanya mengandalkan cahaya dari kilat petir serta ingatannya tentang tempat sumur itu. Tidak hanya pemberani, Sri Ningsih merupakan perempuan yang kuat. Setelah sampai sumur, Sri mulai menimba air dan memasukannya ke dalam jeriken. Ketika jeriken penuh, Sri Ningsih harus membawa jeriken tersebut dengan berat 20 liter. Hal ini tidak lah mudah, apalagi dilakukan oleh seorang anak kecil perempuan. Dua puluh liter air, setara dengan dua puluh kilogram air, Sri Ningsih harus membawa jeriken itu dengan kedua tangganya. Tangan Sri sudah terlatih membawa barang-barang yang berat, sehingga ia lebih mudah membawanya. Sri kembali melewati padang rumput yang luas dengan kedua tangan membawa jeriken, kemudian membawa perahu dengan tambahan jeriken dua puluh liter, agar ia bisa sampai ke Pulau Bungin.
3) Kuli serabutan di pasar Data 13
Tiga bulan berlalu, aku semakin cemas, tabunganku sudah sangat mengkhawatirkan. Lebih-lebih aku sakit di awal bulan itu. Demam tipes. Tubuhku
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
jadi kurus, rambutku rontok, kamu tidak akan suka melihatnya. Separuh semangatku runtuh. Kadang aku berpikir, mungkin sebaiknya kembali ke Surakarta. Tapi keinginan mencoba hal baru, melakukan hal-hal baru, membuatku kembali meneguhkan niat, siapa tahu akhirnya ada jalan. Setelah sembuh, sambil mencari pekerjaan tetap, aku bekerja serabutan di pasar agar dapat bertahan lebih lama. Menjaga kios, dan menjadi kuli angkut. Aku memikul karung beras, disuruh ini itu, dan apa saja sepanjang ia bisa makan. (TK/220)
Bulan pertama di Jakarta Sri Ningsih mulai mencari pekerjaan, ia mendatangi semua instansi yang bisa menerimanya, namun hasilnya tidak ada satu pun yang mau menerima Sri Ningsih. Semakin hari, keuangan Sri Ningsih semakin menipis dan akhirnya Sri memutuskan untuk bekerja di pasar. Ia bekerja menjadi kuli serabutan, menjadi kuli angkut ataupun menjaga kios. Seringkali Sri Ningsih harus memikul karung beras yang beratnya hampir sama dengan tubuhnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang berat dan keras, biasanya hanya laki-laki yang melakukannya. Sri Ningsih terpaksa melakukan pekerjaan tersebut agar ia bisa makan dan menyewa kamar kos. Sri Ningsih tidak pernah mengeluh, ia menikmati pekerjaan yang sedang dikerjakannya.
4) Bisnis makanan menggunakan gerobak dorong Data 15
Setahun menabung, uangku sudah cukup untuk memulai usaha. Aku berpikir jika aku bisa membuat alat yang mudah dibawa ke mana-mana, maka aku bisa berdagang tanpa harus punya warung. Alat yang cukup besar untuk membawa keperluan, karena kalau digendong atau dipikul dengan bilah bambu, itu tidak mungkin. Berbulan-bulan aku memikirkannya, kemudian mulai merancang gambar kasarnya di kertas. Aku menemui tukang kayu dan montir bengkel motor, menunjukkan rancangan itu. (TK/230)
Sri memang perempuan yang berbeda dari perempuan biasanya. Perempuan lain hanya bisa bekerja sebagai ibu rumah tangga ataupun melakukan pekerjaan yang ringan, sedangkan ia sudah berani mencoba hal baru yang belum pernah ada. Sri mempunyai pemikiran yang cemerlang, ia mendesain gerobak dorong untuk berjualan. Gerobak dorong merupakan cara yang mudah untuk berjualan. Tidak perlu kios untuk berjualan dan tidak susah untuk berpindah tempat jualan. Pada waktu itu Sri Ningsih satu-satunya orang yang berjualan menggunakan gerobak dorong. Ia selalu memanfaatkan peluang pekerjaan yang ada.
5) Bisnis rental mobil Data 18
Aku resmi memulai usaha baru, sewa mobil. Namanya “Rahayu Car Rental”, aku sengaja memakai bahasa asing, karena target pasarannya mereka. Aku juga sengaja memilih mobil Jepang, karena walaupun taksi lain lebih banyak menggunakan mobil merk Amerika, mobil Jepang lebih hemat bensin, lebih mudah perawatan. Besok lusa merk ini akan mengalahkan merk Amerika. (TK/244)
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Sri Ningsih memberi nama rental mobilnya menggunakan bahasa asing yaitu Rahayu Car Rental. Hal ini agar sesuai dengan terget usaha barunya yakni menarik perhatian pengusaha asing. Sri Ningsih selalu memikirkan bisnisnya secara mendetail. Ia berani melakukan terobosan baru demi penghasilan yang besar. Selain itu, Sri Ningsih juga mempunyai pengetahuan yang dalam tentang alat-alat otomotif. Tidak ada yang mengajari Sri tentang otomotif, namun Sri belajar secara autodidak dari buku-buku yang dibacanya.
6) Pengawas pabrik Data 22
Awalnya, pekerja protes karena kebiasaanku masuk lebih pagi dan pulang paling akhir. Akhirnya aku memasang mesin absensi kartu di pabrik, menetapkan jam masuk dan jam pulang, termasuk menyusun jadwal shift kerja menjadi dua, dengan begitu, pekerja cukup fokus dengan jam kerja mereka, tidak perlu menyesuaikan denganku. Bekerja di pabrik ternyata seru Nur, dan yang paling menarik, aku bisa belajar banyak hal baru. Memperhatikan bagaimana sabun cuci dibuat dan dikemas. (TK/257)
Tugas pengawas pabrik bukanlah pekerjaan yang mudah. Sri harus mengawasi seluruh proses pembuatan sabun, dari menyiapkan bahan, membuat, mengemas, sampai mendistribusikan sabun. Selain itu, Sri juga harus mengawasi para pekerja, dari mereka datang sampai pulang. Banyak pekerja yang protes kepada Sri Ningsih, karena ia terlalu pagi saat datang ke pabrik dan sangat larut untuk pulang ke rumah. Para pekerja merasa tidak enak apabila berangkat didahului oleh pengawas pabrik dan pulang lebih dulu dari pengawas namun, pekerja juga tidak mau berangkat terlalu pagi dan pulang terlalu larut. Sri Ningsih melakukan inovasi terhadap sistem kerja menjadi dua shift.
7) Bisnis sabun mandi Data 24
Aku punya modal untuk memulai usaha baru, Nur. Tidak dalam skala besar, tapi cukup. Aku akan membuat pabrik sabun. Aku tidak akan menyaingi pabrik tempatku bekerja, aku akan fokus pada sabun mandi. Aku tahu apa yang dibutuhkan konsumen. Pasar menengah Indonesia menginginkan sabun mandi yang lebih berkualitas, premium. Pasarnya telah tumbuh, lima hingga enam tahun lagi akan lebih besar dibanding pasar Singapura. Aku sudah melakukan riset, termasuk mempelajari pola penjualan. (TK/260)
Sri Ningsih begitu yakin dengan bisnis yang akan dijalaninya. Hal ini dikarenakan Sri sudah menganalisis kebutuhan konsumen, khususnya masyarakat Indonesia. Konsumen membutuhkan sabun mandi kualitas premium. Sri yakin usahanya akan lebih besar dari pasar Singapura, karena ia sudah melakukan riset dan sudah mempelajari pola penjualan. Sri menyiapkan usahanya dengan sangat matang. Ia membeli peralatan pabrik dari luar negeri. Berkat pekerjanya dulu di pabrik sabun, membuat Sri Ningsih mempunyai banyak kenalan, sehingga mempermudahnya untuk mencari alat maupun bahan membuat sabun. Selain pekerja keras, Sri Ningsih adalah orang yang pandai bergaul. Ia bisa bergaul dengan siapa saja yang ditemuinya. Alhasil dia mempunyai banyak kenalan yang
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
mempemudah bisnisnya untuk mendapatkan alat maupun bahan-bahan yang dibutuhkan.
8) Cleaning service
Data 27
Pagi itu, saat hujan deras membungkus kota London, Sri Ningsih mendapatkan pekerjaan. Bukan sebagai pengemudi bus, belum, tapi pekerjaan baru ini juga keahliannya sejak usia sembilan tahun. Menyikat apapun hingga mengkilap. (TK/318)
Sri Ningsih berangkat bekerja pagi pukul lima. Ia berangkat ketika lapangan parkir bus masih sepi. Sri bekerja membersihkan apa saja yang perlu dibersihkan dan menyikat apapun sampai mengkilat. Dimulai dari membersihkan bagian dalam bus, seperti menyapu sampai memberi pengharum ruangan. Selain itu, Sri Ningsih juga harus membersihkan tubuh bus bagian luar, sepeti mengelap kaca bus dan membersihkan bagian luar lainnya. Terkadang Sri Ningsih juga harus menaiki tangga untuk membersihkan atap bus. Apalagi bus yang ia bersihkan adalah bus tingkat, ia pun harus memanjat agak tinggi. Ini bukanlah pekerjaan yang mudah, walaupun terlihat sepele, namun Sri Ningsih harus mempunyai keberanian untuk melakukan pekerjaan tersebut.
9) Sopir bus Data 29
“Sri Ningsih sopir yang menyenangkan. Dia bergabung di rute ini tahun 1980. Awalnya hanya petugas cleaning sevice, mencuci mobil, mengelap kaca, menyikat lantai bus. Beberapa bulan kemudian dia melamar untuk posisi pengemudi, petugas seleksi memandangnya sebelah mata, tapi dia lulus pada kesempatan pertama.” Lucy bercerita, melepas kacamata. (TK/299)
Sri merupakan perempuan yang kuat, buktinya ia berani mengambil keputusan menjadi sopir bus. Itu adalah keputusan yang besar, karena menjadi sopir bus bukanlah pekerjaan yang gampang, apalagi ia seorang perempuan. Dilihat dari bentuk fisik bus yang besar, tanggung jawab yang di emban pun sama besar. Sri Ningsih merupakan tipe orang yang suka mencoba hal baru yang menantang, sehingga ia memberanikan diri melamar menjadi seorang sopir bus. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, dalam novel Tentang Kamu karya Tere liye, tokoh Sri Ningsih melakukan perlawanan terhadap stereotip pekerjaan perempuan. Sri Ningsih melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lazimnya dilakukan oleh kaum laki. Terdapat sembilan macam pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki yang dapat dilakukan oleh Sri Ningsih, yaitu 1) mencari teripang, kerang, dan bulu babi; 2) mengambil air bersih di pulau seberang; 3) kuli serabutan di pasar; 4) bisnis makanan menggunakan gerobak dorong; 5) bisnis rental mobil; 6) pengawas pabrik; 7) bisnis sabun mandi; 8) cleaning service; dan 9) sopir bus. Novel Tentang Kamu karya Tere liye juga menjelaskan bahwa perempuan dapat melakukan berbagai macam kegiatan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki. Baik itu pekerjaan maupun cara pandang terhadap pekerjaan tersebut. Novel ini
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
menunjukkan secara tersurat maupun tersirat tentang pemikiran tokoh Sri Ningsih yang lebih maju dibanding perempuan pada umumnya, seperti berani mengambil keputusan untuk melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki. Walaupun perempuan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat, namun perempuan tersebut juga tetap menjalankan pekerjaan domestiknya.
Penelitian ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran di SMA, yang bertujuan untuk membuka wawasan peserta didik bahwa ada pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, baik itu pekerjaan yang ringan sampai pekerjaan yang berat. Perempuan melakukan pekerjaan yang berat, salah satunya karena ia terdesak dengan keadaan ekonomi. Penelitian ini juga sesuai dengan silabus kelas XII pada KD 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dan KD 4.9 Merancang novel atau novelet dengan memerhatikan isi dan kebahasaan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah diskusi dan penugasan serta model pembelajarannya inquiry learning. Peserta didik akan menemukan pemasalahan kemudian mereka juga akan mencari solusi dari pemasalahan tersebut. Peserta didik mendapatkan pemasalahan dengan cara melempar dadu, kemudian mereka akan mencari solusi dengan berdiskusi bersama teman satu kelompoknya. Pada saat pembelajaran, guru dapat menggunakan novel Tentang Kamu karya Tere liye sebagai bahan ajar dan menganalisis perlawanan tokoh Sri Ningsih terhadap stereotip perempuan melalui unsur intrinsik novel yakni tokoh atau penokohan. Selanjutnya, guru juga dapat menggunakan novel Tentang Kamu karya Tere liye sebagai rujukan agar peserta didik dapat merancang kerangka novel dengan tema perlawanan perempuan ataupun feminisme.
Novel Tentang Kamu juga menceritakan tentang tokoh Sri Ningsih secara detail dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Sri Ningsih perempuan tangguh dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapi ia selalu tegar dan sabar. Berkali-kali Sri Ningsih mengalami kegagalan ketika melakukan bisnis, namun Sri Ningsih terus mencoba melakukan perubahan baru dalam hidupnya. Hal ini juga dapat dikaji dari segi psikologi yang terdapat dalam diri Sri Ningsih dengan kajian psikologi sastra.
DAFTAR PUSTAKA Andrianti, S. (2011). Feminisme. Jurnal Antusias.
Anggarani, G. D. (2014). Kajian Feminisme dalam Novel Astirin Mbalela Karya Peni.
ADITYA - Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa.
Area, H., Indonesia, P., & Global, P. (2004). Urgensi Perlindungan Hukum Pelaut Indonesia Menghadapi Berbagai Permasalahan Global. Laporan Akhir Penelitian. Jakarta. Hlm.
Di, K., Pentas, A., & Tragédie, L. A. (2008). Dalam Perspektif Feminisme, 20 (1), 11–17.
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Majalah Ilmiah Pawiyatan. https://doi.org/10.1177/1056492601104012
Gulto. (2013). Metode Pengumpulan Data. Pengumpulan Data.
Hastuti, H. B. P. (2011). Laku Dramatis Tiga Tokoh Perempuan dalam Cerpen Lelaki dengan Bibir Tersenyum (Sebuah Kajian Feminis). Kajian Linguistik Dan Sastra, 23 (1), 30–41.
Hidayat, A. R., Anoegrajekti, N., & Mariati, S. (2013). Representasi Perempuan Dalam Novel Supernova-Petir Karya Dewi Lestari: Kajian Feminisme
Eksistensialis, 1–12. Retrieved from
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/60803
Lintang Citra Christiani. (2015). Pembagian Kerja Secara Seksual Dan Peran Gender Dalam Buku Pelajaran SD. Jurnal Interaksi.
Mansyur, A., Mustafa, A., Utojo, U., Hasnawi, H., & Tangko, A. M. (2016). "Pemilhan Lokasi Budidaya Ikan, Rumput Laut, dan Tiram Mutiara yang Ramah Lingkungan di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Jurnal Riset Akuakultur. https://doi.org/10.15578/jra.2.3.2007.303-318
Marjanto, Syaifuddin, D. K. (2018). "Potensi Budaya Masyarakat Bajo di Pulau Bungin Kabupaten Sumbawa". Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya. https://doi.org/10.30959/patanjala.v5i3.81
Rahmat, S. P. (2009). Penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif.
Reevy & Maslach, C., G. M. (2001). Adjective Check List. Sex Roles, 44, 437–459. Saidah. (2013). Sistem Pembagian Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin (Analisis
Gender terhadap Tenaga Kerja Perkebunan Sawit PT. Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten Paser). EJournal Sosiologi Konsentrasi.
Satvikadewi, A. A. I. P., & Hamim, H. (2019). "Strategi Komunikasi untuk Mempromosikan dan Meningkatkan Potensi Lokal Wisata Pulau Bawean".
REPRESENTAMEN. https://doi.org/10.30996/.v4i02.1809
Suwastini, N. K. A. (2017). "Perkembangan Feminisme Barat dari Abad Kedelapan Belas Hingga Postfeminsme: Sebuah Tinjauan Teoretis". Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora. https://doi.org/10.23887/jish-undiksha.v2i1.1408
Uhyat, H. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Windiyarti, D. (2008). Pemberontakan Perempuan Bali Terhadap Diskriminasi Kelas Dan Gender : Kajian Feminis Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini.
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Zaduqisti, E. (2009). Stereotipe Peran Gender dalam Pendidikan Anak. Jurnal Muwazah.