• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan Aktivitas Fisik Dan Frekuensi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di Smp N 5 Karanganyar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan Aktivitas Fisik Dan Frekuensi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di Smp N 5 Karanganyar."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, dimulai pada saat usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2004). Seseorang yang memasuki masa remaja, lebih membutuhkan banyak asupan makanan bergizi untuk menunjang pertumbuhan. Namun kebiasaan remaja saat ini antara lain tidak mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, terbiasa untuk tidak sarapan pagi sebelum berangkat sekolah, sering jajan di luar rumah, kurang mengkonsumsi buah dan sayur, lebih suka mengkonsumsi makanan yang tinggi gula ataupun lemak sebagai contohnya fast food selain itu aktivitas remaja yang cenderung berkurang karena kemajuan teknologi (Adriani et al, 2012).

(2)

Berdasarkan laporan Riskesdas (2013), prevalensi overweight pada remaja usia 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8% yang terdiri dari 8.3% remaja overweight dan 2.5% obesitas. Prevalensi remaja yang memiliki status gizi overweight di Jawa Tengah sebanyak 7% dan remaja yang obesitas sebesar 1.5% (Riskesdas, 2013).

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya overweight pada remaja antara lain adalah faktor genetik, sosial ekonomi, aktivitas fisik dan konsumsi fast food. Aktivitas fisik memiliki peranan terhadap kejadian overweight seiring dengan berkembangnya teknologi pada saat ini yang menjadikan gaya hidup santai karena semua serba mudah sehingga tubuh sedikit bergerak untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Overweight dapat terjadi, karena hal tersebut didukung oleh faktor makanan yang dikonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas tubuh yang dilakukan lebih sedikit sehingga makanan tersebut tidak dapat dimetabolisme di dalam tubuh. Akibatnya makanan yang berlebihan tersebut disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh yang pada akhirnya membuat ukuran tubuh menjadi terus bertambah yang disebut overweight (Cakrawati, 2011).

(3)

terdapat perbedaan aktivitas fisik antara remaja yang mengalami overweight dan normal, dimana sebagian besar remaja overweight hanya memiliki aktivitas ringan, sedangkan remaja normal memiliki aktivitas sedang. Penelitian Azhari (2007) menunjukkan bahwa siswa yang tidak aktif memiliki risiko untuk mengalami overweight sebesar 2,58 kali lebih besar bila dibandingkan dengan siswa yang aktif. Hasil penelitian Kauripan (2012), yang dilakukan di SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado menyatakan bahwa siswa yang memiliki aktivitas rendah lebih berisiko untuk mengalami overweight dari pada siswa yang memiliki aktivitas sedang dan berat.

Faktor penyebab overweight pada remaja selain dari aktivitas fisik adalah konsumsi fast food. Sebagian besar fast food merupakan makanan yang mengandung tinggi energi dan tinggi lemak namun sedikit akan kandungan vitamin ataupun mineral. Asupan karbohidrat dan lemak yang dikonsumsi secara berlebih di dalam tubuh akan disimpan sebagai glikogen untuk kelebihan karbohidrat, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak tubuh. Tubuh mempunyai kemampuan untuk menyimpan lemak yang tidak terbatas, sehingga jika mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang tinggi maka resiko terjadinya overweight semakin besar (Soegih dkk, 2009).

(4)

makan yang sering mengkonsumsi makanan berkabohidrat tinggi dapat memicu terjadinya overweight pada remaja (Emirfan, 2011).

Penelitian yang dilakukan pada 6 kota di Indonesia, menyatakan bahwa sekitar 15,20% remaja mengkonsumsi fast food sebagai makanan siangnya (Khomsan, 2003). Hasil Penelitian Badjeber, dkk (2009) di Manado memperoleh hasil bahwa anak yang mengkonsumsi fast food lebih dari 3 kali per minggu memiliki risiko 3,28 kali lebih besar untuk overweight dibandingkan dengan anak yang jarang atau 1-2 kali per minggu mengkonsumsi fast food. Penelitian Suryaputra (2012), yang dilakukan di Surabaya memperoleh hasil bahwa siswa overweight lebih sering mengkonsumsi fast food dibandingkan dengan siswa yang normal. Penelitian yang dilakukan Lilis (2011), di Cirebon menyatakan bahwa siswa yang overweight memiliki asupan fast food yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang normal.

Peneliti memilih untuk melakukan penelitian ini di SMP N 5 Karanganyar karena sekolah tersebut terletak di tengah kota yang menyediakan kemudahan transportasi kemanapun, banyak penjual makanan jajan di depan sekolah. Alasan lainnya adalah berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, yang dilakukan pada bulan Edo, (2015) pada bulan Februari memperoleh hasil prevalensi siswa yang memiliki status gizi obesitas sebesar 4,5%, overweight 11,11%, kurus 9,3%, dan sangat kurus 2,1%.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini “Apakah ada hubungan aktivitas fisik dan frekuensi fast food dengan kejadian overweight pada remaja SMPN 5 Karanganyar”.

C. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan aktivitas fisik dan frekuensi fast food dengan kejadian overweight pada remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Karanganyar.

2. Tujuan khusus

a. Mendiskripsikan aktivitas fisik, frekuensi fast food dan status gizi overweight remaja di SMP N 5 Karanganyar.

b. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada remaja SMP N 5 Karanganyar.

c. Menganalisis hubungan frekuensi fast food dengan kejadian overweight pada remaja SMPN 5 Karanganyar.

d. Internalisasi Islam tentang aktivitas fisik dan frekuensi fast food.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Karanganyar

(6)

untuk melakukan tindakan penertiban pedagang jajanan di luar lingkungan sekolah.

2. Bagi Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Karanganyar

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program penyuluhan agar menambah pengetahuan tentang makanan sehat dikalangan remaja. 3. Bagi Remaja

Referensi

Dokumen terkait

melakukan manajemen laba pada periode dua tahun menjelang IPO dan tidak terdapat

Effect of pH and Storage Temperatures on Antibacterial Activity of Bacteriocin Produced by Lactic Acid Bacteria Isolated from OGI.. British Microbiology

Namun demikian, penurunan konsentrasi glukosa darah pada kelompok B tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan kondisi pada H3 (tiga hari setelah induksi, sesaat

Masyarakat Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah memiliki pengetahuan yang tidak berbeda dengan Perum Perhutani dalam kegiatan budi daya hutan.. Kegiatan budi

Beneficiary ' s financial cond.iti.on as of' the date of such con.finltations :tnd agreement, エ。ォゥョセ@ into account the recolD!D.e:1dations of the manage.u.ent

1. Kualitas tempat tumbuh mindi muda dari sisi sifat tanah lebih baik dibanding dua tegakan lainnya yaitu agroforestri mindi tua dan tegakan pinus. Desa Selaawi mempunyai

Analisis mekanika struktur untuk mencari gaya-gaya dalam yang terjadi pada portal struktur gedung menggunakan program “ SAP 2000” 8 nonlinear. Perhitungan matematis agar

b) Financial ratio analisys , yaitu analisa dengan cara mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca.. atau laporan laba rugi untuk