• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.000 jiwa (Wilmoth et al., 2010). Angka kematian ibu di setiap negara memiliki variasi yang cukup besar. Di negara berkembang Maternal Mortality Ratio (MMR) mencapai 290 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara maju MMR-nya sebesar 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Dari seluruh kematian ibu, 99% terjadi di negara berkembang (Wilmoth et al., 2010). Di Indonesia sendiri, Angka Kematian Ibu (AKI) berjumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Neonatus (AKN) berjumlah 19 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh World Health Organization (WHO) dan negara-negara yang tergabung di dalamnya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Neonatus. Seperti halnya pencanangan Safe Motherhood (1987), program Making Pregnancy Safer (1999), dan berbagai konferensi tingkat nasional, regional, maupun

(2)

internasional yang bertujuan untuk membahas strategi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Usaha-usaha tersebut berhasil menurunkan 34% kematian ibu hamil dan melahirkan dari tahun 1990 hingga 2008. Hal ini berdasarkan Millenium Development Goals 5 dengan penurunan terbesar di Afrika utara dan Asia timur (Wilmoth et al., 2010).

Millenium Development Goals 5 yang harus dicapai pada tahun 2015 memerlukan upaya yang strategis yaitu dengan meningkatkan kerjasama antar negara, pelatihan-pelatihan, dan interprofessional education yang melibatkan berbagai profesi dalam meningkatkan kualitas kesehatan dunia. Pada tingkat sistem kesehatan, pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan tidak hanya akses, tapi juga kualitas perawatan yang penting dan darurat. Tujuan ini melibatkan kebijakan kesehatan nasional serta manajemen infrastruktur, perlengkapan dan pembiayaan di tingkat kabupaten. Selain itu termasuk penilaian kebutuhan lokal dan pengawasan kinerja sistem kesehatan (WHO, 2013).

Menurut Survey Kesehatan Nasional pada tahun 2001, tiga besar penyebab langsung kematian Ibu di Indonesia adalah perdarahan 27%, eklamsia 23%, dan infeksi 11% (SKRT, 2001). Untuk menurunkan angka kematian ibu

(3)

dengan meminimalisir penyebabnya, diperlukan upaya untuk mengelola faktor risiko kematian ibu. Faktor risiko kematian ibu menurut McCarthy dan Maine (1992) dibagi menjadi 3 faktor. Faktor yang paling besar pengaruhnya bagi kematian ibu disebut dengan determinan dekat yaitu kehamilan, komplikasi, persalinan, dan nifas. Determinan dekat dipengaruhi secara langsung oleh determinan antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses pelayanan kesehatan, perawatan kesehatan dan faktor-faktor lain yang tidak terduga. Disamping itu, terdapat juga determinan jauh yang mempengaruhi determinan antara, meliputi faktor ekonomi dan sosiokultural.

Dalam mengelola faktor risiko tersebut diperlukan peran berbagai pihak terutama pelayanan kesehatan primer yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Intervensi pelayanan kesehatan primer yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu, bayi, dan anak (KIA) harus dilaksanakan sesuai dengan pendekatan pelayanan berkelanjutan (continuum of care) (Kerber,2007). Pendekatan tersebut sejalan dengan peran pelayanan primer(Puskesmas) yang menjadi level pertama yang berhubungan langsung dengan individu, keluarga, dan komunitas sebagai elemen pertama dalam proses

(4)

keberlanjutan pelayanan kesehatan (Deklarasi Alma-Ata, 1978).

Dalam perkembangan target Millenium Development Goals 5 dengan melibatkan puskesmas sebagai lini pertama dalam pelayanan kesehatan primer, terdapat banyak kendala dalam pelaksanaannya. Kendala utama untuk kemajuan menuju kesehatan yang lebih baik bagi ibu adalah perawatan yang kurang mencukupi (WHO, 2013). Di tujuh provinsi kawasan timur, satu dari setiap tiga persalinan berlangsung tanpa mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan apapun, hanya ditolong oleh dukun bayi atau anggota keluarga. Dari segi keberlanjutan, kebanyakan perempuan hamil di Indonesia yaitu sebesar 72% melakukan kunjungan pertama tetapi putus sebelum empat kunjungan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan (Unicef, 2012). Hal ini diperparah oleh kurangnya petugas kesehatan berkualitas (WHO,2013). Kendala penting lain untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya (Juknis Jampersal, 2011). Dengan demikian, diperlukan penguatan kemampuan klinis dan manajemen kepada tenaga kesehatan khususnya bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di desa (Kemenkes, 2012). Dalam melakukan

(5)

perencanaan strategis untuk penyediaan petugas yang terampil untuk semua wanita melahirkan anak dan bayi yang baru lahir, perlu mempertimbangkan faktor-faktor, yaitu: (1)keragaman geografis dalam negeri, (2)keterampilan petugas kesehatan, (3) organisasi dan struktur sistem kesehatan, (4) kebutuhan khusus kondisi kesehatan wanita yang mendasar, dan (5) pemantauan dan pelaporan (WHO, ICM, FIGO, 2004). Untuk itu, diperlukan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan (Juknis Jampersal,2011).

Jampersal adalah strategi Indonesia dalam melakukan jaminan pembiayaan sehingga mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan kesehatan nifas termasuk KB pascasalin, dan pelayanan bayi baru lahir di pelayanan kesehatan (Juknis Jampersal, 2011). Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes dan fasilitas pelayanan yang ditawarkan oleh jampersal. Pelayanan ini berfungsi untuk memperkuat fungsi puskesmas sehingga dapat

(6)

mengurangi angka kematian ibu dan bayi (Juknis Jampersal, 2011).

Dalam pelaksanaan jampersal untuk mewujudkan strategi PBB pada Millenium Development Goal’s 5, Puskesmas sebagai lini pertama dalam melakukan upaya peningkatan kualitas kesehatan di tingkat primer memiliki fungsi untuk mengupayakan tindakan kuratif, preventif, dan promotif. Dalam melakukan fungsi preventif dan promotif, diperlukan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi dan pentingnya pengetahuan bagi para ibu hamil dan menyusui. Ibu yang mendapat pemahaman mengenai kesehatan reproduksi maka lebih memperhatikan tentang kesehatan kehamilannya yang dipantau dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care), persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan nifas dan perawatan neonatus. Pemahaman tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi juga akan mendorong suksesnya keluarga berencana. Namun, terdapat aspek-aspek yang berpengaruh terhadap Maternal and Newborn Health(MNH), yaitu hambatan geografis, sosial budaya, dan hambatan keuangan (WHO, 2013).

Adanya terobosan baru pemerintah dalam program jampersal, maka akan memberikan dampak positif bagi permasalahan kematian ibu melahirkan di Indonesia,

(7)

terutama permasalahan-permasalahan yang terjadi di daerah-daerah terpencil, seperti di kota Ternate.

Kota Ternate merupakan kota yang terletak di Indonesia Timur provinsi Maluku Utara dengan angka kematian ibu sebesar 85 kasus selama tahun 2011. Pada daerah terpencil seperti Ternate, diharapkan bahwa fungsi pelayanan kesehatan primer dalam hal ini puskesmas dapat memberikan dampak yang optimal sehingga angka kematian ibu akan menurun. Untuk mengetahui pelaksanaan jampersal di pelayanan kesehatan primer, diperlukan suatu evaluasi. Dalam studi ini dilakukan penelitian terhadap pengelolaan jampersal di kota Ternate sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah dan pemangku kepentingan dalam memperbaiki pelaksanaan jampersal sehingga terwujudnya target Millenium Development Goal’s 5.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.Bagaimanakah cakupan Jampersal di kota Ternate, Maluku Utara selama 1 tahun pelaksanaannya yang meliputi:kunjungan ibu hamil (antenatal care), persalinan oleh tenaga kesehatan, Maternal Mortality

(8)

Ratio, kunjungan neonatus, cakupan Keluarga Berencana, penanganan ibu hamil berisiko, dan Infant Mortality Ratio,

2.Seberapa besar pengaruh cakupan Jampersal untuk menurunkan Maternal Mortality Ratio dan Infant Mortality Ratio?

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran data mengenai cakupan pelaksanaan Jaminan Persalinan (Jampersal) selama satu tahun di puskesmas Kota Ternate, Maluku Utara.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran data cakupan Jampersal di kota Ternate, Maluku Utara selama 1 tahun pelaksanaannya yang meliputi: (1) kunjungan ibu hamil (antenatal

care), (2) persalinan oleh tenaga kesehatan, (3)

Maternal Mortality Ratio, (4) kunjungan neonatus, (5) cakupan Keluarga Berencana, (6) penanganan ibu hamil berisiko, dan (7) Infant Mortality Ratio.

Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kajian mengenai pengaruh cakupan Jampersal dalam menurunkan Maternal Mortality Ratio dan Infant Mortality Ratio.

(9)

I.4. Keaslian Penelitian

Jampersal telah diterapkan di kota Ternate sejak tahun 2011. Oleh karena itu, selama 1 tahun pengimplementasian Jampersal tersebut perlu dilakukan suatu evaluasi agar kedepannya Jampersal ini dapat menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Indonesia timur. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian tentang Jampersal yang pertama di lakukan di kota Ternate.

I.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu :

1)Memberikan gambaran evaluasi 1 tahun pelaksanaan Jampersal di Kota Ternate yang dapat digunakan sebagai input dan perbaikan program oleh stakeholder terkait berdasarkan rumusan masalah.

2)Memberikan sumber data sebagai dasar pola berpikir kritis civitas akademik kedokteran dalam menelaah data program surveillance ibu hamil-melahirkan dan bayi baru lahir kemudian memprosesnya menjadi publikasi yang bertaraf internasional.

Referensi

Dokumen terkait

∗ "alam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristia pada penyimpulan analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristia menuju kepada satu peristia

1) Mempelajari semua laporan hasil pengendalian standar yang merupakan upaya perbaikan dan peningkatan mutu dari setiap isi standar SPMI yang telah ditetapkan

PERBEDAAN PENGARUH JENIS LATIHAN BEBAN DAN RASIO ANTHROPOMETRIK TERHADAP PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Studi Eksperimen Latihan Beban Leg – Press , Back Squat

Hasil Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Kecamatan Nanga Ella Hilir dapat disimpulkan sebagai berikut faktor lingkungan fisik yang berhubungan

Dampaknya, motif-motif tepak kendang Suwanda banyak yang tidak berlaku lagi di antara para seniman karena motif-motif yang digunakan pada masa sekarang adalah motif-motif baru

Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada adalah Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan

Abu Limbah Batu Bara”. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik

Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding abdomen dan yang telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau catatan medik pasien.. Laparatomi adalah suatu