Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
11 GAMBARAN PENATALAKSANAAN SOP TRIAGE DI RUMAH SAKIT TINGKAT III
DR. R. SOEHARSONO BANJARMASIN
(DESCRIPTION OF MANAGEMENT OF TRIAGE SOPS IN HOSPITAL LEVEL III DR. R. SOEHARSONO BANJARMASIN)
Ernawati*, Meylani Nooramelia**
Akademi Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin Program DIII Keperawatan
Email : [email protected] Abstract
Triage is the process of selecting patient priorities according to the level of injury or the emergency level is carried out quickly and precisely and carried out by a doctor or nurse Triage. Triage if not carried out properly will have a major impact on patients who come, one of which can add injury and life-threatening in a matter of hours or even in minutes. The aim of the study was to determine the description of the Triage nurses classification and description of Triage SOP management in the ED emergency room at TK III Hospital Dr. R. Soeharsono Banjarmasin. The method used in this study is a non-experimental method, namely descriptive research design. This study uses a descriptive method with a "cross sectional" goal to describe or define the implementation of Triage SOPs in Emergency Services. In accordance with the inclusion criteria, the sample used was 11 doctors and 13 nurses at the emergency room of TK III Hospital Dr. R. Soeharsono Banjarmasin. Data collection uses observation sheets and questionnaire methods. The results of univariate analysis showed a description of the characteristics of Triage nurses, namely 13 people (54.2%) were Triage officers, 8 people (33.3%) aged <50 years, 19 people (79.2%) working in ED <5 years, 15 people (62.5%) became Triage officers <2 years old, 11 people (45.8%) attended BTCLS and BTLS training, 18 people (75.0%) ever but rarely received training support from the Hospital, and pictures of SOP management Triage at EDD TK III Hospital Dr. R. Soeharsono Banjarmasin is 33 people (68.8%) implementing Triage in accordance with the SOP.
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
12 Abstrak
Triage adalah proses pemilihan prioritas pasien sesuai dengan tingkat cidera atau tingkat kegawatdaruratan nya dilakukan dengan cepat dan tepat dan dilakukan oleh dokter atau perawat Triage. Triage apabila tidak dilaksanakan dengan benar akan berdampak besar pada pasien yang datang salah satunya bisa menambah cidera dan mengancam jiwa dalam hitungan jam atau bahkan dalam hitungan menit. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran klasifikasi perawat Triage dan gambaran penatalaksanaan SOP Triage di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non eksperimen, yaitu desain penelitian deskriftif. Penelitian ini menggunakan metode diskriftif dengan “cross sectional” tujuan untuk menggambarkan atau mendeskriftifkan pelaksanaan SOP Triage pada Instalasi Gawat Darurat. Sesuai dengan kriteria inklusi sampel yang digunakan adalah 11 orang dokter dan 13 orang perawat di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan metode kuesioner. Hasil analisa univariat menunjukan gambaran karakteristik perawat Triage yaitu 13 orang (54,2%) merupakan petugas Triage, 8 orang (33,3%) berusia < 50 th, 19 orang (79,2%) bekerja di IGD < 5 th, 15 orang (62,5%) menjadi petugas Triage < 2 th, 11 orang (45,8%) mengikuti pelatihan BTCLS dan BTLS, 18 orang (75,0%) pernah tapi jarang mendapat dukungan pelatihan dari Rumah Sakit, dan gamabaran penatalaksanaan SOP Triage di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin adalah 33 orang (68,8%) melaksanakan Triage sesuai dengan SOP.
Kata kunci : SOP, Triage, IGD
1. Pendahuluan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah Instalasi pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multidisiplin ilmu (Kemenkes RI, 2010).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No, 147/Menkes/PER/I/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorang secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan secara paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (pemeliharaan dan peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit), rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Waktu tunggu yang melebihi 2 jam menunjukan terjadinya kegagalan akses dan kualitas pelayanan. Tata ruang dan peralatan dalam Australasian Triage Scale (ATS) harus memenuhi standar (tempat cuci tangan dan sarung tangan), pengukur suhu, alat komunikasi yang memadai seperti telepon atau intercom dan fasilitas pendokumentasian triage. (Australian College for Emergency Medicine, 2002).
Australasian Triage Scale (ATS) / Skala Triase Australasian merupakan panduan triase yang didesain diruang emergency dirumah sakit di New Zealand Australia pada tahun 1993 dan digunakan di Indonesia.
Hal ini juga diungkapkan oleh Boswick (2008) bahwa Triage apabila tidak dilaksanakan dengan benar akan berdampak besar pada pasien yang datang salah
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
13 satunya bisa menambah cidera dan mengancam jiwa dalam hitungan jam atau bahkan dalam hitungan menit.
Selain harus mempunyai ketepatan berupa SOP pada kegiatan Triage perawat bertanggung jawab untuk dapat mengambil keputusan segera (decision making), melakukan pengkajian resiko, pengkajian sosial, diagnosis, menetukan prioritas dan merencanakan tindakan berdasarkan urgency pasien (Sands, 2007).
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010). Sedangkan menurut Elliot et al (2008), perawat unit gawat darurat harus memiliki keterampilan triage dan hal ini membedakan antara perawat unit gawat darurat dengan perawat unit khusus lainnya. Karena harus dilakukan dengan cepat dan akurat maka diperlukan perawat yang berpengalaman dan kompeten dalam melakukan tindakan medis.
Dari hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti di Instalasi Gawat Darurat RS Tingkat III Dr. R Soeharsono Banjarmasin sebagian perawat yang melaksanakan Triage sesuai dengan SOP dan sebagian nya tidak melaksanakan sesuai SOP.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang “Gambaran Penatalaksanaan SOP Triage di RS Tingkat III Dr. R Soeharsono Banjarmasin”.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non eksperimen, yaitu desain penelitian deskriftif.
Desain penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambar atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Sugiono, 2015).
Penelitian ini menggunakan metode diskriftif dengan “cross sectional” tujuan untuk menggambarkan atau mendeskriftifkan pelaksanaan SOP Triage pada Instalasi Gawat Darurat.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat Instalasi Gawat Darurat RS TK III Dr. R Soeharsono berjumlah 13 orang perawat dan 11 orang Dokter.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Perawat dan Dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit TK III Dr. R Soeharsono Banjarmasin.
b. Perawat dan Dokter yang bersedia menjadi responden untuk penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Perawat dan Dokter magang di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit TK III Dr. R Soeharsono Banjarmasin.
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
14
3. Hasil Penelitian
a. Karakteristik Perawat Triage
Karakteristik responden dalam penelitian ini disajikan berdasarkan usia, lama bekerja dan pelatihan atau keterampilan khusus. Hasil penelitian terkait karakteristik responden sebagai berikut :
1) Hasil Distribusi Frekuensi Usia Perawat/Dokter IGD RS TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Usia
No Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1. 26-35 TH 6 24,9%
2. 36-45 TH 5 20,75%
3. 46-55 TH 12 49,8%
4. 56-65 TH 1 4,15%
Total 24 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui dari 24 responden, yang paling banyak adalah usia 46-55 th yaitu 12 orang (49,8%) dan yang paling sedikit adalah usia 56-65 th yaitu 1 orang (4,15%). 2) Hasil Distribusi Frekuensi Lama bekerja di IGD RS TK III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Lama bekerja di IGD
No Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1. < 3 TH 3 12,6%
2. > 3 TH 21 88,2%
Total 24 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diatas dapat diketahui dari 24 responden, terdapat yang paling banyak adalah 21 orang (88,2%) bekerja di IGD RS TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin selama > 3 th dan yang paling sedikit 3 orang (12,6%) bekerja di IGD RS TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin selama < 3 th.
3) Hasil Distribusi Frekeunsi Pelatihan Perawat/Dokter IGD RS TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pelatihan pada Paramedis di IGD
No Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1. BTCLS 11 45,8%
2. BTLS 11 45,8%
3. PPGD 1 4,15%
4. ATLS 1 4,15%
Total 24 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui dari 24 responden, terdapat yang paling banyak adalah 11 orang (45,8%) mengikuti pelatihan BTCLS dan BTLS sementara yang paling sedikit adalah 1 orang (4,15%) mengikuti pelatihan PPGD dan ATLS.
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
15 b. Analisa Unvariat
1) Pelaksanaan SOP Triage
Pelaksanaan SOP Triage adalah pemberian label warna (merah, kuning, hijau, hitam) pada pasien sesuai tingkat cideranya sesuai dengan standar operasional yang berlaku di Rumah Sakit terkait. Hasil pengukuran pelaksanaan SOP Triage diruang IGD Rumah Sakit TK III Dr.R Soeharsono Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan SOP Triage
No Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1. Terlaksana sesuai SOP 48 100%
2. Tidak Terlaksana sesuai SOP
0 0%
Total 48 100 %
Sumber: Data Primer
Berdasarkan pada tabel 4.7 dari 48 responden, semua (100%) melakukan Triage sesuai dengan SOP yang berlaku.
2) Pelaksana Triage (Paramedis)
Paramedis adalah tenaga medis yang melaksanakan atau memberikan label pada Triage. Hasil pengukuran pelaksanaan SOP Triage diruang IGD Rumah Sakit TK III Dr.R Soeharsono Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Paramedis
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dari 48 responden sebanyak (54,2%) perawat dan sebanyak (45,8%) dokter terhadap SOP Triage di Rumah Sakit TK III Dr. R Soeharsono Banjarmasin.
3) Berdasarkan Anamnesa Pada Pasien
Anamnesa adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik atau wawancara yang dilakukan bersifat komprehensif. Hasil pengukuran anamnesa pada pasien yang datang diruang IGD Rumah Sakit TK III Dr.R Soeharsono Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Anamnesa pada Pasien
No Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1. Terlaksana sesuai SOP 46 95,68%
2. Tidak Terlaksana sesuai SOP
2 4,32%
Total 48 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dari 48 responden yang paling banyak 46 orang (95,68%) anamnesa pada pasien dilakukan dengan tepat sesuai
No Kategori Frekuensi Presentasi (%)
1. Perawat 26 54,2 %
2. Dokter 22 45,8 %
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
16 SOP dan yang paling sedikit 2 orang (4,32%) anamnesa pada pasien dilakukan tidak sesuai SOP.
4) Berdasarkan Kategori Triage/Labeling pada Pasien
Pasien adalah seseorang yang mengalami cidera atau kecelakaan yang ditolong sesuai dengan tingkat keparahannya. Hasil pengukuran pasien yang datang diruang IGD Rumah Sakit TK III Dr.R Soeharsono Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Berdasarkan Kategori/Labeling Triage pada Pasien
No Kategori Frekuensi Presentasi
(%)
1. Hijau 24 50,0%
2. Kuning 24 50,0%
3. Total 48 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.10 dari 48 responden sebanyak (50,0%) pasien dengan kategori hijau dan sebanyak (50,0%) pasien dengan kategori kuning terhadap SOP Triage di Rumah Sakit TK III Dr. R Soeharsono Banjarmasin.
5) Berdasrkan Tindakan Medis/Keperawatan pada Pasien
Tindakan medis/keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik. Hasil pengukuran tindakan medis/keperawatan diruang IGD Rumah Sakit TK III Dr. R Soeharsono Banjarmasin.
Tabel 4.11 Tindakan Medis/Keperawatan pada Pasien
No Kategori Frekuensi Presentasi %
1. Terlaksana sesuai SOP 45 93,6%
2. Tidak Terlaksana sesuai SOP
3 6,4%
Total 48 100%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.11 dari 48 responden, yang paling banyak 45 orang (93,6%) melaksanakan tindakan medis dengan tepat sesuai SOP dan yang paling sedikit 3 orang (6,4%) melaksanakan tindakan medis tidak sesuai SOP.
6) Berdasarkan Evaluasi pada Pasien
Evaluasi adalah Perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga medis lainnya.
Tabel 4.12 Evaluasi pada pasien
No Kategori Frekuensi Presentasi %
1. Terlaksana sesuai SOP 48 48%
2. Tidak Terlaksana sesuai SOP 0 0%
Total 48 100%
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
17 Berdasarkan tabel 4.12 dari 48 responden, keseluruhan 48 orang (100%) melaksanakan evaluasi dengan tepat sesuai SOP.
4. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan hasil penelitian ini, penelitian membahas hasil pada setiap variabel (analisa univariat) yang diamati seperti : Gambaran Penetalaksanaan SOP Triage di Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin dan Gambaran Karaketristik Perawat Triage.
Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian terkait dengan teori-teori pendukung yang ada disetiap variabel. Pada akhir pembahasan, peneliti akan membahas mengenai keterbatasan dari penelitian ini.
1. Gambaran Klasifikasi Perawat Triage di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
a. Karakteristik Perawat Triage 1) Perawat/Dokter IGD
Hasil penelitian didapat dari 24 responden, semua atau 100% merupakan benar perawat pada IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Sohersono Banjarmasin. Berdasarkan hasil kuesioner, semua responden merupakan paramedis di ruang IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin dan bukan paramedis yang sedang praktik atau magang. Hal ini sesuai dengan syarat penelitian yang ada pada kriteria inklusi. Dari hasil penelitian sehingga dapat disimpulkan pemiliih responden pada penelitian ini sudah memenuhi syarat pemilihan sampel. 2) Usia
Hasil penelitian didapat dari 24 responden, yang paling banyak adalah usia 46-55 th yaitu 12 orang (49,8%) dan yang paling sedikit adalah usia 56-65 th yaitu 1 orang (4,15%). Berdasarkan hasil kuesioner adalah terbanyak 12 orang (49,8%) berusia 46-55, sesuai dengan teori (Dessler,2004) bahwa usia produktifitas adalah 20-30 tahun yang pada usia ini seseorang sedang memilih pekerjaan yang sesuai dengan karir individu tersebut. Usia 30-40 tahun merupakan usia saat seseorang memantapkan pemeliharaan karir untuk mencapai tujuan dan puncak karir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia mempengaruhi pelaksanaan Triage karena semakin tua usia pelaksana Triage tersebut maka semakin banyak pengalaman yang telah didapat, hal ini didukung oleh hasil penelitian pada IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin yang menunjukan bahwa pelaksana Triage yang lebih tua usia nya lebih cepat dan tanggap dalam menentukan prioritas pasien sesuai dengan tingkat cideranya. Hal ini juga sesuai dengan syarat petugas Triage yaitu cepat dan tepat serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambil (Elliot et all, 2008)
3) Lama Bekerja di IGD
Hasil penelitian didapat dari 24 responden, yang paling sedikit 3 orang (12,3%) bekerja di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin selama < 3 th dan yang paling banyak 21 orang (88,2%) bekerja di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin selama > 3 th. Berdasarkan hasil kuesioner adalah terbanyak 21 orang (88,2%) bekerja > 3 th sebagai paramedis di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin, sesuai dengan teori yaitu masa kerja juga
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
18 merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan serta keterampilan, karena seseorang yang memiliki masa kerja yang lama secara otomatis akan terbentuk pengalaman kerja yang memadai serta tercipta pola kerja yang efektif dan dapat menyelesaikan berbagai persoalan berdasarkan pengalaman keterampilan serta tercipta pola kerja yang efektif dan dapat menyelesaikan berbagai persoalan berdasarkan pengalaman, keterampilan, serta pengetahuannya.(Erlita,2008). Sunaryo (2004), mengemukakan bahwa tingkat kematangan dalam berfikir dan berperilaku dipengaruhi oleh pengalaman kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama masa kerja akan semakin tinggi tingkat kematangan seseorang dalam berfikir. Lama bekerja seorang petugas kesehatan di IGD dapat melakukan Triage minimal memiliki masa kerja > 2 tahun.
4) Pelatihan
Hasil penelitian didapat dari 24 responden, 11 orang (45,8%) mengikuti pelatihan BTCLS, 11 orang (45,8%) mengikuti pelatihan BTLS, dan 1 orang (4,15%) mengkuti pelatihan PPGD dan ATLS. Berdasarkan hasil kuesioner adalah terbanyak 11 orang atau (45,8%) mengikuti pelatihan BTCLS dan 11 orang atau (45,8%) mengikuti pelatihan BTLS, sesuai dengan teori pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama dalam kasus kegawatdaruratan. Penelitian yang pernah dilakukan Nurhayati dkk (2008) terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kegawatan dilaut, dari hasil yang diperoleh tingkat pengetahuan meningkat setelah mengikuti pelatihan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Joeharno (2008) bahwa pelatihan yang diselenggarakan kepada petugas kesehatan IGD memberi pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dalam memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit, petugas kesehatan IGD yang dapat melakukan tindakan triage minimal pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan seperti BTCLS,BTLS, ATLS, PPGD, dll.
2. Gambaran pelaksanaan SOP Triage a. Pelaksanaan SOP Triage
Hasil penelitian didapat dari 48 responden semua (100%) melaksanakan Triage dengan tepat sesuai dengan SOP yang berlaku. Berdasarkan hasil observasi, yang terbanyak adalah melaksanakan dengan tepat sesuai dengan SOP. Pelaksanaan SOP Triage sesuai dengan standar yang ada dapat mempengaruhi baik dan buruknya penilaian pada Rumah Sakit. Definisi itu sendiri menurut (Boswick,2008) Triage apabila tidak dilaksanakan dengan benar akan berdampak besar pada pasien yang datang salah satunya bisa menambah cidera dan mengancam jiwa dalam hitungan jam atau bahkan dalam hitungan menit. SOP adalah suatu pedoman urutan langkah-langkah atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan, dimana bekerja pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa saja yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, dimana melakukannya, dan siapa saja yang melakukannya harus sesuai dengan Standar atau SOP yang telah dibuat di Instalasi tersebut dan apabila tidak dilakukan sesuai dengan standar maka akan ada sanksi atau hukuman bahkan tuntutan yang akan diberikan kepada yang melanggar SOP tersebut (Moekijat,2008).
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
19 b. Pelaksana Triage (Paramedis)
Hasil penelitian didapat dari 48 responden, sebanyak 26 orang atau (54,2%) paramedis perawat dan 22 orang atau (45,8%) paramedis dokter. Berdasarkan hasil observasi yang terbanyak adalah paramedis perawat. Paramedis yang ada di IGD sangat berpengaruh pada pelaksanan SOP Triage, karena jika yang melakukan bukan paramedis maka dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini didukung teori Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung oleh tenaga medis bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis (Bagus, 2007). Adapun tugas dan tanggung jawab petugas Triage sebagai berikut:
1) Melaksanakan Triage sesuai dengan SOP yang berlaku di rumah sakit terkait.
2) Bekerjasama dengan tenaga medis yang lain.
3) Melakukan Triage sesuai dengan waktu tanggap yang berlaku pada SOP. 4) Melakukan anamnesa dengan cepat dan tepat.
5) Membuat keputusan berdasarkan pemeriksaan.
6) Memberi tindakan segera kepada pasien berdasarkan tingkat keparahan cidera atau kategori prioritas.
7) Mempersiapkan diri dari fisik yang sehat maupun mental.
8) Melaksanakan informed consent yang jelas atau edukasi pasien sesuai formulir yang ada.(Sumber : Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Staff IGD RSUP H. Adam Malik Medan)
c. Berdasarkan Anamnesa pada pasien
Hasil penelitian didapat dari 48 responden yang paling banyak 46 orang (95,68%) melaksanakan anamnesa dengan tepat sesuai SOP dan yang paling sedikit 2 orang (4,32%) melaksanakan anamnesa tidak sesuai SOP. Dari hasil penelitian didapat 2 orang (4,32%) melakukan anamnesa dengan tidak tepat dipengaruhi oleh faktor waktu yang lama dan petugas yang melakukan anamnesa bekerja < 3 tahun. Sesuai dengan teori Petricia A Potter (2005), anamnesa penting dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik atau wawancara bersifat komperehensif. Dengan anamnesa tenaga medis dapat mengumpulkan informasi terkait tentang pasien yang datang dari data diri sampai hal detail seperti alergi makanan dan obat, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga dan lain-lain. Perawat atau dokter menggunakan data dari anamnesa untuk validasi kemudian dengan informasi objektif, selain itu anamnesa juga memberi kesempatan pada tenaga medis untuk mengboservasi pasien. Berdasarkan Kategori Triage/Labeling pada Pasien. Hasil penelitian didapat dari 48 responden, sebanyak 24 orang atau (50,0%) pasien hijau dan sebanyak 24 orang atau (50,0%) pasien kuning. Berdasarkan hasil observasi adalah sama atau seimbang antara pasien hijau dan pasien kuning. Penggolongan pasien pada Triage sangat berpengaruh pada pasien karena apabila pasien salah golongan bisa menyebabkan cidera tambahan bahkan yang terburuk bisa mempercepat kematian. Hal ini didukung teori dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul (Boswick,2008). Sesuai dengan hasil penelitian pelaksanaan SOP Triage dari 48 orang responden didapat hasil sebagai berikut :
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
20 2) Diruang Triage dilakukan anamnesa dan pemeriksaan, pada saat penelitian pelaksana Triage melakukan anamnesa dengan waktu yang lama sehingga pada saat anamnesa menjadi faktor penyebab Triage tidak terlaksana dengan maksimal
3) Penentuan derajat kegawatan oleh perawat/dokter di IGD, pada saat menentukan derajat kegawatan ditemukan hasil pada penelitian SOP Triage tidak terlaksana dengan maksimal dikarenakan waktu tanggap yang kurang.
4) Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna, ditemukan hasil pada penelitian SOP Triage tidak terlaksana dengan maksimal pada saat membedakan pasien dengan memberi kode warna dikarenakan petugas Triage yang melakukan penilaian bekerja < 1 th sebagai petugas Triage.
5) Petugas Triage merencakan tindakan sesuai dengan label Triage.
6) Petugas Triage melakukan tindakan sesuai dengan rencana dan tingkat cidera pada pasien, ditemukan pada hasil penelitian SOP Triage tidak terlaksana dengan maksimal dikarenakan dokter yang akan memberi tindakan harus menunggu keluarga pasien yang sedang menebus obat untuk pasien.
d. Berdasarkan Tindakan Medis/Keperawatan
Hasil penelitian yang didapat dari 48 responden, yang paling banyak 45 orang (93,6%) melakukan tindakan medis dengan tepat sesuai SOP dan yang paling sedikit 3 orang (6,4%) melakukan tindakan medis tidak sesuai SOP. Dari hasil penelitian 3 orang (6,4%) melaksanakan tindakan medis tidak tepat dipengaruhi oleh kelengkapan administrasi, dokter yang akan melaksanakan tindakan sedang berkeliling ke ruangan-ruangan dan tindakan yang memerlukan obat yang ditebus keluarga harus menunggu keluarga pasien yang sedang mengantri obat. Menurut Zaidin Ali (2014) implementasi adalah merupakan proses medis atau keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat/dokter untuk dikerjakan dalam rangka membantu pasien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang dtimbulkan oleh masalah kesehatan. Dan sesuai teori Potter dan Perry (1997) dalam Haryanto (2007) impelementasi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan. Sejalan dengan teori Potter dan Perry (2011) impelementasi dilakukan untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
e. Berdasarkan Evaluasi Pada Pasien
Hasil penelitian dari 48 responden, keseluruhan 48 orang (100%) melaksanakan evaluasi dengan tepat sesuai SOP. Menurut teori Asmadi (2008) evaluasi merupakan tahap akhir dari proses tindakan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga medis yang lain.
5. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan
Hasil penelitian “Gambaran Penatalaksanaan SOP Triage di Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin” dapat disimpulkan sebagai berikut:
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
21 1. Gambaran klasifikasi perawat Triage di Rumah Sakit TK III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin sebagai berikut:
Didapat dari 24 responden, semua atau 100% merupakan perawat/dokter di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Sohersono Banjarmasin. Sesuai yang paling banyak 8 orang (33,3%) berusia < 50 th. Sesuai lama bekerja di IGD 3 orang (12,6%) bekerja di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin selama < 3 th dan 21 orang (88,2%) bekerja di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin selama > 3 th. Sesuai pelatihan 11 orang atau (45,8%) mengikuti pelatihan BTCLS, 11 orang atau (45,8) mengikuti pelatihan BTLS, dan 1 orang atau (4,15%) mengikuti pelatihan PPGD dan ATLS.
2. Gambaran penatalaksaan SOP Triage di Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Hasil penelitian didapat dari 48 responden semua (100%) melaksanakan Triage dengan tepat sesuai dengan SOP. Paramedis di IGD Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin yang paling banyak 26 orang (54,2%) merupakan perawat dan yang paling sedikit 22 orang (45,8%) merupakan dokter. Hasil anamnesa yang paling banyak 46 orang (95,68%) melakukan anamnesa dengan tepat dan yang paling sedikit 2 orang (4,32%) melakukan anamnesa dengan tidak tepat. Hasil pengkategorian pasien sesuai label sebanyak 24 orang atau (50,0%) pasien hijau dan sebanyak 24 orang atau (50,0%) pasien kuning. Hasil tindakan medis/keperawatan yang paling banyak 45 orang (93,6%) melakukan tindakan medis dengan tepat dan yang paling sedikit 3 orang (6,4%) melakukan tindakan medis dengan tidak tepat. Hasil evaluasi keseluruhan 48 orang (100%) melakukan evaluasi dengan tepat.
b. Saran
Hasil penelitian yang didapatkan peneliti, maka peneliti menyarankan: 1. Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang penerapan triage di Instalasi Gawat Darurat dan sebagai pengalaman proses belajar di Akademi Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura dan salah satu syarat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah D III Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura.
2. Bagi Institusi
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pustaka dan wacana bagi pembaca yang berada diperpustakaan dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang penerapan triage di Instalasi Gawat Darurat.
3. Bagi Rumah Sakit
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan kinerja tenaga perawatnya sehingga dapat terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif, dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat di Rumah Sakit Tingkat III Dr. S Soeharsono.
4. Bagi Pembaca
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan para pembacamemahami,mengerti dan dapat menerapkan Triage sesuai dengan standar yang ada.
Volume 1 No. 1, Hal 11 - 22, Oktober 2019
JNA
Journal Nursing Army
22 Daftar Pustaka
Asmadi (2008), Konsep dan Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu
Australian College for Emergency Medicine. (2002). (Diakses Pada Tanggal 21 April 2018 Jam 17.00 WITA).
Boswick. (2008). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta. EGC.
Burket. T.L., Flamlee. M., Greider .P., Hippensteel, D.M., Rohrer, E.A., dan Shay, M.L., (2010). Clinical leader program Evolution : Journey from novice to expert to enhaching outcomes. The journal of Continuiting Education in Nursing, 41 (8). 369-374.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu.Jakarta: Bakti Husada.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pelatihan Penanganan Gawat Darurat (PPGD) di Rumah Sakit.Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (2009). Kategori Usia. Ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html. (Diakses pada 8 Juli 2018 jam 16:00 WITA)
Donley. R., dan Flaherty, M.J. (2008) Promoting Professional developmen : Three phases of articulation in nursing education for health care workes.
Social Science and Medicine,122, 63-71,
doi:10.1016/j.socscimed.2014.10.021. (Diakses pada tanggal 9 Juli 2018) Haryanto, 2007 . Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep
(Concept Mapping). Salemba Medika : Jakarta
Indrawati, R. (2012). Peran Dan Fungsi Perawat. www.ners.unair.ac.id. (Diakses Pada Tanggal 21 April 2018 Jam 17.00 WITA).
Joeharno,. N. (2008) . Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah Sakit dan faktor yang mempengaruhi (Diakses
tanggal 8 Juli 2018 dari
respiratory.usu.ac.id./bitstream/123456789/22397/2/Reference.pdf)
Joeharno. 2008. Pelatihan Kegawatdaruratan Bagi Perawat. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
RS Tk.III DR.R.Soeharsono Banjarmasin. (2015). Standar Operasional Prosedur. Buku Panduan tidak dipublikasikan.
Ranupendoyo, H. Dan Husnan, Saud (2005) Manajemen Personalia; Edisi ke 4 BPFE. Yogyakarta
Potter, Petricia A dan Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Potter, Perry, 2011 . Fundamental Keperawatan, Edisi . EGC : Jakarta
WHO. (2012). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en. (Diakses Tanggal 21 April 2018 Jam 17.00 WITA).