PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN 2011
Oleh:
NILA HAIRANI SARAGIH 090100150
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN 2011
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
NILA HAIRANI SARAGIH 090100150
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak di Puskesnas Padang Bulan Medan 2011
Nama : Nila Hairani Saragih
NIM : 090100150
Pembimbing Penguji I
(dr.Tetty Aman Nasution,M.Med.Sc) (Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD,Sp.JP(K) NIP : 197001091997022001 NIP : 130365293
Penguji II
(dr.Andrianmuri Primaputra,Sp.An Mked (An)) NIP : 198111072008011009
Medan, Januari 2013 Dekan
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak di bawah 5 tahun. Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat. ISPA menjadi perhatian untuk anak-anak baik dinegara berkembang maupun dinegara maju. Menurut Riskerdas, anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak .
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan pada penderita ISPA yang berobat di Puskesmas Padang Bulan Medan dan dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober 2012 yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita ISPA pada anak berdasarkan usia, jenis kelamin, dan keluhan utama. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita ISPA pada tahun 2011 dengan menggunakan consecutive sampling yang diolah dengan program SPSS dan disajikan dalam distribusi frekuensi.
Hasil yang diperoleh bahwa prevalensi ISPA di puskesmas Padang Bulan tahun 2011 adalah 202 kasus. Berdasarkan usia, paling banyak pada kelompok usia 1-3 tahun yaitu 100 penderita (49,5%), berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 106 penderita (52,5%), dan berdasarkan keluhan utama , terbanyak pada penderita demam yaitu 125 penderita (61,9%).
Berdasarkan hasil penelitian ini, kasus ISPA terbanyak diderita oleh anak perempuan.
Kata kunci : ISPA, prevalensi, Anak
ABSTRACT
Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the major causes of mortality and morbidity in children under 5 years. ARI symptoms are very commonly found in the community. ARI is a major problem for children both in developed and developing countries. According to Riskerdas, children and toddlers are very vulnerable to infection due to low immunity system. That causes the prevalence and symptoms of respiratory infection are very high for children.
This research is a descriptive study conducted in ARI patients at Padang Bulan health center from June to October 2012 which aimed to determine the prevalence of patients with ARI in children based on age, sex, and the main complaint. The study population is the entire medical record of ARI cases in 2011 by using a consecutive sampling processed with SPSS and presented in frequency distribution.
The results shown that the prevalence of ARI at Padang Bulan Health Center in 2011 was 202 cases. The incident mostly found in the age group 1-3 year which number was about100 patients (49.5%), female was more common than male, the number was 106 patients (52.5%), and fever was the most common main complaint, found in 54 patients (26.7%).
Based on the results above, ARI was most commonly found in female children.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah ) ini yang berjudul “Prevalensi Infeksi Saluran
Pernafasan Akut pada Anak di Puskesmas Padang Bulan Medan 2011”. Karya Tulis
Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. dr. Gontar A Siregar, SP. PD. KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Tetty Aman Nst, M.Med.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan KTI ini.
3. Hadi Saragih, SE dan Hj.Hanifah Pasaribu selaku orang tua penulis yang
menjadi semangat dan motivasi dalam menulis KTI ini.
4. Seluruh dosen-dosen Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran USU.
5. Sahabat-sahabat dan teman saya Muhammad Abduh, Aaron Tumewu, Imela
Sari, Fadil yang telah memberikan motivasi dan meluangkan waktu untuk
membantu saya dalam penelitian dan berdiskusi tentang KTI.
Demikianlah ucapan terima kasih ini disampaikan. Penulis menyadari bahwa
karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, Januari 2013
Penulis,
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 20
3.2 Definisi Operasional ... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1. Jenis Penelitian ... 23
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
4.3. Populasi dan Sampel ... 24
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 25
5.1 Hasil Penelitian……… 25
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……… 25
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel……….. 25
5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia………... 25
5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin……… 26
5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama…………. 26
5.2 Pembahasan………. 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 30
6.1 Kesimpulan………. 30
6.2 Saran……… 30
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Enam Kelompok Besar Virus Pernafasan Sebagai
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Data Induk
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak di bawah 5 tahun. Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat. ISPA menjadi perhatian untuk anak-anak baik dinegara berkembang maupun dinegara maju. Menurut Riskerdas, anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak .
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan pada penderita ISPA yang berobat di Puskesmas Padang Bulan Medan dan dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober 2012 yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita ISPA pada anak berdasarkan usia, jenis kelamin, dan keluhan utama. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita ISPA pada tahun 2011 dengan menggunakan consecutive sampling yang diolah dengan program SPSS dan disajikan dalam distribusi frekuensi.
Hasil yang diperoleh bahwa prevalensi ISPA di puskesmas Padang Bulan tahun 2011 adalah 202 kasus. Berdasarkan usia, paling banyak pada kelompok usia 1-3 tahun yaitu 100 penderita (49,5%), berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 106 penderita (52,5%), dan berdasarkan keluhan utama , terbanyak pada penderita demam yaitu 125 penderita (61,9%).
Berdasarkan hasil penelitian ini, kasus ISPA terbanyak diderita oleh anak perempuan.
Kata kunci : ISPA, prevalensi, Anak
ABSTRACT
Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the major causes of mortality and morbidity in children under 5 years. ARI symptoms are very commonly found in the community. ARI is a major problem for children both in developed and developing countries. According to Riskerdas, children and toddlers are very vulnerable to infection due to low immunity system. That causes the prevalence and symptoms of respiratory infection are very high for children.
This research is a descriptive study conducted in ARI patients at Padang Bulan health center from June to October 2012 which aimed to determine the prevalence of patients with ARI in children based on age, sex, and the main complaint. The study population is the entire medical record of ARI cases in 2011 by using a consecutive sampling processed with SPSS and presented in frequency distribution.
The results shown that the prevalence of ARI at Padang Bulan Health Center in 2011 was 202 cases. The incident mostly found in the age group 1-3 year which number was about100 patients (49.5%), female was more common than male, the number was 106 patients (52.5%), and fever was the most common main complaint, found in 54 patients (26.7%).
Based on the results above, ARI was most commonly found in female children.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaf, 2009). ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun tetapi diagnosis sulit ditegakkan. World Health Organization memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita. Pada tahun 2000, 1,9 juta (95%) anak – anak di seluruh dunia meninggal karena ISPA, 70 % dari Afrika dan Asia Tenggara (WHO, 2002).
Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat di dunia, karena penyebab ISPA merupakan salah satu hal yang sangat akrab di masyarakat. ISPA merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA menjadi perhatian bagi anak-anak (termasuk balita) baik dinegara berkembang maupun dinegara maju karena ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak dan balita (Riskerdas, 2007).
Angka ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran per kapita lebih rendah (Riskerdas, 2007).
Salah satu penyebab kematian akibat ISPA adalah Pneumonia dimana penyakit ini disebabkan oleh infeksi Streptococus pneumonia atau Haemophillus influenzae. Banyak kematian yang diakibatkan oleh pneumonia terjadi di rumah, diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi (Rasmaliah, 2004). Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Berarti, akibat pneumonia, sebanyak 150.000 bayi/balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau seorang bayi/balita tiap lima menit (WHO, 2007).
Di Indonesia, prevalensi nasional ISPA 25% (16 Provinsi di atas angka rasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2%, balita 3%, sedangkan angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Riskerdas, 2007). Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002).
diperoleh 4.467.714 bayi. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung jumlah kematian balita 196.579. Menurut Riskesdas penyebab kematian balita karena pneumonia adalah 15,5%. Dan jumlah kematian balita akibat pneumonia setiap harinya adalah 30.470 atau rata – rata 83 orang balita ( Depkes, 2007).
Di Kota Medan penyakit ISPA sebanyak 225.494 kasus (47,62%) dan di Kabupaten Deli Serdang kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus (31,7%). Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan merupakan daerah yang mempunyai angka morbiditas yang tinggi terhadap kejadian ISPA pada balita (Agustama, 2005).
Berdasarkan data epidemiologi dan studi sejenis, sekarang ini sudah banyak yang diketahui tentang masalah ISPA. Namun demikian masih ada beberapa hal yang cenderung menjadi penting dan perlu diketahui lebih lanjut, misalnya saja ISPA pada negara berkembang masih lebih banyak disebabkan oleh golongan bakteri daripada golongan virus. Selain itu, perlu ditentukan jenis antibiotika yang paling tepat mengingat pola resistensi bakteri terhadap antibiotika tertentu cenderung berbeda menurut waktu maupun daerah, pengelolaan penderita ISPA secara lebih bermutu di tingkat masyarakat, puskesmas, dan rumah sakit. Dari masalah pokok tentang kecenderungan tersebut, jelaslah bahwa penentuan etiologi ISPA menjadi bagian yang terpenting (Agustama, 2005).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana Prevalensi Penyakit ISPA pada Anak di Puskesmas Padang Bulan Medan 2011.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Prevalensi ISPA pada Anak di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Prevalensi ISPA pada anak di Puskesmas Padang Bulan tahun 2011 berdasarkan umur, keluhan utama, dan jenis kelamin.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1) Sebagai bahan informasi bagi masyarakat agar dapat terhindar dari penyakit ISPA, sehingga dapat membantu menurunkan prevalensi ISPA pada anak.
2) Sebagai wawasan dan informasi tentang ISPA bagi masyarakat luas dan dapat dikembangkan menjadi data-data untuk penelitian lanjutan bagi para peneliti.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1. Definisi ISPA
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Lebih 50% dari absensi atau dari semua angka itu tidak masuk kerja/sekolah disebabkan penyakit ini. Angka kejadian ISPA tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup di masyarakat, misalnya penghuni asrama, kesatrian, sekolah yang juga menyelenggarakan pemondokan (Alsagaff, 2009).
2.1.2. Etiologi
ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim.
Virus pernapasan merupakan penyebab terbesar ISPA. Hingga saat kini telah dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA. Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas akan tetapi sebaliknya beberapa jenis virus bersama-sama dapat pula memberikan gambaran yang hampir bersama-sama.
Tabel 2.1. Enam kelompok besar virus pernapasan sebagai penyebab ISPA
Group Virus Sub Group Tipe
2.1.3. Klasifikasi
Menurut Depkes RI (2002), klasifikasi ISPA pada anak dibagi atas: 1) ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek, dan sesak.
2) ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak , suhu tubuh > 390C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3) ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
2.1.4. Gambaran Klinik
Gambaran klinik secara umum yang sering didapat adalah : rinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung pada malam hari biasanya menunjukkan adanya penyulit (Alsagaff, 2009).
1. Enam gambaran sindroma ISPA yang disebabkan Virus a. Sindroma Korisa (Coryzal / Common Cold Syndrome)
Obstruksi sinus paranasalis dan tuba Eustachii disebabkan oleh sembab mukosa dan sering menimbulkan nyeri kepala dan nyeri setempat. Sindroma korisa biasanya diawali dengan suara serak dan rasa nyeri tenggorok. Kadang-kadang disertai keluhan sistemik berupa nyeri kepala, mialgia, malaise, rasa lemah malas dan rasa dingin. Penyebab sindroma ini biasanya rhinovirus, parainfluenza I dan II, echovirus, coxcaskie.
b. Sindroma Faring (Pharyngeal Syndrome)
Gambaran klinik yang menonjol adalah suara serak dan nyeri tenggorok dengan derajat ringan sampat berat. Selain itu, terdapat keradangan faring dan pembesaran adenoid serta tonsil, kadang-kadang adenoid sangat besar sehingga menimbulkan obstruksi pada hidung, bercak-bercak serta eksudasi berwarna di dapatkan pada permukaan tonsil disertai pembesaran kelenjar di leher, sering dijumpai penderita dengan batuk-batuk tanpa disertai korisa.
Gejala umum sindroma faring berupa panas dingin, malaise, nyeri ataupegal seluruh badan, nyeri kepala dan terkadang suara parau. Penyebab utama sindroma ini adalah adenovirus, tetapi dapat juga disebabkan oleh virus influenza, parainfluenza, coxsazkie dan echovirus. Bila penyebab ISPA di dalam satu keluarga ialah adenovirus dan enterovirus, maka proses penyakit dapat berlangsung lama karena virus masih tetap ditemukan dalam tinja selama berminggu-minggu.
c. Sindroma Faringkonjungtiva
itu sendiri. Pada sindroma faringokonjungtiva didapatkan fotofobi dan nyeri pada bola mata. Sindroma ini banyak terdapat pada anak sekolah dan penggemar berkemah pada musim semi dan panas.
d. Sindroma Influenza
Gambaran yang menonjol pada sindroma influenza adalah gangguan fisik cukup berat, dengan gejala batu, meriang, panas badan, lemah badan, nyeri kepala, nyeri tenggorok, nyeri retrosternal, nyeri seluruh tubuh, malaise dan anoreksia. Gejala-gejala ini terjadi secara mendadak dan dengan cepat dapat menular ke semua anggota keluarga dalam satu rumah.
Pada proses penyakit yang ringan, sindroma influensa sering kali mempunyai gambaran klinik yang menyerupai sindroma korisa atau sindroma faring. Pada pandemi cenderung terjadi gambaran klinik yang lebih jelek yang disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.
Infeksi bakterial karena Stafilokokus piogenes menjadi penyebab trakeobronkitis nekrotikans. Infeksi bakterial lain juga dapat menimbulkan penyulit pada influenza.
e. Sindroma Herpangina
f. Sindroma Laringotrakeobronkitis Obstruktif Akuta (Croup Syndrome)
Pada anak-anak, gambaran klinik dari sindroma laringotrakeobronkitis obstruktif akutan tampak gawat dan berat berupa batuk-batuk, sesak napas yang disertai stridor inspirasi, sianosis serta gangguan-gangguan sistemik lain.
Gejala awal sering ringan yaitu berupa sindroma korisa, kemudian cepat memburuk berupa obstruksi jalan napas yang hebat dengan penarikan-penarikan sela antar iga toraks bagian bawah serta penggunaan otot-otot napas bantu secara menonjol.
Penyebab utama keadaan ini adalah virus parainfluenza, adenovirus dan virus influenza. Pada umumnya gejala tersebut menghilang dengan cepat, akan tetapi ada kalangnya berkembang menjadi kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan trakeostomi dengan segera. Hal ini disebabkan ada superinfeksi bakterial yang biasanya disebabkan oleh kuman Streptokokus hemolitikus dan stafilokokus. Pada keadaan gawat dapat diberikan antibiotika ampisilin atau eritromisin. Pemberian kotrikosteroid intervena sering juga diperlukan. Sindroma ini harus dibedakan dengan infeksi bakterial karena mempunyai gambaran klinis yang sama.
1. Tanda-tanda Klinis
Pada sistem respiratorik adalah : tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah : tachycardia, bradycardia, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest.
Pada hal lain adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin ( doktermoez, 2009 )
2.1.5. Faktor Resiko ISPA
1. Faktor Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi yang dilahirkan dengan BBLR mudah terserang ISPA.Ini karena, bayi BBLR memiliki sistem pertahanan tubuh yang rendah terhadap mikroorganisme patogen. Menurut penelitian Saleha, anak yang lahir dengan BBLR lebih rentan terkena infeksi.(Saleha, 2002).
2. Faktor Umur
3. Faktor Vitamin
Diketahui adanya hubungan antara pemberian vitamin A dengan resiko terjadi ISPA. Anak dengan xerophthalmia ringan memiliki resiko 2 kali untuk menderita ISPA.Depkes (2000), menyebutkan bahwa keadaan defisiensi vitamin A merupakan salah satu faktor resiko ISPA. Defisiensi vitamin A dapat menghambat pertumbuhan balita dan mengakibatkan pengeringan jaringan epitel saluran pernafasan.Gangguan pada epitel ini juga menjadi penyebab mudahnya terjadi ISPA.
4. Faktor Gangguan Gizi (Malnutrisi)
Malnutrisi dianggap bertanggungjawab terhadap ISPA pada balita terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini mudah dipahami karena keadaan malnutrisi menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh anak. Hal tersebut memudahkan masukya agen penyakit ke dalam tubuh. Malnutrisi menyebabkan resistensi terhadap infeksi menurun oleh efek nutrisi yang buruk. Menurut WHO (2000), telah dibuktikan bahwa ada hubungan antara malnutrisi dengan episode ISPA.
5. Faktor Pendidikan Ibu
Ibu dengan pendidikan yang baik akan memiliki akses informasi yang lebih luas sehingga berdampak positif terhadap cara merawat bayi. Kemampuan merawat bayi oleh seorang ibu ada hubungannya dengan tingkat kemampuan masyarakat. Itulah sebabnya sehingga Infant Mortality Rate (IMR) suatu negara dijadikan sebagai parameter terhadap kemajuan negara tersebut (Romelan, 2006).
6. Status Sosioekonomi
dalam menurunkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut dibandingkan dengan ekonomi yang rendah ( Yulihanday, 2000 ).
7. Polusi Udara
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan ( Prabu, 2009 ). Selain itu adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru, sehingga mempermudah timbulnya gangguan pada saluran pernafasan (Chahaya, 2005).
2.1.6 Patofisiologi
Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu :
1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia 2. Makrofag alveol
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah :
1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara 2. Sindroma imotil
3. Pengobatan dengan O2 kosentrasi tinggi (25% atau lebih)
Makrofag banyak terdapat di alveol dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah IgA. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan penderita yang mengalami imunodefisiensi lain, seperti penderita yang mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas, dan lain-lain.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan saluran nafas atas, maka mikroorganisme akan dihalang oleh lapisan pertahanan ketiga yang penting, sistem imun, untuk mencegah mikro organisme oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di sistem pernapasan, atau apabila mikro organismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran napas bagian bawah ( Corwin, 2000 ).
2.1.7. Diagnosis
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri.
Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan : 1. Biakan Virus
Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media galatine, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 40C.untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat tersebut dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan mikoplasma pneumonia digunakan media trypticase, soya boillon dan bovine albumine (TSB).
2. Reaksi serologis
3. Diagnostik Virus Secara Langsung
Dengan cara khusus yaitu imunofluoresensi RIA, ELISA dapat diidentifikasi virus influenza dan mikoplasma pneumonia. Mikroskop elektron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona.
Selain dari ketiga cara di atas, dapat juga dilakukan cara yang lebih sederhana walaupun tidak khas yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah elukosit, dan hitung jenis. Jarang sekali terjadi leukositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah. Bila terjadi leukopenia, berarti ada gambaran klinik yang berat. Pada hitung jenis dapat dijumpai eosinofilia, limfopenia dan netrofilia. Beberapa infeksi edngan bakteria dapat pula memberikan leukopenia seperti infeksi karena tifus abdomilitis. Leukositosis dengan peningkatan sel Polimorfonuklear di dalam darah maupun sputum mendandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri ( Alsagaff , 2009 ).
2.1.8. Terapi
Terapi ditujukan untuk : 1. Simtomatik
- Antipiretik dan analgetik : Asetosal, parasetamol, Metampiron - Antitusif : Kodein-HCL, Noskapin
- Hipnotika - Roboransia
2. Penyulit
- Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada asma bronkial dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta adrenergic
- Antibiotika perlu ditambahkan bila terjadi infeksi sekunder bakteri. Terapi infeksi saluran nafas memang tidak hanya bergantung pada antibiotika. Beberapa kasus infeksi saluran nafas atas akut disebabkan oleh virus yang tidak memerlukan terapi antibiotika, cukup dengan terapi suportif. Terapi suportif berperan besar dalam mendukung sukses terapi antibiotika, karena berdampak mengurangi gejala, meningkatkan perfoma pasien. (Direktorat, 2005).
2.1.9. Pencegahan
Belum ditemukan vaksin efektif dan memuaskan, tetapi telah dikembangkan vaksin terhadap virus influenza dengan menggunakan virus yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksinasi dilakukan dengan cara meneteskan vaksin pada mukosa hidung atau cara parenteral, yaitu dengan menyuntikkan vaksin yang telah dilarutkan di dalam air terlebih dahulu.
Hati-hati pada orang yang alergi terhadap protein telur. Sasaran vaksinasi ialah kelompok masyakat yang mudah timbul penyulit bila terjadi wabah influenza, misalnya pada kelompok lanjut usia, bayi, anak-anak kecil. Vaksinasi tidak dianjurkan atau kontrak indikasi pada wanita hamil dan penderita dengan defisiensi sistem imun.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
- Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan - Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Selain itu, landasan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk perawatan pasien ISPA meliputi pengenalan pasien secara dini dan cepat, penalaksanaan tindakan pengendalian infeksi rutin untuk semua pasien (WHO, 2007).
2.2. Sistem Imun 2.2.1. Definisi Imun
Imun adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang beperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinai sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut respon imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja, 2009).
2.2.2. Tipe Sistem
2.2.3. Reaksi Tubuh Terhadap Antigen
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Prevalensi.
DefInisi operasional: prevalensi ialah jumlah keseluruhan kasus penderita ISPA pada anak di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011
Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis
Skala pengukuran : nominal.
Prevalensi Penderita Penyakit
ISPA pada anak Karakteristik
• Umur • Keluhan
utama • Jenis
3.2.2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Definisi operasional : infeksi saluran pernafasan akut ialah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk jaringan adneksanya
Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis
Skala pengukuran : nominal.
3.2.3. Karakteristik Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Karakteristik pada penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang ingin diteliti dapat dibagi menjadi 3 yaitu umur, keluhan utama, jenis kelamin. 1. Umur
Definisi operasional : umur yang dimaksud adalah umur penderita yang tercatat dalam rekam medis. Dalam penelitian ini, kelompok usia dibagikan kepada beberapa kelompok yaitu:
i. Kelompok yang berumur 0- 3 tahun ii. Kelompok yang berumur 4-6 tahun iii.Kelompok yang berumur 7-9 tahun
Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis
2. Keluhan Utama
Definis operasional : Keluhan utama merupakan sebab utama pasien infeksi saluran pernafasan akut yang datang ke puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keluhan yang paling sering diderita oleh pasien infeksi saluran nafas akut di Puskesmas Padang Bulan Medan.
Cara ukur : dilihat dari rekam medis Alat ukur : rekam medis
Skala pengukuran : nominal
3. Jenis kelamin
Definisi operasional : Jenis kelamin adalah identitas pasien yang dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Cara ukur : dilihat dari rekam medis
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bermaksud penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat suatu gambaran tentang keadaan yang objektif, dengan desain cross sectional. Dalam hal ini, gambaran penelitian ini adalah prevalensi infeksi saluran pernafasan akut pada anak di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2012 s/d Oktober 2012. Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu:
1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, 3) Tahap penyelesaian.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Padang Bulan,Medan. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Alasan dipilih tempat tersebut adalah tempatnya strategis, mudah dijangkau, dan belum pernah dilakukan penelitian di puskesmas tersebut.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien di Puskesmas Padang Bulan dari Januari s/d Desember 2011 yang menderita infeksi saluran pernafasan akut. 4.3.2 Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.( Sastroasmoro, 2008 ) 4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana semua data yang diperlukan diperoleh dari rekam medis pasien ISPA.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperlukan dikumpulkan setelah melihat rekam medis pasien ISPA. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program Stastistical Product and Service Solution (SPSS).
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan bagian rekam medis. Puskesmas ini berada di dekat daerah kota dan akses untuk menuju ke Puskesmas ini mudah. Oleh sebab itu Puskesmas ini dijadikan tempat untuk dilakukan penelitian,
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah penderita penyakit Infeksi ISPA di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 202 responden. Semua data diambil dari data sekunder yaitu rekam medis pasien.
5.1.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Distribusi Usia Penderita ISPA
Usia N %
1 - 3 tahun 100 49,5 4 – 6 tahun 68 33,7 7 – 9 tahun 34 16,8
Total 202 100,0
5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian, sampel penelitian penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah 106 orang perempuan (52,5%) dan 96 orang laki-laki (47,5%). Dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Penderita ISPA
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 96 47,5 Perempuan 106 52,5
Total 202 100,0
5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama
penderita flu sebanyak 8 orang (4,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini:
Tabel 5.3. Distribusi Keluhan Utama Penderita ISPA
Keluhan Utama N %
Demam 125 61,9
Batuk 69 34,1
Flu 8 4,0
5.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi ISPA di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2011. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni sampai Oktober 2012 dan didapatkan 202 penderita ISPA.
Menurut Alsagaf (2009) ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. Dan menurut WHO (2002) ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun tetapi diagnosis sulit ditegakkan. World Health Organization memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita. Pada tahun 2000, 1,9 juta (95%) anak – anak di seluruh dunia meninggal karena ISPA, 70 % dari Afrika dan Asia Tenggara.
Dari tabel 5.2 dilihat kejadian ISPA pada perempuan lebih sering yaitu sebanyak 106 orang (52,5%), sedangkan pada laki-laki lebih sedikit yaitu 96 orang (7,5%). Menurut Sarijan (2005), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA. Dan menurut Kholisah et all (2009), dari penelitian yang dilakukan didapati laki-laki (51,5%) dan perempuan (48,5%) dengan p 0,174 yang mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan infeksi saluran pernafasan akut. Berbeda dengan hasil penelitian ini, yang terbanyak adalah perempuan. Ini disebabkan oleh jumlah sampel pada peneliti tersebut lebih sedikit. Selain itu menurut Riskerdas, (2007), prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran per kapita lebih rendah (Riskerdas, 2007).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1. Prevalensi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak tahun 2011 yaitu 202 orang.
2. Jumlah kasus terbanyak penderita pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut berdasarkan usia yang paling banyak adalah pada kelompok usia 1-3 tahun yaitu sebanyak 100 penderita (49,5%)
2.Prevalensi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah pada perempuan yaitu sebanyak 106 penderita (52,5%) .
3.Prevalensi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut berdasarkan keluhan utama yang paling banyak terdapat pada keluhan demam yaitu sebanyak 125 penderita (61,9%).
6.2 Saran
1. Penelitian ini adalah deskriptif dengan metode cross sectional dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu perlu penelitian yang lebih lanjut dengan mencari hubungan status imunisasi terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Agustama, 2005. Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Tesis, Universitas Medan.
Diperoleh da
April 2011]
Alsagaff, Hood & H. Abdul Mukty, 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,2000. Etiologi ISPA.
Diperoleh dari
Baratawidjaja, Karnen Garna, 2009. Imunologi Dasar. Jakarta : FK UI.
Corwin, Elisabeth J BSN, PhD, 2000. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC, hal. 539
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pneumonia. dari: http://www.depkes.go.id/download/publikasi/buletin% 20Pneumonia.pdf
[ diakses pada tanggal 30 April 2012].
Depkes RI (2000). Informasi Tentang ISPA pada Anak Balita, Jakarta : Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Saluran
Pernafasan Akut. Diperoleh da farmasis
Doktermoez, 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Diperoleh dari :
[diakses pada tanggal 28 April 2012].
Holimah, 2008. Prevalensi Penyebab Demam Sederhana pada Balita yang DirawatInap di RSU Saiful Anwar Malang periode 1 januari-31 desember 2008. Diperoleh dari : hhtp://eprints.umm.ac.id [diakses pada tanggal 1 Nopember 2012].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pneumonia Penyebab Kematian Utama. Diperoleh dari: http://www.depkes.go.id /index.php
/berita/press-release/410-pneumonia-penyebab-kematian-utama-balita.html. [diakses pada tanggal 28 april 2012].
Naria, Evi et al., 2008. Hubungan Kondisi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan Kecamatan Medan
Tuntungan. Diperoleh dari
tanggal 20 April 2012].
Nasution, Kholisah et al., 2009. Infeksi Saluran Nafas Akut pada Balita di daerah
Urban Jakarta. Diperoleh da
tanggal 18 Nopember 2012].
Nur, H. M., 2004. Fakor faktor yang berhubungan dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Balitadi Kelurahan Pasie Tangah kota Padang. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Diperoleh dari:
Paediatrica Indonesiana, 2010. The Indonesian Jorunal of Pediatric & Perinatal Medicine. Acute Respiratory Infection. Diperoleh dari :
Prabu, putra, 2009. Faktor Resiko ISPA. Diperoleh dari://http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/8/faktorresikoISPApada
Balita. [diakses pada tanggal 26 April 2012].
Rasmaliah, 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) dan tanda tanda bahaya ISPA. Diperoleh dari : http://repository .usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf. [diakses pada 2 Mei 2012].
Romelan, 2006. Kaitan antara Karakteristik Balita dan Ibu dengan Kejadian
ISPA. Diperoleh dari
tanggal 25 April 2012].
Saftari, Dewi., 2009. Hubungan Antara Faktor Usia dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah pada Anak usia 1 bulan Sampai 5 tahun. Diperoleh dari :http//etd.eprints.ums.ac.id [ diakses pada Tanggal 28 Oktober 2012].
Saleha, A., 2002. Hubungan Antara BBLR dengan kejadian Infeksi ( diare dan ISPA) pada bayi usia 1-12 bulan di RSUP Kariadi Semarang. Diperoleh
dari
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
Sarijan, 2005. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku keluarga terhadap Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Desa Banjararjo Kecamatan Ayah.
Diperoleh dari :
Suhandayani, I., 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan ISPA. Universitas Negeri Semarang. Diperoleh dari: http: //digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library. [diakses pada tanggal 5 mei 2012].
WHO, 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang menjadi epidemic dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan.
Diperoleh dari:
World Health Organization, 2002, WHO World Health Organization Report 2000, WHO, Genewa.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nila Hairani Saragih Tempat/ Tanggal Lahir : P. Siantar , 4 Februari 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl.Dr. Mansyur no 80A Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK YPHI P.Siantar (1995-1996) 2. SD Negeri 122350 P. Siantar (1996-2002) 3. SMP Swasta Taman Siswa P.Siantar (2002-2005) 4. SMA Negeri 3 P. Siantar (2005-2008) 5. Perguruan Tinggi Negeri FK USU (2009 s.d. skrg) Riwayat Pelatihan, kepanitiaan, dan organisasi : :
1. Seminar & Workshop “Vital Sign” SCOPH PEMA FK USU tahun 2009 2. Peserta Islamic Medicine 1 PHBI FK USU tahun 2010
3. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology TBM FK USU PEMA FK USUtahun 2010
HASIL OUTPUT
Statistics
Umur
N Valid 202
Missing 0
Mean 1.67
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-3 tahun 100 49.5 49.5 49.5
4-6 tahun 68 33.7 33.7 83.2
7-9 tahun 34 16.8 16.8 100.0
Total 202 100.0 100.0
Statistics
jeniskelamin
N Valid 202
Missing 0
Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
DATA INDUK
Nama Umur Jenis Kelamin Keluhan Utama
1 1-3 tahun Perempuan demam,batuk
2 7-9 tahun Perempuan Batuk
3 1-3 tahun laki-laki Flu
4 1-3 tahun laki-laki Demam
5 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 6 7-9 tahun Perempuan batuk,sesak 7 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu
8 1-3 tahun laki-laki Demam
9 1-3 tahun Perempuan demam,flu
10 1-3 tahun Perempuan sakit tenggorokan 11 4-6 tahun laki-laki demam,flu
21 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu
22 4-6 tahun Perempuan Demam
23 7-9 tahun Perempuan demam,batuk
24 7-9 tahun Perempuan Demam
25 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 26 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu
27 1-3 tahun laki-laki Flu
28 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 29 1-3 tahun Perempuan batuk,sesak
30 1-3 tahun Perempuan Demam
31 7-9 tahun Perempuan demam,batuk,flu
32 4-6 tahun laki-laki Batuk
33 1-3 tahun laki-laki Batuk
34 7-9 tahun laki-laki Demam
35 7-9 tahun laki-laki Demam
36 4-6 tahun Perempuan Batuk
37 4-6 tahun laki-laki batuk,sesak
40 1-3 tahun laki-laki Demam
41 7-9 tahun laki-laki Demam
42 4-6 tahun laki-laki Demam
43 1-3 tahun Perempuan demam,batuk
44 1-3 tahun laki-laki Demam
45 4-6 tahun Perempuan demam,batuk 46 1-3 tahun Perempuan demam,batuk
47 1-3 tahun Perempuan Demam
48 1-3 tahun Perempuan demam,flu 49 1-3 tahun Perempuan demam,batuk
50 7-9 tahun Perempuan Demam
51 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu
52 4-6 tahun Perempuan Batuk
53 4-6 tahun Perempuan Demam
54 7-9 tahun laki-laki demam,batuk,flu
55 4-6 tahun laki-laki Demam
56 7-9 tahun laki-laki demam,batuk 57 4-6 tahun laki-laki demam,batuk
58 4-6 tahun laki-laki Batuk
59 7-9 tahun laki-laki Demam
60 4-6 tahun Perempuan demam,batuk,flu
61 4-6 tahun laki-laki Demam
62 7-9 tahun Perempuan demam,batuk
63 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 64 7-9 tahun Perempuan demam,batuk
65 4-6 tahun laki-laki Demam
66 4-6 tahun laki-laki Demam
67 4-6 tahun Perempuan demam,flu 68 1-3 tahun laki-laki demam,batuk
69 4-6 tahun Perempuan Demam
70 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu
71 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu
72 4-6 tahun Perempuan Batuk
73 1-3 tahun Perempuan Batuk
74 4-6 tahun Perempuan Demam
75 7-9 tahun Perempuan Demam
76 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 77 4-6 tahun laki-laki batuk,flu
78 4-6 tahun Perempuan Batuk
79 7-9 tahun Perempuan Batuk
81 1-3 tahun laki-laki Demam
82 1-3 tahun Perempuan Demam
83 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu
84 4-6 tahun Perempuan Demam
85 1-3 tahun laki-laki Flu
86 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 87 1-3 tahun laki-laki batuk,flu
88 4-6 tahun laki-laki batuk,flu sesak
89 4-6 tahun laki-laki Batuk
90 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu
91 1-3 tahun Perempuan Batuk
92 4-6 tahun laki-laki Demam
93 1-3 tahun laki-laki demam,batuk
94 1-3 tahun Perempuan Batuk 106 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 107 4-6 tahun laki-laki batuk,flu
108 4-6 tahun laki-laki Batuk
109 7-9 tahun laki-laki Demam
110 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu
111 1-3 tahun Perempuan Demam
112 1-3 tahun laki-laki demam,batuk
113 4-6 tahun laki-laki Demam
114 4-6 tahun laki-laki Batuk
115 1-3 tahun Perempuan demam,batuk
116 7-9 tahun Perempuan demam,batuk
117 4-6 tahun laki-laki Batuk
118 4-6 tahun laki-laki Demam
119 4-6 tahun laki-laki Demam
122 1-3 tahun laki-laki Flu
123 1-3 tahun laki-laki Demam
124 4-6 tahun Perempuan Batuk
125 7-9 tahun laki-laki Demam
126 1-3 tahun Perempuan batuk,flu
127 4-6 tahun Perempuan Demam
128 1-3 tahun laki-laki batuk,flu
129 7-9 tahun Perempuan Batuk
130 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 131 4-6 tahun Perempuan demam,batuk 132 4-6 tahun Perempuan batuk,flu
133 1-3 tahun Perempuan batuk,flu
134 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu 135 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 136 1-3 tahun Perempuan batuk,flu
137 4-6 tahun Perempuan Batuk
138 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 139 4-6 tahun Perempuan batuk,flu
140 4-6 tahun laki-laki Demam
141 1-3 tahun laki-laki demam,batuk 142 7-9 tahun Perempuan demam,batuk
143 1-3 tahun Perempuan Batuk
144 1-3 tahun Perempuan batuk,flu
145 7-9 tahun Perempuan demam,batuk,flu 146 1-3 tahun Perempuan batuk,flu
147 1-3 tahun Perempuan demam,flu 148 1-3 tahun Perempuan demam,batuk
149 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 150 1-3 tahun laki-laki batuk,flu
151 4-6 tahun Perempuan Demam
152 4-6 tahun laki-laki Demam
153 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu 154 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu 155 4-6 tahun Perempuan demam,batuk,flu 156 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu
157 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 158 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 159 4-6 tahun laki-laki batuk,flu 160 1-3 tahun laki-laki demam,flu
161 1-3 tahun Perempuan Demam
163 1-3 tahun laki-laki demam,batuk,flu 164 1-3 tahun laki-laki batuk,flu
165 1-3 tahun laki-laki batuk,flu
166 7-9 tahun laki-laki demam,batuk,flu 167 4-6 tahun laki-laki demam,batuk,flu
168 1-3 tahun laki-laki Batuk
169 1-3 tahun Perempuan batuk,flu
170 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 171 7-9 tahun laki-laki batuk,flu 172 1-3 tahun Perempuan batuk,flu 173 1-3 tahun Perempuan batuk,flu
174 1-3 tahun Perempuan Flu
175 1-3 tahun laki-laki Demam
176 1-3 tahun Perempuan demam,batuk 177 1-3 tahun laki-laki demam,batuk
178 1-3 tahun Perempuan Flu
179 1-3 tahun laki-laki batuk,flu
180 1-3 tahun laki-laki Demam
181 1-3 tahun Perempuan demam,batuk,flu
182 1-3 tahun laki-laki demam,batuk
183 1-3 tahun Perempuan Demam
184 1-3 tahun Perempuan Batuk
185 4-6 tahun Perempuan Demam
186 1-3 tahun laki-laki demam,batuk
187 1-3 tahun Perempuan Demam
188 7-9 tahun laki-laki Demam
189 4-6 tahun laki-laki demam,batuk
190 1-3 tahun Perempuan Demam
191 7-9 tahun Perempuan demam,batuk 192 4-6 tahun laki-laki demam,batuk
193 1-3 tahun laki-laki Batuk
194 4-6 tahun laki-laki Batuk
195 1-3 tahun Perempuan Batuk
196 1-3 tahun Perempuan demam,flu 197 1-3 tahun laki-laki batuk,flu
198 7-9 tahun Perempuan batuk,flu
199 7-9 tahun Perempuan Batuk
200 4-6 tahun laki-laki demam,batuk 201 1-3 tahun laki-laki demam,batuk