• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI DI SULAWESI SELATAN ASHABUL KAHFI HARFA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI DI SULAWESI SELATAN ASHABUL KAHFI HARFA"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN

PRODUKTIVITAS KEDELAI DI SULAWESI SELATAN

ASHABUL KAHFI HARFA 105960106811

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

i

ANALISIS FORECASTING PRODUKSI LUAS PANEN DAN

PRODUKTIVITAS KEDELAI DI SULAWESI SELATAN

ASHABUL KAHFI HARFA 105960106811

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul Skripsi yang penulis angkat dalam Skripsinya adalah “Analisis porecasting produksi kedelai di sulawesi selatan”. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusanya yang terakhir, yang telah membawa umatya pada kehidupan yang diterangi ilmu pengatahuan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P.,M.P. selaku Pembimbing I dan Bapak Firmansyah.SP.MSi. selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(5)

iv

3. Bapak Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orangtua Ayahanda Abd Haris dan Ibunda fatmawati, dan adik-adikku tercinta Anni mujahida, Sul khair dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselasaikan.

5. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis. Tak lupa penulis berterima kasih kepada seluruh staf TU Fakultas Pertanian yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi. 6. Kepada pihak Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan dan yang telah

membantu melengkapi data penelitian.

7. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kakanda Asrianto.S.P. kepada saudara-saudari di Program Studi Agribisnis angkatan 2011 terkhusus buat sahabat-sahabat, Adham Richardy, Faisal Tawakal, Supriadi, Riswan, Muh Akbar, Haidir Ashar, Zainuddin, serta semua angkatan 2011 yang masih berjuang. Semangat dan canda kalian serta nasihat-nasihat selama bersama malewati suka dan duka dibangku perkuliahan menjadi motivasi dan dorongan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman – teman di kelas F dan teman-teman KKP fakultas pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini. Semoga bantuan dan budi baik yang telah diberikan

(6)

v

kepada penulis mendapat imbalan amal saleh yang setimpal dari Allah SWT. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan segala kesalahan dan kekurangan datangnya dari penulis maka kritikan yang konstruktif penulis sangat harapkan. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang mebutuhkan. Semoga Ridho Allah SWT senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, 28 Juni 2015

(7)

vi

PERNYATAAN KEORISINALAN SKRIPSI

Saya Ashabul Kahfi Harfa Nim 105960106811

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Forecasting Produksi Kedelai Di Sulawesi Selatan Adalah benar merupakan hasil karya yang belum di ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau di kutif dari karya yang di terbitkan maupun yang tidak di terbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan di cantumkan dalam daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 28 September 2015

Ashabul Kahfi Harfa 105960106811

(8)

vii

ABSTRAK

ASHABUL KAHFI HARFA. 105960106811. Analisis forecasting produksi kedelai di Sulawesi selatan. Dibimbing oleh SRI MARDIYATI dan FIRMANSYAH .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan tempat penelitian dilakukan secara purporsive dengan menggunakan data sekunder 20 tahun terakhir mulai 1995 – 2014. Analisis data yang digunakan analisis trend dengan persamaan Y = a + bX untuk melihat trend luas panen, produktivitas dan produksi kedelai 20 tahun terakhir di provinsi sulawesi selatan.

Penelitian ini untuk mengetahui apakah peramalan luas panen,Produktivitas, Produksi meningkat dalam 10 tahun kedepan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa luas panen kedelai di Sulawesi Selatan telah terbatas lahan pertanian dan dijadikannya alih fungsi lahan yang berdampak pada luas panen yang akan dimanfaatkan petani sebagai media untuk bercocok tanam akibatnya luas panen setiap tahun terkadang mengalami peningkatan dan penurunan akan tetapi dari tahun 2008 hingga tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 36,33 ribu/ha. Produksi kedelai mengalami peningkatan dan penurunan yang di sebabkan oleh Hal ini disebabkan) kurangnya teknologi usahatani sebagai penopang produktivitas kedelai, tidak adanya dukungan dari pemerintah petani masih membakar jerami padi hasil panen, petani belum memanfaatkan kotoran untuk pupuk dan bahan pembenah tanah (pupuk organik). biaya benih dan pupuk mahal, serta iklim yang tidak menentu. sehingga produksi kedelai tidak menentu dari peningkatan dan penurunan jumlah produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN KEORISINILAN ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kedelai ... 5 2.2. Pengertian Trend ... 6 2.3. Peramalan ... 8 2.4. Teori Produksi... ... 10 2.5. Konsep Produktivitas ... 12 2.6. Kerangka Pikir ... 16

(10)

ix

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 18

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.4. Teknik Analisis Data ... 19

3.5. Definisi Operasional ... 20

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 21

4.1. Letak Geografis ... 21

4.2. Potensi Sumber Daya ... 23

4.3. Profil Sektor Pertanian ... 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1 Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan ... 26

5.2 Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan ……….. ... 27

5.3 Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan ……… ... 28

5.1. Analisis Trend Kedelai ... 30

5.2. Analisis Peramalan (Forecasting)………... 38

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1. Kesimpulan ... 44 5.2. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Luas Panen,produktivitas,Produksi ... 3

2. Pertumbuhan Rill Pada Sektor Pertanian ... 24

3. Luas Lahan Panen ... 30

4. Produktivitas Hasil Panen Kedelai ... 33

5. Produksi Hasil Panen ... 36

6. Peramalan Luas Panen Kedelai ... 37

7. Data Analisis Produktivitas kedelai di Sulawesi-Selatan. ... 39

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 3

2. Grafik Perkembangan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1995 – 2014 ... 25

3. Grafik Perkembangan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1995 – 2014 ... 27

4. Grafik Perkembangan Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1995 – 2014 ... 28

5. Analisis trend Luas panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan... 29

6. Analisis trend Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan ... 32

7. Analisis trend Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan ... 35

8. Analisis Trend Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi – Selatan ... 38

9. Analisis trend Produktivitas kedelai di Povinsi Sulawesi – Selatan ... 40

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Lampiran Luas Panen Kedelai di Sulawesi Selatan ... 47

2. Produktivitas Kedelai di Sulawesi Selatan ... 48

3. Produksi kedelai ... 49

(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peramalan merupakan bagian awal dari suatu pengambilan keputusan. Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasinya karena peramalan adalah perkiraan apa yang akan terjadi di masa depan. Dalam kegiatan produksi, peramalan dapat dilakukan terhadap permintaan, penawaran atau supply bahan, penjualan, tentang kondisi ekonomi serta terhadap perkembangan teknologi. Pada bidang perencanaan dan pengendalian produksi, peramalan difokuskan pada peramalan permintaan. Tujuan peramalan pada kegiatan produksi adalah untuk meminimalkan ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan sebenarnya. Menurut Rosnani Ginting (2007). Peramalan dapat dilakukan dengan berbagai metode.

Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran, tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu peramalan dapat lebih daripada hanya satu taksiran. Dapat dikatakan bahwa peramalan adalah suatu taksiran yang ilmiah meskipun akan terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan kemampuan manusia. Sebelum menjabarkan tentang metode peramalan ini, maka terlebih dahulu diuraikan tentang definisi dari peramalan itu sendiri. Menurut John E (1999) Peramalan adalah kegiatan

(15)

2

memperkirakan tingkat permintaan produk yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang.

Kedelai merupakan salah satu jenis komoditas andalan untuk bahan pangan utama disamping padi dan jagung. Kebutuhan terhadap hasil olahan kedelai seperti tempe, tahu, tauco, kecap, bahan baku untuk pakan ternak dan lainnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 8,74% pertahun. Karena tingginya permintaan kedelai dalam negeri yang akan menyebabkan impor kedelai tetap berlangsung dalam jumlah yang besar, hal ini bukan saja disebabkan karena pertambahan jumlah penduduk dan penurunan luas areal tanam, tetapi juga karena akibat meningkatnya pendapatan masyarakat, serta semakin berkembangnya berbagai industri makanan dan pakan yang menggunakan bahan baku kedelai terutama untuk jenis industri peternakan ayam ras.

Sebagaimana terjadi pada semua komoditi pertanian, terutama yang diusahakan oleh petani, persoalan pokok adalah masalah produksi dan pemasaran. Masalah produksi berkenaan dengan sifat usahatani yang selalu tergantung pada alam didukung faktor risiko karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, menyebabkan produktivitas lahan rendah dan tidak stabil, bahkan hal ini dapat menyebabkan tingginya peluang-peluang untuk terjadinya kegagalan produksi

(Anwar, 1995). Hal lain diperburuk oleh belum berkembangnya penerapan teknologi anjuran, sehingga pola pengusahaan kurang intensif. Akumulasi dari semua ini mempengaruhi stabilitas dan kelestarian pasokan produk yang dibutuhkan pasar. Di samping itu berakibat pula pada rendahnya pendapatan yang diperoleh petani. Pada sisi lain, pengusahaan yang kurang intensif berdampak pada penyerapan tenaga

(16)

3

kerja yang kurang memadai, terutama terhadap upaya penekanan pengangguran di perdesaan.

Luas lahan pertanaman kedelai beberapa tahun belakangan in mengalami fluktuasi khususnya untuk Provinsi Sulawesi Selatan yang tentunya berdampak pada jumlah produksi dan produktivitas. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan produksi kedelai dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2013.

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ku/Ha)

2009 25,792 16,00 41,279

2010 23,641 15,11 35,711

2011 21,441 15,73 33,716

2012 19,964 15,00 29,938

2013 30,937 14,77 45,693

Sumber: BPS dan Kementerian Pertanian, Tahun 2014.

Berdasarkan Tabel 1 menggambarkan kondisi fluktuasi pada produktivitas kedelai mengalami peningkatan dan penurunan produksi dan produktivitas, pada tahun 2009 dengan luas panen 25,792 Hektar dengan produktifitas sebesar 16 kuintal dengan jumlah ton sebesar 41,279 ton, pada tahun 2010 dengan luas panen 23,641 Hektar dengan produktivitas sebesar 15,11 kuintal dengan jumlah ton 35,711 Hektar, pada tahun 2011 dengan luas lahan panen 21,441 Hektar dengan produktivitas sebesar 15,73 Ton dengan produksi sebesar 33,716 ton.

Berdasarkan fenomena produksi kedelai di Sulawesi Selatan menunjukkan trend yang menurun dari tahun ke tahun. Meskipun sudah di akui produksi kedelai yang terus

(17)

4

menurun. Oleh karena itu, perlu di lakukan suatu upaya agar produksi kedelai dapat meningkat dan produk usahatani kedelai dapat memasuki pasar dan memiliki daya saing yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanaka trend luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui trend luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun kegunaan penelitian adalah :

1 Memberikan sumbangan akademis terhadap perbendaharaan ilmu pengetahuan terutama menambah bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin memperdalam pengetahuan tentang komoditas kedelai.

2 Bagi peneliti, sebagai bahan perbandingan sekaligus menambah pengetahuan tentang fluktuasi kedelai yang terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan.

(18)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedelai (Glycine max (L.)

Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kebutuhan terhadap kedelai semakin meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan bertambahnya penduduk dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makanan berprotein nabati. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia (Pringgohandoko dan Padmini, 1999). Kedelai juga mengandung asam-asam tak jenuh yang dapat mencegah timbulnya arteri sclerosis yaitu terjadinya pengerasan pembuluh nadi (Taufiq dan Novo, 2004).

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber protein nabati yang rendah kolesterol, kedelai makin diminati sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Tjandramukti (2000), setiap tahun konsumsi kedelai Indonesia mencapai 2 juta ton, sedangkan produksi hanya 1,2 juta ton. Pada tahun 2010 konsumsi kedelai Indonesia diperkirakan mencapai 2,8 juta ton, padahal produksi hanya 1,3 juta ton.

Pengembangan kedelai di dalam negeri diarahkan melalui strategi peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Di sisi lain masih banyak tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya.

(19)

6

Tanah salin adalah salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek peningkatan tekanan osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman (Slinger and Tenison, 2005).

Pengrajin tempe menyukai kedelai berbiji besar (kedelai impor) karena menghasilkan tempe yang warnanya cerah, kualitas biji lebih baik dan volumenya besar. Sedangkan industri tahu, ukuran biji tidak menjadi masalah asalkan tersedia di pasaran. Antarlina (2002) melaporkan, ukuran biji kedelai merupakan faktor penentu kualitas tempe karena berkorelasi positif dengan bobot.

2.1 Pengertian Trend

Trend merupakan gerakan jangka panjang yang dimiliki kecenderungan menuju pada satu arah, yaitu arah naik dan turun (Atmaja, 2009). Sedangkan menurut Purwanto (2011), trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (smooth).

Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar

(20)

7

fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara teoritis.

Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula forecasting atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek. Metode Least Square : metode yang digunakan untuk analisis time series adalah:

- Metode kuadrat terkecil (least square method).

Metode yang digunakan untuk analisis time series dikhususkan untuk membahas analisis time series dengan metode kuadrat terkecil yang dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Secara umum persamaan garis linier dari analisis time series adalah :

Y = a + b X.

Keterangan :

Y adalah variabel yang dicari trendnya dan

X adalah variabel waktu (tahun).

Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah : a = ΣY / N dan

(21)

8

Gerakan/variasi data berkala (time series) terdiri dari empat komponen yakni :

- Gerakan/trend jangka panjang yaitu gerakan yang menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan menaik atau menurun).

Trend melukiskan gerak data deret waktu selama jangka waktu yang panjang atau cukup lama. Gerak ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan yang terus-menerus dari waktu ke waktu selama kurun waktu tertentu, karena sifat kontinuitas inilah maka trend dianggap sebagai gerak yang stabil sehingga dalam menginterpretasikan dapat digunakan model matematis, sesuai dengan keadaan dan deret waktunya itu sendiri. Menurut Hakim (2001), untuk menentukan model peramalan trend yang tepat, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

1. Membentuk analisis residual 2. Mengukur besar dari residual error 3. Prinsip parsimony.

2.3 Peramalan (Forecasting)

Peramalan merupakan bagian awal dari suatu pengambilan keputusan. Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasinya karena peramalan adalah perkiraan apa yang akan terjadi di masa depan. Dalam kegiatan produksi, peramalan dapat dilakukan terhadap permintaan, penawaran atau supply bahan, penjualan, tentang kondisi ekonomi serta terhadap perkembangan teknologi. Pada

(22)

9

bidang perencanaan dan pengendalian produksi, peramalan difokuskan pada peramalan permintaan. Tujuan peramalan pada kegiatan produksi adalah untuk meminimalkan ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan sebenarnya. Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran, tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu peramalan dapat lebih daripada hanya satu taksiran. Dapat dikatakan bahwa peramalan adalah suatu taksiran yang ilmiah meskipun akan terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan kemampuan manusia. Sebelum menjabarkan tentang metode peramalan ini, maka terlebih dahulu diuraikan tentang definisi dari peramalan itu sendiri. Menurut John E, 1999. “Peramalan adalah kegiatan memperkirakan tingkat permintaan produk yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang”.

Dalam peramalan (forecasting) tidak jarang terjadi kesalahan misalnya saja penjualan sering tidak sama dengan nilai eksak yang diperkirakan. Sedikit variasi dari perkiraan sering dapat diserap oleh kapasitas tambahan, sediaan penjadwalan permintaan. Tetapi, variasi perkiraan yang besar dapat merusak operasi. Ada tiga cara untuk mengakomodasi perkiraan, yaitu: yang pertama adalah mencoba mengurangi kesalahan melakukan pemerakiraan yang lebih baik. Yang kedua adalah, membuat fleksibilitas pada operasi dan yang terakhir adalah mengurangi waktu tunggu yang dibutuhkan dalam prakiraan. Tetapi kemungkinan

(23)

10

kesalahan terkecil adalah tujuan yang konsisten dengan biaya prakiraan yang masuk akal. Menurut Buffa: “Peramalan atau forecasting diartikan sebagai penggunaan teknik-teknik statistic dalam bentuk gambaran masa depan berdasarkan pengolahan angka-angka historis”. (Buffa. 1996)

Peramalan merupakan bagian dari kegiatan pengambilan keputusan. Organisasi selalu menentukan sasaran dan tujuan, berusaha menduga faktor-faktor lingkungan, lalu memilih tindakan yang diharapkan akan menghasilkan pencapaian sasaran dan tujuan tersebut. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungannya pada hal-hal yang belum pasti. Peramalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam menghadapi lingkungan manajemen.

Karena setiap organisasi berkaitan satu sama lain, baik buruknya ramalan dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi. Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.

(24)

11 2.4 Teori Produksi

Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu proses produksi (Sri Adiningsih, 1995). Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.

Sesuai dengan pengertian produksi diatas, maka produksi pertanian dapat dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung pengertian bahwa guna dan manfaat suatu barang dapat diperbesar melalui suatu penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan pemeliharaan.

Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi diistilahkan dengan input. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Soekartawi, 2003), antara lain:

1. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.

2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.

(25)

12

Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu. Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin.

2.5 Konsep Produktivitas

Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil keluarannya. Produksiadalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan (Ravianto, 1985)

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar

(26)

13

maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. (Ravianto, 1985)

Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila (Ravianto, 1985)

1. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) tetap 2. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) naik 3. .Produktivitas (P) naik apabila Input (I) tetap, Output (O) naik

4. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) naik, Output (O) naik tetapi jumlah kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan Input.

5. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) turun tetapi jumlah penurunan Input lebih kecil daripada turunnya Output.

Prinsip dalam manajemen produktivitas adalah efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya. Unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas :

1. Efisiensi.

Produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran efisiensi pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan

(27)

14

penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi berorientasi kepada masukan.

2. Efektivitas.

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang dapat tercapai baik secara kuantitas maupun waktu. Makin besar presentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya.

3. Kualitas.

Secara umum kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen. Kualitas merupakan salah satu ukuran produktivitas. Meskipun kualitas sulit diukur secara matematis melalui rasio output/input, namun jelas bahwa kualitas input dan kualitas proses akan meningkatkan kualitas output.

Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas tanah, untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas ditentukan oleh banyak faktor seperti kesuburan tanah, varitas bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai baik jenis maupun dosis, tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tananam yang tepat dan penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai dan tersedianya tenaga kerja (Partadiredja, 1980). Dalam kondisi nyata luas dan kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah berbeda-beda, demikian pula keadaan lingkungan kehidupan sosial ekonominya.

Menurut Blocher (2000), Produktivitas adalah hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi

(28)

15

output tersebut. Menurut Husien Umar (1999) produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Rumus produktivitas sebagai berikut:

Dalam buku akuntansi biaya dan akuntansi manajemen untuk teknologi maju dan globalisasi, Supriyono (1994) mengemukakan produktivitas adalah: Produktivitas berkaitan dengan memproduksi secara efisien dan khususnya ditujukan pada hubungan antara keluaran dan masukan yang digunakan untuk memproduksi keluaran tersebut.

Produktivitas adalah suatu konsep yang menggambarkan hubungan antar hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (tenaga kerja, bahan baku, modal, energy, dan lain-lain) yang dipakai untuk menghasilakn barang tersebut. Menurut Sinungan (2000) produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode terbut.

Dua aspek penting dalam produktivitas yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berkaitan dengan seberapa baik berbagai masukan itu dikombinasikan atau bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan. Ini merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak dari jumlah masukan yang paling minimum. Ini berarti bagaimana mencapai suatu tingkat volume tertentu dengan kualitas yang tinggi, dalam jangka waktu yang lebih pendek, dengan pengeluaran yang

(29)

16

seminimal mungkin. Sedangkan efektivitas berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang diharapkan ini atau tingkat keluaran itu dapat dicapai atau tidak.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan atau organisasi harus memperhatikan bagaimana mereka mengkonversikan sumber daya (masukan) menjadi keluaran. Keluran dapat berupa produk yang dimanufaktur, barang yang terjual atau jasa yang diberikan. Keluaran merupakan alat penting karena tanpa keluaran atau kumpulan hasil-hasil berarti bukan produktivitas. Hal ini menunjukkan keefektifan di dalam mencapai suatu hasil, sehingga produk dapat diberi batasan sebagai seberapa efisiensinya masukan dikonversikan ke dalam keluaran – keluaran karena faktor masukan menyatakan pemakaian sumber daya seminimal mungkin.

2.6. Kerangka Pikir

Kedelai cenderung terus meningkat sehinggah terjadi defisit kedelai yang dari tahun ketahun makin besar, sehinggah impor kedelai juga makin meningkat. Fluktuasi produksi kedelai ini mengindikasikan adanya faktor resiko pada kegiatan usahatani kedelai yang berpotensi menimbulkan kerugian, seperti halnya karakteristik produksi sektor pertanian, kegiatan produksi kedelai sangat bergantung pada kondisi alam yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Penurunan produksi kedelai akan menyebabkan harga kedelai menjadi naik begitu pula jika produksi kedelai meningkat maka harga akan menjadi turun.

(30)

17

Keuntungan dari kegiatan usaha tani kedelai ditentukan oleh besarnya input atau biaya produksi yang dikeluarkan maka luas lahan, produksi, dan produktifitas harus dilihat apakah tetap naik atau bahkan turun, maka dapat dilihat dari skema kerangka pikir di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Forecasting Produksi Kedelai Di Sulawesi Selatan.

Kedelai

Luas Panen Produksi Produktivitas

Trend

Analisis forecasting 20 Tahun

(31)

18

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purporsive dalam rangka pengumpulan data dan informasi yang mendukung dan diperlukan dalam proses penulisan skripsi ini, penelitian telah dilakukan di provinsi Sulawesi Selatan. Secara khusus bertempat pada instansi yang terkait dengan judul ini yaitu Kementrian Pertanian (Kementan) dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Mei– Juni 2015.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Data yang di gunakan adalah data kuantitatif selama 20 tahun yang mencakup tahun 1995 sampai tahun 2014 mengenai luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder antara lain berasal dari Kementrian Pertanian dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan, Serta dari buku-buku dan jurnal.

(32)

19 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan analisis dalam penelitian ini yaitu data sekunder dalam bentuk time series 20 tahun terakhir. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dan analisis. Metode analisis data yang di gunakan adalah analisis trend dengan metode jumlah kuadrat terkecil (Least Square Method) dalam hal ini dikhususkan untuk membahas analisis time series dengan persamaan garis linier Y= a+ bx dimana y adalah variabel yang dicari trendnya dan X adalah variabel waktu ( Tahun ).

3.4 Teknik Analisis data

Metode trend yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (least square method), dengan formulasi sebagai berikut (Djarwanto, 2001)

Y = a + bX

Keterangan :

X = Periode waktu

Y = Variabel yang diramalkan (luas lahan, produksi, produktivitas) a = Intersep/konstanta (nilai Y apabila X = 0)

b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel X.

(33)

20 3.5 Definisi Operasional

a. Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

b. Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. c. Luas panen adalah lahan yang penopang produksi dan produktivitas.

d. Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usahatani, guna memperoleh hasil produksi petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor produksi yang dimiliki seperti; luas tanah, modal seperti pupuk, obat-obatan, bibit dan lain-lain, tenaga kerja, keahlian.

e. Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas tanah, untuk memperoleh hasil produksi per hektar.

(34)

21

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi dari 33 di Indonesia, berdiri sejak tanggal 13 Desember 1960 atas dasar hokum UU No. 47 Tahun 1960. Sulawesi Selatan terletak di antara lintang selatan dan bujur timur. Batas-batas wilayah provinsi Sulawesi Selatan yaitu :

1. Sebelah utara : Sulawesi Barat 2. Sebelah timur : Laut Bone 3. Sebelah barat : Selat Makassar

4. Sebelah selatan : Laut Flores/Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Selatan merupakan provinsi terluas wilayahnya diantara provinsi yang ada di Sulawesi. Daerahnya berbentuk semenanjung yang memanjang dari utara sekitar dengan dua pegunungan utama yaitu gunung Latimojong dan gunung Lompobattang yang membelah secara vertikal dari utara keselatan daerah provinsi Sulawesi Selatan.

Secara geografis Sulawesi Selatan membujur dari selatan ke utara dengan garis pantai mencapai 2500 km yang mempunyai 72 sungai besar dan kecil dengan panjang 3203 km. Jumlah aliran sungai terbanyal di kabupaten Luwu, sedangkan sungai terpanjang yaitu sungai saddang, sungai ini melalui beberapa daerah yakni kabupaten Tanah Toraja, Enrekang, Pinrang dan Polewali Mandar di Sulawesi Barat dengan panjang kurang lebih 150 km.

(35)

22

Luas wilayah provinsi Sulawesi Selatan setelah pemekaran dengan Sulawesi Barat adalah 45.519,24 km yang meliputi 20 kabupaten dan 3 kota, 20 kabupaten yaitu meliputi: Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu, Tanah Toraja, Luwu Utara dan Luwu Timur. Sedangkan untuk tiga kotanya meliputi : Makassar, Pare-pare, dan Palopo. Kota Pare-pare merupakan kota terkecil yakni luasnya hanya sekitar 99,33 km² atau sekitar 0,22 persen sedangkan daerah yang terluas adalaj kabupaten luwu yaitu sekitar 14.788,96 km² atau sekitar 32,45% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Hampir 75 persen wilayah Sulawesi Selatan merupakan daerah daratan tinggi yang memanjang di tengah daratan dari utara ke selatan melalui gunung Rante Mario dan gunung Ganda Dewata di kabupaten Luwu dan Luwu Utara, di wilayah bagian utara hingga gunung lompobattang di kapubaten bantaeng. Daratan rendah/pantai membentang sepanjang pesisir pantai barat, tengah dan timur dengan total panjang pantai yang dimiliki kurang lebih 2.500 km.

Sulawesi selatan dalam lingkup wilayah Indonesia dapat dicapai dengan menggunakan lalu lintas darat, laut, udara. Dari jalur lalu lintas laut, Makassar merupakan ibu koata Provinsi Sulawesi Selatan adalah pintu gerbang menuju ke Indonesia bagian timur. Sulawesi Selatan merupakan jalur utama pelayaran nasional dan merupakan penghubung dari berbagai kota di Indonesia bagian barat ke Indonesia bagian timur. Sedangkan dari jalur lalu lintas udara, Sulawesi selatan merupakan jalur utama penerbangan di Indonesia yang juga merupakan pintu

(36)

23

masuk ke Indonesia timur dan juga sebagai pusat pelayanan di kawasan timur Indonesia.

4.2.1 Potensi Sumber Daya

Sulawesi Selatan dikarunia potensi sumberdaya yang berlimpah, terutama sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Besarnya potensi tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi daerah ini dalam melaksanakan aktivitas pembangunan.

Sulawesi Selatan juga di karuniai oleh sumberdaya alam yang berlimpah baik sumberdaya alam darat maupun laut. Potensi sumberdaya alam tambang antara lain berupa bahan deposit bahan galian, sumberdaya air, hutan, perikanan dan kelautanan tersedia dalam jumlah yang sangat besar dan baru sebagian kecil potensi tersebut yang telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah ini

4.2.2. Potensi Sumber Daya Alam

Penduduk menurut sensus tahun 2013 berjumlah 8.032.551 jiwa dengan pembagian 3.921.543 orang laki-laki dan 4.111.008 orang perempuan. Penduduk tersebut terdiri atas berbagai etnis atau suku bangsa antara lain Bugis, Makassar, Toraja dan etnis lainnya. Penduduk merupakan subjek sekaligus objek pelaku pembangunan melalui berbagai sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan tenaga

(37)

24

kerja produktif, sebagai bagian aktifitas dalam membangun ekonomi regional atau wilayah.

4.2 Profil Sektor Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Selatan Sektor ini terdiri dari lima subsektor yaitu tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan subsektor peternakan. Pertumbuhan riil pada sektor pertanian selama periode 2009-2013 sebagai berikut:

Tabel 2. Pertumbuhan Riil pada Sektor Pertanian Tahun 2009-2013 (dalam persen) Subsektor 2009 2010 2011 2012 2013 Tabama 6,50 2,09 6,78 8,21 5,83 Perkebunan 5,39 4,38 -4,00 0,53 1,27 Peternakan 5,64 4,20 6,03 6,50 5,93 Kehutanan -4,34 -0,03 0,46 -1,55 0,50 Perikanan 8,11 7,92 3,47 7,33 4,97 Sektor Pertanian 6,50 4,10 3,21 6,09 4,59

Sumber: BPS Sulawesi Selatan dalam Angka 2013

Selama periode 2009-2013 pertumbuhan riil masing-masing subsektor terlihat berfluktuasi. Pada tahun 2013 subsektor peternakan menempati urutan pertama sebesar 5,93%, kemudian di urutan kedua subsektor tanaman bahan makanan (tabama) sebesar 5,83%, sementara urutan terakhir subsektor kehutanan sebesar 0,50%.

(38)

25

Dari data tersebut tampak bahwa, besarnya kontribusi sektor pertanian se Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB Indonesia. Rata-rata kontribusi sektor pertanian Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebesar 29.71%, sedangkan untuk rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB Indonesia selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah sebsar 13,96%. Perbandingan rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB dan PDB antara Sulawesi Selatan dengan Indonesia menunjukkan perbandingan yang sangat besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan sektor pertanian di Sulawesi Selatan jauh lebih cepat daripada rata-rata pertumbuhan sektor pertanian secara nasional. Perbedaan kontribusi PDRB sektor pertanian Sulawesi Selatan dengan kontribusi PDB sektor pertanian Indonesia terjadi karena nilai PDRB Sulawesi Selatan didominasi oleh sektor pertanian sehingga kontribusi cukup tinggi. Sedangkan nilai PDB Indonesia hanya sedikit yang mendominasi oleh sektor pertanian sehingga menyebabkan kontribusi cukup rendah.

(39)

26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Otonomi daerah sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan dan pembangunan pertanian di daerah kabupaten/kota khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Terbatasnya lahan pertanian dan dijadikanya alih fungsi lahan yang berdampak pada luas panen yang akan di manfaatkan petani sebagai media untuk bercocok tanam, akibatnya luas panen semakin berkurang. Luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Perkembangan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1995 – 2014.

Berdasarkan Gambar 2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1995 mengalami peningkatan dengan sebesar 60,96 ribu ha, namun pada tahun 2001 luas panen

(40)

27

kedelai menurun dengan sebesar 14,47 ribu ha sampai pada tahun 2007 perkembangan luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan menurun sebesar 12,03 ribu ha, akan tetapi perkembangan luas panen kedelai pada tahun 2008 mulai meningkat dengan sebesar 19,05 ribu ha. Sampai pada tahun 2014 terjadi peningkatan dengan sebesar 36,33 ribu ha.

5.2 Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Perkembangan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan tidak terlepas dari luas panen dan produktivitas sehingga produksi kedelai mengalami peningkatan dan penurunan yang di sebabkan oleh Hal ini disebabkan ada beberapa hal sehingga produktivitas kedelai mengalami penurunan yaitu: (1) kurangnya teknologi usahatani sebagai penopang produktivitas kedelai. (2) tidak adanya dukungan dari pemerintah. (3) petani masih membakar jerami padi hasil panen. (4) petani belum memanfaatkan kotoran untuk pupuk dan bahan pembenah tanah (pupuk organik). (5) biaya benih dan pupuk mahal. (6) iklim tidak menentu. (7) faktor hama dan masih banyak permasalahan yang di hadapi para petani sehingga produksi kedelai tidak menentu dari peningkatan dan penurunan jumlah produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti pada gambar di bawah ini:

(41)

28

Gambar 3.Grafik Perkembangan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1995 – 2014

Berdasarkan pada gambar 3 menunjukkan bahwa perkembangan Produksi kedelai di Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan dan peningkatan meskipun pada tahun 1995 Produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar 77,25 ribu ton, namun pada tahun 2001 produksi kedelai mengalami peurunan sebesar 18,61 ribu ton. Namun pada tahun 2002 – 2007 produksi kedelai tidak menentu perkembangannya, akan tetapi pada tahun 2008 pertumbuhan produksi kedelai meningkat sebesar 29,13 ribu ton sampai pada tahun 2014 peningkatan produksi kedalai sebesar 54,61 ribu ton.

5.3 Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Pertumbuhan produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan yang di pengaruhi oleh teknologi dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang baik meskipun pada tahun – tahun tertentu produktivitas kedelai mengalami penurunan seperti pada gambar di bawah ini:

20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 20 01 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 20 06 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4

Produksi (Ton)

(42)

29

Gambar 4. Grafik Perkembangan Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1995 – 2014

Berdasarkan pada gambar 4 menunjukkan bahwa produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1995 – 2001 menunjukkan perkembangan produktivitas kedelai tidak menentu, namun pada tahun 2002 Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan kembali meningkat dengan sebesar 13,34 ribu ku/ha sampai pada tahun 2005 dengan perkembangan sebesar 16,63 ribu ku/ha. Pada tahun selanjutya perkembangan produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan kembali tidak menentu dari produktivitas yang di sebabkan oleh: Hal ini disebabkan ada beberapa hal sehingga produktivitas kedelai mengalami penurunan yaitu: kurangnya teknologi usahatani sebagai penopang produktivitas kedelai. Namun pada tahun 2014 Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan sebesar 15,03 ribu ku/ha.

(43)

30

5.4 Analisis Trend Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

5.4.1 Analisis Tren Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Perkembangan Analisis trend luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan. Persamaan garis trend Luas Panen kedelai adalah Y=859,79-41.67t. Dimana Y itu adalah variabel yang diramalkan dengan jumlah Y= Nilai intercept yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 859,78 ribu ha yang berarti bahwa rata – rata Luas panen di Sulawesi Selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir sebesar 859,79 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien trend sebesar 41,67 ribu ha yang berarti bahwa luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir adalah sebesar sebesar 41,67 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien trend 41,67 ribu ha. Yang berarti bahwa luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami penurunan yang tidak menentu. Untuk lebih jelasnya Dapat kita lihat pada gambar di bawah ini. Dengan Analisis trend luas panen kedelai menurung.

(44)

31

Gambar 5. Analisis trend Luas panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrad terkecil diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Y=859,79-41,67t. Menunjukkan nilai F hitung pada luas panen kedelai sebesar 1,2164 dengan tingkat signifikan sebesar 0,2854 yang artinya bahwa luas panen sangat fluktuasi dalam luas panen kedelai kedelai dengan tingkat kepercayaan 95% di bawah rata – rata 6,68% mengalami penurunan Luas panen pada setiap tahunya sebesar -0,4167 ribu ha. Yang di karenakan oleh beberapa faktor seperti iklim, cuaca, alih fungsi lahan. Kita bisa lihat pada gambar 3 dimana garis trend lebih mengarah turun.

Perkembangan Luas Panen kedelai selama kurun waktu 1995 – 2014 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Luas Panen Kedelai dapat disajikan pada tabel 3.

(45)

32 Tabel 3 : Luas Lahan Panen

Tahun Luas Panen (ha)

1995 60,96 1996 34,45 1997 37,76 1998 38,53 1999 33,09 2000 32,71 2001 14,47 2002 14,48 2003 16,99 2004 17,99 2005 16,35 2006 14,19 2007 12,03 2008 19,05 2009 25,79 2010 23,64 2011 21,44 2012 19,96 2013 30,94 2014 36,33 Sumber.Data di olah 2015

(46)

33

Berdasarkan data pada tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 1995 luas panen kedelai meningkat sebesar 60,96 ribu ton dan pada tahun – tahun berikutnya luas panen kedelai kembali menurun yang disebabkan oleh, Terbatasnya lahan pertanian dan dijadikanya alih fungsi lahan yang berdampak pada luas panen yang akan di manfaatkan petani sebagai media untuk bercocok tanam. Namun pada tahun 2014 luas panen kedelai kembali meningkat sebesar 36,33 ribu ton yang di sebabkan oleh terpuruknya produksi kedelai sehingga pemerintah membuka lahan baru dan mengeluarkan program swasembada pangan sebagai upaya penanggulangan alih pungsi lahan.

5.4.2 Trend Produktivitas kedelai di Sulawesi selatan

Perkembangan Analisis trend Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan. Persamaan garis trend Luas Panen kedelai adalah Y=28,404-14,89t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 28,404 ribu ha yang berarti bahwa rata – rata Luas panen di Sulawesi Selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir sebesar 28,404 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien trend sebesar 14,89 ribu ha yang berarti bahwa luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir adalah sebesar sebesar 14,89 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien trend 14,89 ribu ha. Yang berarti bahwa luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami peningkatan.

(47)

34

Gambar 6. Analisis trend Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrad terkecil diperoleh persamaan garis trend Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Y=284,04-14,89t. Menunjukkan nilai F hitung pada Produktivitas kedelai sebesar 16,892 dengan tingkat signifikan sebesar 0,0007 yang artinya bahwa Produktivitas kedelai dengan tingkat kepercayaan 99% dengan rata – rata 49,84 % memiliki produktivitas sebesar 859,8 ribu ton yang di pengaruhi oleh teknologi yang semakin berkembang dari tahun ketahun bahkan setiap bulan teknologi makin berbeda – beda, jumlah penurunan produktivitas sebesar -0,416 ribu ton.

Perkembangan Produktivitas kedelai selama kurun waktu 1995 – 2014 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Produktivitas Kedelai dapat disajikan pada Tabel 4.

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 1990 1995 2000 2005 2010 2015 Produktivitas(ku/ha)

(48)

35 Tabel 4 : Produktivitas Hasil Panen Kedelai

Tahun Produktivitas(Ku/Ha) 1995 12,67 1996 13,85 1997 13,27 1998 12,85 1999 13,28 2000 13,06 2001 12,86 2002 13,34 2003 14,21 2004 14,94 2005 16,63 2006 15,68 2007 15,77 2008 15,29 2009 16,00 2010 15,11 2011 15,73 2012 15,00 2013 14,77 2014 15,03 Sumber.Data di olah 2015.

(49)

36

Berdasarkan gambar tabel 4 pada Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pada tahun 1995 menurung dengan sebesar 12,67 ribu ku/ha yang disebabkan oleh teknologi pertanian yang kurang mendukung untuk bercocok tanam sehingga Produktivitas kedelai menurun namun pada tahun 2009 Produktivitas kedelai mengalami peningkatan sebasar 16,00 ribu ku/ha hal ini menyebabkan bahwa teknologi sangat di butuhkan untuk bercocok tanam namun pada tahun 2014 produktivitas kedelai menurun sebesar 15,03 ribu ku/ha.

5.4.3 Trend Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Perkembangan Analisis trend Produksi Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan. Persamaan garis trend Produksi kedelai adalah Y=391,70-17,8t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 859,78 ribu ha yang berarti bahwa rata – rata Produksi di Sulawesi Selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir sebesar 391,70 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien trend sebesar 17,8 ribu ha yang berarti bahwa Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi selatan selama kurung waktu 20 tahun terakhir adalah sebesar sebesar 17,8 ribu ha. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien trend 17,8 ribu ha. Yang berarti bahwa Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami penurunan 0,178.

(50)

37

Gambar 7. Analisis trend Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrad terkecil diperoleh persamaan garis trend Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Y=391,70-17,8t. Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrad terkecil diperoleh persamaan garis trend Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Y=28,404-14,89t. Menunjukkan nilai f pada luas panen kedelai sebesar 0,1228 dengan tingkat signifikan sebesar 0,7303 yang artinya bahwa Produksi kedelai dengan tingkat kepercayaan dengan rata – rata 7,2 %

Perkembangan Produksi kedelai selama kurun waktu 1995 – 2014 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Produksi Kedelai dapat disajikan pada tabel 5.

Tabel 5 : Produksi Hasil Panen

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 1990 1995 2000 2005 2010 2015

Produksi (Ton)

(51)

38

Tahun Produksi (Ton)

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 77,25 47,70 50,11 49,52 43,95 42,71 18,61 19,32 24,14 26,87 27,19 22,24 18,97 29,13 41,28 35,71 33,72 29,94 45,69 54,61 Sumber.Data di olah 2015.

(52)

39

Berdasarkan gambar tabel 5 pada Produksi kedelai di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Produksi kedelai di Sulawesi Selatan sangat meningkat dengan sebesar 77,25 ribu ton. Namun pada tahun 2007 Produksi kedelai mengalami penurunan yang di sebabkan oleh segala aktivitas usaha tani yang di pengaruhi oleh luas panen dan produktivitas. Namun pada tahun selanjutnya sampai tahun 2014 produksi kedelai mulai meningkat sebesar 54,61 ribu ton. Yang di sebabkan oleh pengaruh Luas panen dan produktivitas.

5.5 Analisis Peramalan (Forecasting)

5.5.1 Analisis Peramalan (Forecasting) Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Peramalan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun 10 tahun mendatang disajikan pada Tabel 6.

No. Tahun Luas Panen (ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 16,79 18,98 19,24 20,17 21,67 23,13 25,02 25,33 25,53 25,89 Sumber: Data Sekunder, Diolah Tahun 2015

(53)

40

Untuk mengetahui perkembangan Luas Panen di Provinsi Sulawesi Selatan selama 10 tahun mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan peramalan luas panen kedelai cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat di lihat pada Gambar 8.

Gambar 8 : Analisis Trend Luas Panen Kedelai di Provinsi Sulawesi – Selatan. Perkembangan luas Panen kedelai di Sulawesi Selatan selama kurun waktu 2015 – 2024 pada gambar 7. Mengalami kecenderungan meningkat. Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Y = 1,055 –2,19t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 1,055 ton yang berarti 10 tahun terakhir adalah sebesar 1,055 ton. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien tren sebesar 2,19 yang berarti bahwa luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami kenaikan sebesar 2,19 ton. Dengan rata – rata dari setiap kenaikan luas panen kedelai dalam setiap tahunya sebesar 9,56 ton.

y = 1.0557x - 2109.7 R² = 0.9569 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026

(54)

41

Berdasarkan Tabel 6.dan gambar 7 dapat di ketahui bahwa peramalan luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurung waktu 2015 – 2024 cenderung mengalami peningkatan. Peramalan luas panen kedelai mudah – mudahan dapat memenuhi target dari swasembada pangan.

5.5.2 Analisis Peramalan (Forecasting) Produktivitas Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Peramalan Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun 10 tahun mendatang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 : Data Analisis Produktivitas kedelai di Sulawesi-Selatan.

No Tahun Produktivitas(ku/ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 16,09 16,21 16,43 16,59 16,69 16,80 16,85 16,82 16,79 16,79 Sumber: Data Sekunder, Diolah Tahun 2015.

Untuk mengetahui perkembangan produktivitas di Provinsi Sulawesi Selatan selama 10 tahun mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan peramalan luas panen kedelai cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat di lihat pada Gambar 9,

(55)

42

Perkembangan Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan selama kurun waktu 2015 – 2024 pada gambar 8. Mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Y = 7,9 –14,7t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 7,9 ton yang berarti 10 tahun terakhir adalah sebesar 7,9 ton. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien tren sebesar 14,7 yang berarti bahwa rata-rata Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami kenaikan sebesar 7,85 ton.

Berdasarkan Tabel 5.dan gambar 7 dapat di ketahui bahwa peramalan luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurung waktu 2015 – 2024 cenderung mengalami peningkatan meskipun pada Peramalan luas panen kedelai di tahun – tahun yang akan datang mengalami produktivitas menurung seperti pada tahun 2022 tapi mudah – mudahan dapat memenuhi target dari swasembada pangan. y = 0.0799x - 144.78 R² = 0.7859 16.00 16.10 16.20 16.30 16.40 16.50 16.60 16.70 16.80 16.90 17.00 17.10 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026

(56)

43

5.5.3 Analisis Peramalan (Forecasting) Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan

Peramalan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun 10 tahun mendatang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 : Data Analisis Produksi kedelai di Sulawesi-Selatan

No Tahun Produksi (Ton)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 28,96 32,04 33,07 34,83 37,15 39,51 42,32 42,94 43,40 44,13 Sumber: Data Sekunder, Diolah Tahun 2015.

Untuk mengetahui perkembangan produktivitas di Provinsi Sulawesi Selatan selama 10 tahun mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan peramalan luas panen kedelai cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat di lihat pada Gambar 8.

(57)

44

Dari hasil Peramalan Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan dapat kita lihat pada gambar 10 bahwa dalam kurun 2015 – 2024 akan mengalami peningkatan produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan. Bahwa garis trend yang menunjukkan garis yang mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Y = 17,58 –3,5t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 17,58 ton yang berarti 10 tahun terakhir adalah sebesar 17,58 ton. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien tren sebesar 3,5 yang berarti bahwa rata-rata Produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami kenaikan sebesar 9,66 ton.

(58)

45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa luas panen kedelai di Sulawesi Selatan telah terbatas lahan pertanian dan dijadikannya alih fungsi lahan yang berdampak pada luas panen yang akan dimanfaatkan petani sebagai media untuk bercocok tanam akibatnya luas panen setiap tahun terkadang mengalami peningkatan dan penurunan akan tetapi dari tahun 2008 hingga tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 36,33 ribu/ha. Produksi kedelai mengalami peningkatan dan penurunan yang di sebabkan oleh Hal ini disebabkan ada beberapa hal yaitu: (1) kurangnya teknologi usahatani sebagai penopang produktivitas kedelai. (2) tidak adanya dukungan dari pemerintah. (3) petani masih membakar jerami padi hasil panen. (4) petani belum memanfaatkan kotoran untuk pupuk dan bahan pembenah tanah (pupuk organik). (5) biaya benih dan pupuk mahal. (6) iklim tidak menentu. (7) faktor hama dan masih banyak permasalahan yang di hadapi para petani sehingga produksi kedelai tidak menentu dari peningkatan dan penurunan jumlah produksi kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan. Perkembangan Produktivitas kedelai di Sulawesi Selatan selama kurun waktu 2015 – 2024 pada gambar 8. Mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis trend dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend luas panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan Y = 7,9 –14,7t. Nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 7,9 ton yang berarti 10 tahun terakhir adalah sebesar 7,9 ton. Persamaan diatas menunjukkan besarnya nilai koefisien tren sebesar 14,7

(59)

46

yang berarti bahwa rata-rata Produktivitas kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunya mengalami kenaikan sebesar 7,85 ton.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat di ajukan saran yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan dan menjadi masukan bagi pemerintah propinsi Sulawesi Selatan dalam rangka memajukan perekonomian di bidang pertanian propinsi antara lain:

1. Bagi pemerintah propinsi Sulawesi Selatan dalam rangka menjadikan sub sektor tanaman pangan sebagai sub sektor yang memiliki daya saing yang kuat di Sulawesi Selatan, maka perlu untuk peningkatan investasi di sub sektor tanaman pangan sehingga sub sektor ini mampu untuk meningkatkan produktivitasnya, memperluas lapangan kerja, dan penyerapan tenaga kerja. Pengelolahan secara tradisional perlu diarahkan menjadi pengelolahan yang lebih modern dan professional.

2. Di harapkan kepada pemerintah propinsi dapat memperhatikan segala yang menyangkut dengan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai sehingga dapat terus memperlihatkan eksistensinya sebagai tanaman kedelai yang di gemari di sulawei selatan sebagai bahan makan (Tahu dan Tempe) Terutama pada produktivitas yang masih belum terlalu sesuai dengan luas panen dan produksi yang ada.

3. Di harapkan kepada pemerintah Pusat dan provinsi dapat melaksanakan program swasembada pangan dengan baik dan adil.

(60)

47

4. Program yang di keluarkan pemerintah bukan sekedar wacana yang dapat di nikmati hanya beberapa bulan,akan tetapi program yang betul-betul petani rasakan dengan bantuan pertanian yang baik, agar pertanian kita lebih maju dan dapat bersaing dengan Negara lain.

(61)

48

DAFTAR PUSTAKA

Antarlina, S. S., J.S. Utomo, E. Ginting, and S. Nikuni. 2002. Evaluation of Indonesian Soybean Varieties for food Procecing. In A.A. Rahmianna and S. Nikkuni (Eds.). Soybean Production and Postharvest Technology for Innovation in Indonesia. Proceedings of RILET-JIRCAS Workshop on Soybean Research. Malang

Anwar, 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta.

.Atmaja, Lukas Setia. 2009. Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi.Andi: Yogyakarta

Biegel, John E. 1999, Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif, Akademika Presindo, Jakarta.

Blocher, J. Edward, Kung H. Chen, Thomas W. Lin, 2000. Manajemen Biaya, Terjemahan Dra. A. Susty Ambarriani, M.Si., Akt, Salemba Empat, Jakarta.

Buffa, E. dan Sarin, R. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern, Jilid 1. Edisi ke- 8. Jakarta:Binarupa Aksara

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Hakim, Abdul. 2001. Statistik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Husein, Umar, 1999. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Partadiredja, Ace. 1980. Beberapa Masalah Dalam Produksi Bahan Makanan. Jakarta: Prisma Tahun IX No.9

Pringgohandoko,B dan O.S. Padmini. 1999. Pengaruh Rhizo-plus dan pemberian cekaman air selama stadia reproduksi terhadap hasil dan kualitas biji kedelai. Agrivet 1

.

Purwanto, 2011, Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manajemen. SIUP : Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah. (2000). Produktivitas apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara

(62)

49

Slinger, D. and Tenison, K. 2005. Salinity Glove Box Guide - NSW Murray and Murrumbidgee Catchments. An initiative of the Southern Salt Action Team, NSW Department of Primary Industries.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi, Raja Grafindo Persada, Jakarta Sri Adiningsih, 1995, Ekonomi Mikro, Edisi I, Yogyakarta, BPFE.

Supriyono, 1994, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk teknologi maju dan globalisasi, ed pertama, Yogyakarta: BPFE.

Taufiq, T.M.M, dan I. Novo. 2004. Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang Panjang. Yogyakarta: Absolut

Tjandramukti. 2000. Teknologi produksi kedelai berdasarkan kebutuhan ideal tanaman di daerah tropis. hlm. 1-4. Dalam A. Winarno, T. Fitriyanto, dan B.S. Kuncoro. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Hayati pada Tanaman Kacangkacangan dan Ubi-ubian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

(63)

50

Lampiran 1. Luas Panen Kedelai di Sulawesi Selatan

SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,258408336 R Square 0 ,0668 Adjusted R Square 0,011879272 Standard Error 9,021294694 Observations 19 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 98,9950034 98,995 1,2164 0,2854 Residual 17 1383,523885 81,38376 Total 18 1482,518889

Coefficients Standard Error t Stat P-value

Intercept 859,8 757,6130372 1,134868 0,272179 1995 -0,4167 0,377860454 -1,1029 0,285438

Gambar

Tabel 1.  Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi  Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan  Tahun 2009-2013
Gambar  1.  Kerangka  Pikir  Analisis  Forecasting  Produksi  Kedelai  Di  Sulawesi  Selatan
Tabel 2. Pertumbuhan Riil pada Sektor Pertanian Tahun 2009-2013   (dalam persen)  Subsektor                     2009               2010             2011         2012            2013         Tabama                         6,50                2,09
Gambar 2. Grafik Perkembangan Luas Panen kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan      Tahun 1995 – 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses Pra-Penyusutan Kayu untuk Mempercepat Pengeringan dan Mencegah Cacat dalam Proses Pengeringan dengan Kilang Pengering

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) untuk menemukan tipe dari tindak ilokusi yang digunakan oleh tokoh-tokoh utama dalam naskah film The Help, (b) untuk menemukan

Hubungan Antara Terpaan Tweet Iklan pada Akun Twitter @infotembalang dan Brand Awareness @CalzoneUp dengan Minat Beli Masyarakat.. SOFI KUMALA FATMA

Sejalan dengan masalah ini tujuan penelitian yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan (1) perbedaan kemampuan

Kecepatan gelombang inilah yang digunakan untuk menentukan parameter- parameter elsatik batuan sehingga kita bisa mendapatkan kesimpulan jenis batuanya.. Kata Kunci :

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pemberian pakan komersial yang difermentasi dengan filtrat kulit nanas (FKN) dan probiotik Lactobacillus

shodaqoh), mulai pembayaran, penyaluran dan pelaporannya, pendapat responden kebanyakan setuju yaitu sekitar 45% bahkan 20% mengatakan sangat setuju dan sekitar 30%