• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM

SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN

INTEGER TAKLINEAR

NOVARIA YUSRI

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Biaya

Operasional Kereta Api dalam Sistem Loop Line Menggunakan Pemrograman

Integer Taklinear adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Novaria Yusri

NIM G54080015

(4)

ABSTRAK

NOVARIA YUSRI. Optimasi Biaya Operasional Kereta Api dalam Sistem Loop

Line Menggunakan Pemrograman Integer Taklinear. Dibimbing oleh AMRIL

AMAN dan FARIDA HANUM.

Besarnya

permintaan

yang

menyebabkan

terjadinya

penumpukan

penumpang di beberapa stasiun merupakan permasalahan utama yang dihadapi

oleh PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ). Salah satu cara untuk memecahkan

permasalahan ini adalah dengan menentukan rute dan frekuensi perjalanan kereta

api yang tepat. Dalam karya ilmiah ini disajikan model pemrograman integer

taklinear untuk menentukan rute dan frekuensi perjalanan kereta api tiap rute

dengan biaya yang optimal. Model ini diimplementasikan pada jaringan rel

Jabodetabek yang disederhanakan. Faktor-faktor yang menjadi parameter pada

model ini mencakup demand penumpang, kapasitas kereta, maksimum perjalanan

tiap rute, dan biaya operasional. Dalam membangun model, pada tahap awal

dilakukan identifikasi semua persyaratan yang harus dipenuhi, selanjutnya semua

persyaratan itu diformulasikan menjadi bentuk persamaan atau pertidaksamaan

linear. Untuk menguji keabsahan model dilakukan pemeriksaan atas sejumlah

skenario. Solusi model diperoleh dengan menggunakan software LINGO 11.0.

Kata kunci: frekuensi perjalanan, pemrograman integer taklinear, rute, sistem

loop line

ABSTRACT

NOVARIA YUSRI. Optimization of Train Operating Costs in Loop Line Systems

Using Nonlinear Integer Programming. Supervised by AMRIL AMAN and

FARIDA HANUM.

High demand for transportation that causes passenger’s congestion in some

stations is one of the main problems faced by PT KAI commuter Jabodetabek

(KCJ). This problem can be solved by determining optimal routes and frequencies

of the trains. This paper presents a model to determine routes and travelling

frequency for each route in order to minimize the total cost. The problem is

modelled as a nonlinear integer programming. This model is implemented in

Jabodetabek railway network that have been simplified. The parameters of the

model include the demand of passengers, the capacity of trains, maximum

travelling of train for each route, and operational costs. Developing model is

started with identification of all the requirements of the system. All of the

requirements then are formulated as linear equalities or inequalities. Ensuring the

validity of model is done via solving several scenarios using the model. The

solution of the model is obtained using LINGO 11.

Keywords: integer nonlinear programming, loop line systems, route, travelling

frequency

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Matematika

OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM

SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN

INTEGER TAKLINEAR

NOVARIA YUSRI

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Optimasi Biaya Operasional Kereta Api dalam Sistem Loop Line

Menggunakan Pemrograman Integer Taklinear

Nama

: Novaria Yusri

NIM

: G54080015

Disetujui oleh

Dr Ir Amril Aman, MSc

Pembimbing I

Dra Farida Hanum, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Berlian Setiawaty, MS

Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah

Optimasi Biaya Operasional Kereta Api dalam Sistem Loop line Menggunakan

Pemrograman Integer Taklinear.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Amril Aman, MSc dan Dra

Farida Hanum, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Selain

itu, ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Drs Prapto Tri Supriyo,

MKom selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada papa

dan ibu atas segala kasih sayang, dukungan, kepercayaan, kesabaran, dan doanya.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu

mendoakan, seluruh dosen atas ilmu yang diberikan, staf pegawai, teman-teman

Matematika 45 dan 46, teman-teman Cempaka B, teman-teman Pondok Cahaya

dan teman-teman Hikapemaka Bogor atas bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

LANDASAN TEORI

2

Istilah dalam Perkeretaapian

2

Integer Programming (IP)

3

DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH

3

Deskripsi Masalah

3

Formulasi Masalah

4

STUDI KASUS

6

Formulasi Model Matematika

8

Pengujian Model

10

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rute

7

2 Realisasi demand penumpang terangkut Skenario 1

11

3 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 1

11

4 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 2

13

5 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 3

14

6 Frekuensi perjalanan setiap rute Skenario 4

15

7 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 4

16

DAFTAR GAMBAR

1 Perlintasan sebidang

2

2 Jaringan rel kereta

6

3 Segmen

8

4 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 1

11

5 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 2

12

6 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 3

13

7 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 4

15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data hipotetik demand penumpang dari stasiun asal ke stasiun tujuan

18

2 Syntax program pada Lingo 11.0

19

3 Detail hasil komputasi Lingo 11.0 Skenario 1

24

4 Detail hasil komputasi Lingo 11.0 Skenario 2

25

5 Detail hasil komputasi Lingo 11.0 Skenario 3

26

6 Realisasi demand penumpang terangkut Skenario 3

28

7 Detail hasil komputasi Lingo 11.0 Skenario 4

30

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia. Kota ini memiliki lapangan

pekerjaan yang cukup banyak sehingga tidak hanya penduduk ibu kota saja yang

bekerja di kota ini melainkan warga sekitar Jakarta seperti Tangerang, Depok,

Bekasi, dan Bogor. Mobilitas penduduk sangat tinggi sehingga dibutuhkan alat

transportasi darat yang efisien dan efektif.

Salah satu alat transportasi yang digunakan adalah kereta api. Peraturan

Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api

menyebutkan bahwa moda transportasi kereta api memiliki karakteristik dan

keunggulan khusus. Beberapa keunggulan dari kereta api adalah kemampuannya

dalam mengangkut baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energi,

hemat dalam penggunaan ruang, memiliki faktor keamanan yang tinggi, tingkat

pencemaran yang rendah, serta lebih efisien untuk angkutan jarak jauh.

PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) adalah salah satu anak perusahaan di

lingkungan PT KERETA API (Persero) yang melayani wilayah Jabodetabek. Saat

ini PT KCJ menggunakan KRL dengan sistem loop line yang membagi perjalanan

menjadi 6 rute. Berdasarkan keterangan PT KCJ, 6 rute tersebut ialah Jakarta

Kota-Bogor, Jakarta Kota-Jatinegara, Jakarta Kota-Tanjung Priok, Parung

Panjang-Tanah Abang, Duri-Tangerang, dan Jakarta Kota-Bekasi. Pada sistem ini

dikenal adanya stasiun transit yang berfungsi melanjutkan perjalanan menuju

stasiun lain yang terletak pada rute yang berbeda. Pada kenyataannya, masih

terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KCJ. Salah satunya

penumpukan penumpang di beberapa stasiun, terutama pada pagi dan sore hari

yang merupakan waktu pergi dan pulang kerja. Selain itu, masih terdapat

beberapa penumpang yang naik di atap gerbong sehingga dapat membahayakan

keselamatan para penumpang.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan menambah jumlah kereta api atau

menambah frekuensi perjalanan kereta. Penambahan jumlah kereta membutuhkan

biaya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penambahan frekuensi

perjalanan kereta sehingga untuk mengatasi masalah tersebut biasanya dilakukan

dengan cara menambah frekuensi perjalanan kereta api tiap rute. Penentuan rute

dilakukan terlebih dahulu agar diperoleh hasil yang optimal. Permasalahan ini

dapat dimodelkan dengan integer nonlinear programming. Data yang digunakan

pada karya ilmiah ini adalah data hipotetik.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan rute dan frekuensi perjalanan

kereta api yang digunakan untuk setiap rute agar diperoleh biaya operasional yang

minimum menggunakan integer nonlinear programming.

(12)

LANDASAN TEORI

Untuk membuat model optimasi biaya operasional kereta api diperlukan

pemahaman

mengenai

beberapa

istilah dalam perkeretaapian, integer

programming (IP).

Istilah dalam Perkeretaapian

Sistem Loop Line

Menurut Novena dan Widiyanto (2011) sistem loop line ialah sistem dalam

perkeretaapian sehingga penumpang tidak hanya bergerak dari titik keberangkatan

ke titik tujuan tetapi berputar dahulu ke stasiun lain. Pada sistem ini, dikenal

adanya stasiun transit yang berfungsi sebagai tempat peralihan untuk melanjutkan

perjalanan menuju stasiun lain yang terletak pada rute yang berbeda. Misalkan

penumpang dari Bogor ingin menuju Stasiun Bekasi. Stasiun Bogor berada pada

Rute Bogor-Jakarta Kota, sedangkan Stasiun Bekasi berada pada Rute Jakarta

Kota-Bekasi. Penumpang tersebut terlebih dahulu harus naik kereta di Stasiun

Bogor yang melintasi Rute Jakarta Kota-Bogor lalu berhenti di Stasiun Manggarai

(stasiun transit). Dari Stasiun Manggarai, penumpang tersebut akan melanjutkan

perjalanan menggunakan kereta api yang melintasi Rute Jakarta Kota-Bekasi dan

turun di Stasiun Bekasi.

Setiap rute terdiri dari beberapa segmen. Segmen ialah jalan rel yang

menghubungkan suatu stasiun dengan stasiun berikutnya yang berdekatan.

Misalkan Stasiun Ancol berdekatan dengan Stasiun Tanjung Priok. Jadi segmen

ialah jalan rel yang menghubungkan Stasiun Ancol dan Stasiun Tanjung Priok.

Jalur Ganda

Menurut D’Ariano (2008) jalur ganda ialah dua jalur yang dapat digunakan

kereta api dengan arah yang sama atau berlawanan.

Perlintasan Sebidang dan Headway

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 770

tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta

Api, perlintasan sebidang ialah perpotongan sebidang antara jalur kereta api

dengan jalan. Perlintasan sebidang membuat headway perjalanan kereta tidak bisa

diminimumkan. Headway ialah selang waktu keberangkatan antara satu kereta api

dengan kereta api berikutnya.

(13)

Integer Programming (IP)

Menurut Winston (2004) integer programming merupakan suatu

pemrograman linear yang sebagian atau semua variabel yang digunakan

merupakan integer taknegatif. Ada 3 jenis IP, yaitu:

1 Pure integer programming (PIP), jika suatu IP menggunakan semua variabel

yang berupa integer.

2 Mixed integer programming (MIP), jika suatu IP menggunakan sebagian saja

variabel yang integer.

3 0-1 IP, jika suatu IP menggunakan variabel 0 atau 1.

Pemrograman taklinear tidak jauh berbeda dengan pemrograman linear yang

terdiri atas fungsi objektif dan kendala umum. Perbedaannya adalah pemrograman

taklinear memiliki paling sedikit satu fungsi taklinear yang bisa menjadi fungsi

objektif atau kendalanya. Model pemrograman matematika taklinear dengan

variabel keputusannya berupa integer disebut model integer nonlinear

programming (INLP).

DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH

Deskripsi Masalah

Rute kereta api membentuk jaringan yang terdiri dari stasiun dan jalur. Jalur

yang digunakan ialah jalur ganda untuk setiap rute. Setiap rute memiliki stasiun

awal keberangkatan dan stasiun akhir pemberhentian. Kereta berangkat dari

stasiun awal dan berhenti di setiap stasiun yang dilewatinya sampai di stasiun

akhir pemberhentian. Kereta tersebut akan kembali lagi menuju stasiun awal

keberangkatan. Arah kereta yang bergerak dari stasiun awal keberangkatan

menuju stasiun akhir pemberhentian dinamakan Arah 1, sedangkan Arah 2

merupakan arah kereta yang bergerak dari stasiun akhir pemberhentian menuju

stasiun awal keberangkatan. Setiap rute memiliki beberapa segmen yang

menghubungkan satu stasiun dengan satu stasiun berikutnya.

Pada jaringan kereta api dikenal adanya stasiun transit yang berfungsi

sebagai tempat peralihan untuk melanjutkan perjalanan menuju stasiun lain yang

terletak pada rute yang berbeda. Penumpang yang turun di stasiun transit ialah

penumpang transit dan penumpang yang tujuan akhirnya stasiun tersebut.

Penumpang transit akan melanjutkan perjalanan menggunakan kereta yang

berbeda menuju stasiun yang diinginkan, sedangkan penumpang yang turun di

suatu stasiun (kecuali stasiun transit) merupakan penumpang yang tujuan akhirnya

ialah stasiun tersebut.

Jaringan rel kereta api Jabodetabek memiliki 63 stasiun, 6 rute serta 5

stasiun transit yaitu Manggarai, Duri, Tanah Abang, Kampung Bandan, Jatinegara

(Kompas 2011). PT KCJ memiliki 454 unit gerbong kereta Commuter dan 188

unit gerbong Ekonomi. Setiap kereta Commuter dan setiap kereta Ekonomi terdiri

dari 8 gerbong. Berdasarkan keterangan dari PT KCJ, kapasitas untuk setiap

gerbong adalah 150 orang (60 orang duduk, 90 orang berdiri) sehingga kapasitas

kereta adalah 1200 orang.

(14)

Untuk membatasi permasalahan, maka digunakan beberapa asumsi, yaitu:

1

tidak ada kereta yang mengalami kerusakan,

2

kecepatan kereta konstan,

3

tidak ada gangguan di perjalanan,

4

perlintasan sebidang tidak diperhatikan,

5

jaringan rel kereta yang digunakan ialah jaringan rel Jabodetabek yang telah

disederhanakan dan kereta hanya berjalan di dalam jaringan rel tersebut,

6

jalur yang digunakan adalah jalur ganda,

7

hanya satu jenis kereta yang digunakan, yaitu Commuter,

8

banyaknya kereta yang tersedia selalu mencukupi kebutuhan,

9

hanya 20 stasiun yang dibahas dan hanya terdapat 3 stasiun transit, yaitu

Manggarai, Jatinegara, dan Tanah Abang,

10

stasiun-stasiun untuk setiap rute telah ditetapkan sehingga analisis hanya

dibatasi untuk pemilihan rute saja,

11

tempat penumpang yang disediakan di kereta harus lebih besar dari 90%

demand penumpang yang ada pada setiap segmen. Artinya kereta tidak

selalu terisi 100%, sehingga masih ada tempat yang disediakan untuk

mengantisipasi jika ada penambahan demand penumpang,

12

untuk menghindari terjadinya penumpukan penumpang, maka minimum

90% demand penumpang harus diangkut dari setiap stasiun asal ke setiap

stasiun tujuan.

Formulasi Masalah

Berdasarkan data dan analisis yang didapatkan, maka dapat dibuat formulasi

masalah tersebut ke dalam bentuk integer nonlinear programming (INLP). Bentuk

formulasi masalah tersebut ialah sebagai berikut.

Indeks

𝑖,𝑗 = stasiun; 𝑖, 𝑗 = 1,2, … , 𝑁

𝑘 = rute; 𝑘 = 1,2, … , 𝐾

𝑣, u = arah; 𝑣, 𝑢 = 1,2

w = segmen;

𝑤 = 1,2, … , 𝐿

Parameter

𝑄

𝑖𝑗

= demand penumpang dari stasiun asal i ke stasiun tujuan j

𝑆

𝑤

= demand penumpang yang ingin melewati segmen w

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎

𝑘

= biaya perjalanan pada rute

𝑘

𝐶

𝑘

= biaya pemeliharaan rute

𝑘

kap = kapasitas satu kereta

𝑚𝑎𝑘𝑠

𝑘

= maksimum frekuensi perjalanan pada rute

𝑘

M = bilangan positif yang nilainya relatif besar

Variabel Keputusan

𝐷

𝑖𝑗

= realisasi demand penumpang yang terangkut dari stasiun asal i ke stasiun

tujuan j

(15)

𝑦

𝑤

= banyaknya penumpang di kereta pada segmen w

𝐹

𝑘𝑣

= frekuensi perjalanan kereta pada rute

𝑘 dan arah 𝑣

𝑓𝑟

𝑤

= frekuensi perjalanan kereta pada segmen w

𝑓𝑟𝑒𝑞

𝑘

= frekuensi perjalanan kereta pada rute k

x

k

=

1, jika rute 𝑘 digunakan

0, selainnya

Himpunan

𝐴

𝑤

= himpunan pasangan stasiun (i,j) yang melewati segmen w

𝐵

𝑤

= himpunan pasangan rute k dan arah v, yaitu (k,v), yang melewati segmen

w

Fungsi Objektif

Fungsi objektif dari masalah ini ialah meminimumkan biaya operasional

dengan mengatur frekuensi perjalanan kereta api yang dikalikan dengan biaya

perjalanan untuk satu kali perjalanan pada setiap rute dan biaya pemeliharaan

pada setiap rute jika rute tersebut digunakan. Fungsi objektif masalah ini ialah:

Minimumkan (

2𝑣=1 𝐾𝑘=1

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎

𝑘

× 𝐹

𝑘𝑣

+

𝐾𝑘=1

𝐶

𝑘

× 𝑥

𝑘

)

Kendala

Kendala pada permasalahan ini ialah sebagai berikut :

1 Realisasi demand penumpang yang terangkut dari stasiun asal i ke stasiun

tujuan j minimal 90% dari demand.

90% 𝑄

𝑖𝑗

≤ 𝐷

𝑖𝑗

≤ 𝑄

𝑖𝑗

, 𝑖 = 1,2, … , 𝑁, 𝑗 = 1,2, … , 𝑁.

2 Jumlah penumpang di kereta pada segmen w ialah akumulasi dari realisasi

demand yang terangkut dari setiap stasiun asal i ke setiap stasiun tujuan j.

𝑦

𝑤

𝑁

𝐷

𝑖𝑗

𝑖=1 𝑁

𝑗 =1

= 0, (𝑖, 𝑗) ∈ 𝐴

𝑤

, 𝑤 = 1,2, … , 𝐿.

3

Banyaknya penumpang di kereta pada segmen w merupakan minimum dari

demand penumpang yang ingin melewati segmen w dan total kapasitas

kereta.

𝑦

𝑤

= min {𝑆

𝑤

, (𝑘𝑎𝑝×𝑓𝑟

𝑤

)} , 𝑤 = 1,2, … , 𝐿.

4

Banyaknya tempat yang disediakan untuk penumpang di kereta, harus lebih

besar atau sama dengan 90% demand penumpang yang ingin melewati

segmen w.

90% 𝑆

𝑤

≤ 𝑘𝑎𝑝 × 𝑓𝑟

𝑤

, 𝑤 = 1,2, … , 𝐿.

5

Jika terdapat perjalanan kereta pada suatu rute maka rute tersebut

digunakan.

𝐹

𝑘𝑣

– M

𝑥

𝑘

≤ 0,

𝑘 = 1,2, … , 𝐾, 𝑣 = 1,2.

6 Kereta harus bolak-balik sehingga frekuensi perjalanan kereta pada rute k

selalu sama untuk semua arah.

𝐹

𝑘𝑣

− 𝐹

𝑘𝑢

= 0, 𝑘 = 1,2, … , 𝐾, 𝑣 = 1,2, 𝑢 = 1,2, 𝑣 ≠ 𝑢.

7

Frekuensi perjalanan kereta untuk setiap rute tidak boleh melebihi frekuensi

perjalanan maksimum.

𝐹

𝑘𝑣

≤ 𝑚𝑎𝑘𝑠

𝑘 2

𝑣=1

, 𝑘 = 1,2, … , 𝐾.

8 Frekuensi perjalanan kereta untuk setiap rute ialah akumulasi perjalanan dari

semua arah.

𝐹

𝑘𝑣 2

(16)

9

Frekuensi perjalanan kereta pada segmen w ialah akumulasi dari semua

frekuensi perjalanan kereta pada rute 𝑘 dan arah v yang melewati segmen w.

𝑓𝑟

𝑤

𝐾

𝐹

𝑘𝑣

𝑘=1 2

𝑣=1

= 0, (𝑘, 𝑣) ∈ 𝐵

𝑤

, 𝑤 = 1,2, … , 𝐿.

10 Kendala ketaknegatifan memastikan bahwa:

Realisasi demand penumpang yang terangkut dari stasiun asal i ke stasiun

tujuan j, lebih besar atau sama dengan nol.

𝐷

𝑖𝑗

≥ 0, 𝑖 = 1,2, … , 𝑁, 𝑗 = 1,2, … , 𝑁.

Frekuensi perjalanan kereta pada rute k, lebih besar atau sama dengan nol.

𝑓𝑟𝑒𝑞

𝑘

≥ 0, 𝑘 = 1,2, … , 𝐾.

Frekuensi perjalanan kereta pada segmen w, lebih besar atau sama dengan

nol.

𝑓𝑟

𝑤

≥ 0 𝑤 = 1,2, … , 𝐿.

Frekuensi perjalanan kereta pada rute k dan arah v, lebih besar atau sama

dengan nol.

𝐹

𝑘𝑣

≥ 0, 𝑘 = 1,2, … , 𝐾, 𝑣 = 1,2.

Jumlah penumpang di kereta pada segmen w harus lebih besar atau sama

dengan nol.

𝑦

𝑤

≥ 0, 𝑤 = 1,2, … , 𝐿.

11 Kendala biner:

𝑥

𝑘

∈{0,1}, 𝑘 = 1,2, … , 𝐾.

STUDI KASUS

Keterangan:

Gambar 2 Jaringan rel kereta

1

Jakarta Kota

2

Gambir

3

Manggarai

4

Tanjung Barat

5

Depok

6

Bogor

7

Jatinegara

8

Klender Baru

9

Bekasi

10 Pasar Senen

11 Ancol

12 Tanjung Priok

13 Sudirman

14 Tanah Abang

15 Serpong

16 Parung Panjang

17 Duri

18 Kali Deres

19 Tangerang

20 Rajawali

6

1

5

4

3

2

7

20

10

11

12

8

9

13

14

17

15

16

18

19

(17)

Misalkan jaringan rel kereta memiliki 20 stasiun dengan 38 segmen.

Gambar jaringan dapat dilihat pada Gambar 2. Angka di setiap simpul atau

verteks menyatakan stasiun. Lingkaran yang berwarna merah menyatakan stasiun

awal keberangkatan atau stasiun akhir pemberhentian. Misalkan Stasiun 1, 6, 9,

19, 20 ialah stasiun awal keberangkatan dan Stasiun 6, 9, 12, 16, 19, 20 ialah

stasiun akhir pemberhentian.

Jaringan tersebut memiliki 16 rute yang dapat dilihat di Tabel 1. Perjalanan

kereta dimulai dari stasiun awal keberangkatan sampai ke stasiun akhir

pemberhentian kemudian kembali ke stasiun awal keberangkatan untuk setiap

rutenya. Pada setiap rute, kereta harus berhenti di setiap stasiun yang ada pada

rute tersebut secara berurutan. Data biaya perjalanan untuk 1 kali perjalanan pada

setiap rute, data biaya pemeliharaan untuk setiap rute, data maksimum perjalanan

kereta yang dapat dilakukan untuk setiap rute merupakan data hipotetik yang

terdapat pada Tabel 1. Kereta beroperasi pada pukul 05:00-22:00 yaitu selama 17

jam (1020 menit). Maksimum perjalanan untuk setiap rute ialah lama kereta

beroperasi dibagi headway (6 menit) yaitu 170.

Tabel 1 Rute

Rute

Stasiun yang dilewati

Biaya 1 kali

perjalanan

(dalam ribu

rupiah)

Biaya

pemeliharaan

(dalam ribu

rupiah)

Maksimum

perjalanan

1

1,2,3,4,5,6

9.766

55.000

170

2

1,2,3,13,14,15,16

9.615

54.000

170

3

1,2,3,13,14,17,18,19

10.233

57.000

170

4

1,2,3,7,8,9

6.838

38.000

170

5

1,2,3,7,10,20

6.569

37.000

170

6

1,11,12

2.340

13.000

170

7

6,5,4,3,13,14,17,18,19

15.992

90.000

170

8

6,5,4,3,13,14,15,16

15.374

86.000

170

9

6,5,4,3,7,10,20

12.327

69.000

170

10

6,5,4,3,7,8,9

12.596

70.000

170

11

9,8,7,10,20

6.589

37.000

170

12

9,8,7,3,13,14,15,16

12.153

68.000

170

13

9,8,7,3,13,14,17,18,19

12.876

72.000

170

14

20,10,7,3,13,14,15,16

11.849

66.000

170

15

20,10,7,3,13,14,17,18,19

12.606

70.000

170

16

19,18,17,14,15,16

11.442

64.000

170

Setiap segmen dilewati oleh kereta yang bergerak melalui rute yang berbeda

pada arah tertentu. Dalam jaringan rel kereta ini terdapat 38 segmen seperti

terlihat pada Gambar 3.

Penumpang di dalam kereta yang melewati suatu segmen, merupakan

penumpang yang stasiun asalnya berada sebelum segmen tersebut dan stasiun

tujuannya berada setelah segmen tersebut. Demand penumpang yang ingin

melewati Segmen 1 diperoleh dengan cara menjumlahkan demand penumpang

dari Stasiun asal 12, 11, 1 dan stasiun tujuannya adalah semua stasiun yang ada

pada jaringan kereta (kecuali Stasiun 12, 11, 1). Penghitungan demand

penumpang yang ingin melewati segmen-segmen lain diperoleh dengan cara yang

sama.

(18)

Gambar 3 Segmen

Formulasi Model Matematika

Dalam studi kasus ini terdapat 20 stasiun, 38 segmen, serta 16 rute dan

kapasitas kereta adalah 1200 orang.

Indeks

𝑖,𝑗 = stasiun; 𝑖, 𝑗 = 1,2, … ,20

𝑘 = rute; 𝑘 = 1,2, … ,16

𝑣, u = arah; 𝑣, 𝑢 = 1,2

w = segmen;

𝑤 = 1,2, … ,38

Parameter

𝑄

𝑖𝑗

= demand penumpang dari stasiun asal i ke stasiun tujuan j

𝑆

𝑤

= demand penumpang yang ingin melewati segmen w

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎

𝑘

= biaya perjalanan pada rute

𝑘

𝐶

𝑘

= biaya pemeliharaan rute

𝑘

kap = kapasitas satu kereta

𝑚𝑎𝑘𝑠

𝑘

= maksimum frekuensi perjalanan pada rute 𝑘

𝑀 = bilangan positif yang nilainya relatif besar dalam kasus ini, M =100000

Variabel Keputusan

𝐷

𝑖𝑗

= realisasi demand penumpang yang terangkut dari stasiun asal i ke stasiun

tujuan j

𝑦

𝑤

= banyaknya penumpang di kereta pada segmen w

𝐹

𝑘𝑣

= frekuensi perjalanan kereta pada rute 𝑘 dan arah v

𝑓𝑟

𝑤

= frekuensi perjalanan kereta pada segmen w

(19)

𝑓𝑟𝑒𝑞

𝑘

= frekuensi perjalanan kereta pada rute k

x

k

=

1, jika rute 𝑘 digunakan

0, selainnya

Himpunan

𝐴

𝑤

= himpunan pasangan stasiun (i,j) yang melewati segmen w

𝐵

𝑤

= himpunan pasangan rute k dan arah v, yaitu (k,v), yang melewati segmen

w

Fungsi Objektif

Fungsi objektif dari masalah ini ialah meminimumkan biaya operasional

dengan mengatur frekuensi perjalanan kereta api yang dikalikan dengan biaya

perjalanan untuk satu kali perjalanan pada setiap rute dan biaya pemeliharaan

pada setiap rute jika rute tersebut digunakan. Fungsi objektif masalah ini ialah:

Minimum (

2𝑣=1 16𝑘=1

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎

𝑘

× 𝐹

𝑘𝑣

+

16𝑘=1

𝐶

𝑘

× 𝑥

𝑘

)

Kendala

Kendala pada permasalahan ini ialah sebagai berikut :

1

Realisasi demand penumpang yang terangkut dari stasiun asal i ke stasiun

tujuan j minimal 90% dari demand.

90% 𝑄

𝑖𝑗

≤ 𝐷

𝑖𝑗

≤ 𝑄

𝑖𝑗

, 𝑖 = 1,2, … ,20, 𝑗 = 1,2, … ,20.

2

Jumlah penumpang di kereta pada segmen w ialah akumulasi dari realisasi

demand yang terangkut dari setiap stasiun asal i ke setiap stasiun tujuan j.

𝑦

𝑤

20

𝐷

𝑖𝑗

𝑖=1 20

𝑗 =1

= 0, (𝑖, 𝑗) ∈ 𝐴

𝑤

, 𝑤 = 1,2, … ,38.

3

Banyaknya penumpang di kereta pada segmen w merupakan minimum dari

demand penumpang yang ingin melewati segmen w dan total kapasitas

kereta.

𝑦

𝑤

=min {𝑆

𝑤

, (𝑘𝑎𝑝×𝑓𝑟

𝑤

)} , 𝑤 = 1,2, … ,38.

4

Banyaknya tempat yang disediakan untuk penumpang di kereta, harus lebih

besar atau sama dengan 90% demand penumpang yang ingin melewati

segmen w.

90% 𝑆

𝑤

≤ 𝑘𝑎𝑝 × 𝑓𝑟

𝑤

, 𝑤 = 1,2, … ,38.

5

Jika terdapat perjalanan kereta pada suatu rute maka rute tersebut

digunakan.

𝐹

𝑘𝑣

– M

𝑥

𝑘

≤ 0,

𝐾 = 1,2, … ,16, 𝑣 = 1,2.

6

Kereta harus bolak-balik sehingga frekuensi perjalanan kereta pada rute k

selalu sama untuk semua arah.

𝐹

𝑘𝑣

− 𝐹

𝑘𝑢

= 0, 𝑘 = 1,2, … ,16, 𝑣 = 1,2 𝑢 = 1,2, 𝑣 ≠ 𝑢.

7

Frekuensi perjalanan kereta untuk setiap rute tidak boleh melebihi frekuensi

perjalanan maksimum.

𝐹

𝑘𝑣 2

𝑣=1

≤ 𝑚𝑎𝑘𝑠

𝑘

, 𝑘 = 1,2, … ,16.

8

Frekuensi perjalanan kereta untuk setiap rute ialah akumulasi perjalanan

dari semua arah.

𝐹

𝑘𝑣 2

𝑣=1

− 𝑓𝑟𝑒𝑞

𝑘

= 0, 𝑘 = 1,2, … ,16.

9

Frekuensi perjalanan kereta pada segmen w ialah akumulasi dari semua

frekuensi perjalanan kereta pada rute 𝑘 dan arah v yang melewati segmen w.

𝑓𝑟

𝑤

16

𝐹

𝑘𝑣

𝑘=1 2

(20)

10 Kendala ketaknegatifan memastikan bahwa:

Realisasi demand penumpang yang terangkut dari stasiun asal i ke stasiun

tujuan j, lebih besar atau sama dengan nol.

𝐷

𝑖𝑗

≥ 0, 𝑖 = 1,2, … ,20, 𝑗 = 1,2, … ,20.

Frekuensi perjalanan kereta pada rute k, lebih besar atau sama dengan nol.

𝑓𝑟𝑒𝑞

𝑘

≥ 0,

𝑘 = 1,2, … ,20.

Frekuensi perjalanan kereta pada segmen w, lebih besar atau sama dengan nol.

𝑓𝑟

𝑤

≥ 0,

𝑤 = 1,2, … ,38.

Frekuensi perjalanan kereta pada rute k dan arah v, lebih besar atau sama

dengan nol.

𝐹

𝑘𝑣

≥ 0,

𝑘 = 1,2, … ,16,

𝑣 = 1,2.

Jumlah penumpang di kereta pada segmen w harus lebih besar atau sama

dengan nol.

𝑦

𝑤

≥ 0, 𝑤 = 1,2, … ,38.

11 Kendala biner:

𝑥

𝑘

∈{0,1},

𝑘 = 1,2, … ,16.

Pengujian Model

Model di atas akan diujikan ke dalam beberapa skenario dengan

menggunakan data demand penumpang yang terdapat pada Lampiran 1 dan

diselesaikan dengan bantuan software LINGO 11.0. Syntax LINGO dapat dilihat

di Lampiran 2. Pada Skenario 1 akan diujikan bahwa rute yang dipilih ialah rute

yang mempunyai biaya operasional yang paling kecil, pada Skenario 2 diujikan

bahwa rute yang dipilih ialah rute yang memiliki demand penumpang, pada

Skenario 3 akan diujikan bahwa terdapat penumpang yang transit, dan pada

Skenario 4 akan dipilih rute-rute yang meminimumkan biaya operasional dengan

demand penumpang terdapat dari setiap stasiun asal ke setiap stasiun tujuan.

Skenario 1

Demand penumpang hanya terdapat dari Stasiun 1 ke Stasiun 2 dan dari

Stasiun 2 ke Stasiun 1, selainnya demand penumpang bernilai nol. Stasiun 1, 2

berada pada Rute 1, 2, 3, 4, dan 5. Biaya operasional yang paling kecil adalah

biaya operasional Rute 5.

Hasil komputasi Skenario 1 dengan software LINGO 11.0 pada Lampiran 3

diperoleh bahwa rute yang dipilih ialah Rute 5. Biaya yang digunakan adalah

63.276.000 rupiah. Stasiun-stasiun yang berada pada rute tersebut ialah Stasiun 1,

2, 3, 7, 10, dan 20 yang diilustrasikan oleh Gambar 4. Frekuensi perjalanan kereta

yang melewati Rute 5 pada Arah 1 sama dengan frekuensi perjalanan kereta yang

melewati Rute 5 pada Arah 2 yaitu 2. Jadi frekuensi perjalanan kereta yang

melewati Rute 5 adalah 4. Frekuensi perjalanan ini, tidak melebihi frekuensi

perjalanan maksimum sebanyak 170.

(21)

Keterangan:

Rute 5 :

Gambar 4 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 1

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa realisasi demand penumpang terangkut

tidak melebihi demand penumpang yang ada. Demand penumpang yang terangkut

juga selalu lebih besar atau sama dengan 90% demand yang ada.

Tabel 2 Realisasi demand penumpang terangkut Skenario 1

Stasiun asal – stasiun

tujuan

Demand

penumpang

Realisasi demand

terangkut

Persentase (%)

1-2

2600

2400

92

2-1

1871

1871

100

Jumlah

4471

4271

96

Tabel 3 dapat dilihat bahwa banyaknya penumpang yang ada di kereta untuk

setiap segmen tidak melebihi total kapasitas kereta yang melewati segmen

tersebut. Total kapasitas adalah kapasitas kereta dikalikan dengan frekuensi

perjalanan kereta yang melewati suatu segmen. Selain itu banyaknya penumpang

di kereta pada setiap segmen yang dilewati oleh kereta selalu lebih kecil atau sama

dengan demand penumpang pada segmen tersebut. Utilitas adalah banyaknya

penumpang di kereta dibagi dengan total kapasitas kereta. Utilitas pada setiap

segmen berbeda-beda dan tidak selalu bernilai 100%, artinya kereta tidak selalu

terisi penuh pada setiap segmen yang dilewatinya sehingga masih dimungkinkan

adanya penambahan penumpang.

Tabel 3 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 1

Segmen

Demand

penumpang

Penumpang

di kereta

Frekuensi

perjalanan

Total

kapasitas

Utilitas

(%)

1

2600

2400

2

2400

100

2

0

0

2

2400

0

6

0

0

2

2400

0

7

0

0

2

2400

0

8

0

0

2

2400

0

25

0

0

2

2400

0

26

1871

1871

2

2400

78

34

0

0

2

2400

0

35

0

0

2

2400

0

36

0

0

2

2400

0

20

10

7

3

2

1

(22)

Skenario 2

Pada Skenario ini, demand penumpang hanya terdapat pada Stasiun asal 1,

2, 3, 4, 5, 6 dan Stasiun tujuan 1, 2, 3, 4, 5, 6. Selainnya demand penumpang

bernilai 0. stasiun asal dan stasiun tujuan tersebut merupakan stasiun-stasiun yang

terletak pada Rute 1.

Hasil komputasi Skenario 2 dengan software LINGO 11.0 pada Lampiran 4

diperoleh bahwa rute yang dipilih ialah Rute 1. Biaya yang digunakan adalah

230.788.000 rupiah. Stasiun-stasiun yang berada pada rute tersebut ialah Stasiun

1, 2, 3, 4, 5, dan 6 yang diilustrasikan oleh Gambar 4. Frekuensi perjalanan kereta

yang melewati Rute 1 pada Arah 1 sama dengan frekuensi perjalanan kereta yang

melewati Rute 1 pada Arah 2 yaitu 9. Jadi frekuensi perjalanan kereta yang

melewati Rute 1 adalah 18. Frekuensi perjalanan ini, tidak melebihi frekuensi

perjalanan maksimum sebanyak 170. Realisasi demand penumpang terangkut

selalu sama dengan demand penumpang yang ada. Demand penumpang

keseluruhan sama dengan banyaknya penumpang yang terangkut sebanyak 32275

orang.

Gambar 5 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 2

Tabel 4 menjelaskan bahwa penumpang yang ada di kereta untuk setiap

segmen tidak melebihi total kapasitas kereta yang melewati segmen tersebut.

Selain itu, banyaknya penumpang di kereta pada setiap segmen yang dilewati oleh

kereta selalu sama dengan demand penumpang pada segmen tersebut. Utilitas

adalah banyaknya penumpang di kereta dibagi dengan total kapasitas kereta.

Utilitas pada setiap segmen berbeda-beda dan selalu lebih kecil dari 100%.

Artinya kereta tidak pernah terisi penuh pada setiap segmen yang dilewatinya,

sehingga masih dimungkinkan ada penambahan penumpang.

Keterangan:

Rute 1 :

1

2

3

4

5

6

(23)

Tabel 4 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 2

Segmen

Demand

penumpang

Penumpang

di kereta

Frekuensi

perjalanan

Total

kapasitas

Utilitas

(%)

1

6435

6435

9

10800

60

2

8142

8142

9

10800

75

3

10261

10261

9

10800

95

4

10339

10339

9

10800

96

5

6226

6226

9

10800

58

25

7348

7348

9

10800

68

26

5758

5758

9

10800

53

29

5953

5953

9

10800

55

30

8616

8616

9

10800

80

31

7562

7562

9

10800

70

Skenario 3

Pada Skenario 3 akan diperlihatkan bahwa terdapat penumpang yang transit.

Diberikan demand penumpang yang stasiun asal dan stasiun tujuannya terletak

pada rute yang sama. Stasiun-stasiun tersebut berada pada Rute 1 dan Rute 14.

Selainnya demand penumpang bernilai 0 (kecuali demand penumpang dari

Stasiun 1 ke Stasiun 20 dan dari Stasiun 2 ke Stasiun 20).

Hasil komputasi Skenario 3 dengan software LINGO 11.0 pada Lampiran 5

diperoleh bahwa rute yang dipilih ialah Rute 1 dan Rute 14. Biaya yang

digunakan adalah 557.466.000 rupiah. Stasiun-stasiun yang berada pada Rute 1

ialah Stasiun 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan stasiun-stasiun yang berada pada Rute

14 ialah Stasiun 20, 10, 7, 3, 13, 14, 15, 16 yang diilustrasikan oleh Gambar 4.

Gambar 6 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 3

Frekuensi perjalanan kereta yang melewati Rute 1 pada Arah 1 sama dengan

frekuensi perjalanan kereta yang melewati Rute 1 pada Arah 2, yaitu 9. Jadi

Keterangan:

Rute 1 :

Rute 14 :

:

1

2

3

4

5

6

7

10

20

13

14

15

16

(24)

frekuensi perjalanan kereta yang melewati Rute 1 adalah 18. Frekuensi perjalanan

kereta yang melewati Rute 14 pada Arah 1 sama dengan frekuensi perjalanan

kereta yang melewati Rute 14 pada Arah 2 yaitu 11. Jadi frekuensi perjalanan

kereta yang melewati Rute 14 adalah itu 22. Frekuensi perjalanan ini, tidak

melebihi frekuensi perjalanan maksimum sebanyak 170.

Realisasi demand penumpang terangkut dapat dilihat di Lampiran 6.

Realisasi demand penumpang terangkut tidak melebihi demand penumpang yang

ada. Demand penumpang yang terangkut juga selalu lebih besar atau sama dengan

90% demand yang ada.

Tabel 5 dapat dilihat bahwa penumpang yang ada di kereta untuk setiap

segmen tidak melebihi total kapasitas kereta yang melewati segmen tersebut.

Total kapasitas adalah kapasitas kereta dikalikan dengan frekuensi perjalanan

kereta yang melewati suatu segmen. Selain itu dapat dilihat juga bahwa

banyaknya penumpang di kereta pada setiap segmen yang dilewati oleh kereta

selalu lebih kecil atau sama dengan demand penumpang pada segmen tersebut.

Utilitas adalah banyaknya penumpang di kereta dibagi dengan total kapasitas

kereta. Utilitas pada setiap segmen berbeda-beda dan tidak selalu bernilai 100%.

Artinya kereta tidak selalu terisi penuh pada setiap segmen yang dilewatinya

sehingga masih dimungkinkan ada penambahan penumpang.

Tabel 5 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 3

Segmen

Demand

penumpang

Penumpang

di kereta

Frekuensi

perjalanan

kereta

Total

kapasitas

Utilitas

(%)

1

6843

6843

9

10800

60

2

8462

8462

9

10800

78

3

10261

10261

9

10800

95

4

10339

10339

9

10800

96

5

6226

6226

9

10800

58

6

10713

10713

11

13200

81

7

10731

10731

11

13200

81

8

4553

4553

11

13200

34

11

11693

11693

11

13200

89

12

13327

13200

11

13200

100

13

10083

10083

11

13200

76

14

5664

5664

11

13200

43

21

6202

6202

11

13200

47

22

9701

9701

11

13200

73

23

12487

12487

11

13200

95

24

9727

9727

11

13200

74

25

7348

7348

9

10800

68

26

5758

5758

9

10800

53

29

5953

5953

9

10800

55

30

8616

8616

9

10800

80

31

7562

7562

9

10800

70

34

12354

12354

11

13200

94

35

5182

5182

11

13200

39

36

11070

11070

11

13200

84

(25)

Skenario 4

Pada Skenario 4 ini, diberikan demand penumpang dari setiap stasiun asal

ke setiap stasiun tujuan seperti yang terdapat pada Lampiran 1. Detail hasil dapat

dilihat di Lampiran 7. Total frekuensi perjalanan kereta pada semua rute adalah

282. Rute yang dipilih ialah Rute 1, 3, 6, 12, dan 15 dan diilustrasikan oleh

Gambar 7. Biaya operasional yang digunakan adalah 2.800.952.000 rupiah.

Demand penumpang dari setiap stasiun asal ke setiap stasiun tujuan selalu sama

dengan realisasi demand penumpang yang diangkut.

Tabel 6 Frekuensi perjalanan setiap rute Skenario 4

Rute

Frekuensi perjalanan

Frekuensi perjalanan

Arah 1

Frekuensi perjalanan

Arah 2

1

78

39

39

3

26

13

13

6

54

27

27

12

62

31

31

15

50

25

25

Gambar 7 Rute kereta yang dihasilkan Skenario 4

Tabel 7 dapat dilihat bahwa penumpang yang ada di kereta untuk setiap

segmen tidak melebihi total kapasitas kereta yang melewati segmen tersebut.

Total kapasitas adalah kapasitas kereta dikalikan dengan frekuensi perjalanan

kereta yang melewati suatu segmen. Selain itu dapat dilihat juga bahwa

banyaknya penumpang di kereta pada setiap segmen yang dilewati oleh kereta

selalu sama dengan demand penumpang pada segmen tersebut.

Keterangan:

Rute 1 :

Rute 3 :

Rute 6 :

Rute 12 :

Rute 15 :

19

11

12

1

5

4

3

2

7

20

10

8

9

13

14

17

15

16

18

6

(26)

Utilitas adalah penumpang di kereta dibagi dengan total kapasitas kereta.

Utilitas pada setiap segmen berbeda-beda dan selalu lebih kecil dari 100%.

Artinya kereta tidak selalu terisi penuh pada setiap segmen yang dilewatinya

sehingga masih dimungkinkan ada penambahan penumpang. Demand penumpang

keseluruhan sama dengan banyaknya penumpang terangkut sebanyak 341696

orang.

Tabel 7 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 4

Segmen

Demand

penumpang

Penumpang

di kereta

Frekuensi

perjalanan

Total

kapasitas

Utilitas

(%)

1

46053

46053

52

62400

74

2

57378

57378

52

62400

92

3

45851

45851

39

46800

98

4

34302

34302

39

46800

73

5

19957

19957

39

46800

43

6

65514

65514

56

67200

97

7

28663

28663

25

30000

95

8

12549

12549

25

30000

42

9

34312

34312

31

37200

92

10

19420

19420

31

37200

52

11

77462

77462

69

82800

94

12

72837

72837

69

82800

88

13

36139

36139

31

37200

97

14

19730

19730

31

37200

53

15

43659

43659

38

45600

96

16

29054

29054

38

45600

64

17

18480

18480

38

45600

41

18

19145

19145

38

45600

42

19

30084

30084

38

45600

66

20

45354

45354

38

45600

99

21

19870

19870

31

37200

53

22

35283

35283

31

37200

95

23

71644

71644

69

82800

87

24

75567

75567

69

82800

91

25

56354

56354

52

62400

90

26

45559

45559

52

62400

73

27

29695

29695

27

32400

92

28

17186

17186

27

32400

53

29

19932

19932

39

46800

43

30

33090

33090

39

46800

71

31

42975

42975

39

46800

92

32

18832

18832

31

37200

51

33

33873

33873

31

37200

91

34

67107

67107

56

67200

99

35

13468

13468

25

30000

45

36

29546

29546

25

30000

98

37

17822

17822

27

32400

55

38

31352

31352

27

32400

97

(27)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Masalah penentuan rute dan frekuensi perjalanan kereta api pada jalur ganda

dapat diselesaikan menggunakan integer nonlinear programming (INLP) dengan

bantuan software LINGO 11. Dalam studi kasus yang dibahas, rute yang

diperoleh adalah rute yang dapat meminimumkan biaya operasional yaitu Rute 1,

3 ,6, 12, dan 15. Banyaknya penumpang yang diangkut adalah 341696 orang

dengan frekuensi perjalanan kereta sebanyak 282. Biaya operasional yang

digunakan adalah 2.800.952.000 rupiah.

Saran

Pada karya ilmiah ini, jumlah kendaraan yang tersedia diabaikan. Untuk

penelitian selanjutnya disarankan untuk membatasi jumlah kendaraan yang

tersedia serta menggunakan jaringan rel Jabodetabek sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

D’Ariano A. 2008. Improving real-time train dispatching: models, algorithms and

applications [tesis]. Delft: Faculty of Civil Engineering and Geosciences,

Delft University of Technology.

Kompas. 2011. Rute KRL diefektifkan [internet]. [diunduh 2013 Juni 1]. Tersedia

di http://www.krl.co.id/BERITA-TERKINI/rute-krl-diefektifkan.html.

Novena M, Widiyanto Y. 2011. Hari ini sistem loop line kereta berlaku penuh

[internet]. [diunduh 2013 Juni 1]. Tersedia di http://archive.is/TAyY.

[PT KAI] Perseroan Terbatas Kereta Api Indonesia. 1998. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 69 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api.

Jakarta (ID): PT KAI.

[PT KAI] Perseroan Terbatas Kereta Api Indonesia. 2005. Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Darat Nomor 770 tentang Pedoman Teknis

Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api. Jakarta (ID): PT

KAI.

Winston WL. 2004. Operation Research Applications and Algorithm. Ed ke-4.

New York: Duxbury.

(28)

Lampiran 1 Data hipotetik demand penumpang dari stasiun asal ke stasiun tujuan

Stasiun

asal

Stasiun tujuan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

1

0

2600

211

27

1851 1746

178

1409 1433

811

487

1337

830

297

875

1494

603

250

1777

48

2

1871

0

1638

385

1142 1142 1660 1569

910

663

633

1879

262

788

998

1592

995

623

1904

272

3

152

1902

0

1151 1345 1472

443

1247

30

1855 1465

310

315

1157

880

997

1398

816

396

1795

4

39

445

957

0

800

841

980

65

1461

330

473

888

1059

76

1493 1841

636

62

963

612

5

1933

69

74

1504

0

1025 1795

372

836

1222

775

532

22

1165 1706

370

243

1050

240

167

6

1763

1045

1237

991

917

0

769

1596 1147 1882 1793

47

1094

345

537

1535

326

62

1792 1054

7

142

1332

402

933

1843

837

0

1926

914

1264

97

1478

201

1451 1783

15

267

491

1481 1330

8

1325

1677

1158

89

373

1643 1854

0

1696

401

1145

128

1919

147

603

1248 1302

490

986

264

9

1501

720

22

1593

739

996

776

1711

0

593

614

1687 1399 1038

157

1726

458

1888

520

694

10

729

675

1966

299

1308 1539 1193

394

694

0

880

86

143

1186

846

590

1699

711

1176

46

11

586

706

1472 1404

568

1920

69

1434

405

785

0

1812

817

279

1500

282

592

1400

19

1106

12

1153

1912

328

680

474

33

1682

136

1816

89

1814

0

1000 1294

64

1080

805

1686

182

1594

13

1131

398

587

1184

39

1152

154

1789 1477

176

781

1233

0

1714

89

1713

413

81

1649

12

14

307

843

1030

69

1264

310

1143

102

1316

769

182

1129 1974

0

864

1437

206

236

1537

64

15

1230

1078

700

1249 1668

618

810

546

250

1232 1448

95

88

624

0

381

1513

731

1488

496

16

1663

1436

1110 1519

380

1419

26

1217 1673

928

262

1131 1627 1570

451

0

1481

372

1115

490

17

1770

1003

1457

707

187

305

305

1118

314

1139

665

732

532

135

1981 1276

0

81

148

1939

18

222

612

677

56

911

75

517

545

1989

807

1321 1156

73

1728

595

395

67

0

753

147

19

1820

1714

304

1256

306

1721 1309

876

479

1214

27

131

1896 1783 1481 1227

228

954

0

419

20

90

229

1642

589

172

1163 1375

247

580

36

1273 1395 1223

37

338

531

1897

297

354

0

(29)

Lampiran 2 Syntax Lingo 11.0

Model:

Sets:

stasiun/1..20/;

segmen/1..38/:S,fr,y;

rute/1..16/:maks,biaya,C,x,freq;

arah/1..2/;

links2(rute,arah):F;

links1(stasiun, stasiun):Q,D;

Endsets

DATA:

Q, S, biaya, C, maks=@ole('DATAFIX.xlsx','PERMTN','DEMAND_SEGMEN',

'BIAYAOPERASIONAL','BIAYA_PEMELIHARAANRUTE',

'MAKSIMUM_PERJALANAN');

@ole('DATAFIX.xlsx','RUTEDIPAKAI','FREQPERJALANAN','PENUMPANG_

DIKERETA','FREKUENSI_SEGMEN','PENUMPANG')=x,freq,y,fr,D;

ENDDATA

M=100000;

kap=1200;

!Fungsi objektif;

min=@sum(rute(k):@sum(arah(v):biaya(k)*F(k,v)))+@sum(rute(k):

C(k)*x(k));

!KENDALA

!(1)Realisasi demand penumpang yang terangkut dari stasiun asal i

ke stasiun tujuan j minimal 90% dari demand;

@for(links1(i,j):D(i,j)>0.9*Q(i,j));

@for(links1(i,j):D(i,j)-Q(i,j)<=0);

!(2) Jumlah penumpang dikereta pada segmen w ialah akumulasi dari

realisasi demand penumpang yang terangkut dari setiap stasiun asal

i ke setiap stasiun tujuan j;

!Segmen 1(1-2);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#12#or#i#EQ#11#or#i#EQ#1:@sum(stasiun(j)|j#NE

#12#and#j#NE#11#and#j#NE#1:D(i,j))))-y(1)=0;

!Segmen 2(2-3);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#12#or#i#EQ#11#or#i#EQ#1#or#i#EQ#2:@sum(stasi

un(j)|j#NE#12#and#j#NE#11#and#j#NE#1#and#j#NE#2:D(i,j))))-y(2)=0;

!Segmen 3(3-4);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#4#and#i#NE#5#and#i#NE#6:@sum(stasiun(j)|j#EQ

#4#or#j#EQ#5#or#j#EQ#6:D(i,j))))-y(3)=0;

!Segmen 4(4-5);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#5#and#i#NE#6:@sum(stasiun(j)|j#EQ#5#or#j#EQ#

6:D(i,j))))-y(4)=0;

!Segmen 5(5-6);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#6:@sum(stasiun(j)|j#EQ#6:D(i,j))))-y(5)=0;

!Segmen 6(3-7);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#7#and#i#NE#8#and#i#NE#9#and#i#NE#10#and#i#NE

#20:@sum(stasiun(j)|j#EQ#7#or#j#EQ#8#or#j#EQ#9#or#j#EQ#10#or#j#EQ#

20:D(i,j))))-y(6)=0;

(30)

!Segmen 7(7-10);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#10#and#i#NE#20:@sum(stasiun(j)|j#EQ#10#or#j#

EQ#20:D(i,j))))-y(7)=0;

!Segmen 8(10-20);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#20:@sum(stasiun(j)|j#EQ#20:D(i,j))))-y(8)=0;

!Segmen 9(7-8);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#8#and#i#NE#9:@sum(stasiun(j)|j#EQ#8#or#j#EQ#

9:D(i,j))))-y(9)=0;

!Segmen 10(8-9);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#9:@sum(stasiun(j)|j#EQ#9:D(i,j))))-y(10)=0;

!Segmen 11(3-13);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#13#and#i#NE#14#and#i#NE#15#and#i#NE#16#and#i

#NE#17#and#i#NE#18#and#i#NE#19:@sum(stasiun(j)|j#EQ#13#or#j#EQ#14#

or#j#EQ#15

#or#j#EQ#16#or#j#EQ#17#or#j#EQ#18#or#j#EQ#19:D(i,j))))-y(11)=0;

!Segmen 12(13-14);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#14#and#i#NE#15#and#i#NE#16#and#i#NE#17#and#i

#NE#18#and#i#NE#19:@sum(stasiun(j)|j#EQ#14#or#j#EQ#15

#or#j#EQ#16#or#j#EQ#17#or#j#EQ#18#or#j#EQ#19:D(i,j))))-y(12)=0;

!Segmen 13(14-15);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#15#and#i#NE#16:@sum(stasiun(j)|j#EQ#15#or#j#

EQ#16:D(i,j))))-y(13)=0;

!Segmen 14(15-16);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#16:@sum(stasiun(j)|j#EQ#16:D(i,j))))-y(14)=0;

!Segmen 15(14-17);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#17#and#i#NE#18#and#i#NE#19:@sum(stasiun(j)|j

#EQ#17#or#j#EQ#18#or#j#EQ#19:D(i,j))))-y(15)=0;

!Segmen 16(17-18);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#18#and#i#NE#19:@sum(stasiun(j)|j#EQ#18#or#j#

EQ#19:D(i,j))))-y(16)=0;

!Segmen 17(18-19);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#19:@sum(stasiun(j)|j#EQ#19:D(i,j))))-y(17)=0;

!Segmen 18(19-18);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#19:@sum(stasiun(j)|j#NE#19:D(i,j))))-y(18)=0;

!Segmen 19(18-17);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#19#or#i#EQ#18:@sum(stasiun(j)|j#NE#19#and#j#

NE#18:D(i,j))))-y(19)=0;

!Segmen 20(17-14);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#19#or#i#EQ#18#or#i#EQ#17:@sum(stasiun(j)|j#N

E#19#and#j#NE#18#and#j#NE#17:D(i,j))))-y(20)=0;

(31)

!Segmen 21(16-15);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#16:@sum(stasiun(j)|j#NE#16:D(i,j))))-y(21)=0;

!Segmen 22(15-14);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#16#or#i#EQ#15:@sum(stasiun(j)|j#NE#16#and#j#

NE#15:D(i,j))))-y(22)=0;

!Segmen 23(14-13);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#19#or#i#EQ#18#or#i#EQ#17#or#i#EQ#16#or#i#EQ#

15#or#i#EQ#14:@sum(stasiun(j)|j#NE#19#and#j#NE#18#

and#j#NE#17#and#j#NE#16#and#j#NE#15#and#j#NE#14:D(i,j))))-y(23)=0;

!Segmen 24(13-3);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#19#or#i#EQ#18#or#i#EQ#17#or#i#EQ#16#or#i#EQ#

15#or#i#EQ#14#or#i#EQ#13:@sum(stasiun(j)|j#NE#19#and#j#NE#18#

and#j#NE#17#and#j#NE#16#and#j#NE#15#and#j#NE#14#and#j#NE#13:D(i,j)

)))-y(24)=0;

!Segmen 25(3-2);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#2#and#i#NE#1#and#i#NE#11#and#i#NE#12:@sum(st

asiun(j)|j#EQ#2#or#j#EQ#1

#or#j#EQ#11#or#j#EQ#12:D(i,j))))-y(25)=0;

!Segmen 26(2-1);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#1#and#i#NE#11#and#i#NE#12:@sum(stasiun(j)|j#

EQ#1#or#j#EQ#11#or#j#EQ#12:D(i,j))))-y(26)=0;

!Segmen 27(1-11);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#11#and#i#NE#12:@sum(stasiun(j)|j#EQ#11#or#j#

EQ#12:D(i,j))))-y(27)=0;

!Segmen 28(11-12);

(@sum(stasiun(i)|i#NE#12:@sum(stasiun(j)|j#EQ#12:D(i,j))))-y(28)=0;

!Segmen 29(6-5);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#6:@sum(stasiun(j)|j#NE#6:D(i,j))))-y(29)=0;

!Segmen 30(5-4);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#6#or#i#EQ#5:@sum(stasiun(j)|j#NE#6#and#j#NE#

5:D(i,j))))-y(30)=0;

!Segmen 31(4-3);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#6#or#i#EQ#5#or#i#EQ#4:@sum(stasiun(j)|j#NE#6

#and#j#NE#5#and#j#NE#4:D(i,j))))-y(31)=0;

!Segmen 32(9-8);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#9:@sum(stasiun(j)|j#NE#9:D(i,j))))-y(32)=0;

!Segmen 33(8-7);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#8#or#i#EQ#9:@sum(stasiun(j)|j#NE#8#and#j#NE#

9:D(i,j))))-y(33)=0;

!Segmen 34(7-3);

(@sum(stasiun(i)|i#EQ#9#or#i#EQ#8#or#i#EQ#7#or#i#EQ#10#or#i#EQ#20:

@sum(stasiun(j)|j#NE#9#and#j#NE#8#

and#j#NE#7#and#j#NE#10#and#j#NE#20:D(i,j))))-y(34)=0;

Gambar

Gambar 2  Jaringan rel kereta
Gambar  jaringan  dapat  dilihat  pada  Gambar  2.  Angka  di  setiap  simpul  atau  verteks menyatakan stasiun
Gambar 4  Rute kereta yang dihasilkan Skenario 1
Tabel 4 Banyaknya penumpang di kereta untuk setiap segmen Skenario 2  Segmen  Demand  penumpang  Penumpang di kereta  Frekuensi  perjalanan  Total  kapasitas  Utilitas (%)  1  6435  6435  9  10800  60  2  8142  8142  9  10800  75  3  10261  10261  9  10800
+4

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dikumpulkan antara lain: (1) jumlah penumpang kereta api kelas ekonomi di Daerah Operasional VI Yogyakarta tahun 2004-2008; (2) jumlah penumpang kereta api kelas bisnis

Rute rencana 2, mempunyai rute rencana dengan jarak mendatar lebih panjang daripada rute rencana 1 yaitu 7287,022 m, melewati sedikit hambatan dan rintangan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) biaya kualitas, volume penjualan dan laba operasional tiap semesternya mengalami kenaikan dan penurunan, (2) biaya

Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok dengan pendapatan Rp 2,5 – 3 juta mempunyai probabilitas memilih skenario 1 yang paling tinggi, dimana tarif yang

1) Biaya operasional kapal klotok dalam sebulannya tanpa menyediakan alat keselamatan kapal sebesar Rp.8.713.333. 2) Biaya operasional kapal klotok yang dikeluarkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Biaya dana pihak ketiga, kredit yang diberikan, dan laba operasional (2) Hubungan antara biaya dana pihak ketiga dengan

Tujuan dari pengembangan sistem informasi berbasis web untuk pemeriksaan kondisi gerbong dalam era perkeretaapian yang berkembang pesat adalah mencapai peningkatan signifikan pada

Variabel Pengukuran 1 BOPO Biaya operasional / Pendapatan operasional X 100% Chabachib et al., 2019 2 NPL Kredit bermasalah / Kredit yang diberikan X 100% Saleh &