• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KEHILANGAN AIR PADA SALURAN TERSIER DI DAERAH IRIGASI CIHERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KEHILANGAN AIR PADA SALURAN TERSIER DI DAERAH IRIGASI CIHERANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KEHILANGAN AIR

PADA SALURAN TERSIER

DI DAERAH IRIGASI CIHERANG

TUGAS AKHIR

SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Oleh

IRPAN FAUZY HARAHAP VITTA PRATIWI

15000032 15001095

DOSEN PEMBIMBING

DR. IR. IWAN KRIDASANTAUSA, M.SC IR. II SUTARYAN, DIPL. HE

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

TUGAS AKHIR

ANALISA KEHILANGAN AIR PADA SALURAN TERSIER

DI DAERAH IRIGASI CIHERANG

Oleh

IRPAN FAUZY HARAHAP

150 00 032 VITTA PRATIWI 150 01 095

DISETUJUI Oleh

PEMBIMBING PEMBIMBING

Dr. Ir IWAN KRIDASANTAUSA, M.Sc Ir. II SUTARYAN, Dipl. HE

KOORDINATOR KELOMPOK BIDANG KEPAKARAN TSA

DR. IR SRI LEGOWO BANDUNG, 7 Februari 2006

(3)

ABSTRAK

ANALISA KEHILANGAN AIR PADA SALURAN TERSIER DI DAERAH IRIGASI CIHERANG, Irpan Fauzy Harahap (15000032) dan Vitta Pratiwi (15001095), Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, 2006

Dengan meningkatnya budaya dan taraf hidup masyarakat, maka kebutuhan akan air pun akan terus meningkat, sementara daya dukung alam dan kualitas lingkungan yang terus menurun menyebabkan pula penurunan sumber daya air.

Oleh karena itu dalam TA ini membahas Kehilangan Air pada Saluran Tertier di daerah Irigasi Ciherang dimana dalam suatu daerah irigasi sering terjadi kehilangan air baik yang di sebabkan oleh kehilangan biasa (normally losses) seperti evaporasi dan perkolasi juga disebabkan oleh kehilangan tak biasa seperti rembesan yang disebabkan oleh kerusakan saluran maupun pengambilan air secara illegal oleh masyarakat. Kehilangan terbesar pada saluran irigasi adalah pada saluran Tertier dimana saluran Tertier pengelolaannya langsung dipegang oleh masyarakat sedangkan dinas pengairan hanya menjadi pengawas. Sekecil apapun kehilangan air dalam daerah irigasi sangat mempengaruhi manajemen pengelolaan sumber daya air pada daerah tersebut. Karena itulah diperlukan analisis mengenai kehilangan air khususnya pada saluran tertier dimana saluran tertier pada daerah irigasi Ciherang yang diamati adalah saluran CG 1, CG 2, dan saluran CG 3.

Kehilangan air erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan air irigasi, jika angka kehilangan air besar maka efisiensinya rendah dan sebaliknya jika nilai efisiensi tinggi maka kehilangan air pun kecil. Untuk mendapat nilai efisiensi yang tinggi maka perlu adanya pemeliharaan saluran dan sarana irigasi yang ada, juga kesadaran dari para petani pemakai air untuk mengambil air irigasi dari system yang telah ditentukan dan jumlahnya di sesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk pemanfaatan sumber daya air secara optimal harus disesuaikan dengan kebutuhan dimana besarnya debit yang mengalir dalam sal;uran disesuaikan dengan jumlah kebutuhan tanaman. Hal inilah yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya air sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan jumlah air dan seluruh masyarakat pengguna air dapat memanfaatkan air dalam kondisi apapaun.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas ijin dan karunia-Nyalah kami bisa menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kehilangan Air pada Saluran Tertier di Daerah Irigasi Ciherang” dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.

Pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terkira kepada pihak-pihak yang telah mendukung, membimbing dan memberikan semangat kepada kami, yaitu:

1. Kedua orang tua kami, yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material, juga atas cinta, doa dan kepercayaannya.

2. Bapak Ir, Iwan Kridasantausa, PhD sebagai pembimbing I atas kesabarannya dalam membimbing kami selama tugas akhir ini.

3. Bapak Ir. Ii Sutaryan sebagai Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing kami selama ini.

4. Bapak Ir. Rastihat yang telah bersedia menjadi penguji kami dari seminar sampai sidang tugas akhir kami.

5. Petugas Perpus Teknik Sipil ITB yang telah membantu dalam mencari referensi selama pembuatan tugas akhir ini.

6. Seluruh Staf dan TU Teknik Sipil ITB yang telah membantu selama proses belajar kami di ITB.

7. Teman-teman Teknik Sipil ITB khususnya HMS dab KM TSA yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami yang tak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pengerjaan Tugas Akhir ini pasti ada kekurangan. Karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya, sekaligus masukan dan saran demi kesempurnaan laporan Tugas Akhir ini.

Bandung, Februari 2006

(5)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang I - 1

1.2 Maksud dan Tujuan I - 3

1.3 Lingkup Penelitian I - 3 1.4 Batasan Wilayah Studi I - 3 1.5 Metodologi Pembahasan I - 3 1.6 Sistematika Pembahasan I - 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Air Irigasi II - 1

2.2 Kehilangan Air pada Saluran II - 2 2.3 Debit Air di Saluran II - 5 2.3.1 Pengukuran Debit dengan Alat ukur Arus (current meter) II - 6 2.3.1.1 Pengukuran Luas Penampang Basah II - 6 2.3.1.2 Pengukuran Kecepatan Aliran II - 6 2.3.2 Pengukuran Debit dengan Menggunakan Pelampung (Float) II - 7 2.3.3 Pengukuran Debit dengan Menggunakan Zat Warna II - 8 2.4 Alat Ukur Debit di Lapangan II - 9 2.5 Kebutuhan Air irigasi di Petak Sawah II - 10

2.5.1 Penyiapan Lahan Untuk Padi II - 11 2.5.2 Evapotranspirasi Potensial II – 12 2.5.3 Penggunaan Konsumtif II - 14

2.5.4 Perkolasi II - 16

2.5.5 Penggantian Lapisan Air II - 17 2.5.6 Curah Hujan Efektif II - 17 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Banyaknya Air yang Diperlukan

Tanaman II - 19

2.6.1 Jenis Tanaman II - 19

2.6.2 Keadaan Medan Tanah II - 20

2.6.3 Sifat Tanah II - 20

2.6.4 Cara Pemberian Air II - 21 2.6.5 Pengelolaan Tanah II - 22

2.6.6 Keadaan Iklim II - 22

(6)

2.6.8 Keadaan Saluran dan Bangunan II - 23 2.7 Pembagian Zona Iklim II - 24 2.7.1 Zona Iklim Gersang dan Kering II - 24 2.7.2 Zona Iklim Kering dan Agak Kering II - 25 2.7.3 Zona Iklim Basah dan Agak Basah II - 25

2.7.4 Zona Iklim Basah II - 25

2.8 Klasifikasi Air Tanah II - 26

2.9 Efisiensi Irigasi II - 26

2.9.1 Efisiensi di Saluran Pembawa II - 27 2.9.2 Efisiensi Pembagian Air di Saluran Tertier II - 28 2.9.3 Efisiensi Penggunaan Air di Petak Sawah II - 28 2.10 Probabbilitas dan Statistik II - 29

2.10.1 Probabilitas II - 29

2.10.1.1 Fungsi Massa Probabilitas II - 29 2.10.1.2 Fungsi Distribusi Kumulatif II - 30 2.10.1.3 Fungsi Kerapatan Probabilitas II - 31

2.10.2 Statistik II - 33

2.10.2.1 Nilai Harapan II - 33

2.10.2.2 Nilai Sentral II - 34

2.10.2.3 Nilai Sebaran II - 35

2.10.3 Fungsi Distribusi Probabilitas II - 37 2.10.3.1 Parameter Fungsi Distribusi II - 37 2.10.3.2 Distribusi Normal II - 37 2.10.3.3 Distribusi Normal Standar II - 38 2.10.3.4 Distribusi Rayleigh II - 40 2.10.3.5 Distribusi Rayleigh Tak Berdimensi II - 41 2.10.3.6 Distribusi Log Normal II - 42

2.10.4 Uji Kecocokan II - 42

2.10.4.1 Rata-rata Prosentase Error II - 43

2.10.4.2 Deviasi II - 43

2.10.4.3 Chi Kuadrat II - 44

2.10.4.4 Kolmogorov – Smirnov II - 44 2.10.5 Analisa Harga Ekstrim II - 45 2.10.5.1 Distribusi Normal II - 47 2.10.5.2 Distribusi Gumbel II - 47 2.10.5.3 Distribusi Log Person Type III II - 48 2.10.5.4 Distribusi Log Normal II - 50

2.10.6 Analisa Regresi II - 50

2.10.6.1 Model Linier II - 50 2.10.6.2 Model Logaritmik II - 51 2.10.6.3 Model Eksponensial II - 51 2.10.6.4 Model Polynomial II - 52 2.10.7 Analisa Kehandalan ( Reliability ) II - 53

(7)

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

3.1 Wilayah Studi III - 1

3.2 Kondisi Eksisting Lokasi Studi III - 1

3.3 Hidroklimatologi III - 9

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan IV - 1

4.1.1 Data Sekunder dari Instansi terkait IV - 1 4.1.2 Data Primer dari Lapangan IV - 1 4.1.3 Pengukuran di Lapangan IV - 2 4.1.3.1 Peralatan Pengukuran Debit dan Penguapan IV - 3 4.1.3.2 Pemilihan Lokasi Pengukuran Debit dan Penguapan IV - 6 4.1.3.3 Pelaksanaan Pengukuran Debit dan Pengupan IV - 8 4.1.3.4 Perhitungan Debit IV - 9 4.1.3.5 Perhitungan Kehilangan Air akibat Rembesan,

Perkolasi dan Infiltrasi IV - 10 4.1.4 Teori dan Rumus-rumus IV - 11

4.2 Metode Analisis IV - 11

4.2.1 Variabel Penelitian IV - 12 4.2.2 Observasi Penelitian IV – 12

4.2.2.1 Observasi Institusional IV - 12 4.2.2.2 Observasi lapangan IV - 12 4.2.3 Teknik Pengumpulan Data IV - 13

4.2.3.1 Data Primer IV - 13

4.2.3.2 Data Sekunder IV - 13

BAB V DATA DAN ANALISIS

5.1 Perolehan Data V - 1

5.1.1 Pengumpulan Data ke Beberapa Instansi Terkait V - 1 5.1.2 Peninjauan Langsung ke Lokasi Penelitian V - 2 5.1.3 Pelaksanaan Penelitian ke Lokasi Penelitian V - 2

5.1.4 Lokasi Pengukuran V - 3

5.1.4.1 Perhitungan Debit pada Saluran V - 21 5.1.4.2 Perhitungan Kehilangan Air pada Saluran V - 22 5.1.4.3 Perhitungan Efisiensi Pemberian Air V - 23 5.1.4.4 Perhitungan Kebutuhan Air pada Petak Sawah V - 28 5.1.4.5 Perbandingan Kebutuhan Air dan Ketersediaan Air V - 35 5.1.4.6 Perhitugan Statistik dan Probabilitas V - 36

5.2 Analisis V - 58

5.2.1 Perhitugan Debit pada Saluran V - 58 5.2.1.1 Kurva Debit pada Saluran CG 1 Selama 10 Hari V - 58 5.2.1.2 Kurva Debit pada Saluran CG 2 Selama 10 Hari V - 59 5.2.1.3 Kurva Debit pada Saluran CG 3 Selama 10 Hari V - 60 5.2.1.4 Kurva Debit pada Saluran CG 1 Selama 5 Hari V - 61

(8)

5.2.1.5 Kurva Debit pada Saluran CG 2 Selama 5 Hari V - 62 5.2.1.6 Kurva Debit pada Saluran CG 3 Selama 5 Hari V - 63 5.2.2 Perbandingan Debit padaTitik Pengamatan V - 64 5.2.2.1 Kurva Q1 vs Q2 Saluran Tersier CG 1 Selama 10 Hari V - 64 5.2.2.2 Kurva Q1 vs Q2 Saluran Tersier CG 2 Selama 10 Hari V - 65 5.2.2.3 Kurva Q1 vs Q2 Saluran Tersier CG 3 Selama 10 Hari V - 66 5.2.2.4 Kurva Q1 vs Q2 vs Q3 Saluran Tersier

CG 1 Selama 5 Hari Pengamatan V - 67 5.2.2.5 Kurva Q1 vs Q2 vs Q3 Saluran Tersier

CG 2 Selama 5 Hari Pengamatan V - 68 5.2.2.6 Kurva Q1 vs Q2 vs Q3 Saluran Tersier

CG 3 Selama 5 Hari Pengamatan V - 69 5.2.3 Kehilangan Air di Saluran Tersier V - 70

5.2.3.1 Kurva Kehilangan Debit Titik ke- 1 – Titik ke- 2

10 Hari Pengamatan V - 70

5.2.3.2 Kurva Kehilangan Debit Titik ke- 1 – Titik ke- 2

5 Hari Pengamatan V - 71

5.2.3.3 Kurva Kehilangan Debit Titik ke- 2 – Titik ke- 3

5 Hari Pengamatan V - 72

5.2.4 Perbandingan Antara Supply, Demand dan Reliability V - 73 5.2.4.1 Kurva Perbandingan Supply, Demand dan Reliability CG 1 V - 73 5.2.4.2 Kurva Perbandingan Supply, Demand dan Reliability CG 2 V - 74 5.2.4.3 Kurva Perbandingan Supply, Demand dan Reliability CG 3 V - 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan VI - 1

6.2 Saran VI - 4

DAFTAR PUSTAKA x

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besarnya Tingkat Kehilangan di Saluran II - 3 Tabel 2.2 Persen Kehilangan Air II - 3 Tabel 2.3 Koefisien Tanaman (Kc) II - 15 Tabel 2.4 Pengaruh Faktor Iklim Secara Umum Terhadap Kebutuhan Air Untuk Tanaman II - 23 Tabel 2.5 Pembagian Zona Iklim II - 24

Tabel 3.1a Curah Hujan Tengah Bulanan 15 Tahunan III - 9 Tabel 3.1b Curah Hujan Tengah Bulanan 15 Tahunan III - 10 Tabel 3.2 Data Temperatur Udara Rata-rata III - 11 Tabel 3.3 Penyinaran Matahari Rata-rata (n/N) % III - 12 Tabel 3.4 Kelembaban Udara Rata-rata (Rh) % III - 13 Tabel 3.5 Kecepatan Angin Rata-rata (U) Knots III - 13

Tabel 4.1 Penentuan Bagian Alur Saluran yang Lurus IV - 7 Tabel 4.2 Penentuan Banyaknya Jalur Lintasan Pelampung IV - 7 Tabel 5.1a Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 1 V - 4 Tabel 5.1b Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 1 V - 5 Tabel 5.1c Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 1 V - 6 Tabel 5.1d Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 1 V - 7 Tabel 5.2a Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 2 V - 8 Tabel 5.2b Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 2 V - 9 Tabel 5.2c Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 2 V - 10 Tabel 5.2d Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tinggi CG 2 V - 11

Tabel 5.3a Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 3 V - 12 Tabel 5.3b Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 3 V - 13 Tabel 5.3c Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 3 V - 14 Tabel 5.3d Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

(10)

Tabel 5.4 Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 1 (5 hari) V - 16 Tabel 5.5 Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 2 (5 hari) V - 17 Tabel 5.6 Data Pengamatan Tinggi dan Kecepatan Air Saluran

Irigasi Tersier CG 3 (5 hari) V - 18 Tabel 5.7 Data Pengamatan Kehilangan Tinggi Air Akibat

Penguapan V - 19

Tabel 5.8 Evaporasi Potensial V - 31 Tabel 5.9a Distribusi Frekwensi Titik ke- 1 Saluran Tersier CG 1 V - 38 Tabel 5.9b Distribusi Frekwensi Titik ke- 2 Saluran Tersier CG 1 V - 38 Tabel 5.9c Distribusi Frekwensi Titik ke- 3

Saluran Tersier CG 1 V - 38 Tabel 5.10a Distribusi Frekwensi Titik ke- 1 Saluran Tersier CG 2 V - 39 Tabel 5.10b Distribusi Frekwensi Titik ke- 2 Saluran Tersier CG 2 V - 39 Tabel 5.10c Distribusi Frekwensi Titik ke- 3

Saluran Tersier CG 2 V - 39 Tabel 5.11a Distribusi Frekwensi Titik ke- 1 Saluran Tersier CG 3 V - 40 Tabel 5.11b Distribusi Frekwensi Titik ke- 2 Saluran Tersier CG 3 V - 40 Tabel 5.11c Distribusi Frekwensi Titik ke- 3

Saluran Tersier CG 3 V - 40

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan PMF dan CDF II - 30 Gambar 2.2 Nilai Probabilitas pada PDF II - 32 Gambar 2.3 Hubungan Fungsi Distribusi Pobabilitas Secara Teoritis II - 32 Gambar 2.4 Fungsi Distribusi Normal N(µ,σ) II - 38 Gambar 2.5 Fungsi Distribusi Normal Standar N(0,1) II - 39 Gambar 2.6 Defenisi Data Pengamatan dan Selisih Puncak – Lembah II - 40 Gambar 2.7 Distribusi Rayleigh Tak Berdimensi II - 41 Gambar 2.8 Metode Pendekatan Analisa Regresi terhadap

Data Pengamatan II - 52

Gambar 3.1 Lokasi Bendung Ciherang III - 2 Gambar 3.2 Peta Irigasi DI Ciherang III - 3 Gambar 3.3 Peta Situasi DI Ciherang III - 4 Gambar 3.4 Skema Petak Daerah Irigasi Ciherang III - 5 Gambar 3.5 Pengambilan Air Ilegal III - 6 Gambar 3.6 Kerusakan Dinding Saluran III - 6 Gambar 3.7 Kondisi Penampang Saluran Buruk III - 7 Gambar 3.8 Hancurnya Dinding Saluran III - 7 Gambar 3.9 Kerusakan Dinding Saluran Penyebab Kehilangan Air III - 8 Gambar 3.10 Kerusakan Saluran dan Rimbunnya Tanaman

Mengganggu Aliran Air III - 8 Gambar 3.11 Grafik Curah Hujan Rata-rata III - 10 Gambar 3.12 Grafik Temperatur Rata-rata III - 12

Gambar 4.1 Sketsa Alur Saluran untuk Pengukuran Debit

Metode Pelampung IV - 3

Gambar 4.2 Sketsa Jenis Pelampung Permukaan IV - 4 Gambar 4.3 Sketsa Jenis Pelampung Tangkai IV - 5 Gambar 4.4 Sketsa Pengukuran Penguapan IV - 6 Gambar 4.5 Skema Titik Pengukuran Debit IV - 9 Gambar 4.6 Penampang Skema Pengukuran IV - 10

Gambar 5.1 Histogram Frekwensi Titik ke-1 CG 1 V - 50 Gambar 5.2 Histogram Frekwensi Titik ke-2 CG 1 V - 50 Gambar 5.3 Histogram Frekwensi Titik ke-3 CG 1 V - 51 Gambar 5.4 Histogram Frekwensi Titik ke-1 CG 2 V - 51 Gambar 5.5 Histogram Frekwensi Titik ke-2 CG 2 V - 52 Gambar 5.6 Histogram Frekwensi Titik ke-3 CG 2 V - 52

(12)

Gambar 5.7 Histogram Frekwensi Titik ke-1 CG 3 V - 53 Gambar 5.8 Histogram Frekwensi Titik ke-2 CG 3 V - 53 Gambar 5.9 Histogram Frekwensi Titik ke-3 CG 3 V - 54 Gambar 5.10 Kurva Debit pada Saluran CG 1 Selama 10 Hari V - 58 Gambar 5.11 Kurva Debit pada Saluran CG 2 Selama 10 Hari V - 59 Gambar 5.12 Kurva Debit pada Saluran CG 3 Selama 10 Hari V - 60 Gambar 5.13 Kurva Debit pada Saluran CG 1 Selama 5 Hari V - 61 Gambar 5.14 Kurva Debit pada Saluran CG 2 Selama 5 Hari V - 62 Gambar 5.15 Kurva Debit pada Saluran CG 3 Selama 5 Hari V - 63 Gambar 5.16 Qin vs Qout Saluran Tersier CG 1 Selama 10 Hari

Pengamatan V - 64

Gambar 5.17 Qin vs Qout Saluran Tersier CG 2 Selama 10 Hari

Pengamatan V - 65

Gambar 5.18 Qin vs Qout Saluran Tersier CG 3 Selama 10 Hari

Pengamatan V - 66

Gambar 5.19 Kurva Qin vs Qout vs Qtitik ke-3 Saluran Tersier

CG 1 Selama 5 Hari Pengamatan V - 67 Gambar 5.20 Kurva Qin vs Qout vs Qtitik ke-3 Saluran Tersier

CG 2 Selama 5 Hari Pengamatan V - 68 Gambar 5.21 Kurva Qin vs Qout vs Qtitik ke-3 Saluran Tersier

CG 3 Selama 5 Hari Pengamatan V - 69 Gambar 5.22 Kurva Kehilangan Debit Titik ke-1 – Titik ke-2

10 Hari Pengamatan V -70

Gambar 5.23 Kurva Kehilangan Debit Titik ke-1 – Titik ke-2

5 Hari Pengamatan V -71

Gambar 5.24 Kurva Kehilangan Debit Titik ke-2 – Titik ke-3

5 Hari Pengamatan V -72

Gambar 5.25 Kurva Perbandingan Supply, Demand dan Reliability

CG 1 V - 73

Gambar 5.26 Kurva Perbandingan Supply, Demand dan Reliability

CG 2 V - 74

Gambar 5.27 Kurva Perbandingan Supply, Demand dan Reliability

CG 3 V - 75

(13)

Bab VI Kesimpulan dan Saran

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian “Analisis Kehilangan Air pada Saluran Tertier di Daerah Irigasi Ciherang” dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Kehilangan Air di saluran tertier

a. Saluran Tertier CG 1

Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya diperoleh nilai kehilangan air pada saluran CG 1 adalah

• Rata-rata kehilangan Air di titik ke- 1 dan titik ke- 2 untuk pengamatan 10 hari 8.578 l/det

• Rata-rata kehilangan Air di titik ke- 1 sampai titik ke- 2 untuk pengamatan 5 hari 15.045 l/det

b. Saluran Tertier CG 2

Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya diperoleh nilai kehilangan air pada saluran CG 2 adalah

• Rata-rata kehilangan air di titik ke- 1 dan titik ke- 2 untuk pengamatan 10 hari 37.563 l/det

• Rata-rata kehilangan Air di titik ke- 1 sampai titik ke- 2 untuk pengamatan 5 hari 62.964l/det

c. Saluran Tertier CG 3

Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya diperoleh nilai kehilangan air pada saluran CG 3 adalah

• Rata-rata kehilangan air di titik ke- 1 dan titik ke- 2 untuk pengamatan 10 hari 22.222 l/det

(14)

Bab VI Kesimpulan dan Saran

• Rata-rata kehilangan Air di titik ke- 1 sampai titik ke- 2 untuk pengamatan 5 hari 26.982 l/det

Faktor kehilangan air pada saluran

• Evaporasi (penguapan) pada saluran dari pengamatan diperoleh nilai 0.375 l/det/ha

• Perkolasi saluran diasumsikan 2 mm/hari = 0.23 mm/det/ha

Kedua faktor tersebut memberikan nilai yang sangat kecil dibandingkan nilai kehilangan air yang terjadi pada saluran. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi kehilangan air pada saluran. Faktor lain tersebut antara lain :

• Adanya rembesan (seepage) karena kerusakan saluran

• Adanya pengambilan air secara illegal yang dilakukan oleh petani pemakai air karena ingin dengan cepat dan mudah untuk mendapatkan air untuk sawahnya selain itu digunakan untuk kolam ikan yang ada di sekitar saluran tertier.

2. Efisiensi Saluran Tertier

a. Saluran Tertier CG 1

Dari perhitungan pada bab sebelumnya diketahui bahwa besarnya efisiensi saluran untuk CG 1 adalah 82.28 %

b. Saluran Tertier CG 2

Dari perhitungan pada bab sebelumnya diketahui bahwa besarnya efisiensi saluran untuk CG 1 adalah 86.64 %

c. Saluran Tertier CG 2

Dari perhitungan pada bab sebelumnya diketahui bahwa besarnya efisiensi saluran untuk CG 1 adalah 94.30 %

Dari hasil diatas dikatahui bahwa efisiensi saluran > 80 % berdasarkan standar kelayakan saluran masih mempunyai kondisi yang cukup baik hanya saja tidak terawatt dan banyak terjadi kerusakan.

Tugas Akhir

(15)

Bab VI Kesimpulan dan Saran

3. Efisiensi Penggunaan Air

Dengan membandingkan besarnya kebutuhan air (demand) dan ketersediaan air (supply) diperoleh nilai efisiensi penggunaaan air irigasi. Dari perhitungan pada bab sebelumnya diperoleh besarnya efisiensi penggunaan air irigasi masing-masing saluran sebagai berikut :

a. Saluran Tertier CG 1

Besarnya efisiensi yang diperoleh dari perbandingan demand dan supply untuk saluran CG 1 adalah

• Efisiensi CG 1 untuk perhitungan 10 hari diperoleh 50.98 %

• Efisiensi CG 1 untuk perhitungan 5 hari diperoleh 64.24 %

b. Saluran Tertier CG 2

Besarnya efisiensi yang diperoleh dari perbandingan demand dan supply untuk saluran CG 2 adalah

• Efisiensi CG 2 untuk perhitungan 10 hari diperoleh 28.03 % • Efisiensi CG 2 untuk perhitungan 5 hari diperoleh 22.03 %

c. Saluran Tertier CG 3

Besarnya efisiensi yang diperoleh dari perbandingan demand dan supply untuk saluran CG 3 adalah

• Efisiensi CG 3 untuk perhitungan 10 hari diperoleh 35.51 % • Efisiensi CG 3 untuk perhitungan 5 hari diperoleh 30.22 %

Nilai efisiensi penggunaan air yang sangat kecil ini menunjukkan bahwa supply air pada saluran jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan tanaman. Hal tersebut dapat mengurangi besarnya jumlah pemberian air pada ruas-ruas saluran berikutnya,sehingga kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya konflik antar petani (P3A). Sehingga pemberian air pada saluran irigasi terrier ini dapat lebih di hemat lagi mengingat jumlah air yang sangat terbatas apalagi pada musim kemarau dimana jumlah air lebih sedikit dibandingkan kebutuhan. Untuk mencapai nilai efisiensi seperti yang diharapkan harus ada kesadaran yang tinggi dari petani untuk memelihara saluran dan bangunan irigasi yang ada, juga dalam pengambilan air harus dari system distribusi yang telah disediakan dan jumlahnya disesuai dengan kebutuhan.

(16)

Bab VI Kesimpulan dan Saran

VI.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan denagn pembahasan dan kesimpulan tersebut diatas, antara lain sebagai berikut :

1. Perlu dikaji ulang neraca air di Daerah Irigasi Ciherang. hal ini dimaksudkan agar pada saluran tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan air dimana besarnya debit yang dialirkan pada saluran seharusnya sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga tidak terjadi pemborosan air.

2. Perlu dikaji ulang tata letak petak tersier di Daerah irigasi Ciherang. Hal ini dimaksudkan agar pemberian air irigasi dapat melayani semua petakan sawah, tanpa adanya pengambilan air secara illegal oleh petani.

3. Pengaturan (manajemen) pemberian air di daerah irigasi Ciherang perlu diperbaiki dan dinas pengairan ikut membantu pengawasan pemberian air ini sehingga tidak terjadi pengambilan air secara illegal oleh nasyarakat petani pengguna air,

4. Perlu adanya perbaikan saluran yang rusak sehingga kehilangan air akibat kerusakan saluran dapat dikurangi, sehingga mendukung manajemen pemberian air yang lebih baik karena kecilnya nilai kehilangan air.

5. Memberi penyuluhan pada para petani pemakai air dalam hal-hal sebagai berikut :

• Untuk mengambil air di bangunan yang telah ditetapkan • Pengambilan air disesuaikan dengan kebutuhan

• Mulai tanam yang serempak

• Memelihara bangunan dan saluran yang ada

6. Untuk mendapatkan hasil analisia kehilangan air pada saluran tertier yang lebih baik maka seharusnya dilakukan pengamatan yang lebih lama dan dilakukan pada musim yang berbeda sehingga bisa memperoleh data yang lebih akurat mengenai kehilangan air pada saluran tertier.

Tugas Akhir

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Chow, Ven Te, 1997. Hidrolika Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta.

2. Hansen, Vaughn E,dkk, 1992. Dasar- Dasar Dan Praktek Irigasi, Erlangga, Jakarta.

3. Ang, Alfredo HS ; Tang, Wilson H, 1992. Kosep-konsep Probabilitas dalam Perencanaan dan Perancangan Rekayasa.

4. Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi.

5. Sosrodarsono, Suryono, 1999. Hodrologi Untuk Pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta.

6. Seyhan, Ersin, 1990. Dasar – Dasar Hidrologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

7. Ii Sutaryan, Hubungan Air, Tanah dan Tanaman, Departemen Teknik Sipil ITB.

8. Ii Sutaryan, Diktat Mata Kuliah Irigasi I dan Bangunan Air, Departemen Teknik Sipil ITB.

9. Ii Sutaryan, Diktat Mata Kuliah Irigasi II, Departemen Teknik Sipil ITB. 10. Dantje Kardana, Diktat Mata Kuliah Hidrologi, Departemen Teknik Sipil

ITB.

11. Andojo Wurjanto, 2001-2002, Diktat Mata Kuliah Probabilitas dan Statistik, Departemen Teknik Sipil ITB.

12. Yayu Sri Rahayu, 1995. Tesis, “Efisiensi Penggunaan Air Irigasi di Petak Tersier”.

13. Magdalena Tanga, 2005. Tesis, “Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi pada Saluran Sekunder DI CIherang”.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian adalah menentukan model isoterm adsorpsi nisbah bobot ampas teh hitam dan ampas kopi sebagai adsorben air

Tujuan pengomposan adalah (a) mempercepat proses pengomposan kotoran ternak sehingga dapat lebih cepat digunakan, (b) kompos organik yang dihasilkan berkualitas lebih tinggi

Work Metodes (WM) adalah merupakan keseluruhan tingkah laku akademik yang ditunjukkan oleh siswa ketika proses belajar berlangsung. Kedua hal tersebut merupakan

Jadi usaha budidaya pembenihan pare pada tingkat suku bunga 25% dan 35% layak untuk diusahakan, karena tidak akan menyebabkan kerugian dan pada usaha yang dilakukan

Apabila terdapat sedikit bahan-bahan yang mudah terbakar dan memilki ventilasi yang cukup (seperti misalnya bangunan dengan jendela yang besar dan dapat dibuka) maka api akan

Kegiatan fun cooking di TK Dharma Wanita Tumapel Mojokerto adalah kegiatan membuat roti berbentuk huruf yang terbuat dari adonan tepung kemudian dicetak sesuai

Berdasarkan hasil analisis persentase yang telah dilaksanakan, layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi memiliki persentase keberhasilan siswa pada siklus I

Menimbang, bahwa keterangan Saksi pertama Penggugat mengenai perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat disebabkan Tergugat suka selingkuh dengan