• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Kecerdasan adalah merupakan karunia bagi manusia. Manusia diberikan kelebihan kecerdasan dari makhluk hidup yang lain.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Kecerdasan adalah merupakan karunia bagi manusia. Manusia diberikan kelebihan kecerdasan dari makhluk hidup yang lain."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Kecerdasan adalah merupakan karunia bagi manusia. Manusia diberikan kelebihan kecerdasan dari makhluk hidup yang lain. Manusia dengan kecerdasannya dapat meninggikan tingkat hidupnya semakin komplek dengan cara berfikir dan belajar. Selama ini kecerdasan hanya dikonotasikan dengan Kecerdasan intelektual atau atau bisa disebut dengan IQ, selain IQ manusia memiliki kecerdasan lain yaitu: kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ), dan Kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ) (Lisda 2009). Kecerdasan emosional mampu menjadikan seseorang untuk mengendalikan emosi dan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain. Goleman (2005) menyatakan kecerdasan emosional adalah kecakapan seseorang untuk mengetahui perasaan orang lain dan diri sendiri, memotivasi, dan mengatur emosi diri dengan baik dalam hubungan langsung dengan orang lain. Zohar dan Marshall (2007) mengatakan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertopang bertopang dibagian dalam diri dan berhubungan dengan hikmah di luar jiwa kesadaran. Kecerdasan yang digunakan bukan hanya untuk memahami nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk mendapatkan nilai-nilai baru dalam kehidupan.

Berbagai penjelasaan di atas bahwa Kecerdasan spiritual, Kecerdasan emosional, dan Kecerdasan intelektual berpengaruh pada sikap etis seseorang, hal ini sependapat dengan apa yang dinyatakan oleh Ludigdo (2005), bahwa etika bukanlah hanya sekedar masalah rasional tetapi etika menyangkut tentang masalah aspek dari emosional dan spiritual manusia. Menurut Utama (2009) kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang yang dapat mengerti emosinya diri sendiri dan orang lain, serta dapat mengerti juga emosi yag orang lain perlihatkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang sangat baik pasti dapat mengembangkan hubungan yang bermanfaat dan dapat memperoleh suatu keberhasilan.

Dalam berpendidikan perilaku etis itu sangat perlu sekali. Seorang mahasiswa maka sangat perlu menghargai nilai-nilai etis, karena masyarakat pada dasarnya dididik atas dasar aturan-aturan etika yang ada (Sari 2016). Griffin dan Ebert (2006) menyatakan bahwa etika merupakan keyakinan seseorang atas langkah yang benar ataupun salah, atau tindakan yang baik dan buruk, yang dapat saja mempengaruhi hal lainnya. Nilai- nilai dan moral pribadi seseorang dan konteks sosial menentukan kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial agar mahasiswa dapat menjadi manusia yang tidak hanya berilmu namun dapat juga bersikap dengan baik, kejadian tidak etis telah menjadi bagian dari budaya pada beberapa perguruan tinggi. Budaya tidak etis di lingkungan mahasiswa terjadi disebabkan terbatasnya pengetahuan, wawasan serta keinginan untuk menjalankan nilai-nilai moral yang sudah mereka dapatkan dari keluarga maupun pendidikan di kampus. Sari (2016).

(2)

2

Fenomena yang terdapat pada masalah etika pada mahasiswa adalah jika mahasiswa tidak memiliki etika yang baik maka akan mempengaruhi karirnya kelak dikarenakan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa. Masalah etika yang pernah terjadi di mahasiswa adalah Sertifikat TOEFL, 151 Mahasiswa Tak Jadi Diwisuda terjadi di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Data dari Balai Pusat Bahasa menyatakan ke-151 mahasiswa yang mau mengikuti wisuda tidak terdaftar sebagai mahasiswa yang lulus TOEFL (Ant dan Vin 2011).

Beberapa kampus memasang petunjuk cara berkomunikasi etis mahasiswa terhadap dosen diantaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Pancasila (UP) (Zhacky,2018). Kasus manipulasi ijazah dan nilai untuk meloloskan lima mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang dilaporkan oleh Kompas. (Utami,2012). Cnnindonesia.com melaporkan Unnes 'Skorsing' Mahasiswa Pengkritik Menristekdikti, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) dikenakan hukuman skorsing oleh pihak kampus karena beberapa unggahannya di media sosial dianggap memicu kebencian terhadap petinggi kampus. (Sinuko,2018). Dari fenomena di atas maka terdapat beberapa bukti masih banyak mahasiswa yang melanggar kode etis mahasiswa, sehingga penelitian ini perlu untuk diteliti kembali.

Terdapat beberapa penelitian terkait kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Pada penelitian mengenai pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan intelektual terhadap sikap etis dan prestasi mahasiswa dilakukan oleh Dewanto dan Nurhayati (2015) menemukan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis, hal ini didukung oleh hasil penelitian Sari (2016). Akan tetapi, Agustin dan Herawati (2013) menemukan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis. Menurut Simajorang dan Sipayung (2012) menemukan bahwa kecerdasan intelektual tidak berpengaruh terhadap sikap etis, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis. Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian ini akan meneliti hubungan antara kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual dengan perilaku etis mahasiswa. Peneliti ingin mengetahui apakah perilaku etis mahasiswa memang berpengaruh dengan tingkat kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual.

(3)

3

Dari penelitian terdahulu maka persoalan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa? 2) Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiwa?, 3) Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa?. Tujuan Penelitian ini adalah untuk 1) Menguji kecerdasan emosiaonal berpengaruh terhadap sikap etis mahasiwa, 2) Menguji kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiwa, 3) Menguji kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiwa. Manfaat penelitian ini adalah Penelitian ini diharapkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai perilaku etis, agar para pembaca lebih bias bertindak secara etis. Sedangkan bagi mahasiswa dapat mempersiapkan diri untuk bertindak secara etis dalam merealisasikannya di dunia kerja nantinya.

TELAAH PUSTAKA Kecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh psikolog John Mayer dari University of New Hampshire Amerika dan Peter Salovey dari Harvard University untuk menjelaskan suatu kualitas emosional yang tampaknya sangat penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas emosional itu antara lain adalah: empati (kepedulian), menubjukkan dan memahami perasaan, menahan amarah, kemandirian, kecakapan menyesuaikan diri, mampu memecahkan masalah antar pribadi, kegigihan, setia kawan, ramah, dan sikap menghormat (Shapiro 2003). Saat ini sangat banyak orang berpendidikan yang nampak begitu prospektif, mengalami berhenti dalam kariernya. Lebih buruk lagi, mereka terasing akibat kecerdasan emosi sangat rendah Agustian (2007). Goleman (2006) beranggap bahwa kecerdasan emosi adalah kecakapan untuk mengendalikan emosional, kemampuan memahami hati orang lain, dan kecakapan untuk membangun hubungan baik dengan orang lain. Sedangkan menurut Sojka and Deeter (2002), kecerdasan emosi adalah penerimaan, menyampaikan, memberikan reaksi dari seseorang ke orang lain.

Goleman (2006) mengatakan bahwa kecerdasan emosi memiliki lima aspek utama yaitu: a) Mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk melihat perasaan dari waktu ke waktu dan kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. b) Mengelola emosi yaitu kemampuan diri kita untuk mengontrol perasaannya sendiri agar perasaan dapat diungkapkan dengan tepat. c) Memotivasi diri sendiri yaitu adalah kecakapan seseorang untuk menggerakkan dan menuntun kepada tujuan tertentu. d) Mengenali emosi orang lain Empati bukanlah untuk mengetahui pikiran seseorang namun perasaan orang lain. e) Membina

(4)

4

hubungan yaitu kemampuan seseorang untuk membuat hubungan, membina kedekatan hubungan, dan merupakan keterampilam seseorang untuk mengelola emosi orang lain.

Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar dan Marshall (2000:3-4), kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memecahkan dan menghadapi masalah makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. Menurut Anastasi (1997:220) bahwa inteligensi bukanlah kemapuan secara individu dan sama tetapi gabungan kemampuan dari berbagai fungsi. Sebagian orang, kecerdasan spiritual mungkin menemukan beberapa cara mengungkap melalui agama formal, tetapi seseorang yang memiliki agama tidak menjamin kecerdasan spiritualnya menjadi lebih tinggi. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. kecerdasan yang dapat membantu seseorang menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan berada di diri kita yang paling dalam, berhubungan dengan kearifan di luar ego. Kecerdasan spiritual adalah kesadaran manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi juga secara inovatif menemukan nilai-nilai yang baru (Zohar & Marshall, 2000:8-9).

Indikasi dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang sangat baik mencakup : a) Kemampuan untuk bersikap secara fleksibel (adaptif spontan dan aktif), b) tingkat kesadaran diri sendiri yang tinggi, c) Kemampuan seseorang untuk memanfaatkan dan menghadapi penderitaan, d) Kemampuan untuk mengabaikan dan menghadapi perasaan sakit, e) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, f) Kesungkanan yang menyebabkan kerugian tidak perlu, g) hasrat untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik), h) hasrat untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dan berusaha untuk mencari jawaban yang mendasar, i) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan kesepakatan. (Zohar & Marshall, 2000:14).

Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual merupakan intrepretasi hasil tes inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat inteligensi seseorang (Azwar, 2004:51). Kecerdasan intelektual atau sering disebut IQ merupakan kemahiran seseorang untuk mengendalikan pikiran dan tindakan, bertindak dengan tujuan tententu, berfikir logis, menghadapi lingkungan dengan positif, serta mengatur pola- pola tingkah laku sehingga bisa bertindak lebih baik (Tikollah, Triyuwono, & Ludigdo, 2006). Intelegensi juga merupakan

(5)

5

kemahiran seseorang untuk belajar, memahai sesuatu dan berfikir. Covey (2005) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang untuk mengulas, berpikir dan cara menentukan hubungan benar dan salah, berpikir secara abstrak, menggunakan bahasa, dan memahami sesuatu. Menurut Sunar (2010:160), Kecerdasan Intelektual (IQ) dapat diartikan sebagai: 1) Kemampuan seseorang untuk bekerja secara abstrak, baik menggunakan ide-ide, simbol, hubungan logis, maupun konsep yang teoritis 2) Kemampuan untuk mengenali dan belajar dan 3) Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah.

Wiramiharja (2003) mengemukakan ada beberapa indikator-indikator dari kecerdasan intelektual. Ketiga indikator tersebut adalah: a) Kemampuan figure yaitu merupakan penangkapan sesuatu dalam dibidang bentuk b) Kemampuan verbal yaitu merupakan penangkapan sesuatu dalam dibidang bahasa c) Pemahaman sesuatu dibidang numerik atau yang berkaitan dengan angka.

Perilaku Etis

Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS yang artinya sama dengan moralitas, yaitu adat kebiasaan seseorang yang baik. Adat kebiasaan yang baik itu akan menjadi metode nilai yang berfungsi sebagai tolak ukur suatu tingkah laku yang baik dan buruk, Bertens (2007) sehinga dapat diartikan kembali bahwa sikap baik seorang mahaiswa yang dicerminkan saat dilikungan univeritas. Etika sangat erat dengan hubungan mendasar antar manusia, etika berfungsi untuk menujukan perilaku yang bermoral. Moral adalah sebagai sikap mental dan emosional yang dimiliki seseorang sebagi angota kelompok social untuk melakukan tugas-tugas yang di haruskan dengan loyalitas kelompok. Etika meliputi suatu proses yang sangat kompleks tentang apa saja yang harus di lakukan seseorang dalam situasi tertentu. Dimana Proses itu meliputi penyeimbangan pertimbangan sisi dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik, Himaya (2013). Arens (2012:60) menyatakan bahwa etika dapat didefinisikan secara besar sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral. Perilaku beretika hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan berjalan dengan tertib. Griffin dan Ebert (2006:58) menyatakan bahwa etika merupakan keyakinan seseorang terhadap tindakan benar dan salah, atau tindakan baik dan buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Ada dua faktor utama menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yaitu standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya dan orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri.

(6)

6

Menutur Jafar (2005) Ada beberapa Indikator-indikator perilaku etis adalah sebagai berikut:

a. Memahami perilaku sesuai kode etik yaitu mengikuti kode etik profesi, jujur dalam menggunakan dan mengelola sumber daya di dalam lingkup atau otoritasnya, dan memastikan bahwa apa yang dilakukan itu tidak melanggar kode etik.

b. Melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinan yaitu berbicara tentang ketidaketisan meskipun hal itu akan menyakiti kolega atau teman dekat dan jujur dalam berhubungan dengan orang lain.

c. Bertindak dengan nilai dan norma meskipun sulit untuk melakukan secara terbuka mengakui melakukan kesalahan, berterus terang dalam segala hal.

d. Bertindak sesuai nilai dan norma walaupun ada resiko atau biaya yang cukup besar yaitu mengambil tindakan atas perilaku orang lain yang tidak etis

Pengembangan Hipotesis

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain dan menggunakan perasaan tersebut untuk menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Kecerdasan ini berupa kesadaran diri sendiri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional dapat mempengaruhi perilaku seseorang karena jika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang memadai maka seseorang tersebut dapat mengelola emosinya dengan lebih baik. Dengan demikian, seseorang lebih dapat meninjau apakah suatu tindakan etis atau tidak untuk dilakukan. Kecerdasan emosional terdiri dari lima unsur yaitu: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan social Sari (2016), Hasil penelitian Simanjorang dan Sipayung (2012) menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap perilaku etis. Didukung dengan penelitian Juniawan, et al (2017). Dan menurut penelitian Ika (2011) kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis mahasiswa, dikarenakan kecerdasan emosional diperlukan untuk mecapai sukses yang memadai.

Penelitian Agustini dan Herawati (2012) mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh paling dominan dari kecerdasan yang lain, dikarenakan mahasiswa yang masih menjadi peserta didik di suatu penguruan tinggi akan terdidik berdasarkan proses diperguruan tinggi tersebut. Proses pendidikin saat ini masih menekankan pada aspek pencerdasaan intelektual sementara dalam pembentukan perilaku menyangkut dimensi emosi dan spiritual masih kurang di perhatikan. Menurut Juniawan, et al (2017). kecerdasan

(7)

7

intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis, jika kecerdasan intelektual semakin tinggi, maka perilaku etis mahasiswa juga semakin tinggi. Dan menurut Adinda dan Rohman (2015) kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis mahasiswa.

Zohar dan Marshall (2007), kecerdasan spiritual menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan seseorang lebih bernilai dan bermakna. Sukidi (2004) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan integrasi dari kecerdasan manusia, baik IQ maupun EQ. Penelitian Sujana, et al (2017) bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis. Didukung dengan penelitian Mahadewi, et al (2015). Dan menurut penelitian Ika (2011) kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis mahasiswa, tetapi kecerdasan spiritual tidak cukup untuk mencapai sebuah kebahagian dan kebenaran karena masih ada nilai-nilai yanf harus ada ya itu kecerdasan emosional. Berdasarkan penjabaran teori dan penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

H1:Kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual berpengaruh

terhadap perilaku etis mahasiswa

Gambar 1. Model penelitian

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Unika Soegijapranata, Dian Nuswantoro, Muhammadiyah Semarang, dan Universitas stikubank. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif Asosiatif dimana peneliti ingin melihat pengaruh yang terjadi antara dua variabel atau lebih dalam suatu penelitian. Variabel bebas penelitian adalah kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Sedangkan, variabel terikat penelitian adalah perilaku etis mahasiswa.

KECERDASAN EMOSIONAL KECERDASAN INTELEKTUAL KECERDASAN SPIRITUAL PERILAKU ETIS

(8)

8 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa universitas swasta Salatiga dan Semarang dengan jumlah 57.526 mahasiswa. Syarat yang harus dipenuhi responden didalam penelitian ini adalah responden yang memenuhi kriteria yaitu: mahasiswa yang masih aktif di perguruan tinggi pada saat kuesioner disebarkan dan mengetahui tentang perilaku etis. Karena berdasarkan Tabel Isaac dan Michael dimana mereka mengatakan bahwa jika populasi tidak terhingga atau dapat di hitung tetapi jumlah lebih dari yang sudah ditentukan maka jumlah sampel 349 atau 350 dan sudah bisa dikatakan mewakili. Teknik sampling mengunakan Convenience Sampling. Menurut Sarwoko (2007) Convenience Sampling cara mengumpulkan informasi dari elemen- elemen populasi yang tersedia dengan tidak perlu susah payah. Sebagai contoh, penelitian yang menggunakan teman-teman sekampus, tetangga, saudara-daudara sendiri sebagai responden. Contoh lainnya, Misalnya kontes cocacola yang diadakan pada sebuah mal yang ditayang kan melalui saluran televisi untuk menentukan apakah orang-orang lebih menyukai coca-cola dari pada prosuk lain yang sejenis.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data diperoleh dari mahasiswa. Untuk alat ukur yang akan digunakan dari peneliti akan menggunakan kuesioner. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala Likert. Penelitian ini menggunakan skala Likert karena ingin mengetahui persepsi mahasiswa terhadap kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan spiritual.

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel dan Definisi Variabel Dimensi Indikator Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengontrol emosional, kemampuan 1. Self awareness 2. Self Management 3. Motivation 4. Empathy 5. Relationship

1.1. mengetahui emosi serta kelebihan dan kekurangan yang saya miliki

1.2. Mampu mengidentifikasi emosi orang lain

1.3. Mampu menghargai diri dan kemampuannya sendiri

(9)

9 Variabel dan

Definisi Variabel

Dimensi Indikator

membaca perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membangun

hubungan baik dengan orang lain (Goleman, 2006)

Management (Abidin, 2017)

2.1. Mengendalikan diri dalam situasi apapun.

2.2. Dapat mengendalikan konflik dan mencairkan suasana tegang atau sulit. 2.3. Dapat bertanggungjawab atas kinerja

pribadi.

3.1. meningkatkan prestasi dengan melakukan inisiatif dan bertindak efektif.

3.2. Memiliki tujuan jelas yang berstandar dan berhasrat untuk mencapainya. 3.3. Berkomitmen dan bersikap optimis

(pantang menyerah).

4.1. merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti kesedihan dan kesenangan.

4.2. Mampu menganstisipasi, mengenali, dan memenuhi kebutuhan orang lain. 4.3. Mampu membaca situasi emosi dalam

suatu kelompok dan menggunakannya untuk membangun relasi.

5.1. membina hubungan baik dengan orang lain.

5.2. Mampu memahami, berdiskusi hingga menyelesaikan masalah dengan orang lain.

5.3. Dapat berkomunikasi dan

menyampaikan pesan dengan baik kepada orang lain.

(Abidin, 2017 ) Kecerdasan intelektual atau sering disebut IQ merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan pikiran dan tindakan, bertindak dengan tujuan tententu, berfikir logis, menghadapi lingkungan dengan positif, serta mengatur pola- pola tingkah laku sehingga dapat

1. Kemampuan memecahkan masalah 2. Kemampuan Verbal 3. Kemampuan Numerik (Dwijayanti,2009)

1.1. kemampuan berfikir atau menganalisis setiap masalah 1.2. selalu berpikir secara analitis dan

kritis dalam setiap pengambilan keputusan.

1.3. memiliki kemampuan logika dalam menemukan fakta yang akurat serta memprediksi resiko.

2.1 kemampuan memahmi bacaan dalam melakukan pekerjaan.

2.2 Memahami peryataan-peryataan mengetahui hal-hal yang belum diketahui.

2.3 suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis

(10)

10 Variabel dan

Definisi Variabel

Dimensi Indikator

bertindak lebih baik. (Tikollah, Triyuwono, & Ludigdo, 2006).

3.1. berhitung dengan cepat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan 3.2. kecerdasan menangkap serta

mengeloha angka dan data

3.3. sangat penasaran jika suatu pekerjaan yang rumit atau berhubungan dengan angka belum diketahui hasilnya yang benar. (Dwijayanti,2009; Zakiah,2013) Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna

dibandingkan dengan yang lain.

Zohar dan Marshall (2007) 1. Kemampuan bersikap fleksibel 2. Tingkat kesadaran diri yang tinggi 3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan melampaui rasa sakit. 4. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai 5. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu Zohar dan Marshall (2007)

1.1. menempatkan diri dan dapat

menerima pendapat orang lain secara terbuka.

1.2. dapat secara spontan beradaptasi dengan suasana yang baru

1.3. dapat berhubungan baik dengan orang lain yang berbeda pendapatnya. 2.1. mengeritik diri saya sendiri

(autocritism) dan mengetahui tujuan dan visi hidup.

2.2. menyadari posisi saya di antara teman-teman saya.

2.3. memiliki pemahaman yang mendalam tentang kehidupan spiritual

3.1. menghadapi masalah tanpa adanya penyesalan, tetap tersenyum dan bersikap tenang dan berdoa. 3.2. selalu berpikir positif dalam

menghadapi berbagai persoalan hidup yang sedang dialami.

3.3. Dapat menemukan hikmah dalam perjalanan hidup yang saya lalui. 4.1. memiliki prinsip hidup berpijak pada

kebenaran.

4.2. mengoptimalkan setiap langkah yang dibuat dengan sungguh-sungguh. 4.3. Mengetahui tujuan hidup diri sendiri. 5.1. tidak mudah menunda pekerjaan dan

berpikir sebelum bertindak. 5.2. berfikir logis dan berlaku sesuai

norma social

5.3. berusaha tidak melakukan tindakan yang menyebabkan kerugian atau kerusakan padalingkungan, alam semesta dan makhluk hidup lainnya. (Zohar dan Marshall ,2007)

Perilaku etika dapat diartikan secara

1. Memahami perilaku sesuai kode etik

1.1. memahami kode etik profesi, jujur dalam menggunakan dan mengelola

(11)

11 Variabel dan Definisi Variabel Dimensi Indikator luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai. Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan berjalan dengan tertib. Arens (2012:60) 2. Melakukan tindakan konsisten dengan nilai dan keyakinan 3. Bertindak berdasarkan nilai dan norma meskipun sulit untuk melakukan 4. Bertindak berdasarkan nilai dan norma

walaupun ada resiko Jafar (2005)

sumber daya

1.2. mampu mengahayati kode etik dengan baik dalam berkerja.

1.3. Mengetahui, memahami peraturan-peraturan yang berlaku.

2.1. melakukan tindakan konsisten dengan nilai dan keyakinan.

2.2. Melakukan bahwa apa yang dilakukan itu tidak melanggar kode etik.

2.3. Mampu berperilaku dan bertutur kata yang sopan.

3.1. mengakui telah melakukan sebuah kesalahan secara terbuka dan jujur dalam segala hal.

3.2. Berbicara secara jujur tentang

ketidaketisan meskipun hasil itu akan menyakiti kolega.

3.3. Bersedia menerima sanksi yang ditetapkan atas pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku.

4.1. mengambil tindakan atas perilaku orang lain yang tidak etis.

4.2. Berani untuk mundur karena praktek kinerja yang tidak etis.

4.3. menentang orang yang mempunyai kekuasaan jika melakukan kesalahan demi menegakkan nilai dan norma. (Jafar ,2005)

Teknik Analisis Data Pretest

Uji validitas merupakan bukti bahwa instrumen, teknik, atau proses yang digunakan untuk menilai suatu konsep. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui valid atau tidaknya dalam suatu item pertanyaan (Sarjono & Julianita, 2011). Dalam uji validitas, untuk mengetahui ketepatan dari kuesioner dengan membandingkan r hitung dengan nilai r tabel. Jika rhitung >rtabel. atau sig < α = 0,05, maka pertanyaan tersebut dikatakan valid yang akan dibantu dengan menggunakan software SPSS.

Uji reliabilitas merupakan kendalaan pengukuran yang menunjukkan seberapa jauh pengukuran tersebut dilakukan tanpa bebas dari kesalahan (Sarjono & Julianita, 2011). Hal ini dilakukan menggunakan software SPSS yang memberikan fasilitas untuk mengukur

(12)

12

reliabilitas melalui uji statistik Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70.

Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas untuk menguji model regresi, variabel sebagai penganggu atau residual memiliki distribusi yang normal (Ghozali, 2016). Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, maka diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov, dengan ketentuan kriteria pengujian: (1) Jika angka signifikansi, maka sig > 0,05 menunjukkan data berdistribusi normal. (2) Jika angka signifikansi, maka sig < 0,05 menunjukkan data tidak berdistribusi normal.

Uji heteroskedastisitas untuk menguji model regresi apakah terjadi ketidaksesuaian varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Apabila varian dan residual dalam suatu pengamatan yang lain tetap sama maka disebut dengan homoskedastisitas (Ghozali, 2016). Uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji Gletjer menggunakan software SPSS, dimana kriteria pengujian: (1) Angka Signifikansi uji Gletjer Sig. > 0,05 menunjukkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. (2) Angka Signifikansi uji Gletjer Sig. < 0,05 menunjukkan model regresi mengandung heteroskedastisitas.

Uji linearitas untuk mengetahui apakah data yang dimiliki selaras dengan garis linear atau tidak. Sehingga, adanya peningkatan atau penurunan kuantitas pada salah satu variabel yang akan diikuti secara linear dari peningkatan atau penurunan kualitas di variabel lain (Sarjono & Julianita, 2011). Pengujian ini akan dilakukan menggunakan Test For Linearity yang ada pada software SPSS, dengan kriteria pengujian: (1) Jika Sig. Atau signifikansi pada Deviation from Linearity> 0,05, maka hubungan antar variabel adalah linear. (2) Jika Sig. Atau signifikansi pada Deviation from Linearity < 0,05 maka hubungan antar variabel adalah tidak linear.

Uji Multikolinearitas untuk mengetahui apakah terdapat korelasi atau hubungan anatara variabel independent. Untuk mengetahui ada atau tidaknya Multikolinearitas di antara variabel independent dapat dilihat melalui nilai toleran maupun Varian Inflation Factor (VIF), dengan kriteria pengambilan keputusan: (1) JIka nilai toleran > 0,10 atau nilai VIF < 10, maka tidak ada Multikolinearitas. (2) Jika nilai toleran ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, maka terdapat Multikolinearitas (Ghozali, 2016).

(13)

13 Uji Hipotensis

Dari data yang telah dikumpulkan, maka akan diolah dengan menggunakan alat analisa regresi berganda (Multiple Regression) dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Alat analisis regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Hasil regresi linear berganda akan dilakukan Uji Signifikansi Simultan (Uji F). Uji F merupakan pengujian terhadap koefisien regresi secara bersama-sama yaitu pengaruh dari seluruh variabel independen (X1, X2, X3) terhadap variabel dependen (Y). Sedangkan Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna menunjukan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen, yakni pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku etis, Pengaruh kecerdasan intelektual terhadap perilaku etis dan Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pretest

Pengujian dengan menggunakan software SPSS V.25 dapat membantu dalam proses pengerjaan pengolahan data, untuk pretest yang pertama yakni uji validitas. Untuk mengetahui tingkat keakuratan dari suatu kuesioner adalah dengan cara membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel. Jika rhitung lebih besar dari rtabel, atau sig < α = 0,05. R tabel untuk N=350 adalah 0,104, berdasarkan output uji validitas menggambarkan nilai rhitung untuk masing-masing variabel lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai rtabel. Uji validitas yang dilakukan kepada 350 sampel responden penelitian yang dapat dilihat pada lampiran 4.

Sedangkan untuk pretest berikutnya yakni uji reliabilitas, menggunakan nilai Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila menghasilkan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Sarjono & Julianita, 2011), dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil dari pengolahan data penelitian ini lolos uji validitas dan reliabilitas. Hasil nilai cronbanch alpha semua variabel lebih dari 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan variabel Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Etis dinyatakan dapat dipercaya sebagai alat ukur variabel yang ditunjukkan dalam Tabel 2.

(14)

14

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbanch

Alpha

Standar Reliabilitas

Keterangan

Kecerdasan Intelektual(X) 0,845 0,70 Reliabel

Kecerdasan Emosional(X) 0,752 0,70 Reliabel

Kecerdasan Spiritual(X) 0.900 0,70 Reliabel

Perilaku Etis(Y) 0,885 0,70 Reliabel

Sumber: Data Primer,2018

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas Hasil menunjukkan bahwa nilai signifikansinya adalah 0.200, dan lebih besar dari 0.05 maka dari itu data yang diperoleh berdistribusi normal, hasil dapat dilihat pada Lampiran 11.

Uji heterokedastisitas hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen pada persamaan regresi 1 (Kecerdasan Intelektual) tidak terbukti signifikan pada nilai absolutnya, yaitu Kecerdasan Intelektual (0,188). Variabel independen persamaan regresi 2 (Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual) tidak terbukti signifikan pada nilai absolutnya, yaitu Kecerdasan Intelektual (0,188), Kecerdasan Emosional (0,500), dan Kecerdasan Spiritual (0,17). Hasil tersebut menunjukkan bahwa model persamaan regresi 1 variabel Kecerdasan Intelektual terbebas dari penyimpangan heteroskedastisitas. Hasil dari uji Heterokedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 12.

Uji Linearitas berdasarkan hasil yang didapat yang dapat dilihat pada lampiran 13, terlihat bahwa semua variabel berdistribusi secara linear, karena nilai dari Deviation from Linearity variable 1 (0,39), variabel 2 (0,486) dan variabel 3 (0,152) yang artinya nilai tersebut lebih besar dari 0.05.

Uji Multikolinearitas berdasarkan tabel uji Multikolinearitas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan dari nilai collinearity statistic menunjukkan tidak ada variabel independen dengan nilai tolerance ≥ 0,10, dan hasil perhitungan nilai VIF ≤ 10 (hasil dapat dilihat pada Lampiran 14).

(15)

15 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai karakteristik responden sebanyak 350 orang yang merupakan Mahasiswa, yang terdiri dari asal universitas, fakultas, tahun angkatan, usia, dan jenis kelamin yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Universitas Universitas Kristen Satya Wacana 215 61 %

Unika Soegijapranata 80 22%

Dian Nuswantoro 25 7%

Muhammadiyah Semarang 15 4 %

Universitas Stikubank 15 4 %

Total 350 100%

Fakultas Ekonomi Bisnis 125 35%

Bahasa 25 7% Pertanian 30 8% Teologi 25 7% Teknologi Informasi 1 0,2% Hukum 40 11% Psikolog 15 4% Teknologi Pangan 1 0,2% Kedokteran 15 4% Ilmu Budaya 8 2% Fiskom 65 18% Total 350 100% Tahun Angkatan 2013 1 0,2% 2014 2 0,5% 2015 150 42% 2016 55 15% 2017 75 21% 2018 67 19% Total 350 100% Usia <20 167 47% 20-24 173 49% >25 10 2% Total 350 100% Jenis Kelamin Perempuan 270 77% Laki - Laki 80 22% Total 350 100%

Sumber: Data Primer,2018

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 350 orang responden didominasi oleh Universitas Kristen Satya Wacana sebesar 61 persen. fakultas yang mendominasi yakni Ekonomi bisnis dengan persentase 35 persen. Usia yang mendominasi yakni rentang usia 20 sampai kurang

(16)

16

dari 24 tahun dengan persentase 49 persen. Sedangkan usia dengan persentase paling sedikit adalah rentang usia lebih dari 25 tahun dengan persentase 2 persen. Kemudian untuk jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan dengan persentase 77 persen dan untuk yang terendah adalah laki – laki dengan persentase 22 persen.

Data Deskriptif kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa

Untuk menunjukkan rentang skala Likert dari rata-rata jawaban responden kuesioner dengan ketiga variabel dalam penelitian ini, maka dapat diperoleh dengan rumus:

Interval ∶ Nilai Max − Nilai Min Jumlah Kelas =

5 − 1

5 = 0.8

Tabel 4. Tingkat Kategori Variabel

Range Keterangan 4.20 – 5.00 Sangat Tinggi 3.40 – 4.19 Tinggi 2.60 – 3.39 Sedang 1.80 – 2.59 Rendah 1.00 – 1.79 Sangat Rendah Sumber: Data Primer, 2018.

Bahwa rata – rata dan kategori variabel sebagai berikut: Tabel 5. Kecerdasan Emosional

No Pernyataan Mean Kategori

Self awareness

1 Saya mengetahui emosi, kelebihan serta kekurangan saya sendiri

4,19 Tinggi 2 Saya mampu mengidentifikasikan emosi orang lain 3.78 Sedang 3 Saya mampu menghargai diri serta kemampuan yang saya

sendiri

4.14 Tinggi 4 Saya mampu menghargai kemampuan yang saya miliki 4.16 Tinggi

Rata – rata Self awareness 4.07 Tinggi

No Pernyataan Mean Kategori

Self Management

5 Saya dapat mengendalikan diri saya dalam situasi apapuan 3.76 Sedang 6 Saya dapat mengendalikan konflik serta mencairkan

suasan tegang atau sulit dalam situasi apapun

3. 61 Tinggi 7 Saya dapat bertanggujawab penuh atas kinerja pribadi 4.06 Tinggi

(17)

17

Rata – rata Self Management 3.81 Tinggi

No Pernyataan Mean Kategori

Motivation

8 Saya dapat meningkatkan pretasi dengan melakukan inisiatif serta bertindak secara efektif

4.06 Tinggi 9 Saya memiliki tujuan masa depan jelas, serta berhasrat

untuk mencapainya.

4.20 Sangat Tinggi 10 Komitmen yang saya buat harus tercapai, meskipun

dengan penuh pengorbanan

4.24 Sangat Tinggi 11 Saya selalu bersikap optimis terhadap komitmen yang

saya buat

4.16 Tinggi

Rata- rata Motivation 4.17 Tinggi

No Pernyataan Mean Kategori

Empathy

12 Saya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti kesedihan dan kesenangan

4.02 Tinggi 13 Saya mampu mengantisipasi, mengenali, serta memenuhi

kebutuhan orang lain

3.62 Sedang

Rata – rata Empathy 3.82 Tinggi

No Pernyataan Mean Kategori

Relationship Management

14 Saya dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain

4.19 Tinggi 15 Saya mampu memahami, berdiskusi hingga

menyelesaikan masalah dengan orang lain

4.1 Tinggi 16 Saya dapat berkomunikasi serta menyampaikan pesan

dengan baik kepada orang lain

4.06 Tinggi

Rata – rata Relationship Management 4.12 Tinggi

Rata – rata Kecerdasan Emosional 4.02 Tinggi

Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari variabel kecerdasan emosional sebesar 4,02 termasuk dalam kategori tinggi. Nilai rata-rata yang paling tinggi terdapat pada pernyataan “Saya memiliki tujuan masa depan jelas, serta berhasrat untuk mencapainya”, dengan nilai rata-rata 4.20. Sedangkan, nilai rata-rata yang mendapatkan kategori sedang ada tiga pernyataan yaitu “Saya mampu mengidentifikasikan emosi orang lain”, dengan nilai rata-rata 3.78, “Saya dapat mengendalikan diri saya dalam situasi apapuan.” dengan nila rata-rata- rata-rata 3.76 dan untuk nilai rata-rata sedang terakhir pernyataan “Saya mampu mengantisipasi, mengenali, serta memenuhi kebutuhan orang lain”, dengan nilai rata-rata 3.62

Tabel 6. Kecerdasan Intelektual

No Pernyataan Mean Kategori

Kemampuan memecahkan masalah

1 Saya memiliki kemapuan berfikir atau menganalisis setiap masalah

(18)

18

No Pernyataan

Mean Kategori 2 Saya selalu berfikir secara analisis serta kritis dalam

setiap pengambilan keputusan

3.73 Tinggi 3 Saya memiliki kemampuan logika dalam menemukan

fakta yang akurat serta memprediksi resikonya

3.74 Tinggi

Rata – rata Kemampuan memecahkan masalah 3.78 Tinggi

No Pernyataan Mean Kategori

Kemampuan verbal

4 Saya memiliki kemampuan memahami bacaan dalam melakukan pekerjaan.

3.89 Tinggi 5 Saya mampu memahami peryataan-peryataan yang

belum diketahui

3.53 Tinggi 6 Saya suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya

analisis

3.55 Tinggi

Rata – rata Kemampuan verbal 3.66 Tinggi

No Pernyataan Mean Kategori

Kemampuan numerik

7 Saya dapat berhitung dengan cepat dalam meyelesaikan suatu pekerjaan

3.60 Tinggi 8 Saya cepat dalam mengangkap serta mengolah angka

atau data

3.54 Tinggi

9

Saya sangat penasaran jika suatu pekerjaan yang sangat rumit atau behubungan dengan angka belum diketahui hasilnya yang benar.

3.87 Tinggi

Rata – rata Kemampuan numerik 3.67 Tinggi

Rata – rata Kecerdasan Intelektual 3.70 Tinggi

Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari variabel kecerdasan intelektual sebesar 3.70 termasuk dalam kategori tinggi. Jika dilihat pada tabel diatas terlihat tiga pernyataan yang memperoleh nilai rata-rata sangat tinggi yaitu “Saya memiliki kemampuan memahami bacaan dalam melakukan pekerjaan.”,dengan nilai rata-rata 3.89, kemudian “Saya memiliki kemapuan berfikir atau menganalisis setiap masalah”, dengan nilai rata-rata 3.87, “Saya sangat penasaran jika suatu pekerjaan yang sangat rumit atau behubungan dengan angka belum diketahui hasilnya yang benar.” dengan nilai rata-rata 3,87. Akan tetapi untuk nilai rata-rata yang paling tinggi terdapat pada pernyataan. Sedangkan, nilai rata-rata yang paling rendah terdapat pada pernyataan “Saya mampu memahami peryataan-peryataan yang belum diketahui”, dengan nilai rata-rata 3.53.

Tabel 7. Kecerdasan Spiritual

(19)

19

Kemampuan bersikap fleksibel Mean Kategori

1 Saya dapat menempatkan diri serta menerima pendapat orang lain secara terbuka

4.17 Tinggi 2 Saya secara spontan akan beradaptasi dengan susasana

yang baru

4.00 Tinggi 3 Saya dapat berhubungan baik dengan orang lain yang

beda pendapatnya

4.04 Tinggi Rata – rata Kemampuan bersikap fleksibel 4.07 Tinggi

No Pernyataan Mean Kategori

Tingkat kesadaran diri yang tinggi

4 Saya dapat mengiritik diri saya sendiri serta mengetahui tujuan visi hidup

4.11 Tinggi 5 Saya menyadari posisi saya di antara teman- teman saya 4.16 Tinggi 6 Saya memiliki pemahaman yang mendalam tentang

kehidupan spiritual

3.68 Tinggi Rata – rata Tingkat kesadaran diri yang tinggi 3.98 Tinggi No

Pernyataan Mean Kategori

Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan melampaui rasa sakit.

7 Saya mampu menghadapi masalah tanpa penyesalan, tetap tersenyum serta bersikap tenang dan berdoa.

3.88 Tinggi 8 Saya selalu berfikir positif dalam menghadapi persoalan

hidup yang sedang dialami

3.96 Tinggi 9 Saya dapat menemukan hikmah dalam perjalanan hidup

yang saya lalui

4.18 Tinggi Rata – rata Kemampuan untuk menghadapi dan

memanfaatkan penderitaan dan melampaui rasa sakit.

4.01 Tinggi Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

10 Saya memiliki prinsip hidup berpijak pada kebenaran 4.13 Tinggi 11 Saya selalu mengoptimalkan setiap langkah yang di

buat dengan sungguh - sungguh

4.09 Tinggi 12 Saya mengetahui tujuan hidup diri sendiri 4.06 Tinggi

Rata – rata Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

4.09 Tinggi

No

Pernyataan Mean Kategori

Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

13 Saya tidak mudah menunda pekerjaan serta berfikir sebelum bertindak

3.63 Tinggi 14 Saya berusaha tidak melakukan tindakan yang

merugikan kerusakan pada lingkungan

4.10 Tinggi Rata – rata Keengganan untuk menyebabkan kerugian

yang tidak perlu

3.87 Tinggi

Rata – rata Kecerdasan Spiritual 4.01 Tinggi

Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari variabel kecerdasan spritual sebesar 4.01termasuk dalam kategori tinggi. Nilai rata dari kecerdasan spiritual semua nilai

(20)

rata-20

rata dengan kategori tinggi. Akan tetapi nilai rata-rata yang paling tinggi terdapat pada pernyataan “Saya dapat menemukan hikmah dalam perjalanan hidup yang saya lalui”, dengan nilai rata-rata 4.18. Sedangkan, nilai rata-rata yang paling rendah terdapat pada pernyataan “Saya tidak mudah menunda pekerjaan serta berfikir sebelum bertindak”, dengan nilai rata-rata 3.63

Tabel 8. Perilaku Etis

No Pernyataan

Mean kategori Memahami perilaku sesuai kode etik

1 Saya memiliki kemampuan berfikir atau menganalisis setiap masalah

3.94 Tinggi 2 Saya selalu berfikir secara analisis serta kritis dalam setiap

pengambilan keputusan

3.89 Tinggi 3 Saya memahami kode etik profesi serta jujur dalam

meggunakan, mengelola sumber daya

3.99 Tinggi 4 Saya mampu menghayati kode etik dengan baik dalam

bekerja

3.97 Tinggi 5 Saya mengetahui, memahami peraturan-peraturan yang

berlaku

4.17 Tinggi Rata – rata Memahami perilaku sesuai kode etik 3.99 Tinggi No

Pernyataan Mean Kategori

Melakukan tindakan konsisten dengan nilai dan keyakinan

6 Saya melakukan tindakan konsisten dengan nilai dan keyakinan

4.02 Tinggi 7 Saya melakukan bahwa apa yang saya lakukan tidak

melanggar kode etik

4.06 Tinggi 8 Saya mampu berprilaku serta bertutur kata yang sopan 4.14 Tinggi Rata – rata Melakukan tindakan konsisten dengan nilai dan

keyakinan

4.07 Tinggi

No

Pernyataan Mean Kategori

Bertindak berdasarkan nilai dan norma meskipun sulit untuk melakukan

9 Saya selalu mengakui telah melakukan sebuah kesalahan secara jujur dalam segala hal

3.99 Tinggi 10 Saya dapat berbicara secara jujur tentang ketidaketisan

meskipun hasilnya akan meyakitkan seseorang

3.94 Tinggi 11 Saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan atas

pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku

4.11 Tinggi Rata – rata Bertindak berdasarkan nilai dan norma

meskipun sulit untuk melakukan

4.01 Tinggi

No

Pernyataan Mean Kategori

Bertindak berdasarkan nilai dan norma walaupun ada resiko

12 Saya selalu mengambil tindakan atas perilaku orang lain yang tidak etis

3.66 Tinggi 13 Saya sangat berani untuk mundur karena praktek kinerja 3.89 Tinggi

(21)

21

No Pernyataan

Mean kategori yang tidak etis

Rata – rata Bertindak berdasarkan nilai dan norma walaupun ada resiko

3.78 Tinggi

Rata – rata Perilaku Etis 3.98 Tinggi

Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari variabel perilaku etis sebesar 3.98 termasuk dalam kategori tinggi. Nilai rata-rata dari kecerdasan spiritual semua nilai rata-rata dengan kategori tinggi. Akan tetapi nilai rata-rata yang paling tinggi terdapat pada pernyataan “Saya mengetahui, memahami peraturan-peraturan yang berlaku”, dengan nilai rata-rata 4.17. Sedangkan, nilai rata-rata yang paling rendah terdapat pada pernyataan “Saya selalu mengambil tindakan atas perilaku orang lain yang tidak etis”, dengan nilai rata-rata 3.66. Hasil Uji Hipotesis

Pada penelitian ini, diduga bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh positif terhadap perilaku etis. α 0,1. Penilitian ini mengunakan α 0,1 karena banyak populasi dan sampel telalu sedikit atau tidak sesuai dengan populasi yang ada dan alpha dapat di besarkan. Berdasarkan Tabel uji Regresi berganda bahwa nilai signifikansinya 0.124 yang dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap perilaku etis tidak diterima. Hipotesis yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku etis. Berdasarkan tabel uji Regeresi berganda nilai dari hasil mendapatkan nilai signifikan 0.083 dan 0,066 yang dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.1. Dengan demikian disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual diterima. Hasil dari uji regesi berganda dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 37.736 4.024 9.379 .000 K emosional .077 .050 .087 1.540 .124 K intelektual .101 .058 .097 1.738 .083 K spritual .103 .056 .101 1.845 .066

(22)

22

Dapat dilihat pada tabel dibawah ini, bahwa 𝑅2 yang dihasilkan atau jika dipersenkan menjadi 3.4 persen. Hasil uji 𝑅2 dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10. Hasil Rsquare

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .196a .039 .030 6.073

a. Predictors: (Constant), K spritual, K intelektual, K emosional

Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di universitas swasta Salatiga dan Semarang, terlihat bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh positif terhadap perilaku etis dan kecerdasan intlektual, kecerdasan sptitual berpengaruh positif terhadap perilaku etis. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan terlihat nilai signifikansi kecerdasan emosional yang didapatkan sebesar 0.124 yang berarti nilai tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang dibuat tidak dapat diterima, dan kecerdasan inteletual, kecerdasan spiritual mendapatkan hasil yang didapat sebesar 0,083 dan 0,066 yang berarti nilai tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang dibuat dapat diterima .Hasil penilitian ini sedikit beda dari penelitian yang dilakukan oleh Sipayung dan Simanjorang (2012) dimana penelitian tersebut mengatakan jika kecerdasan emosional berpengaruh secara positif hal ini disebabkan karena ketika seorang mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang baik maka itu juga akan mepengaruhi sikap etis seseorang. Akan tetapi hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Alvis (2015) yang menyatakan bahwa Kecerdasan Emosional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Etis, Kecerdasan emosional diukur dengan indikator-indikator nyata pada saat ini yang dialami mahasiswa sehingga dalam mengisi kuesioner mengenai kecerdasan emosional mereka benar-benar mengisi sesuai dengan apa yang mereka rasakan saat ini sehingga hasil kuesioner relatif berada pada nilai yang rendah. Dalam penelitian ini pun mengatakan hasil 𝑅2 kecil dikarenakan besaranya varian error dan nilai koefisien determinasi model regresi linear itu semakin kecil. 𝑅2 kecerdasan emosioanal kecil dikarenakan jika seseorang tidak bisa mengontrol emosinya maka seseorang cenderung tidak bisa berprilaku etis atau baik.

kecerdasan Emosional menyangkut kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri, mengelola emosi, mengungkapkan dan memahami serta memantau perasaan.

(23)

23

Kecerdasan Emosional memungkinkan seseorang untuk memahami situasi sekeliling sehingga dapat bersikap dan dapat menempatkan diri dengan baik. Kecerdasan Emosional berkaitan dengan rasa senang, rasa sedih, empati, motivasi, pengaturan diri, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya Kecerdasan Emosional yang baik, setiap individu mampu menangani dan mengelola emosi. Selain itu, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif.

Hasil penelitian kecerdasan intelektual berpengaruh positif penelitian yang dilakukan oleh Sujana et al (2017) memiliki hasil yang sama mengatakan bahwa kecerdasaan intelektual berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis, karena jika kecerdasan intelektual semakin tinggi, maka perilaku etis juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini sedikit beda dari pelinitian yang dilakukan Sipayung dan Simajorang (2012) yang mengatakan bahwa kecerdasan intelektual tidak berpengaruh terhadap perilaku etis. Tidak selamanya seseorang mahasiswa yang pintar memiliki sikap etis yang baik. 𝑅2 kecerdasan intelektual kecil karena lingkungan mahasiswa masih beranggapan bahwa jika seseorang mendapatkan nilai yang baik atau bagus dianggap seseorang pintar, dan sebaliknya jika mahasiwa yang mendapatkan nilai kecil dianggap seseorang tersebut bodoh, jadi dapat disumpulkan bahwa seseorang masih memiliki pemikiran seperti itu maka seseorang tidak dapat berprilaku etis.

Hasil penelitian Kecerdasan Spiritual penelitian yang dilakukan oleh Sipayung dan Simanjorang (2012) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku etis mahasiswa. Persamaan dari penelitian ini adalah jika kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk membentuk karakternya. Hasil dari Sari (2016) mengatakan bahwa kecerdasaan spiritual tidak berpengaruh deng perilaku etis mahasiswa. 𝑅2 masih banyak orang yang beranggapan bawah jika kita dekat dengan Tuhan maka etika kita akan baik juga

Pada penelitian yang sudah dilakukan terlihat bahwa nilai rata-rata kecerdasan emosional masuk dalam kategori tinggi yang dimana tetapi tidak bepengaruh secara signifikan. Walupaun tidak berpengaruh secara signifikan untuk meyembingkan agar bepernguh terhadap perilaku etis harus memilik kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Covey (2005) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang untuk mengulas, berpikir dan cara menentukan hubungan benar dan salah, berpikir secara abstrak, menggunakan bahasa, dan memahami sesuatu. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan berada di diri kita yang paling dalam, berhubungan dengan kearifan di luar ego.

(24)

24

Kecerdasan spiritual adalah kesadaran manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi juga secara inovatif menemukan nilai-nilai yang baru (Zohar & Marshall, 2000:8-9).

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap perilaku etis akan tetapi kecerdasaan emosional tidak berpengaruh terhadap perilaku etis.

Implikasi Terapan

Dilihat dari variabel kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap perilaku etis, masalah banyak orang yang tidak dapat mengendalikan emosional dengan baik. Cara untuk mengendalikan emosional diri kita, yaitu: sadar diri, tidak tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia Mayer (Goleman, 2002: 65). Tiga model pengendalian emosi yang dilakukan oleh seseorang ketika menghadapi situasi emosi, yaitu pengalihan, penyesuaian kognitif, dan strategi koping. Hasil penelitian ini di gunakan untuk mahasiswa disaat masuk dunia kerja dengan ada pengendalian emisional mahasiswa dapat mengenadalikan emosi mereka disaat masuk dunia kerja.

Implikasi Teoritis

Dari hasil uji regersi berganda yang sudah dilakukan terlihat bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan spritual berpengaruh terhadap perilaku etis, yang dimana dapat dilihat bahwa hipotesis yang dibangun dapat diterima. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang sudah dilakukan oleh Sujana et al (2017) memiliki hasil yang sama mengatakan bahwa kecerdasaan intelektual berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis, jika kecerdasan intelektual semakin tinggi, maka perilaku etis juga semakin tinggi. Dan untuk kecerdasan spiritual Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sipayung dan Simanjorang (2012) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku etis mahasiswa. Kecerdasan spiritual merupakan variable yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku etis.

(25)

25

Keterbatasan Penelitian dan Usulan Penelitian Yang Akan Datang

Keterbatasan pada peneltian kali ini bahwa variabel Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dinilai berdasarkan presepsi mahasiswa, sehingga memungkinkan penilaian terlalu tinggi. Penelitian ini juga memakai α sebesar 0,1. Operasional variable dapat dilihat bawha definisi dan sumber diambil dari peneliti yang berbeda.

Kecerdasan emosional pada penilitian ini tidak berpengaruh terhadap etika untuk Peneliti selanjutnya hendaknya kecerdasan emoasional diteliti dengan dimoderasi oleh faktor seperti usia karena usia mepengaruhi kecerdasan emosional.

(26)

26 DAFTAR PUSTAKA

Adinda, K., & Rohman, A. (2015). Pengaruh Kecerdasaan Emosional Dan Kecerdasaan Intelektual Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntasi Dalam Praktik Pelaporan Keuangan. Diponogoro

JournalL Of Accounting, Vol 4 No 2 Hal 1-10.

Agustian, & Ginanjar, A. (2007). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. Jakarta: the ESQ way 165.

Agustini, S., & Herawati, N. (2013). Pengaruh Kecerdasaan Intelektual,Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasaan Spritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa S1 Akuntasi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol 1, No 1.

Amanda, G., & Ras, N. M. (2009). Masyarakat Majemuk II Strereotype, Prasangka, Pluralisme. hal 10. Anastasi, Anna, Urbina, Susana. (1997). Tes Psikologi (edisi bahasa Indonesia jilid 1). jakarta:

Gramedia.

Andriani, G. M., & Djalali, A. (2012). Organizational Citizenship Behavior dan Kepuasan Kinerja. Jurnal

Penelitian Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Vol 2.

Ant, & Vin. (2011). Palsukan Sertifikat TOEFL 151 Mahasiswa Tak Diwisuda. Surabaya: Liputan6. Apriyanti, Taufik, T., & Hasana, M. A. (2014). Pengaruh Kecedasaan Emosional, Kecerdasaan

Sprititual Dan Perilaku Etis Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah. Jurnal Online Mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Riau (JOM FE UNRI).

Ardana, I. C., Aritonang, L. R., & Dermawan, E. S. (2013). Kecerdasan Intelektual, Kecerdasaan Emosional, Kecerdasaan Spiritual, Dan Kesehatan Fisik Untuk Memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntasi. Jurnal Akuntasi, Vol XVII No 03.

Ashley, S., & Tommy, N. (2014). Social Loafing : A Review of the Literature. Journal of Management

Policy and Practive, vol. 15.

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Covey, Stephen. R,

“The 8th Habit”. Jakarta: PT. Gramedia, 2005.

Bertens, A. (2007). Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Broadbridge, A., & Hearn, J. (2008). Gender and Management: New directions in research and continuing patterns in practice. British Journal of Management, Vol 19.

Budihardjo, A. (2014). Menuju Pencapaian Kinerja Optimum. Prasetiya Mulya Publishing. Bukhari, Z., Ali, U., Shahzad, K., & Bashir, S. (2009). Determinants of Organizational Citizenship

Behavior in Pakistan. International Review of Business Research Papers, 132-150.

Covey, Stephen R. (2005). The 8th: Habit Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(27)

27

Dewanto, A. M., & Nurhayati, S. (2015). Pengaruh Kecerdasaan Emosional Dan Kecerdasaan Spiritual Terhadap Sikap Etis Dan Prestasi Mahasiswa Akuntasi. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan

Teknologi 23 (1).

Dwijayanti. (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spritual dan Kecerdasan Sosial Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntasi. Skripsi Fakultas Ekonomi,

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" . jakarta.

Farhan, M., & Niaz, A. (2012). Job Satisfaction as a Predictor of Organizational Citizenship Behavior A Study of Faculty Members at Business Institutes. Interdisciplinary Journal of Contemporary

Research In Business, Vol 3, No 9, 1447-1455.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariance dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro .

Gibson, I., & Donnelly. (2011). Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Salemba empat.

Goleman, Daniel. (2005). Kecerdasan Emosi: Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terjemahan Alex Tri

Kantjono. jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2006). Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Himaya. (2013). Abstrak Pengaruh Kecerdasaan Emosional, Kecerdasaan Intelektual Dan Kecerdasaan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntasi Universitas Negri Yogyakarta. Journal Student UNY, Vol 1 No 5.

Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2011). Social Psychology. England: Education Limited.

Hooigaard, R. T. (2006). The Effect of Team Cohesion on Social Loafing in Relay Teams . International

Journal of Applied Sport Sciences , 18(1), 59-73.

Ika, D. (2011). Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Terhadapa Sikap Etis Mahasiswa Akuntasi Dipandang Dari Segi Gender. Jurnal Keuangan & Bisnis, Vol 3 No 2.

J, B. (2012). Pengaruh Budaya Organisasi dan Organization Citizenship Behaviour (OCB) Terhadap Kualitas Layanan (Studi kasus pada Rumah Sakit Utama Daerah Kota Tasikmalaya). Jurnal

Akuntansi, Vol 10 No. 1.

Jackson, J. M. (1985). Equity in Effort : An Explanation of Social Loafing Effect. Journal of Personality

and Social Psychology , Vol. 49: 1199-1206.

Jackson, J. M. (1985). Social loafing on Difficult Task: Working Collectively Can Improve Performance.

Journal of Personality and Social Psycholoogy, Vol.49 : 937-942.

Jafar, H.T Redwan dan Sumiyati. (2005). Kode Etik dan Standar Audit, Diklat Pembentukan Auditor Terampil. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP, Jakarta.

Juniawan, K. H., Wahyuni, M. A., & Sujana, E. (2017). Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal,

Kecerdasaan Intelektual (IQ) Dan Kecerdasaan Spiritual (SQ) Terhadap Perilaku Etis Auditor Di Pemerintahan Daerah. Jurusan Akuntasi Program S1 , Vol 8 No 2.

(28)

28

Karadal, Himeet dan Muhammet Saygm. (2013). An Investigation of the Relationship between Social Loafing and Organizational Citizenship Behavior. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 206-215.

King, J. E., & William, I. O. (2010). Workplace Religious Expression, Religiosity and Job Satisfaction: Clarifying a Relationship. Journal of Management, volume 2.

Konrad, A. M., Ritchie, J. E., Lieb, P., & Corrigall, E. (2005). Sex Differences and Similarities in Job Attribute Preferences: A Meta-Analysis. Psychological Bulletin, Vol. 126: 593-641. Lisda, A. (2009). Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasaan

Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Serta Dampak Pada Kinerja. Jurnal Universitas lslam

Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta.

Ludigdo, U. (2006). Jurnal Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik. UNBRA,Padang, SNA IX. Mahadewi, D. P., Diatmika, I. P., & Adiputra, I. M. (2015). Pengaruh Intelligence Quotient (IQ), Dan

Emotional Spiritual Quotients (ESQ) Terhadap Perilaku Etis Profesi Akuntan Publik Dengan Locus Of Control Sebagai Variabel Moderasi. Jurusan Akuntasi Program S1 , vol 3 No 1. Manga, P. L. (2011). Hubungan Kecerdasaan Emosional Dengan Pengalaman Kerja Dan Prestasi

Akademik Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta. UAJY. Myers, D. G., & DeWall, C. N. (2014). Teaching current directions in psychological science.

Association for Psychological Science Observer, Vol. 3.

Myres, D. G. (2012). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika. Nielsen, S. S. (2010). Introduction to Food Analysis . USA: Springer. Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Organ, D. P. (2006). Organizational Citizenship Behavior : It's nature, antecendent, and consequences. California: Sage Publication.

Oxford. (2011). Oxford Learner's Pocket Dictionary. New York: Oxford University Press. Partini. (2013). Bias Gender dalam Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Piezon, S., & Ferree, W. (2008). Perseptions of Social Loafing in Online Learning Groups : A Study of Public University and U.S Naval War College students. Vol 9, 112-126.

Pujisari, Y. (2010). Pengaruh Peran Gender Terhadap Kepuasan Kerja, Stress Kerja dan Keinginan Berpindah (Studi Kasus Kantor Akuntan Publik. Jurnal Solusi, Vol. 5 No 2.

Robert, O. A., & Maruping, L. (2009). Social Loafing in Brainstroming CMC Teams : The Role of Moral Disengagement. Proceedings of the 42nd Hawaii International Conference on System

(29)

29

Sabiq, Z., & Djalali, M. A. (2012). Kecerdasaan Emosi, Kecerdasan Spritual Dan Perilaku Prososial Santri Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan. Jurnal Psikologi Indonesia, Vol 1 no2,hal 53-65.

Sari, G. A. (2016). Pengaruh Kecerdasaan Spiritual,Kecerdasaan Emosional Dan Locus Of Control Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntasi. Jurnal Akuntansi 4.1.

Sarjono, H. d. (2011). SPSS vs LISREL : Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat.

Sarwako. (2007). Statistik Infrensi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta.

Sarwono, S. W., & Eko, A. M. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business : A Skil-Building Approach . New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sesen, H., Semih, S., & Ebru, C. (2014). Dark Side of Organizational Citizenship Behavior (OCB): Testing a Model between OCB, Social Loafing, and Organizational Commitment.

International Journal of business and Social Science, Vol. 5, No. 5.

Shapiro, L.E. (2003). Mengajarkan Emosional Intelligence pada anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Simanjorang, D., & Sipayung, F. (2012). Pengaruh Kecerdasaan Intelektual,Kecerdasaan Emosional Dan Kecerdasaan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi, vol 15, No 2.

Sinuko, D. (2018). Unnes 'Skorsing' Mahasiswa Pengkritik Menristekdikti. Semarang: CNN Indonesia. Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual &

SPSS. Jakarta: Kencana.

Sojka, Jane. Z. dan Deeter-Schmelz, Dawn. R. (2002). American Journal of Business. Enhancing The

Emotional of Salespeople, Spring, vol. 17 no. 1, hal 43-50.

Subana, M. &. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet.

Sukidi. (2004). Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa S Q Lebih Penting dari Pada IQ dan EQ. Jakarta: Gramedia.

Supriyanto, A. S., & Troena, E. A. ( 2012). Pengaruh Kecerdasaan Emosional Dan Kecerdasaan Spiritual Terhadap Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja Dan Kinerja Manajer.

Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol 10 No 4.

Sutardjo. A Wiamiharja. (2003). Keeratan Hubungan Antara Kecerdasan, Kemauan dan Prestasi Kerja. Jurnal Psikologi, Vol.11, No1, Maret 2003.

(30)

30

Tan, H. H., & Tan, M. L. (2008). Organizational Citizenship Behavior and Social Loafing: The Role of Personality, Motives, and Contextual Factors. The Journal of Psychology, 142(1), 89-108. Taylor, S. E. (2009). Psikologi Sosial edisi ke 12. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tikollah, M. R., Triyuwono, I., & Ludigdo, U. (2006). Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makasar Provinsi SulawesiSelatan). Proceeding Simposium

Nasional Akuntansi, IX, 1-25.

Utama. (2009). Pengertian Kecerdasan Emosional. Jurnal Psikologi.

Utami, P. (2012). Ada Sindikat Pemalsuan Ijazah Mahasiswa Unissula. Semarang: Kompas.com. Utomo, D. (2010). Hubungan Antara Social Loafing dengan Prokrastinasi Akademik . Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta .

Wiramiharja S. A. (2003). Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT Refika Aditama.

Ying, X., Li, H., Jiang, S., Peng, F., & Lin, Z. (2014). Group Laziness : The Effect of Social Loafing on Group Performance. Social Behavior and Personality, 42(3), 465-472.

Zahra, Yunita, Rika Eliana dan Zuhdi Budiman. (2015). Peran Jender dan Social Loafing Tendency terhadap Prestasi Akademik dalam Konteks Pembelajaran Kooperatif. Psikologia, Vol, 10, No. 1, Hal 1-9.

Zakiah, D. (2013). Pendekatan Psikologis dan Fungsi Keluarga dalam Menagulangi Kenakalan

Remaja. Semarang.

zhacky, M. (2018). Fenomena Aturan Etika Mahasiswa Dosen,Ini Kata Pakar Komunikasi UI. Jakarta: detikNews.

Zohar, dan Marshall, I. (2007). SQ: Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence. Alih Bahasa

Gambar

Gambar 1. Model penelitian
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 3. Karakteristik Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tässä tutkimuksessa vertailtiin vuoden 2009 jälkeisten TAYS:ssa diagnosoitujen narkolepsiapotilaiden unen laatua ennen vuotta 2009 sairastuneiden unen laatuun.. Aineisto ja

Faktor internal meliputi kesehatan, (I Q ) seseorang, Perhatian siswa, Minat, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

Imago yang keluar dipindahkan ke dalam kotak pemeliharaan lain (20 x 20 x 30 cm) berisi kentang yang telah dilukai agar larva yang baru menetas bisa dengan mudah

Artikel ini menyajikan hasil penelitian tentang karakteristik komunikasi lisan calon guru fisika, Kegiatan yang dilakukan adalah peneliti dan guru mengobservasi

Dalam rangka memaksimalkan penggunaan layanan yang tersedia bagi setiap klasifikasi LNP dan penerapan manajemen risiko, Bank melakukan evaluasi secara berkala atas

PROGRAM : PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA KANTOR BANK BENGKULU PEKERJAAN : PEMBANGUNAN POS JAGA/ ATM BANK BENGKULU CABANG MUKO MUKO LOKASI : MUKO MUKO.. VOLUME : 12.5

Menurut Sutiarti &amp; Edi (2017:26) Media Interaktif adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan software dan hardware yang bisa digunakan sebagai perantara dalam

DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur)” dengan baikv. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk