• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Teknik Pembakaran Terkendali Dalam Upaya Pemeliharaan Savana Bekol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Teknik Pembakaran Terkendali Dalam Upaya Pemeliharaan Savana Bekol"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kegiatan

Pengendali Ekosistem Hutan

Ujicoba Teknik Pembakaran Terkendali Dalam Upaya

Pemeliharaan Savana Bekol

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

2004

(2)

2 BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telah diketahui bahwa sebenarnya savana dapat terbentuk akibat adanya kebakaran berulang yang terus menerus. Begitu pula Savana Bekol yang merupakan salah satu savana yang terdapat di Taman Nasional Baluran , Jawa Timur. Ekosistem savana ini merupakan ekosistem klimaks karena pengaruh kebakaran (fire climax

vegetation). Luas savana ini adalah ± 450 hektar dan sebagian besar bertopografi

datar (kelerengan 0 – 2 %). Savana ini memegang peranan penting bagi Taman Nasional Baluran karena merupakan ekosistem yang unik, habitat berbagai spesies satwa liar, menyuguhkan panorama alam yang sangat indah dan merupakan obyek penelitian serta pendidikan.

Tanaman Acacia nilotica diperkirakan mulai tersebar di Taman Nasional Baluran sejak tahun 1963 dan pada 1969 dimanfaatkan sebagai tanaman sekat bakar. Fungsi dari tumbuhan ini berjalan dengan baik, sehingga seja tahun 1969 tersebut relatif tidak pernah terjadi kebakaran besar di savana ini. Sejak tahun 1980-an Acacia

nilotica mulai menyebar hingga sekarang ke beberapa savana, yaitu bagian timur laut

kawasan, Bekol, Balanan, Kramat, Asam Sabuk, Curah Udang dan kawasan baluran bagian utara (Gunung Malang dan sekitarnya).

Telah banyak upaya penanggulangan invasi Acacia nilotica, baik dengan cara manual, mekanis maupun kimia.. Pertimbangan yang diambil dalam pemberantasan

Acacia nilotica, selain aspek ekologis juga pertimbangan ekonomis, karena kegiatan

yang dilakukan di suatu kawasan pelestarian (Taman Nasional) berbeda dengan kegiatan lain di luar kawasan pelestarian. Kegiatan yang telah dilakukan yaitu dengan penebangan dan pembakaran tonggak dan diikuti dengan pencabutan seedling secara manual, maupun menggunakan alat berat untuk membongkar perakarannya. Akan tetapi, areal eks kegiatan dengan cepat ditumbuhi tanaman herba pionir (widuri, jarak, kecubung, kacang-kacangan, kemangian dan kapasan. Hal ini diduga akibat penggunaan alat berat yang menyebabkan perubahan tekstur dan struktur tanah sehingga mengakibatkan perubahan komposisi vegetasinya.

Penurunan kualitas Savana Bekol sebagai habitat mamalia herbivora tidak dapat dibiarkan terus – menerus berlangsung. Oleh karena itu diperlukan strategi baru yang merupakan perubahan strategi sebelumnya yaitu tebang bakar dan pencabutan seedling Acacia nilotica dan gulma lainnya. Strategi baru yang diujicobakan ini

(3)

adalah pembakaran terkendali. Dengan pembakaran terkendali diharapkan kegiatan pemeliharaan savana dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu maupun biaya dengan hasil yang lebih maksimal.

Tujuan

1. Mengujicobakan teknik pembakaran terkendali dalam upaya pemeliharaan savana Bekol.

2. Memberantas seedling Acacia nilotica dan tanaman gulma lainnya. 3. Memicu pertumbuhan rumput baru sebagai sumber pakan satwa.

(4)

4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur laut Pulau Jawa dekat dengan Pulau Bali dan Pulau Madura. Di bagian utara, Taman Nasional Baluran berbatasan dengan selat Madura dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali. Di bagian barat dan selatan dibatasi oleh sungai Bajulmati dan Klokoran. Taman Nasional Baluran berbentuk menyerupai lingkaran dengan Gunung Baluran yang sudah tidak aktif berada di tengahnya. Total permukaan kurang lebih 25.000 ha. Taman Nasional Baluran didominasi oleh hutan dan vegetasi savana.

Savana di Taman Nasional Baluran merupakan satu-satunya savana di Pulau Jawa. Tidak ada data yang menunjukkan apakah savana-savana luas tersebut adalah savana alami. Savana Bekol (± 420 hektar) mungkin (sebagian) merupakan savana buatan, dilihat dari batas savana yang berbentuk lurus. Diduga savana tersebut di rancang di bawah pengawasan / supervisi Hoogerwerf, dalam usaha untuk memudahkan pengunjung melihat herbivora besar.

Garis pantai berupa tanjung / semenanjung dan teluk. Daerah dekat pantai berupa area terumbu karang hidup, dataran berpasir dan dataran berlumpur. Tanjung-tanjung tersebut tertutup oleh mangrove, sementara bagian lain garis pantai tertutup oleh hutan berawa-rawa. Dataran rendah dan dataran tinggi Gunung api Baluran tertutup oleh hutan musim / muson.

Jenis tanah di Taman Nasional Baluran dibagi menjadi 2 jenis kategori utama yaitu tanah vulkanis dan tanah pesisir / marine.

Jenis tanah yang pertama, yaitu jenis yang paling penting, berasal dari batuan basalt yang telah lapuk, abu vulkanis dan batuan vulkanis intermedia. Jenis-jenis tanah tersebut kaya akan kandungan mineral tetapi kandungan material organiknya kecil, serta memiliki kandungan bahan kimia yang tinggi namun kesuburan fisiknya rendah. Sebagian besar tanah ini bersifat menyerap air dan tidak dapat menahan air.

Tanah hitam, merupakan jenis tanah dimana savana biasa ditemukan, sangat mudah tererosi dan sangat berlumpur di musim penghujan, tetapi membentuk retakan yang dalam (dengan lebar beberapa cm, beberapa retakan bahkan memiliki kedalaman lebih dari 80 cm) di musim kemarau.

Di musim penghujan tanah hitam tersebut tidak tembus air dan air mengalir di permukaannya membentuk kubangan air. Banyak sungai yang terisi air hanya pada

(5)

musim penghujan, sebagian besar air meresap melalui tanah vulkanis yang sangat berpori - pori dan mencapai aliran sungai lava bawah tanah yang telah mengeras.

Tanah pada jenis kedua, yaitu tanah pesisir, terbatas pada beberapa area dekat pantai di dataran pasir dan di rawa mangrove

Taman Nasional Baluran memiliki iklim muson yang khas dengan musim kemarau yang panjang. Curah hujan rata-rata tahunan berturut-turut sebesar 900 dan 1.600 mm

Fauna di Taman Nasional Baluran bermacam - macam. Beberapa spesies merupakan spesies langka dan dilindungi. Dalam studi ini terdapat 3 spesies hewan penting dan akan dideskripsikan di sini (nama latin menurut UNDP, 1977). Rusa (Cervus timorensis, Cervidae) menggunakan savana Bekol dan mungkin juga savana lain. Pada sore dan malam hari, rusa dalam kelompok besar dapat dijumpai di savana Bekol. Dari ketiga spesies herbivora besar, rusalah yang paling ‘terikat’ dengan savana. Sepanjang sore dan malam rusa merumput di savana dan biasanya sepanjang siang beristirahat di dalam hutan.

Sangat mungkin bahwa tiap-tiap rusa memiliki ruang gerak yang terdiri dari savana Bekol, Balanan dan Talpat.

Kerbau liar (Bubalus bubalis, Bovidae; dari sini asal nama buffalo), diduga merupakan yang paling ‘terikat’ pada tanah yang kurang tembus air dimana terdapat banyak genangan air. Kerbau senang berkubang di kolam-kolam tersebut dan kadangkala berjalan dari kubangan yang satu ke kubangan yang lain.

Banteng (Bos Javanicus, Bovidae) biasanya ‘terikat’ pada hutan rimba atau hutan (yang terbuka untuk merumput), tetapi di Taman Nasional Baluran banteng juga merumput di savana. Dalam Red Data Book (IUCN, 1978) spesies ini termasuk dalam kategori ‘vulnerable’ (rawan). Banteng hanya terdapat di 3 Taman Nasional di Jawa yaitu : Ujung Kulon, Alas Purwo dan Baluran.

(6)

6 BAB III. METODE

Lokasi

Kegiatan pembakaran terkendali ini dilaksanakan di Savana Bekol pada Petak III (Lihat Gambar Sketsa)

Waktu

Kegiatan pembakaran terkendali ini dilakukan pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2004 pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.

Alat dan Bahan

ƒ Sketsa rancangan pembakaran terkendali savana Bekol ƒ Sprayer ƒ Minyak tanah ƒ Obor ƒ Korek api ƒ Jet shooter ƒ Kepyok

ƒ Drum untuk men-supply air

ƒ Mobil pengangkut peralatan dan personil

Metode

(7)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembakaran terkendali dilaksanakan pada siang hari jam 14.00 WIB di savana Bekol pada Petak III yaitu yang berbatasan dengan Blok Bama, jalan Bekol – Bama, hutan musim dan ilaran II (Lihat Gambar Sketsa).

Teknik pembakaran yang digunakan adalah teknik menentang arah angin (back

firing) dengan titik pembakaran di perbatasan hutan musim blok Bama dan hutan

musim dekat savana Derbus. Teknik back firing digunakan dengan tujuan agar rumput dan gulma mendapatkan pemanasan yang lebih lama karena api pembakaran berjalan lambat. Akan tetapi ternyata teknik ini kurang berhasil karena kondisi bahan bakar yang tipis dan tidak merata mengakibatkan api mati meskipun angin tidak begitu besar. Oleh karena itu dilakukan pembakaran dengan titik pembakaran di sepanjang ilaran I. Api berjalan cukup lancar sehingga pembakaran berjalan agak cepat. Pembakaran savana Bekol Petak I selesai kurang lebih pada pukul 12.00 WIB yang berakhir pada batas hutan musim.

Hasil pembakaran menunjukkan adanya beberapa spot – spot yang tidak terbakar karena tipis dan tidak meratanya bahan bakar. Selain itu lokasi – lokasi di bawah pohon besar seperti Widoro Bukol (Ziziphus rotundifolia Lamk. ), Mimbo (Azadirachta indica A. Juss) dan sebagainya. Hal ini diduga karena dibawah pohon tersebut didominasi oleh tumbuhan kapasan bunga putih atau kuning (Thespesia

lampas Dalz & Gibs dan Abelmoschus moschatus) yang menyebabkan rumput tidak

dapat tumbuh. Meskipun semak kapasan secara visual terlihat tebal namun sebenarnya komposisi dan susunan semak tersebut kurang kompak / padat sehingga tidakdapat terbakar secara alami karena api cenderung mati bila tidak disemprot dengan minyak tanah terlebh dahulu.

Secara visual kualitatif, bila dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya terlihat bahwa kondisi savana Bekol kondisinya menurun. Untuk meningkatkan daya dukung savana Bekol perlu dilaksanakan suatu tindakan pengelolaan yang efektif, efisien, terencana dan tepat sasaran. Proses perbaikan habitat ini antara lain dapat dilakukan dengan cara pemberantasan tumbuhan Acacia nilotica dan dilakukan pembakaran terkendali secara rutin. Tujuan dari proses tersebut adalah :

1. Pemberantasan Acacia nilotica

Tujuan dari pemberantasan tumbuhan Acacia nilotica adalah untuk mengurangi spesies tumbuhan pesaing bagi tumbuhan pakan satwa dan memberikan ruang tumbuh yang baik bagi pakan satwa.

(8)

8 2. Pembakaran terkendali

Tujuan dari pembakaran ini adalah untuk menekan proses suksesi yang berlangsung di habitat ini sehingga proses suksesi sekunder akan terus berjalan pada tahap tumbuhan yang sesuai sebagai sumber pakan satwa mamalia herbivora.

Menurut Arief (1988) berdasarkan penilaian secara visual kualitatif dan kuantitatif di lapangan, maka bentuk kebakaran yang diperlukan oleh savana Bekol untuk dapat tercapainya pengaruh posistif secara optimum adalah kebakaran besar yang terencana. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa ± 132 hari setelah pembakaran terjadi penguasaan ruang tumbuhan. Peningkatan dominansi ruang tumbuh ini juga diperkuat oleh nilai – nilai indeks dominansi yang umumnya lebih besar pada lokasi yang telah dibakar dibandingkan dengan lokasi yang tidak dibakar. Pada daerah yang dibakar terlihat pula terjadinya kecenderungan peningkatan spesies tumbuhan pakan satwa mamalia herbivora. Spesies tumbuhan pakan ini antara lain adalah Eupatorium odoratum, Sida rhombifolia, Sclerachne punctata, Eupatorium

odoratum dan dichantium curicosum. Ditemukan pula bahwa dari analisa gizi spesies Rottboellia exaltata Lf (Branjangan) menunjukkan adanya peningkatan bagian

parameter gizi yang diamati pada lokasi yang dibakar dibandingkan dengan lokasi yang tidak dibakar.

Berdasarkan hasil analisa data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses kebakaran dapat meningkatkan kualitas savana untuk mendukung kehidupan spesies mamalia herbivora dengan cara meningkatkan pertumbuhan tumbuhan spesies pakan satwa tersebut serta menekan pertumbuhan gulma dan tanaman invasif Acacia

(9)

PENUTUP

Kesimpulan

Pembakaran terkendali dapat terlaksana dengan lancar meskipun ada beberapa kendala yang mengakibatkan kurang meratanya hasil pembakaran. Hal tersebut antara lain :

1. Besarnya angin dengan arah yang selalu berubah – ubah (tidak menentu). 2. Kualitas dan kuantitas bahan bakar yang tidak merata sehingga perlu bahan

bakar tambahan yaitu minyak tanah yang lebih banyak.

Saran

1. Perlu dicoba pembakaran di sore hari kurang lebih pukul 14.00 WIB karena pada jam tersebut pemanasan oleh matahari sudah cukup stabil (intensitas panas yang datang sama dengan intensitas panas yang dipantulkan) dan angin sudah tidak terlalu besar.

2. Perlu adanya tambahan sprayer untuk mengantisipasi spot – spot yang memiliki bahan bakar yang tipis dan kurang kompak / padat.

Daftar Pustaka :

Arief Harnios. 1988. Pengaruh Pembakaran Terhadap Kualitas dan Kuantitas Savana Bekol di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Media Konservasi.

(10)

10 SKET LOKASI JALUR ILARAN

DAN PETAK PEMBAKARAN DI SAVANA BEKOL

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan pengujian efektifitas waktu, tingkat kekerasan dan pertumbuhan miselium pada penggunaan peralatan pemadat baglog sistem hidrolik dan cara konvensional pada

Efektivitas penggunaan metode mimicry memorization dalam meningkatkan kemampuan menghafal kosakata bahasa Arab. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pelayanan pada perpustakaan SMP Negeri 3 Parigi satap Raulo pada umumnya responden menyatakan cukup efektif, Cukup Efektif

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yang tercantum pada dokumen kualifikasi pengadaan, dengan terlebih dahulu melakukan

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan Tunjangan Umum Bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di Lingkungan Kepolisian Negara Republik

Saya aktif turut serta membantu dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat yang datang ke instansi.. 3 Kebijakan instansi agar

cassiicola CSS mempunyai rata-rata tingkat infeksi pada daun uji yang tidak berbeda nyata dengan isolat CJB (berturut-turut 1,70 dan 1,63) (Tabel 3) yang mana

Pembelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02 Jember Pokok Bahasan Segitiga dan