• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI RW. 002 KELURAHAN JATIBENING KECAMATAN PONDOK GEDE BEKASI TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI RW. 002 KELURAHAN JATIBENING KECAMATAN PONDOK GEDE BEKASI TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI RW. 002 KELURAHAN JATIBENING KECAMATAN PONDOK GEDE

BEKASI TAHUN 2015

Ike Gunawiarsih1, Firdha 2

1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia

2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia

Email: firdhazaini66@gmail.com

Abstrak

Lansia dalam tugas perkembangan mengalami banyak perubahan (ekonomi, sosial, pekerjaan, dan kesehatan) yang dapat menjadi penyebab stress bagi Lansia. Oleh karena itu, dukungan keluarga sangatlah diperlukan, tak terkecuali Lansia di RW. 002. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia di RW. 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede Bekasi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan menggunakan rumus slovin diperoleh ukuran sampel sebesar 80 orang yang dipilih secara alokasi proporsional sampling dari 5 RT. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan 40.0% mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan mengalami stress tingkat tinggi dan 26.2% mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan mengalami stress tingkat rendah. Berdasarkan nilai Chi-Square diperoleh nilai (χ2) = 10.442 > χ20,05(1)

= 3,841, kesimpulannya terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia. Saran penulis diperlukannya dukungan keluarga kepada Lansia dalam upaya menurunkan tingkat stress.

Kata kunci: dukungan keluarga, stress, Lansia

Abstract

Elderly in the task of growth underwent many alteration (economic, social, job and health), that could be of stress for the Elderly. Therefore, family support is necessary, not least the elderly in RW. 002. The purpose of this study was to identity relationship family support with the level of stress in elderly at RW. 002 Kelurahan Jatibening District of Pondok Gede Bekasi. The study design was descriptive correlative with cross sectional approach. Population in this study of 100 people using the formula obtained slovin sampel size of 80 people selected by sampling proportional allocation of RT 5. Instrument research using questionnaires. Analysis using Chi-Square test. The results the study showed that 40.0% support poor families and experiencing high stress levels and 26.2% had good family support and stress levels low. Based on the value of chi-square values obtained χ2 = 10.442 > χ2 tables (χ2 with α = 5% and degrees of freedom = 1 or χ0,05 (1) = 3,841), there are significant

relationship family support with stress levels in elderly. Suggestions writer needed family support to the elderly in an effort to reduce the level of stress.

Keywords: family support, stress, Elderly LATAR BELAKANG

Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat, jika pada

tahun 1980 jumlah Lansia 7.998.543 orang (5,45%) meningkat menjadi 19 juta orang (8,90%) pada tahun 2006, menurut Hermana (2008) perkiraan penduduk Lansia

(2)

di Indonesia mencapai 28,8 juta orang pada tahun 2020.

Proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, sosial, ekonomi dan mental (Nugroho, 2000). Masalah mental dan emosional sama halnya dengan masalah fisik yang dapat mengubah perilaku lansia. Masalah mental yang sering dijumpai pada Lansia adalah stress, depresi, dan kecemasan. Lansia yang mengalami masalah mental mulai mengalami perasaan tidak berharga, kesepian, dan kehilangan (Stanley dan Bcare 2006). Proses menua dapat dipengaruhi oleh herediter atau genetik, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Nugroho, 2000).

Stress dapat menimpa siapapun termasuk Lansia, stress sendiri dapat diartikan sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang

menakutkan, mengejutkan,

membingungkan dan merisaukan seseorang (Mc Nerney dalam Yoep Iyus 2013). Stress yang terjadi pada Lansia berhubungan dengan kematian pasangan, status sosial ekonomi rendah, penyakit fisik yang menyertai, isolasi sosial dan spiritual, perubahan kedudukan, pensiun serta menurunnya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stress pada Lansia.

Manusia dalam kehidupan sehari – hari tidak dapat terlepas dari stress. Stress terjadi akibat adanya tekanan – tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang terganggu (Singgih 1989 dalam Iyus Yosep 2013). Pada dasarnya orang lanjut usia masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarganya sebagai tempat bergantung

terdekat. Mereka ingin hidup bahagia dan tenang di hari tua serta masih ingin diakui keberadaannya ditengah keluarga dan lingkungan sekitar. Namun seiring dengan bertambah tuanya individu, anak-anak dan teman-temannya juga menjadi semakin sibuk dengan masalah dan kesibukan masing-masing.

Stress yang berkepanjangan dapat menganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tugas perkembangan. Lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap

perubahan dalam keluarga dan

kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup (Potter & Perry, 2005). Stress merupakan perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Stress bukan penyakit tetapi menjadi awal timbulnya penyakit mental atau fisik jika terlalu lama, Stress dialami oleh setiap orang dengan masalah yang sama dapat memberikan stress dan beban yang berbeda (Sunaryo, 2007).

Perubahan pada peran sosial, tanggung jawab keluarga dan status kesehatan mempengaruhi rencana kehidupan Lansia. Lansia yang mengalami masa pensiun harus menyesuaikan diri dengan peran dan waktu luangnya. Penyesuaian aktifitas pensiunan pada seseorang dapat berjalan baik apabila sudah direncanakan sebelumnya. Kepuasaan hidup seseorang yang pensiun dapat dilihat dari status kesehatan, pilihan untuk terus bekerja, dan pendapatan yang cukup serta lingkungan tempat tinggal Lansia (Potter & Perry, 2005).

Dari hasil pengamatan awal Penulis di RW 002 tepatnya di RT 01, ada 15 orang Lansia yang masih mempunyai keluarga,

(3)

tinggal serumah dengan keluarganya dan beberapa Lansia mengalami stress dengan tanda-tanda Lansia terlihat menarik diri, murung, dan hanya diam saja.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stress Pada Lansia di RW 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede Bekasi.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan observasional yakni cross sectional, untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan tujuan untuk melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia di RW. 002 Kelurahan Jatibening

Kecamatan Pondok Gede

Bekasi.Dalampenelitianini untuk analisis menggunakan uji univariat dan ujibivariatadalah ujichi-squarekarena variabel independendandependennya merupakandata kategorik, denganderajat kemaknaan (α) 5%. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 distribusi dukungan keluarga pada Lansia

Hasil penelitian gambaran dukungan keluarga pada Lansia dari80 responden terdapat 38 orang (47.5%) dukungan keluarga dikatakan baik dan sebanyak 42 orang (52.5%) dukungan keluarga dikatakan kurang baik.

Tabel 2 distribusi frekuensi dukungan keluarga dan jenis kelamin

Dukungan Keluarga Laki-laki Perem puan Total Kurang Baik 25 31.2% 17 21.2% 42 52.5% Baik 17 21.2% 21 26.2% 38 47.5% Total 42 52.5% 38 47.5% 80 100% Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang kurang baik pada laki-laki sebanyak 25 orang (31.2%), dan perempuan sebanyak 17 orang (21.2%). Dukungan Keluargayang baik pada laki-laki sebanyak 17 orang (21.2%), dan perempuan sebanyak 21 orang (26.2%).

Tabel 3 distribusi frekuensi dukungan keluarga dan usia

Dukungan Keluarga Usia 60-75 tahun Usia 76-90 tahun Total Kurang Baik 19 23.8% 23 28.8% 42 52.5% Baik 14 17.5% 24 30.0% 38 47.5% Total 33 41.2% 47 58.8% 80 100% Hasil penelitian menunjukkan dukungan kelurga pada usia 60-75 tahun sebanyak 19 orang (23.8%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan 14 orang

Dukungan keluarga Frekuensi Persentase Kurang baik 42 52.5 Baik 38 47.5 Total 80 100

(4)

(17.5%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Usia 76-90 tahun sebanyak 23 orang (28.8%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan 24 orang (30.0%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik.

Tabel 4 distribusi frekuensi dukungan keluarga dan tingkat pendidikan Dukung

an keluarga

Kurang

baik Baik Total

SD 24 30.0% 16 20.0% 40 50.0% SMP 12 15.0% 13 16.2% 25 31.2%% SMA 6 7.5% 9 11.2% 15 18.8% Total 42 52.5% 38 47.5% 80 100% Hasil penelitian menunjukkantingkat pendidikan SD sebanyak 24 orang (30.0%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan 16 orang (20.0%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Tingkat pendidikan SMP sebanyak 12 orang (15.0%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan 13 orang (16.2%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Tingkat pendidikan SMA 6 orang (7.5%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan 9 orang (11.2%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik.

Tabel 5 distribusi frekuensi tingkat stress Tingkat stress Frekuen

si Persent ase Stress Tingkat Rendah 27 33.8 Stress Tingkat Tinggi 53 66.2 Total 80 100

Hasil penelitian menunjukkan gambaran tingkat stress pada Lansia, dari 80 responden terdapat 27 orang (33.8%) tingkat stress pada Lansia dikatakan rendah dan terdapat 53 orang (66.2%) tingkat stress pada Lansia dikatakan tinggi.

Tabel 6 distribusi frekuensi tingkat stress dan jenis kelamin

Tingkat Stress Laki-laki Perem puan Total Rendah 11 13.8% 16 20.0% 27 33.8% Tinggi 31 38.8% 22 27.5% 53 66.2% Total 42 52.5% 38 47.5% 80 100% Hasil penelitian menunjukkantingkat stress yang rendah pada laki-laki sebanyak 11 orang (13.8%), dan perempuan sebanyak 16 orang orang (20.0%). Tingkat stress yang tinggi pada laki-laki sebanyak 31 orang (38.8%), dan perempuan sebanyak 22 orang (27.5%).

Tabel 7 distribusi frekuensi tingkat stress dan usia Tingkat stress Usia 60-75 tahun Usia 76-90 tahun Total Rendah 14 17.5% 13 16.2% 27 33.8% Tinggi 19 23.8% 34 42.5% 53 66.2% Total 33 41.2% 47 58.8% 80 100%

(5)

Hasil penelitian menunjukkan tingkat stress yang rendah pada usia 60-75 tahun sebanyak 14 orang (17.5%), dan usia 76-90 tahun sebanyak 13 orang (16.2%). Tingkat stress yang tinggi pada usia60-75 tahun sebanyak 19 orang (23.8%), dan usia 76-90 tahun sebanyak 34 orang (42.5%).

Tabel 8 distribusi tingkat stress dan tingkat pendidikan Tingkat Stress Stress Rendah Stress Tinggi Total SD 18 22.5% 22 27.5% 40 50.0% SMP 6 7.5% 19 23.8%% 25 31.2% % SMA 3 3.8% 12 15.0% 15 18.8% Total 27 33.8% 53 66.2% 80 100% Hasil penelitian menunjukkan tingkat stress yang rendah pada tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang (22.5%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 6 orang (7.5%) dan tingkat pendidikan SMA 3 orang (3.8%). Stress tingkat tinggi pendidikan SD sebanyak 22 orang (27.5%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 19 orang (23.8%) dan tingkat pendidikan SMA 12 orang (15.0%)

Tabel 9 tabulasi silang dukungan keluarga dengan tingkat stress

Hasil penelitian menunjukkan persentase terendah sebesar 7.5% dukungan keluarga tidak baik dengan tingkat stress rendah, sedangkan persentase terbesar sebesar 40.0% dukungan keluarga tidak baik dengan stress tingkat tinggi.

Tabel 10 uji korelasi Chi-square

Val ue D f Asym p. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearso n Chi-square N of Valid Cases 10. 44 2 80 1 .001

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

chi-square (χ2) = 10.442 nilai tersebut secara statistik signifikan karena χ2 hitung >χ2 tabel (α = 5% dan derajat bebas = 1)

atau dengan cara lain p value = 0,001 < 5% sehingga dapat disimpulkan hipotesa nol ditolak.

Kesimpulannya adalah terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia. Stress bisa terjadi karena dukungan keluarga yang kurang baik pada Lansia. Dukungan Keluarga Stress Total Rendah Tinggi Baik 21 21 42 26.2% 26.2% 52.5% Tidak Baik 6 32 38 7.5% 40.0% 47.5% Total 27 53 80 33.8% 66.2% 100.0%

(6)

Tabel 11 koefisien kontingensi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress

Value Approx. Sig Nominal by Nominal Contingency Coefficient N of Valid Cases .340 80 .001

Dari tabel di atas peroleh nilai kontigensi = 0.340, kemudian Dibandingkan dengan nilai CMaxdimana ditentukan CMax. Hasil

perbandingan nilai kontigensi dengan CMax

diperoleh 0.480.Nilai ini menunjukkan bahwa derajat keeratan pengaruh yang positif dan erat dari dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia. Berdasarkan tabel klasifikasi, derajat keeratan sebesar 0.480 diklasifikasikan pada kategori sedang (cukup kuat).

Dengan demikian hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia mempunyai daya keeratan sebesar 0.480 x 100% atau sama dengan 48.0%. Hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan keluarga memberikan pengaruh terhadap tingkat stress pada Lansia d RW. 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede sebesar 48.0%, sedangkan sisanya 52.0% dipengaruhi oleh variabel lain.

PEMBAHASAN

Gambaran Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan gambaran dukungan keluarga dari 80 responden terdapat 47.5% dukungan keluarga dikatakan baik, dan 52.5% dukungan keluarga dikatakan kurang baik. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian

responden mempunyai dukungan keluarga yang kurang baik.

Gambaran Tingkat Stress

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan gambaran tingkat stress dari80 responden terdapat 66.2% tingkat stress pada Lansia dikatakan tinggi, dan 33.8% tingkat stress pada Lansia dikatakan rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian responden mempunyai tingkat stress yang tinggi.

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stress Pada Lansia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia dengan p value 0.001 (pvalue < 0.05). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Hasymi pada tahun 2009 yang mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat penting bagi anggota keluarga terutama lansia karena mereka mengalami masa perubahan dan penurunan akibat proses menua agar terhindar dari stress yang berkepanjangan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Gambaran umum mengenai dukungan keluarga pada lanjut usia di RW. 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan

Pondok Gede Bekasi 47.5%

mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan 52.5% Lansia mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik. Dari 80 responden lebih banyak

(7)

responden yang medapatkan dukungan keluarga yang kurang baik.

2. Gambaran umum mengenai tingkat stress pada Lansia di RW. 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede Bekasi 66.2%mengalami stress tingkat tinggi dan 33.8% mengalami strees tingkat rendah. Dari 80 responden lebih banyak responden yang mengalami stress tingkat tinggi. 3. Dari uji Chi-Square diperoleh hasil

yang signifikan secara statistik hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress, hasil ditujukkan oleh nilai p value = 0,001 < 5%. Selanjutnya keeratan hubungan diperoleh 0,480 yang diklasifikasikan pada kategori sedang (cukup kuat). Hal ini menunjukan bahwa dukungan keluarga dengan tingkat stress pada lansia 0,480 x 100% atau sama dengan 48.0% sedangkan sisanya 52.0% dipengaruhi oleh faktor lain.

Saran

1. Bagi keluarga di RW. 002 kelurahan jatibening kecamatan pondok gede bekasi.

2. Dukungan keluarga sangat penting sebagai upaya menurunkan tingkat stress, untuk itu dibutuhkan kerjasama dengan keluarga Lansia dalam hal merawat keluarga yang Lansia dengan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin, dan memberikan dukungan keluarga baik dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan maupun dukungan emosional.

3. Bagi Ketua RW. 002

Anjurkan Lansia untuk mengikuti posyandu Lansia dan Sebaiknya diperlukan penyuluhan mengenai kesehatan Lansia, beri motivasi Lansia agar dapat menurunkan resiko terjadinya stress. 4. Bagi Peneliti Lain

Perlu melakukan penelitian yang lebih komprehensif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dan tingkat stress.

DAFTAR PUSTAKA

Aji Chandra. 2013. Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Tingkat Stress pada Lansia Andropause di Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember.Skripsi : Universitas Jember

Aspiani, Yuli Reny. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC, dan NOC. Jakarta :

TIM

Beare & Stanley. 2006. Buku Ajar

Keperawatan Gerontik. Jakarta :

EGC

Bonar. 2004. Promoting health in families:

Applying family research and theory pratice. Philadelphia: W.B. saunders

Efendi Ferry, Makhfudli. 2009.

Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika Fatmah. 2012. Gizi Lanjut

Usia. Jakarta : Erlangga

Friedman, Marilyn. 2010. Keperawatan

Keluarga Edisi 5. Jakarta : EGC

Hasymi. 2009. Pengaruh Dukungan Sosial

(8)

Tingkat Nyeri pasien Miokard Infark di RSUD Yunus Bengkulu.

Tesis : Magister Ilmu Keperawatan Khusus Keperawatan Medikal Bedah Program Pasca Sarjana UI. Hermana. 2008. Penduduk Lanjut Usia di

Indonesia dan masalah

kesejahteraan. Diambil pada 18

April 2015 dari

http://www.haryono.com/article/lans ia-surabaya-mengembangkan-pemberdayaan.html.

Hidayat, Alimul. 2007. Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika : Surabaya

Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Konsep

Dasar keperawatan Edisi 2.Jakarta :

Salemba Medika

Iyus Yosep. 2013. Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Krause, N. 2007. Anticipated Support,

received support, and economic stress among older adult. Journal of Gerontology: Psycihological Sciences, 52, 284-293.

Maryam Siti, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta:

TIM

Muhajidullah, Khalid. 2012. Keperawatan

Gerontik dan geriatrik. Jakarta:

EGC

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Perry& Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, praktik (Ed, 4). Vol. 1 (Asih,

Yasmin, Penerjemah). Jakarta : EGC

Sari Kartika. (2014). Psikologi Keperawatan. Jakarta : TIM

Saryono. 2009. Metodelogi Penelitian

Kesehatan. Yogyakarta : Genius

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta

: Graha Ilmu

Septika Puspasari. 2009. Hubungan Kemunduran Fungsi Fisiologis dengan Stress Pada Lanjut Usia di Kelurahan Kaliwaru Semarang.

Skripsi : Universitas Muhamaddiyah Semarang

Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar

Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Jakarta : EGC

Sunaryo. 2007. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Sugiyono. 2011. Metodelogi Penelitian

Statistik. Jakarta : CV Alfa

______.2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Gambar

Tabel  1  distribusi  dukungan  keluarga  pada Lansia
Tabel 7 distribusi frekuensi tingkat stress  dan usia  Tingkat  stress  Usia  60-75 tahun  Usia  76-90 tahun  Total  Rendah  14  17.5%  13  16.2%  27  33.8%  Tinggi  19  23.8%  34  42.5%  53  66.2%  Total  33  41.2%  47  58.8%  80  100%
Tabel 10 uji korelasi Chi-square  Val ue   Df  Asym p. Sig.   (2-sided)  Exact Sig.  (2-sided)  Exact Sig
Tabel 11 koefisien kontingensi hubungan  dukungan keluarga dengan tingkat stress  Value  Approx

Referensi

Dokumen terkait

Pembekalan PPL merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pihak LPPMP sebagai lembaga yang menangani program PPLdi Universitas Negeri Yogyakarta melalui

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pantai Tumbu Desa Tumbu Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah yang dibagi menjadi tiga stasiun secara purposive sampling, ditemukan 15

[r]

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja guru SD Negeri di Kecamatan Gondang (2) lingkungan

Persiapan Shoting dan pengambilan View masjid dalam acara Safari Ramadhan di masjid Syuhada’ Produser: Dimas Al Kausar Atlantis Kameramen: Arifudin Kameramen insert:

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh KPK terhadap penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan penegak hukum dalam menyelesaikan tindak pidana korupsi yaitu

Untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran (1).Berkurangnya prasarana jaringan irigasi yang berada dalam kondisi rusak berat dan sedang seta tersedianya data Daerah

Hal ini menunjukkan bahwa biaya yang dirasakan (perceived cost) berkaitan dengan beban biaya yang akan dikeluarkan jika menggunakan asuransi jiwa. Hasil dari penelitian