• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN TEORETIS

Bab ini menjelaskan mengenai pustaka rujukan yang diambil dari berbagai jenis pustaka seperti buku, peraturan pemerintah maupun hasil penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka pemikiran yang diikuti oleh hipotesis penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional. Berikut ini penjelasan masing-masing bagian tersebut.

Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Undang-Undang ini juga membagi lanjut usia menjadi dua kategori yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Pengertian lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu: aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, dan ada pula yang mempersepsikan sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Laslet (1989) dalam Anwar (1997:6) menjelaskan tentang usia lanjut sebagai berikut “...In the United Kingdom, the normal retirement ages for men and women are 65 and 60. These ages are commonly used in determining whether a person is “old” or is in a “later life” or in a “third age”...”.. Berdasarkan UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo “seseorang dapat dikatakan orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.

Pelayanan Lansia

Pelayanan dalam istilah kesejahteraan sosial diartikan suatu upaya atau usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun nonmateri agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Pelayanan bermakna adanya usaha atau kegiatan untuk menolong, adanya orang yang akan ditolong berupa barang, uang, tenaga dan bantuan lainnya (Jayaputra dalam Sulubere, 2005:11). Departemen

(2)

Kesehatan (2005) dalam Panduan Pelatihan Kader Posyandu menyebutkan pelayanan bisa dalam bentuk posyandu lansia

“...jadi pelayanan kesejahteraan sosial yaitu semua bentuk kegiatan pelaksanaan yang dilakukan secara profesional. Kesejahteraan itu sendiri merupakan sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan individu dan kelompok untuk mencapai taraf hidup dan kesehatan. Relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka menggabungkan kemampuan dalam meningkatkan kesejahteraan yang selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya...” (Depkes 2005).

Menurut Demartoto (2003) pelayanan merupakan salah satu bentuk penanganan permasalahan lanjut usia. Demartoto membagi pelayanan menjadi tiga jenis yaitu pelayanan berbasis keluarga, pelayanan berbasis masyarakat dan pelayanan berbasis lembaga. Penjelasan masing-masing jenis pelayanan adalah sebagai berikut: pertama adalah pelayanan berbasis keluarga, jenis pelayanan ini ditandai oleh tinggalnya lansia dengan sanak keluarga baik itu dengan anak, ataupun cucu. Oleh karena itu, pihak keluarga bertanggung jawab terhadap perawatan lansia yang tinggal dengan mereka. Kedua adalah pelayanan berbasis masyarakat yaitu lansia tetap tinggal di rumah masing-masing akan tetapi masyarakat melalui sebuah organisasi menyediakan bentuk pelayanan maupun perawatan pada waktu dan tempat tertentu. Terakhir adalah pelayanan berbasis lembaga yaitu pelayanan yang ditujukan kepada lansia yang membutuhkan penyembuhan karena mengidap suatu penyakit, maupun untuk rehabilitasi. Pelayanan jenis ini biasanya berupa panti wredha, rumah sakit lansia ataupun panti lanjut usia non-potensial (Demartoto 2003:44).

Lebih lanjut lagi Sulubere (2011) dalam penelitiannya yang berbasis pada lembaga dalam hal ini sebuah panti asuhan, standar pelayanan lansia yang dijadikan ukuran adalah pemenuhan kebutuhan pangan yang dilihat dari pemenuhan menu empat sehat lima sempurna. Kebutuhan pakaian dan papan juga dijadikan ukuran pelayanan di panti tersebut. Kesehatan juga menjadi prioritas pelayanan yang diukur dilihat dari bentuk penanganan yang diberikan oleh petugas panti terhadap lansia yang sakit. Pelayanan yang diberikan juga dilihat dari fasilitas yang disediakan oleh panti berupa fasilitas kamar tidur, kamar mandi, sarana ibadah dan sarana untuk mengembangkan keterampilan.

Konsep Keluarga

Menurut Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Perkembangan Keluarga, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Secara implisit dalam batasan ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang belum menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami/isteri atau anak-anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru). Selain itu terdapat juga keluarga khusus, yaitu satuan individu/seseorang yang tidak diikat dalam hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam satu rumah (misalnya seseorang atau janda/duda sebagai keluarga sendiri, atau dengan anak yatim piatu).

Mardiya (2011) mengemukan ciri-ciri dan sifat keluarga sebagai berikut: memiliki ikatan batin dan emosional, memiliki hubungan darah,

(3)

memiliki ikatan perkawinan, mempunyai kekayaan keluarga, memiliki tempat tinggal, memiliki tujuan, setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri. Goode (2002:7) mendefinisikan keluarga sebagai “...satu-satunya lembaga sosial, di samping agama, yang secara resmi telah berkembang disemua masyarakat...”. Goode juga menambahkan ciri utama lain dari sebuah keluarga ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi tidak demikian halnya pada semua sistem keluarga yang diketahui. Teori Pertukaran (Exchange Theory) dan Hubungan Antar Generasi (intergenerational relationship)

Teori pertukaran berangkat dari beberapa teori seperti behaviorisme, teori pilihan rasional, teori pertukaran George Homans, teori pertukaran Peter Blau dan karya Richard Emerson dan muridnya. Teori pertukaran Peter Blau memusatkan pada analisis struktur sosial dibandingkan dengan Homans yang hanya terbatas pada perilaku. Menurutnya pertukaran terjadi pada tingkat individu ke strukur sosial hingga akhirnya mengalami perubahan sosial (Blau 1964 dalam Goodman dan Ritzer 2003:367-374). Lebih lanjut lagi teori pertukaran Blau memusatkan pada pertukaran yang terjadi di dalam struktur sosial suatu masyarakat. Ada hal lain yang dipertimbangkan Blau dalam teorinya ini yaitu norma dan nilai.

“kesepakatan bersama atas nilai dan norma digunakan sebagai media kehidupan sosial dan sebagai mata rantai yang menghubungkan transaksi sosial. Norma dan nilai memungkinkan pertukaran sosial tak langsung dan menentukan proses integrasi dan diferensiasi sosial dalam struktur sosial yang kompleks dan menentukan perkembangan organisasi dan reorganisasi sosial di dalamnya”(Blau 1964:255 dalam dalam Goodman dan Ritzer 2003:372)

Blau lebih banyak menjelaskan tentang kelompok, organisasi, kolektivitas, masyarakat, norma dan nilai dalam menjelaskan teorinya.

Bengtson et al. dalam Suitor et al. (2011:162) mengenalkan sebuah model kekerabatan yang menjelaskan tentang hubungan antar generasi di Amerika Serikat. Bengtson menyebutkan ada 6 komponen yang saling berkaitan sehubungan dengan kekerabatan dalam keluarga, yaitu 1) kontak; 2) pertukaran dukungan; 3) norma kewajiban; 4) kesamaan nilai; 5) kualitas hubungan dan; 6) struktur kesempatan. Pertukaran antar generasi yang terjadi menurut Suitor et al. (2011:165) adalah orang tua akan terus memberikan dukungan secara finansial dan juga emosional hingga umur mereka mencapai 70 tahun. Hasil penelitian Bengston tersebut diperkuat oleh Suitor et al. (2011) bahwa lansia di Amerika sudah memiliki kesehatan yang baik. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kurang dari 20% lansia yang berusia 75 tahun yang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari. Hal ini mengindikasikan bahwa perawatan yang diberikan kepada lansia tidak bergantung lagi pada usia, namun hingga tiba lansia tersebut merasa membutuhkan perawatan dari anaknya. Adapun penelitian lain menunjukkan bahwa ibu merupakan orang yang akan mendapatkan perawatan lebih di masa tuanya, dan anak perempuan lebih berperan banyak dalam perawatan terhadap orang tua.

Menurut Fingerman et al. (2011) dalam penelitiannya di Philadelphia, Amerika Serikat, bahwa hubungan antar generasi yang diberikan oleh orang dewasa yang berumur 40-60 tahun terbagi ke dalam dua jenis. Hasil

(4)

penelitiannya menunjukkan bahwa orang dewasa akan memberikan perhatian lebih dalam hal finansial, kasih sayang terhadap keturunannya atau anaknya. Lain halnya dengan perawatan yang diberikan kepada orang tua hanya akan diberikan ketika orang tua mengalami kecacatan. Oleh karenanya orang dewasa akan memberikan perhatian lebih kepada orang tua. Variabel yang digunakan untuk melihat hubungan antar generasi yang terjalin meliputi umur, jenis kelamin, pendapatan, status perkawinan, jarak tempat tinggal. Ada pula variabel lain yaitu pendidikan, dimana keturunan atau anak adalah seorang pelajar atau mahasiswa itu akan berpengaruh terhadap aliran dukungan orang dewasa.

Leopold (2012) dalam penelitian di Jerman menunjukkan bahwa orang tua akan memberikan dukungan finansial dalam bentuk rumah, tanah, kepemilikan barang berharga, uang tunai dan juga deposito bank. Leopold (2012) menemukan bahwa orang tua akan memberikan dukungan uang kepada anaknya sebelum menikah. Adapun bantuan yang diberikan setelah menikah adalah berupa pemberian rumah. Hal ini dilakukan untuk eksistensi keluarga, karena anak dipandang masih perlu bantuan dalam hal persiapan pernikahan. Lebih lanjut lagi Leopold menjelaskan juga dukungan yang diberikan orang tua kepada anaknya yang mengalami perceraian. Pada hasil penelitiannya menunjukkan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal penerimaan dukungan ketika mereka bercerai. Dukungan yang diberikan lebih banyak dalam bentuk uang atau deposito bank. Leopold (2012) juga melihat bentuk dukungan orang tua kepada anaknya ketika anaknya melahirkan. Dukungan datang dalam bentuk uang setelah proses kelahiran terjadi. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa orang tua masih memberikan dukungan kepada anak dalam bentuk pemberian rumah, uang tunai, bahkan deposito bank dimotivasi oleh tanggung jawab sosialnya sebagai orang tua terhadap anaknya.

Kerangka Pemikiran

Bermula dari teori tentang hubungan antar generasi yang menggambarkan bagaimana bentuk dukungan orang tua terhadap anak atau anak terhadap orang tua. Adapun variabel yang digunakan untuk melihat bentuk hubungan antar generasi yang terjadi adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, status ekonomi, status sosial dan peran lansia dalam struktur keluarga. Pada penelitian ini subyek penelitian hanya lansia. Oleh karena itu, variabel-variabel yang sudah disebutkan merupakan karakteristik yang melekat pada lansia.

Peneliti menggolongkan variabel umur lansia menjadi lansia muda dan lansia tua. Jenis kelamin merupakan karakteristik kedua yang dikaji. Jenis kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Lansia perempuan memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan dengan lansia laki-laki. Umumnya lansia berstatus janda lebih banyak dibandingkan lansia berstatus duda. Status perkawinan lansia berpengaruh pada perawatan yang diberikan. Variabel selanjutnya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan formal yang ditempuh oleh lansia digolongkan menjadi pendidikan rendah, sedang dan tinggi.

(5)

Variabel selanjutnya adalah karakteristik sosial-ekonomi pada lansia. Status sosial-ekonomi ini menunjukkan arah kekayaan yang berpengaruh pada hubungan antar generasi yang terjalin dalam rumah tangga lansia. Hubungan antar generasi diduga dipengaruhi oleh keadaan sosial-ekonomi lansia maupun anaknya. Oleh karena itu, dapat digolongkan menjadi orang tua (lansia) bergantung pada anaknya atau anak bergantung pada orang tua (lansia). Hal ini dilihat dari keadaan status sosial-ekonomi lansia. Variabel terakhir dalam karakteristik responden adalah peran lansia dalam struktur keluarga. Responden dibedakan menjadi kepala keluarga dan anggota keluarga. Variabel ini kemungkinan berpengaruh pada hubungan antar generasi.

Lengkapnya disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran. Lihat Gambar 1.

Keterangan

: hubungan pengaruh langsung Gambar 1 Kerangka pemikiran

Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Lansia tua cenderung tergantung pada anaknya;

2. Lansia perempuan cenderung tergantung pada anaknya;

3. Lansia dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memberikan dukungan kepada anak;

4. Lansia yang berstatus kawin cenderung memberikan dukungan kepada anak;

5. Lansia dengan status ekonomi tinggi cenderung memberikan dukungan kepada anak;

6. Lansia dengan status sosial tinggi cenderung memberikan dukungan kepada anak;

7. Lansia yang berperan sebagai kepala keluarga cenderung memberikan dukungan kepada anak.

Hubungan antar generasi: 1. Dukungan orang tua

terhadap anak 2. Dukungan anak

terhadap orang tua Karakteristik responden: 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Status perkawinan 5. Status ekonomi 6. Status sosial

7. Peran lansia dalam struktur keluarga

(6)

Definisi Operasional

1. Umur adalah karakteristik demografi berupa angka yang menunjukkan lama hidup lansia terhitung sejak lahir hingga bulan pelaksanaan penelitian, sesuai dengan yang tertera dalam tanda pengenal. Umur lansia dibedakan menjadi dua golongan dengan menggunakan skala nominal (Savitri dan Indawati 2011), yaitu:

a. Lansia muda : usia 60-74 tahun, selanjutnya diberi kode 1 b. Lansia tua : usia 75+ tahun, selanjutnya diberi kode 2 2. Jenis kelamin adalah karakteristik biologis responden dari lahir yang

bersifat permanen. Jenis kelamin dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi laki-laki dan perempuan. Laki-laki diberi kode 1, perempuan diberi kode 2

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan dibedakan dengan menggunakan skala ordinal yaitu:

a. Lulus SD/sederajat :rendah, diberi

kode 1

b. Lulus SMP/sederajat :sedang, diberi

kode 2

c. Lulus SMA/Perguruan Tinggi/sederajat :tinggi, diberi kode 3

4. Status perkawinan adalah identitas yang melekat pada responden berkaitan dengan hubungan perkawinan. Status perkawinan dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi kawin, duda, janda. Kawin diberi kode 1, duda diberi kode 2 dan janda diberi kode 3

5. Status ekonomi adalah kedudukan lansia dalam kelompok masyarakat yang didasarkan pada kepemilikan harta benda berbentuk fisik yang tidak terlihat nilainya dalam bentuk uang dan status pekerjaannya apakah masih bekerja atau tidak. Status ekonomi diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, status ekonomi dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu:

a. Status ekonomi rendah : skor < 12 ; diberi kode 1 b. Status ekonomi tinggi : skor >=12 ; diberi kode 2 6. Status sosial adalah kedudukan responden dalam kelompok

masyarakat yang didasarkan pada prestasi-prestasi sosial meliputi kedudukan atau jabatan dalam suatu kelembagaan atau organisasi berskala kecil hingga besar. Status sosial diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, status sosial dibedakan dengan menggunakan skala ordinal yaitu:

a. Status sosial rendah : skor < 16 ; diberi kode 1 b. Status sosial tinggi : skor >=16 ; diberi kode 2 7. Peran lansia dalam struktur keluarga adalah kedudukan sosial lansia

dalam keluarga inti yang tinggal dalam satu atap dan dalam keadaan kesalingtergantungan. Peran lansia dalam struktur keluarga

(7)

dibedakan dengan menggunakan skala nominal yaitu kepala keluarga diberi kode 1 dan anggota keluarga diberi kode 2

8. Hubungan antar generasi adalah alur yang terbentuk dari hubungan lansia dengan anaknya yang didasarkan atas status sosial-ekonomi responden. Hubungan antar generasi dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi:

a. Dukungan orang tua (lansia) terhadap anaknya: parameter yang digunakan adalah bantuan yang senantiasa diberikan oleh orang tua yang sudah lansia kepada anaknya berupa dukungan finansial dan kasih sayang atau perawatan

b. Dukungan anak terhadap orang tua (lansia): parameter yang digunakan adalah bantuan yang diberikan oleh anak terhadap orang tua yang sudah lanjut usia dalam bentuk dukungan finansial dan perawatan.

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Kader Kesehatan Desa dan Pembentukan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia

PENGARUH LATIHAN SENAM YOGA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANJUT USIA (LANSIA)..

Saran yang dapat diberikan kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember hendaknya memisahkan menu untuk lansia yang mempunyai penyakit tertentu dan menerapkan diit rendah garam

Menurut penelitian kualitatif yang dilakukan Sulandar, Martyastanti , Mutaqwarohmah (2009) tentang bentuk–bentuk produktivitas orang lanjut usia (lansia) ditemukan

• Jika dukungan/bantuan hanya diberikan kepada sejumlah penerima bantuan yang ada sekarang dengan anggota keluarga Lansia dan Difabel, program tidak dapat secara maksimal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan

Skala nyeri sendi pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran sebagian responden sesudah diberikan intervensi stretching adalah

SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan peningkatan harga diri setelah diberikan terapi reminiscence pada lansia yang mengalami harga diri rendah di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia