• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Untuk mencapai kinerja yang tinggi dapat dilakukan secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Untuk mencapai kinerja yang tinggi dapat dilakukan secara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1  

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan kunci mencapai keberhasilan, melalui bakat, kemampuan, tenaga dan kreatifitas yang dimiliki karyawan, diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai. Sumber daya manusia yang berkinerja tinggi merupakan modal utama mencapai tujuan Reformasi Birokrasi melalui pelayanan yang berkualitas. Untuk mencapai kinerja yang tinggi dapat dilakukan secara internal dan eksternal, karena kinerja merupakan indikator dari sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Pendidikan, pembelajaran, dan pengalaman pegawai secara invidual merupakan cara internal untuk mencapai kinerja dan secara eksternal melalui rangsangan/stimulus seperti komunikasi, pengendalian, motivasi dan kepemimpinan. Keberhasilan suatu organisasi sebagai keseluruhan maupun sebagai kelompok, juga ditentukan oleh kualitas kepemimpinan pada organisasi tersebut. Seorang pemimpin harus mampu memanfaatkan sumber daya manusia (pegawai) bawahannya dan mampu memahami sisi internal dan eksternal pegawainya dan dapat memberi pengaruh terhadap kineja pegawai, karena seorang pemimpin merupakan seseorang yang merencanakan, menginformasikan, membuat dan mengevaluasi berbagai keputusan yang harus dilaksanakan dalam organisasi. Menurut Kirkpatrick and Locke 1996 dalam Boehnke et al, (2003:6) semakin baik pemimpin menerapkan model kepemimpinan tranformasional, maka semakin baik kinerja bawahan. Hal tersebut juga senada dengan penelitian dilakukan Gadot (2006:675) bahwa ada pengaruh kepemimpinan transformasional

(2)

yang sangat signifikan terhadap kinerja. Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja organisasi karena kepemimpinan memegang peranan yang paling penting dalam memobilisasi perubahan dalam organisasi. Menurut Givens (2008:15-16) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh langsung terhadap kinerja organisasi sekaligus berpengaruh positif pada perilaku bawahannya seperti komitmen kerja, kepercayaan diri, kepuasan kerja, dan motivasi. Kepemimpinan transformasional meningkatkan kesadaran para pengikutnya dengan menarik cita-cita dan nilai-nilai seperti keadilan (justice), kedamaian (peace) dan persamaan (equality) (Sarros and Santora, 2001:385). Menurut Bass (1996) dalam Yukl (2010:306) kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi atau budaya apapun.

Budaya organisasi juga mempengaruhi kinerja karyawan, selain pemimpin organisasi. Budaya organisasi memiliki kekuatan untuk mengiring anggota kearah pencapaian tujuan organisasi dan berpengaruh terhadap individu dan kinerjanya, bahkan terhadap lingkungan kerjanya. Hal ini berarti budaya organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu merangsang organisasi kearah perkembangan yang lebih baik. Selain hal tersebut, tekanan utama dalam perubahan dan pengembangan budaya organisasi adalah mencoba untuk mengubah nilai-nilai, sikap dan perilaku dari anggota organisasi secara keseluruhan. Seorang pemimpin juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perubahan budaya yang ada diorganisasinya, artinya suatu sistem nilai yang dikembangkan oleh organisasi dari pola kebiasaan dan falsafah pemimpinnya, akan terbentuk menjadi aturan yang tersirat bagi seluruh anggota organisasi atau

(3)

pegawainya. Pegawai yang memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagi suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Rani Marriam (2009) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sebagai variabel intervening, dengan hasil penelitian bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja organisasi.

Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai permasalahan pertanahan yang cenderung komplek dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia. Hal tersebut mengingat arti penting tanah dalam kehidupan manusia dan luas tanah yang cenderung tetap. Tanah tidak hanya sebagai tempat hidup manusia, tetapi juga manusia matipun masih memerlukan tanah, tanah juga sebagai tempat untuk menyelenggarakan segala bentuk pembangunan. Selain itu, masyarakat Ibukota DKI Jakarta semakin sadar akan nilai pentingnya bukti hak atas tanah yang dimilikinya, sehingga masyarakat menuntut peningkatan pelayanan yang berkualitas dan berasaskan keadilan. Perubahan kebijakan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat diharapkan agar pelayanan pertanahan dapat diakses secara mudah, murah, cepat dan memberikan kepuasan kepada masyarakat.

(4)

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013, jumlah bidang tanah yang sudah terdaftar adalah sebagai berikut:

Tabel I.1

Bidang Tanah Terdaftar Provinsi DKI Jakarta No Kota Administrasi Asumsi Jumlah Persil Sudah Terdaftar Belum terdaftar Prosentase Terdaftar 1. Jakarta Pusat 184.884 157.676 27.208 85.28% 2. Jakarta Utara 269.363 213.250 56.113 79.17% 3. Jakarta Barat 366.409 267.230 81.015 73.93% 4. Jakarta Selatan 392.573 342.260 50.313 87.18% 5. Jakarta Timur 310.772 213.250 81.015 73.93% Jumlah 1.524.001 1.210.173 313.828 79.41%

Sumber Data : Laporan Akuntabilitas Kinerja Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013

Data diatas menggambarkan bahwa jumlah tanah yang belum terdaftar cukup tinggi yaitu 20.59% artinya ada 20.59% tanah di Provinsi DKI Jakarta yang belum mempunyai kepastian hukum sehingga perlu kinerja tinggi untuk mencapai 100% tanah seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta yang terdaftar. Khusus untuk wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan jumlah tanah yang belum terdaftar masih cukup luas yaitu 22.82% artinya hampir seperempat luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan belum mempunyai kepastian hukum terkait hak atas tanah yang dimiliki masyarakat, sehingga diperlukan peningkatan pelayanan yang berkualitas supaya masyarakat mempunyai kesadaran dan motivasi untuk melakukan pendaftaran tanahnya.

(5)

Tugas utama Pemimpin atau Kepala Kantor Pertanahan adalah melaksanakan pendaftaran tanah di wilayah Kota/Kabupaten dimana seorang Kepala Kantor tersebut bertugas. Keberhasilan seorang pemimpin di Kantor Pertanahan dapat diukur dengan salah satu indikator utama yaitu meningkatnya jumlah pendaftaran tanah dan berkurangnya kasus-kasus pertanahan. Perubahan kebijakan sebagai salah satu upaya yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah meningkatkan pelayanan yang berkualitas melalui LARASITA.

LARASITA merupakan layanan pertanahan bergerak (mobile land service) yang bersifat pro aktif atau "jemput bola" ke tengah-tengah masyarakat. Inovasi LARASITA dilandasi keinginan pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat, serta adanya kesadaran bahwa tugas-tugas berat pertanahan tidak akan bisa diselesaikan hanya dari balik meja kantor tanpa membuka diri terhadap interaksi masyarakat yang kesejahteraannya menjadi tujuan utama pengelolaan pertanahan. Selain hal tersebut, diketahui juga masyarakat pada umumnya mengalami kesenjangan formalitas yang cukup lebar terhadap layanan pertanahan yang selama ini di selenggarakan di Kantor Pertanahan, pada prakteknya seringkali melakukan pembiasan informasi yang pada akhirnya merugikan masyarakat, baik karena pembiasan informasi tentang persyaratan, biaya maupun tentang waktu penyelesaian layanan pertanahan. Jarak Geografis juga menjadi kendala, kesulitan transportasi menuju Kantor Pertanahan, seringkali mengagalkan niat seseorang untuk mendapatkan layanan pertanahan. LARASITA menegaskan perbedaannya

(6)

dengan loket Kantor Pertanahan, kemampuannya menyentuh dimensi sosial dari pengelolaan pertanahan akan memberi kesempatan lebih besar untuk melakukan tugas-tugas pertanahan, dimana seringkali tugas-tugas tersebut tidak mampu dijangkau oleh interface Loket Kantor Pertanahan karena formalitasnya. Dengan LARASITA diharapkan mampu menjembati BPN RI dengan masyarakat pemangku kepentingan pertanahan, yaitu masyarakat yang mempergunakan tanah sebagai basis sumber daya untuk penghidupannya. Bagi masyarakat LARASITA bermanfaat mewujudkan kemudahan akses untuk memperoleh informasi, pengurusan sertipikat, penyelesaian masalah/sengketa pertanahan karena LARASITA yang mendekat ke masyarakat, tidak ada biaya akses kekantor pertanahan, pengurusan sertipikasi tanah lebih murah karena tidak perlu membayar jasa calo/perantara dan lebih memudahkan karena tidak perlu beberapa kali datang ke Kantor Pertanahan. Sedangkan bagi Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan dampak positif LARASITA yaitu terjadi transformasi budaya pelayanan dan budaya kerja dari manual ke komputerisasi, adanya peningkatan kualitas SDM dan infrastruktur di bidang teknologi dan informasi, adanya peningkatan transparansi pelayanan dan terbangunnya database pertanahan. Larasita juga merupakan salah satu upaya BPN untuk mewujudkan Reformasi Birokrasi.

Namun demikian peningkatan pendaftaran tanah tidak terjadi pada LARASITA Kantor Pertanahanan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Berdasarkan data bidang tanah terdaftar melalui layanan kantor bergerak (LARASITA) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 Kantor Pertanahan Kota Administrasi

(7)

Jakarta Selatan telah terjadi penurunan pendaftaran tanah melalui LARASITA yaitu terutama pada tahun 2012 jumlah tanah yang terdaftar tercatat 165 bidang dan pada tahun 2013 tercatat 138 jika dilakukan perbandingan terhadap tahun 2010 yaitu tercatat 1056 bidang dan tahun 2011 tercatat 611 bidang. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Sumber Data : LAKIP Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013 Gambar I.1

Bidang Tanah Terdaftar Melalui LARASITA

Banyak kendala yang menyebabkan jumlah pendaftaran tanah mengalami penurunan antara lain kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kepastian hukum mengenai bidang tanahnya dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pertanahan, artinya kurangnya sosialisasi kepada masyarakat menyebabkan masyarakat menganggap tidak pentingnya kepastian hukum terhadap hak atas

0 200 400 600 800 1000 1200 2009 2010 2011 2012 2013

Bidang Tanah Terdaftar

Bidang Tanah Terdaftar

(8)

tanah. Kendala lain yaitu sumber daya manusia pertanahan bekerja tidak optimal dalam melayani masyarakat sehingga memberi peluang kepada masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya melalui perantara serta jumlah pegawai dengan beban kerja yang tidak seimbang, serta kendala-kendala lain yaitu banyaknya kasus-kasus pertanahan yang tidak terselesaikan dan masalah geografi antara lain jarak kantor pertanahan yang jauh.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran reformasi birokrasi yang sudah diagendakan pemerintah tersebut, maka perlu bagi Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Budaya aparatur yang selama ini bekerja karena kebiasaan dalam melaksanakan tugas sehari-hari dituntut untuk melakukan perubahan sesuai tuntutan Reformasi Birokrasi. Peranan seorang pemimpin sangat dituntut untuk menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan sasaran Reformasi Birokrasi. Aparatur yang bekerja professional, berkinerja tinggi dan mampu melayani publik memerlukan seorang pemimpin yang tidak hanya memahami sisi internal dan eksternal karyawannya tetapi juga pemimpin yang mampu mendorong dan menginspirasi bawahannya terhadap visi masa depan dan mencapai kinerja yang optimal. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut hubungan gaya kepemimpinan transformasional, budaya organisasi dan kinerja karyawan, maka judul penelitian tersebut adalah “pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan”.

(9)

1.2. Identifikasi Perumusan Dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Jumlah tanah yang belum terdaftar masih cukup luas yaitu 22.82% artinya hampir seperempat luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, LARASITA merupakan salah satu cara BPN untuk melaksanakan pendaftaran tanah dengan mendekatkan diri kepada masyarakat sehingga masyarakat lebih efektif dan efisien dalam mendaftarkan tanahnya, tetapi jumlah pendaftaran tanah melalui LARASITA cenderung menurun dan budaya aparatur yang selama ini bekerja karena kebiasaan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, sehingga terdapat indikasi penurunan kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan;

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan? b. Apakah ada pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada

Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan?

c. Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan?

(10)

1.2.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, terdapat tiga variabel yang akan dianalisis lebih lanjut yaitu variabel bebas antara lain gaya kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2), serta variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y) di Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Agar tidak terjadi pembiasan pada penelitian ini, perlu adanya pembatasan masalah sesuai dengan kemampuan penulis baik berkenaan dengan waktu, tenaga, maupun dana. Oleh karenanya penelitian dibatasi yaitu hanya data-data yang diperoleh dari variabel gaya kepemimpinan transformasional, budaya organisasi dan kinerja karyawan yang akan dianalisis lebih lanjut oleh penulis.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1.Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban secara empiris tentang bagaimana dan sejauh mana gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

1.3.2.Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

(11)

b. Menganalis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

c. Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan atau sumbangan pemikiran bagi peningkatan kinerja karyawan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

1.4.2. Kegunaan Penelitian Aspek Teoritis

a. Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu sumber daya manusia.

b. Memberikan tambahan informasi kepada peneliti di bidang sumber daya manusia khususnya mengenai peningkatan kinerja karyawan.

Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu:

a. Meningkatkan kinerja karyawan demi terwujudnya reformasi birokrasi dengan membentuk budaya aparatur yang profesional, berkinerja tinggi dan berdedikasi;

(12)

b. Membuat perencanaan-perencanaan lebih baik dan berkualitas terkait dengan peningkatan kinerja karyawan, karena telah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap faktor organisasi yang menjadi dasar bagi budaya organisasi dan gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan pada Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

Sosial- politik Secara keilmiahan/ lainnya Tingkatan Kontemplasi (Pengetahuan) 1) Ancaman (pada manusia dan Merpati) disebabkan oleh binatang pengerat 1) Pengetahuan

Berdasarkan observasi, objek kajian belum memiliki sertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia, sehingga hasil yang dicapai dari kriteria kayu bersertifikat adalah

Penelitian yang dilakukan oleh Alfia Rahmah, NIM : 1201160207 Jurusan Perbankan Syariah tentang “Pembiayaan Hunian Syariah Pada Bank Muamalat Cabang Barabai (Analisis

Kompetensi guru harus betul-betul memahami materi yang yang akan disampaikan. Selain itu, guru harus memahami karakteristik siswa yang akan diajar. Guru harus

Guru sebagai insan akademik memiliki peranan untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Dalam kegiatan penyampain materi pembelajaran, bahasa merupakan

diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki tindakan yang tidak sesuai dalam pencegahan infeksi nosokomial seperti tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien,

Hasil penelitian menunjukkan penurunan performa redaman regenerative shock absorber (RSA) sistem mekanis elektromagnetik jika dibandingkan dengan conventional shock absorber

Dari pemahaman ‘urf dan adat kebiasaan sebagaimana yang telah dijelaskan dari beberapa definisi yang telah dirumuskan oleh beberapa ulama ushul fiqh terlihat