• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SISTEM KELUARGA JEPANG DAN SISTEM KELUARGA MINANGKABAU. Secara umum yang dimaksud dengan keluarga adalah adanya ibu, ayah dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II SISTEM KELUARGA JEPANG DAN SISTEM KELUARGA MINANGKABAU. Secara umum yang dimaksud dengan keluarga adalah adanya ibu, ayah dan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SISTEM KELUARGA JEPANG DAN SISTEM KELUARGA MINANGKABAU

2.1. Keluarga

Secara umum yang dimaksud dengan keluarga adalah adanya ibu, ayah dan anak. Namun keluarga menurut “Elliot dan Meril : 1961 (Cindy, 2007 : 15) mengatakan : keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama–bersama dan memiliki ikatan hubungan darah, perkawinan dan adopsi atau kekerabatan.

Sementara Menurut Burgess, dkk (1960), definisi keluarga adalah sbb: 1. Keluarga terdiri dari orang–orang yang disatukan dalam perkawinan.

2. Para anggota hidup bersama–sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya. 4. Keluarga sama–sama menggunakan kultur yang diambil dalam masyarakat.

Hingga pada pemahaman umum kita ambil makna bahwa keluarga itu diawali dengan perkawinan, yang memberikan status kejelasan hubungan. Dan dari situlah mengetahui titik tolak berasal dari mana ikatan itu tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa setiap keluarga diikat juga berdasarkan budaya dan norma–norma adat maka disimpulkan pastinya pola hidup yang dijalani berbeda.

(2)

2.2. Keluarga Jepang

Pada Keluarga Jepang Dikenal dua jenis yaitu: 1)Keluarga Kazoku( General Consept)

2)Keluarga Ie (Tradisionnal Jepang)

2.2.1 Kazoku

Kazoku adalah merupakan general konsep tentang keluarga dalam konsep umum, yang dimaksud dengan kazoku adalah hubungan suami istri, hubungan orang tua dan anak, dan diperluas pada hubungan persaudaraan yang didasarkan pada struktur masyarakat tersebut, dan struktur keluarga berbeda pada masing-masing masyarakat budaya.

Jenis-jenis keluarga atau kazoku (Jepang) yakni :

• Keluarga inti (nuclear family).

• Keluarga poligami (polygamous family).

• Keluarga luas (extended family).

Keluarga kazoku dapat berakhir karena kematian suami atau istri atau karena perceraian salah satu pihak, Dalam keluarga kazoku ini belum dikenal penyembahan leluhur, keluarga kazoku ini dibentuk dari perkawinan anak kedua atau anak ketiga dan seterusnya.

2.2.2. Ie

Menurut Ito, Ie adalah sebuah bentuk keluarga yang mempunyai sistem tersendiri yang berurat berakar pada masyarakat Jepang. Oleh karena itu Ie mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem nilai dan struktur

(3)

masyarakat Jepang. Dan juga merupakan suatu sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang tersendiri.

(Ito 1982:58).

Ie adalah bentuk keluarga yang luas yang mengikuti garis keturunan ayah. Perbedaan paling utama dengan kazoku dan ie adalah dimana kazoku bisa berakhir dengan kematian sementara ie tidak akan pernah habis. Sehingga sekalipun orangtuanya suda meninggal , maka akan tetap diteruskan pewarisan /keberadaanya ( Situmorang, Hamzon, 2006 : 22- 23)

Terjadinya Keluarga Ie adalah karena apabila orang tua dalam keluarga sudah meninggal, maka dibuatlah kuburan keluarga dan juga dibuatlah altar pemujaan di rumah. Ie adalah keluarga luas, di dalamnya ada satu atau lebih pasangan perkawinan. Sebagai kepala keluarga Ie dilanjutkan dari generasi orang tua kepada generasi anak.

Situmorang, Hamzon, 2006 : 24 , dalam pandangan Ariga kizaemon (1990 : 265), Ie adalah Kelompok kerjasama dalam mengelolah kehidupan.Ariga tidak menyetujui apabila Ie dikatakan merupakan ikatan kelompok sedarah,karena pekerja dalam Ie pun adalah merupakan angota keluarga Ie tetapi belum tentu ada ikatan darah.

Pada waktu melanjutkan Ie, tidak ada pembagian warisan, hal ini berbeda dengan sistem kazoku. Dan yang paling penting, yang harus kita garis bawahi bahwa Sistem Ie (Ie seido) adalah kesinambungan keluarga.

Dan Objek dari kesinambungan tersebut adalah, hubungan darah yaitu (hubungan orang tua dan anak, hubungan abang adik), hubungan tempat tinggal (rumah dan pekarangan), hubungan ekonomi (produksi, konsumsi, usaha dan harta)

(4)

(Ito 1982:61).

2.3. Keluarga Minangkabau

Kata Minangkabau mengandung banyak pengertian. Salah satunya menurut , H. Mas'oed abidin, 2009, www.scribd.com/Minangkabau dan sistem kekerabatan adalah, penduduk dan masyrakatnya menganut budaya minangkabau. Selain itu Minangkabau dipahamkan sebagai bahasa, penduduk, wilayah nya yang menggunakan minangakabau sebagai dasar identitas mereka. Membicarakan Minangkabau secara umum mendalami sebuah suku bangsa dengan latar belakang sejarah, adat, budaya, agama, dan segala aspek kehidupan masyarakatnya.

Sama seperti sistem kekerabatan masyarakat di Kabupaten Pasaman juga mengikuti prinsip keturunan matrilineal, artinya menghitung garis keturunan dari pihak ibu sehingga seorang anak akan menjadi anggota suku ibunya. Dengan prinsip keturunan matrilineal ini unsur Paman (saudara laki-laki ibu) menjadi tokoh yang sangat penting. Ia memikul tanggung jawab yang berat karena baik-buruknya keadaan kemenakan (anak saudara perempuannya) berada sepenuhnya ditangan Paman (mamak dalam bahasa minangkabau). Ini disebabkan karena walaupun yang punya anak adalah ibu, namun fungsi ayah dalam keluarga suku bangsa Minangkabau hanyalah sebagai tamu di rumah isterinya (disebut urang sumando). Urang Sumando ini tidak memiliki kekuasaan di rumah isterinya. Karena kekuasaan nya berada dalam lingkungan keluarga ibunya pula.

Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat Minangkabau adalah yang samande (seibu), artinya kelompok yang lahir dari ibu yang sama. Gabungan dari beberapa kelompok samande disebut saparuik (satu perut) yang dihitung sampai 5

(5)

keturunan darah tertentu disebut kampuang (kampung), yang dipimpin oleh seorang penghulu, maka timbullah suku. Bentuk-bentuk kelompok kekerabatan yang demikian juga ditemui pada masyarakat Minangkabau di Pasaman.

Seperti pada masyarakat Cubadak, juga dikenal hubungan saparuik(satu perut) yang dalam hal ini disebut saboltok. Saboltok(seinduk) merupakan tingkat sanak unyang(Adik perempuan ibu ego) yang paling jauh, yakni ibu dari nenek. Jadi dalam satu kaum itu bisa saja terdiri dari 3 boltok (3 induk). Beberapa induk ini kemudian membentuk satuan terkecil dalam masyarakat, yang disebut kaum. Satu kaum terdiri dari lima keturunan dari garis ibu (se-nenek). Kaum ini dikepalai oleh mamak. kaum yang disebut mamak tuo. Beberapa kaum kemudian menghimpun dalam satu kepenghuluan.(Hakimy Idrus, 1984 : 45)

Prinsip keturunan martilineal tidak hanya menentukan garis keturunan (suku) seseorang tetapi juga menentukan dalam hak pewarisan soko (gelar) dan pusako (harta warisan).

Pada masyarakat Cubadak prinsip ini dijalankan dengan sangat ketat bahkan boleh dikatakan untuk saat ini (“lebih Minang”dari pada masyarakat Minang itu sendiri”). Sebagai contoh, jika seorang mamak(paman) perempuannya tidak mengizinkan/tidak mau menanda-tangani surat-surat penjualan tanah, maka jual beli tidak dapat terlaksana. Akhir-akhir ini, adalah kedudukan perempuan sebagai pihak yang berhak memiliki pusaka, mulai diabaikan sehingga jika terjadi kasus seperti itu, paman tetap saja bisa menjual harta pusaka tersebut walau tidak ada tanda tangan pihak perempuan.

Mengenai istilah kekerabatan atau panggilan kekerabatan pada masyarakat Pasaman, juga tidak jauh berbeda dengan istilah-istilah kekerabatan dalam

(6)

masyarakat Minangkabau pada umumunya. Hanya pada daerah-daerah yang telah mengalami persentuhan budaya dengan daerah lain, panggilan kekerabatan itu sedikit berbeda. Hal ini terlihat pada masyarakat bagi Cubadak, dimana terdapat sebutan/panggilan-panggilan sebagai berikut :

- Apak : ayah ego - Indek : Ibu ego

- Akang : Kakak Perempuan ego - Kak Uwo : kakak laki-laki ego

- ‘nggik : Adik ego (baik laki-laki maupun perempuan) - ‘ndek tuo : Kakak Perempuan ibu ego

- Unyang : Adik perempuan ibu ego - Mamak : kakak/adik laki-laki ibu ego - Pak tua : kakak laki-laki ayah ego - Pak etek/Uda : Adik laki-laki ayah ego

- Amei : Kakak/adik perempuan ayah ego

Sebagaimana halnya pelapisan sosial pada masyarakat suku bangsa Minangkabau yang tidak begitu kentara, hanya membedakan antara penduduk yang mula-nula membuka daerah dengan penduduk yang datang belakangan, pelapisan sosial pada masyarakat Pasaman juga demikian. Yang membedakan hanyalah antara orang pendatang dengan penduduk asli. Bagi pendatang, mereka bisa mempunyai hak yang sama dengan penduduk asli, dengan catatan mereka harus mengisi adat, menuang limbago (artinya, secara utuh mengaku sebagai kemenakan, bukan menuntut sebagai mamak). Walaupun hak yang diterima sama, namun kepada para pendatang itu tidak bisa diberikan gelar kepangkatan menurut kesukuan (adat).

(7)

Falsafah Minangkabau “kaba baiak baimbawan, kaba buruak baambauan”, mendorong orang untuk melakukan kegiatan tolong menolong. Dalam peristiwa kemalangan seperti musibah, bencana alam atau kematian (kaba buruak), tolong menolong dilakukan seperti upacara perkawinan, sedangkan pada peristiwa kegembiraan seperti upacara perkawinan, kenduri atau selamatan lain (kaba baik), tolong menolong dilakukan dengan dilandasi pamrih. Pamrih yang dimaksudkan disini adalah adanya harapan dalam diri seseorang yang memberikan pertolongan bahwa suatu saat dia akan mendapat pertolongan pula jika mengadakan suatu perhelatan. Adapun gotong royong untuk memenuhi kewajiban sosial dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan membersihkan kampung, membangun sarana-sarana ibadah atau sarana sosial

2.3.1. Keluarga Biasa Minangkabau

Minangkabau secara umum mendalami sebuah suku bangsa dan latar belakang sejarah, adat, budaya, agama. Menelusuri sejarah tentang Minangkabau sebagai satu cabang dari ilmu pengetahuan.

Dan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau peranan wanita sangat berpengaruh dalam kehidupan masa depan. Sehingga dalam kehidupan masyarkat dapat dilihat keberadaan perempuan Minangkabau dalam pengaruh keluarga.

Keluarga biasa Minangkabau, adalah keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu. Dimana garis keturunan Ibu. Sehingga anak semua akan melekatkan nama dibelakangnya dengan nama ibu, Dengan demikian seorang laki-laki akan menerima gelar dari ibunya (dalam kedudukannya sebagai kemenakan). Di dalam soko(gelar) itu tercantum segala tugas, hak dan kewajiban sebagai laki-laki penerima soko

(8)

tersebut. Sedangkan mengenai pusako (harta warisan), setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walaupun anak laki-laki juga mendapat bagian, namun dia tidak dapat mewariskan kepada anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis ibunya, yakni kemenakannya. Bagaimana dalam hal pusako ini kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan, sedangkan kemenakan perempuan berhak memiliki (A.A Navis, 1986 : 159).

Sebagai sebuah sistem Matrilineal dijalankan berdasarkan kemampuan dan berbagai penafsiran oleh pelakunya , ninik mamak, kaum perempuan dan kemenakan,sistem kekeluargaan ini tetap dipertahankan masyarakat Minangkabau. Bahkan sampai disempurnakan sejalan dengan usaha menyempurnkan sistim adatnya . Terutama di dalam mekanisme penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.oleh karena itu peranan seorang penghulu atau ninik mamak dalam kaitan bermamak (berpaman) dalam berkemenakan sangatlah penting

2. 3. 2.Keluarga Bundo kanduang (keluarga Rumah Gadang)

Perempuan sering disebut dengan panggilan 'wanita'. Panggilan ini lazim dipakai di negeri kita. Kata-kata "wanita" dalam bahasa Sansekerta, berakar dari kata betina. Sebutan perempuan lebih tepat untuk panggilan bundo kanduang. Di masa jahiliyah berlaku pelecehan gender ketika di lahirkan anak perempuan disambut kematian. Wanita hanya pembawa aib, bayi perempuan itu mesti dibunuh. Setelah Islam, Alquran menyebut perempuan dengan annisa' dan umahat.

Perempuan adalah bundo atau "ibu". Annisa' adalah tiang bagi suatu negeri. Begitu penafsiran Islam tentang perempuan. Sejak dua alaf berlalu, Alquran Karim

(9)

menempatkan perempuan dalam derajat yang sama dengan jenis laki-laki pada posisi azwajan atau pasangan hidup.

Perempuan menyimpan arti pemimpin (raja), orang pilihan, ahli, yang pandai, dengan segala sifat keutamaan yang lain.Mengenal atau menyayangi kampung halaman, pandai menata dan menyajikan kebahagiaan di rumah tangga, pandai menuntun kepada yang baik dan menghimpunkan yang terserak, takut budinya akan terjual, sangat cemas malu pendirian akan tergadai Artinya perempuan di dalam budaya Minangkabau sangat teguh memelihara citra konsisten. Perempuan Minangkabau mengetahui mana yang pantas dan patut dia lakukan. Budaya Minangkabau mengajarkan cara-cara maju kepada perempuan Minangkabau yaitu, pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya. Selaku perempuan yang mempunyai budaya tinggi, ia harus tahu mana yang pantas di tempat yang tinggi dan mana pula semestinya di tempat yang rendah. Perempuan Minangkabau pandai berhitung. Mereka hemat dan pandai mengatur diri. Bayang-bayang sepanjang badan. Tidak boros.

Sikap laku dan perangainya dapat ditiru. Amalannya dapat dicontoh. Kasuri tuladan kain artinya seperti patron kain yang akan dipotong dan dijahit. Perempuan Minangkabau selalu bertindak adil konsisten seperti cupak (gantang) dari batuang (buluh), selamanya teguh buatannya dan tindakannya dapat dijadikan ukuran. Demikian satu norma kehidupan (grand norm) perempuan Minangkabau secara ideal.Perempuan Minangkabau adalah seorang yang pemurah dan penyantun. Buatannya dapat dipedomanin. Bermanfaat untuk orang senagari(sedaerah).

Perempuan Minangkabau adalah pribadi yang jimek,( bersih, lemah lembut), tegas tak ada dandanan yang disisakan dan shalihat, yang kameh (kemas),

(10)

berperaturan. Barameh kameh, bapadi manjadi, artinya lengkap, patuh setia (qanitat) dan segeh, (cukup, sigap), tak kurang satu apapun, dibarengi sigap dan tangkas serta sangat pandai menjaga diri (hafizat lil ghaibi). Perempuan Minangkabau rancak lantaran memadukan tiga sikap utama yang menggambarkan sikap jiwa (mental attitude) yang dibentuk oleh budaya bundo(ibu). Berbudi pekerti dan mengutamakan rasa malu.

Begitulah peran perempuan Minangkabau yang disebut bundo kanduang. Luwes dan cekatan. Cantik dan cerdas. Bagaikan dalam kisah Sabai nan Aluih, samuik tapijak indak mati, alu ta taruang patah tigo , Artinya: lemah lembut dan tegas.

Falsafah hidup beradat mendudukkan perempuan Minangkabau pada sebutan bundo kandung dimana pada masyarakat minangkabau ada pantun seruan bagi perempuan minangkabau

limpapeh rumah nan gadang, amban puro pegangan kunci, amban puruak aluang bunian, hiasan di dalam kampuang,

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dari hasil perancangan pada node Transmitter ini terdiri dari rangkaian sensor dengan mikrokontroler serta modul wireless dan potensiometer yang

Hasil penelitian prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 56% dan siklus II sebesar 87%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi questions students

A. Menjadi Ketua Umum Pimpinan Organisasi Penyelenggara Pertinas Bakti Husada V 2016 adalah Kwartir Nasional Gerakan Pramuka c.q. Pimpinan Saka Bakti Husada Tingkat Nasional

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran inkuiri dan motivasi belajar

Mengingat arti strategis dokumen Renja SKPD dalam mendukung penyelenggaraan program pembangunan tahunan pemerintah daerah, maka sejak awal tahapan penyusunan

Khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive communitive yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang

Perbedaan dan kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan faktor penyebab konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Justru