• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN MEDIA TORSO PADA MATERI SISTEM EKSKRESI (The Differences of Students Learning Outcomes of the Learning Process Using the Mind Mapping Learning Model with Use Audiovisual Media and Media Torso on the Excretion System Material) Lena Aminah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman lena_putrichikal@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Abstract This study was conducted to determine the differences student’s learning outcomes of the learning process using mind mapping learning model by audiovisual media and torso media on the excretion system material in 8th grade public junior high school 14 Tasikmalaya. This study was conducted in January until March 2015 in SMP Negeri 14 Tasikmalaya. The research methods used pre-experimental metodh. This reserch were whole junior clases of 8th grade public junior high school 14 Tasikmalaya which consists of 10 classes, sample was two classes with taking sampling by cluster random sampling are class VIII as many as 40 students and class VIII C as many as 42 students. Research instrument used in the form of students achievement test on the material excretion system in the form of multiple choice questions with four options. Data analysis technique used is the average of the two differences (t-test) with significance level (α)=5%. Based on the results of the study, data analysis, and hypothesis testing obtained, there was difference in the students learning outcomes of the learning process using the mind mapping learning model with use audiovisual media and media torso on the excretion system material in class VIII of SMP Negeri 14 Tasikmalaya, audiovisual media was better for mind mapping model.. Keyword : mind mapping, audiovisual, torso, excretion system..

(2) ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media audiovisual dan media torso pada materi sistem ekskresi di kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2015 di SMP Negeri 14 Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan pre eksperimental dengan populasi seluruh kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya yang terdiri dari 10 kelas, dari 10 kelas populasi digunakan sebanyak dua kelas dengan pengambilan sampel secara cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi, berbentuk soal pilihan ganda dengan empat option. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) dengan taraf signifikan (α)=5%. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pengujian hipotesis diperoleh ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media audiovisual dan media torso pada materi sistem ekskresi di kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya.. Kata kunci : mind mapping, audiovisual, torso, sistem ekskresi.

(3) PENDAHULUAN Latar Belakang masalah Guru sebagai pengajar memiliki tugas membantu perkembangan intelektual,. afektif,. dan. psikomotor. melalui. penyampaian. pengetahuan,. pemecahan masalah, latihan-latihan, dan keterampilan. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu bentuk penyelenggara pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan antara kegiatan didalam sekolah dan diluar sekolah sebagai wujud penyediaan beragam pengalaman untuk semua siswa. Hubungan interaksi antara guru dengan siswa merupakan hal penting agar tercipta suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Oleh karena itu, para guru sekarang ini dituntut harus piawai dan berinovasi dalam proses belajar mengajar. Guru dapat memilih metode, model, teknik, atau strategi pembelajaran dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Salah satunya dengan memilih model pembelajaran dan membiasakan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan apa yang akan diajarkan. Sehingga akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif serta dapat menumbuhkan semangat belajar. Namun sayangnya, berbeda dengan kenyataan dilapangan, kegiatan pembelajaran aktif dan interaksi antara guru dengan siswa tidak begitu terlihat sehingga pembelajaran kurang variatif. Keaktifan hanya terjadi pada beberapa siswa saja dan masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran karena kecenderungan menggunakan metode tertentu (konvensional) belum bervariatif yakni ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas. Sementara itu, guru tidak mencoba menarik perhatian dengan melakukan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran atau memanfaatkan media pembelajaran. Akibatnya, proses belajar mengajar hanya berlangsung satu arah yakni guru yang berperan aktif dan siswa yang pasif, menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi jenuh, bosan, dan kurang menarik, sehingga berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 14 Tasikmalaya menunjukan bahwa proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) selama ini masih belum maksimal, nilai rata-rata yang diambil dari ulangan pada materi Sistem Ekskresi masih.

(4) belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu hanya mencapai 72 atau setara 2,88 sementara KKM yang diterapkan di SMP Negeri 14 Tasikmalaya adalah 76 atau setara 3,04. Guru IPA tersebut mengatakan bahwa selama proses pembelajaran terkadang melakukan diskusi kelompok, dan masih menggunakan cara yang konvensional tanpa adanya bantuan media, meskipun kurikulum telah dirubah. Oleh sebab itu, guru harus bisa berinovasi dalam proses pembelajaran supaya tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Untuk mengembangkan keaktifan, kreatifitas dan hasil belajar siswa, maka harus dikembangkan pembelajaran IPA yang tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswa tetapi juga membantu siswa untuk mencerna dan membentuk pengetahuan mereka sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satunya dengan mengembangkan model pembelajaran mind mapping. Model pembelajaran mind mapping adalah model pembelajaran yang dapat dilakukan dengan cara kelompok ataupun individu, yang mana para siswa akan belajar dengan cara memetakan pikiran atau cara kreatif dengan menggunakan diagram untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide, tugas-tugas atau apa yang dipelajari dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung akan merangsang secara visual. Penggunaan media juga dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran karena diyakini bahwa pembelajaran dengan menggunakan suatu media dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses belajarnya. Media pembelajaran audiovisual dan torso merupakan jenis media pembelajaran yang akan digunakan pada siswa oleh penulis. Media pembelajaran audiovisual dan torso adalah media pembelajaran visual yang efektif dan mudah digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Adapun perbedaan dari kedua media tersebut adalah media pembelajaran audiovisual merupakan media visual yang digabungkan dengan penggunaan suara (melibatkan indera penglihatan dan pendengaran). Sedangkan media pembelajaran torso merupakan media visual tiga dimensi atau media nyata. Media torso ini memudahkan siswa mengetahui bentuk-bentuk organ bagian dalam tubuh yang tidak dapat terlihat secara langsung..

(5) Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Menggunakan Media Audiovisual dan Media Torso pada Materi Sistem Ekskresi.. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre experimen design, data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik setelah siswa melakukan post test. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya sebanyak 10 kelas. Populasi dianggap homogen dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPA. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yaitu kelas VIII A dan kelas VIII C dari 10 kelas, maka dari itu peneliti menggunakan tehnik cluster random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah one shoot case study, artinya penulis mengadakan treatment satu kali yang diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, kemudian diadakan posttest. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dengan menggunakan instrument berbentuk pilihan ganda sebanyak 34 soal dengan empat alternatif jawaban. Tujuan dari pelaksanaan tes ini adalah untuk mengetahui dan mengukur kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep yang telah diberikan dan membandingkan hasil belajar siswa akibat perlakuan yang berbeda. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi sebanyak 34 soal. Tes tersebut sebanyak 34 soal berbentuk pilihan majemuk dengan empat alternatif pilihan. Aspek yang diukur dalam penelitian ini meliputi pengetahuan faktual (K1), konseptual (K2), dan prosedural (K3) dan dibatasi pada jenjang yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), dan mengevaluasi (C5) pada materi sistem ekskresi. Uji coba instrumen ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument yang akan digunakan..

(6) Setelah dihasilkan data dari hasil post-test, kemudian dilakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji chi-kuadrat, dan uji homogenitas data menggunakan uji Fmaksimum untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dari rata-rata hasil post-test pada materi sistem ekskresi ekskresi yang menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media audiovisual dan torso.. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Media Audiovisual Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan media audiovisual diperoleh nilai x =28,5 dengan s=7,67 dari sd=2,77 dan nilai χ2hitung 1,24<. χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang. berdistribusi normal. Adapun KKM mata pelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya adalah 76,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas VIII-C SMP Negeri 14 Tasikmalaya pada materi sistem ekskresi adalah 83,82. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan dengan media audiovisual sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa di kelas VIII-C yang menggunakan media audiovisual memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan media torso. Hal ini disebabkan karena media audiovisual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar dan jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis unsur yang pertama dan kedua, ataupun, media Audiovisual ini mampu menggambarkan suatu objek yang bergerak dan dikombinasikan dengan suara. Sehingga penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera penglihatan dan pendengaran. Media ini juga dapat digunakan secara berulang, dapat diperlambat dan dipercepat sesuai permintaan siswa sehingga siswa lebih mudah dalam menyerap materi..

(7) Dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan materi dengan menggunakan media audiovisual, kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen, setelah itu siswa diminta untuk mengamati materi pembelajaran melalui media audiovisual dan kajian teori dari berbagai sumber untuk pengumpulan data. Kemudian siswa diberikan tugas untuk membuat mind mapping yang dikerjakan secara berkelompok sebagai alat ukur pemahaman siswa dalam menyerap materi yang telah disampaikan. Para siswa saling bertukar informasi, berdiskusi dan mensistesis semua gagasan untuk dituangkan kedalam suatu bentuk mind mapping yang akan dipresentasikan. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan ataupun pendapat kepada penyaji materi. Pada saat presentasi, ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang dalam menyampaikan materi. Kelompok yang kurang yaitu kelompok yang terlihat belum menguasai materi dan masih terpaku pada mind mapping yang dibuatnya, serta kurang kerjasama sehingga hasilnya kurang maksimal. Sementara, kelompok yang baik yaitu kelompok yang terlihat sudah menguasai materi sehingga tidak terpaku pada mind mapping yang telah dibuatnya, dan mampu menggunakan kembali media audiovisual untuk memperjelas menyampaikan materi ataupun menjawab pertanyaan, sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik. Meskipun ada beberapa jawaban yang kurang tepat, disinilah tugas guru untuk meluruskan dan memperjelas jawaban dari pertanyaan siswa. Setelah semua presentasi selasai, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Kegiatan terakhir yaitu siswa melakukan post test.. Adapun hasil penilaian dari pembuatan mind mapping pada tiap kelompok sebagai berikut:.

(8) 88 86 84 82 80 78 76. 86 85 83. 83 82. 85 84. 85 84 83. 8282. 81. 81. 83 82. 81. 80. Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 pertemuan ke-3. Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Hasil pembuatan mind mapping yang proses pembelajarannya menggunakan media audiovisual Grafik diatas menjelaskan hasil diskusi kelompok pada pertemuan kesatu, kedua dan ketiga dimana pada setiap pertemuan nilai yang diperoleh tiap kelompok bervariasi. Pada pertemuan pertama nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 dan 6 dengan nilai yang sama yaitu 82 sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok 3 dengan nilai 80. Pada pertemuan kedua nilai tertinggi diperoleh kelompok 4 dengan niali 84 dan nilai terendah diperoleh kelompok 3 dengan nilai 82. Dan pada pertemuan ke tiga nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 1 dengan nilai 86 dan nilai terendah diperoleh oleh kelompok 3 dengan nilai 82. Adanya kelompok yang mendapatkan nilai rendah membuktikan bahwa masih ada siswa yang kurang faham pada saat pembuatan mind mapping. Jika dilihat dari diagram diatas menunjukan adanya peningkatan pada tiap pertemuan, meskipun ada kelompok yang memperoleh nilai tetap. Hal ini membuktikan adanya perbedaan kemampuan pada tiap kelompok.. Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Media Torso Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan media audiovisual diperoleh nilai rata-rata x =24,7 dengan s=9,18 dari sd=3,03 dan nilai χ2hitung 2,23< χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM mata pelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya adalah 76,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas VIII-C SMP.

(9) Negeri 14 Tasikmalaya pada materi sistem ekskresi adalah 72,65. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan dengan media torso belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa di kelas VIII-A yang menggunakan media torso memiliki hasil belajar yang lebih rendah dibanding dengan media audiovisual. Hal ini disebabkan karena siswa kurang fokus memperhatikan materi, meskipun media torso ini bisa dipegang, diraba dan diamati secara langsung oleh siswa tetapi tidak semua siswa dapat memperoleh kesempatan untuk memegang dan mengamati media tersebut karena keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Selain itu, media torso hanya tertumpu pada penjelasan guru sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru mrnyampaikan materi melalui media torso, kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen, setelah itu siswa diminta untuk mengamati materi pembelajaran melalui media torso dan kajian teori dari berbagai sumber untuk pengumpulan data. Kemudian siswa diberikan tugas untuk membuat mind mapping yang dikerjakan secara berkelompok sebagai alat bagi pemahaman siswa dalam menyerap materi yang telah disampaikan. Para siswa saling bertukar informasi dan berdiskusi dan mensistesis semua gagasan untuk dituangkan kedalam suatu bentuk mind mapping yang akan dipresentasikan. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan ataupun pendapat kepada penyaji materi. Pada saat presentasi, ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang dalam menyampaikan materi. Kelompok yang kurang yaitu kelompok yang terlihat belum menguasai materi dan masih terpaku pada mind mapping yang dibuatnya, serta kurang kerjasama sehingga hasilnya kurang maksimal. Sementara, kelompok yang baik yaitu kelompok yang terlihat sudah menguasai materi sehingga tidak terpaku pada mind mapping yang telah dibuatnya, dan mampu menggunakan kembali media torso untuk memperjelas menyampaikan materi ataupun menjawab pertanyaan, sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik. Meskipun ada beberapa jawaban yang kurang tepat, disilah tugas guru untuk meluruskan dan memperjelas jawaban dari pertanyaan siswa. Setelah semua presentasi selasai,.

(10) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Kegiatan terakhir yaitu siswa melakukan post test. Adapun hasil penilaian dari pembuatan mind mapping pada tiap kelompok sebagai berikut: 74. 73 72. 72. 72 71. 70. 70 68. 68. 70 69. 72 71. 7171 70 6969. 69. 68 67. 66. Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 pertemuan ke-3. 64 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Hasil pembuatan mind mapping yang proses pembelajarannya menggunakan media torso Gambar Menjelaskan hasil diskusi kelompok pada pertemuan kesatu, kedua dan ketiga dimana pada setiap pertemuan nilai yang diperoleh tiap kelompok bervariasi. Pada pertemuan pertama nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 5 dengan nilai yang 70 sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok 4 dengan nilai 67. Pada pertemuan kedua nilai tertinggi diperoleh kelompok 2, 5, dan 6 dengan niali yang sama yaitu 71 dan nilai terendah diperoleh kelompok 4 dengan nilai 69. Dan pada pertemuan ke tiga nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 dengan nilai 73 dan nilai terendah diperoleh oleh kelompok 4 dengan nilai 69. Adanya kelompok yang mendapatkan nilai rendah membuktikan bahwa masih ada siswa yang kurang faham pada saat pembuatan mind mapping. Jika dilihat dari diagram diatas menunjukan adanya peningkatan pada tiap pertemuan, meskipun ada kelompok yang memperoleh nilai tetap. Hal ini membuktikan adanya perbedaan kemampuan pada tiap kelompok.. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Menggunakan Media Audiovisual dan media Torso.

(11) Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh hasil thitung = -5,76 dan ttabel = 1,99. Maka thitung berada didaerah penolakan Ho yang berarti kesimpulan analisisnya tolak Ho. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukan. bahwa. ada. perbedaan. hasil. belajar. siswa. yang. proses. pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media audiovisual dan media torso pada materi sistem ekskresi di kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya. Nilai rata-rata post test siswa di kelas yang menggunakan media pembelajaran audiovisual lebih tinggi yaitu 83,82 dibanding nilai rata-rata post test siswa di kelas yang menggunakan media torso yaitu 72,65. 85. 83.82. 80. 76 72.65. 75 70 65. Media Audiovisual. Media Torso. Nilai Rata-rata KKM. Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya Berdasarkan gambar terlihat bahwa kelas yang proses pembelajarannya menggunakan media audiovisual sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan, sementara kelas yang proses pembelajarannya menggunakan media torso belum mampu untuk mencapai nilai KKM yang ditentukan. Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan karena siswa yang proses pembelajarannya menggunakan media audiovisual (kelas VIII-C) terlihat lebih antusias dalam memperhatikan materi. Sedangkan pada siswa yang proses pembelajarannya menggunakan media torso (kelas VIII-A). siswa terlihat kurang fokus memperhatikan materi. Hal. tersebut terjadi karena penggunaan media audiovisual selama proses pembelajaran lebih mampu menarik minat belajar siswa terutama dengan adanya penjelasan materi melalui unsur suara dan gambar yang terdapat dalam video sehingga tidak hanya tertumpu pada penjelasan guru, jadi guru hanya memberikan penjelasan.

(12) kepada siswa jika ada yang ditanyakan oleh siswa. Selain itu, media ini juga mudah dilihat dan diamati oleh seluruh siswa baik yang duduk didepan maupun dibelakang. Sedangkan pada penggunaan media torso selama proses pembelajaran berlangsung, media ini juga mampu menarik minat belajar siswa tetapi tidak seperti dikelas yang menggunakan media audiovisual. Meskipun media torso ini bisa dipegang, diraba dan diamati secara langsung oleh siswa tetapi tidak semua siswa dapat memperoleh kesempatan untuk memegang dan mengamati media tersebut karena keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Selain itu, media torso hanya tertumpu pada penjelasan guru sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Berdasarkan grafik hasil tugas pembuatan mind mapping yang dibuat oleh siswa, siswa kelas C yaitu yang proses belajarnya menggunakan media audiovisual terlihat nilainya lebih baik daripada siswa kelas A yang proses pembelajarannya menggunakan media torso. Hal tersebut terjadi karena siswa kelas C yang proses belajarnya menggunakan media audiovisual terlihat lebih antusias dalam pembuatan mind mapping, adanya kerjasama yang baik, pemahaman siswa yang baik karena adanya penambahan uraian materi dalam media audiovisual, kebanyakan konsep yang dituangkan siswa sudah baik dan benar, ada beberapa kelompok yang menggunakan gambar atau simbol, dan kebanyakan kelompok sudah menggunakan warna. Sehingga kelas c mendapat nilai yang relatif baik. Sementara pada siswa kelas A yang proses pembelajarannya menggunakan media torso terlihat kurang antusias dalam pembuatan mind mapping, kerjasama yang kurang, pemahaman siswa yang kurang maksimal, konsep yang dituangkan siswa oleh beberapa kelompok masih terlihat kurang lengkap, tidak ada kelompok yang menggunakan simbol, dan hanya beberapa kelompok yang menggunaakan warna. Sehingga kelas A mendapat nilai yang kurang. Dengan demikian, proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media audiovisual dinilai lebih baik digunakan daripada proses pembelajaran yang menggunakan model.

(13) pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media torso pada materi sistem ekskresi di kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya.. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran yang Menggunakan Media Audiovisual dan Media Torso No 1. Media Pembelajaran Media audiovisual. Kelebihan a. Menarik. Kekurangan dan a. siswa. meningkatkan. minat. belajar siswa;. mengerti jika tidak diulangi oleh guru.. b. terciptanya suasana belajar yang interaktif; c. menghindari. kurang. kejenuhan. dalam proses belajar; d. mudah dilihat dan diamati oleh seluruh siswa; e. memperjelas materi yang diberikan guru; f. adanya uraian penjelasan dari media; g. mempermudah memahami materi pelajaran..

(14) 2. Media torso. a. menarik. minat. siswa a. Objek media yang. dalam belajar; b. siswa bentuk. diperlihatkan terlalu. dapat. melihat. organ. sistem b.Tidak adanya uraian. ekskresi seperti aslinya; c. siswa. lebih. memperhatikan media; d. menambah. kecil;. pengetahuan. penjelasan. dari. media; c. Siswa. tidak. dapat. melihat dengan jelas. siswa melalui pengamatan. media. langsung;. diperlihatkan guru;. e. menghindari. kejenuhan d.Media. siswa dalam belajar.. ditemukan. yang. sulit karena. tidak semua sekolah memilikinya; Tabel Kekurangan Dan Kelebihan Mind Mapping No Kelebihan Kekurangan 1 Mempermudah untuk Memerlukan banyak waktu memperoleh informasi 2 Mempermudah pemahaman siswa Memerlukan keaktifan siswa 3 Siswa dapat berkreasi Guru banyak memberikan saran kepada siswa supaya dapat mengeluarkan idenya 4 Melatih kerjasama siswa Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media audiovisual dan media torso pada materi sistem ekskresi di kelas VIII SMP Negeri 14 Tasikmalaya. Daftar Pustaka Anonim. (2012). Media Pembelajaran Model Torso. [Online]. Tersedia: http://www.4shared.com/file/SLrzWuj3/Media_Pembelajaran_Model_Torso .html. (06 Februari 2015)..

(15) Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Buzan, Tony. (2012). Buku Pintar Mind Mapp. Jakarta: Gramedia. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama. Romi (2015). Kekurangan dan Kelebihan Media Audiovisual. [Online]. Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.phpjpdpb/article/view/File/1716/pdf.(18 Januari 2015). Susilana, Rudi dan Cepi Riyani media (2008). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wahana Prima. Zain, Aswan. dan Syaiful Bahri Djamarah. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta..

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Sementara untuk logam Fe saat sebelum aktifitas laboratorium dan kafetaria konsentrasi yang didapat jauh lebih besar dibandingkan dengan setelah aktifitas

serta Klarifikasi oleh Pokja Menurut Ketentuan – Ketentuan yang berlaku, maka Pokja pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Mahkamah Agung RI. Wilayah Gorontalo

Menurut Bapak Marwan selaku warga Pekon Pajajaran, terkait jual beli tanah wakaf tersebut menganggapi bahwa jual beli tersebut tidak sah secara Hukum Islam karena di

(Cantumkan jika ada doa khusus agar kami para jamaah bisa mengaminkannya) Silahkan Klik Like dan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil peneliatian ini adalah bahwa sistem pakar dapat digunakan untuk membantu memecahkan permasalahan dalam beragam bidang,

Upaya masyarakat dalam publikasi destinasi wisata untuk peningkatan ekonomi Desa Leuwikujang Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka adalah dengan cara

Faktor tersebut adalah penyiapan lahan yang tidak terkendali dengan cara membakar, termasuk juga karena kebiasaan masyarakat dalam membuka lahan, kebakaran yang tidak disengaja,

Hasil dari pertemuan tersebut adalah kedua negara sepakat untuk rutin melakukan pertemuan 2+2 meeting setiap dua tahun sekali, membaut hotline komunikasi antara