PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
MIND MAPPING
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS IV
Ni Putu Stya Prahita
1, I Nyoman Jampel
2, I Gde Wawan Sudatha
3 1Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
2,3Jurusan
TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:[email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok
siswa yang belajar dengan model pembelajaran Mind Mapping dan kelompok siswa
yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA kelas IV SD di Desa Yehembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian adalah siswa kelas IV SD di Desa Yehembang Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 102 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN 3 Yehembang yang berjumlah 20 orang dan siswa kelas IV SDN 7 Yehembang yang berjumlah 26 orang. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan tes berbentuk objektif. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Mind Mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional kelas IV SD di Desa Yehembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2013/2014 (thitung = 3,87 ; ttabel = 2,076) dimana perbandingan
perhitungan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Mind Mapping adalah
X
=13,70 lebih besar dari hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional adalahX
=10,42. Hal ini berarti penerapan modelMind Mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Desa Yehembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo.
.
Kata-kata kunci: model pembelajaran, Mind Mapping, hasil belajar IPA ABSTRACT
This reasearch is aims to describe the differences of learning outcomes among the group of pupil which use Mind Mapping learning method and the group of pupil which use conventional learning method on Natural Science Study Subjek in 4th grade elementary school in Diponogoro Cluster Distric Mendoyo,Yehembang Village. The type of reasearch is a quasi experimental reasearch.The population is 103 students of 4th grade elementary school in Yehembang Village Mendoyo Distric academic year 2013/2014. The sample on this reasearch is 20 students of 4th grade on Yehembang 3 Elementary School and 26 students of 4th grade on Yehembang 7 Elementary School.The data of learning outcome were collected using objective multiple-choice test. Collected data were analzyed using descriptive statistic and t-test inferential statistic. The result shown that were such a significant differences in learning outcomes between the student who take Mind Mapping method and the student who take conventional learning method in 4th grade of Cluster IV Diponogoro Mendoyo Distric academic year 2013/2014 (thitung = 3,87 ; ttabel = 2,076). Comparison of the average
Natural Science learning outcomes who take Mind Mapping is
X
=13,70 bigger thanthe average of Natural Science learning outcomes for student who take conventional learning method
X
=10,42. It means the usage of Mind Mapping affect the learning outcomes ind 4th grade student on elementary school in Yehembang Village, Cluster IV Diponogoro, Mendoyo Distric.Key words:Mind Mapping model, Natural Science learning outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan pintu utama
siswa untuk memasuki gerbang
pengetahuan, oleh karena itu pendidikan sangat penting diberikan kepada anak sedini mungkin, karena semakin cepat anak itu memasuki pendidikan baik formal maupun informal maka semakin cepat juga anak akan banyak mengetahui tentang kehidupan
diluar. Salam (2002) mengemukakan
pengertian pendidikan bahwa pendidikan hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian
dan keterampilan manusia yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Saat ini, pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan, untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar tetap
mampu bertahan untuk menghadapi
perubahan dan persaingan tersebut, maka kualitas sumber daya manusia harus
ditingkatkan melalui berbagai program
pendidikan yang dilaksanakan secara
sistematis dan terarah berdasarkan
kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi (Darmayoga, 2013).
Pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada
siswa, tetapi pendidikan juga harus
digunakan sebagai wahana pembinaan moral. Dengan demikian, pendidikan harus diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur
dan moral yang baik, serta dapat
menghadapi dan mengantisipasi kehidupan dimasa depan diperlukan sumber daya manusia yang memiliki pemikiran logis, kreatif, inovatif, dan kemampuan kerjasama yang efektif.
Saat ini, terdapat
perubahan-perubahan sistem pendidikan di Indonesia.
Perubahan-perubahan itu terjadi
dikarenakan telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Menurut
Sudiarta (dalam Widowati, 2010)
“terpuruknya kualitas pendidikan dan hasil belajar siswa lebih banyak disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya penggunaan
model, metode, maupun strategi
pembelajaran yang masih bersifat
tradisional dan kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan pola pikirnya sesuai
dengan kemampuan dan keterampilan
masing-masing”. Belajar akan lebih
bermakna jika siswa mengalami apa yang akan dipelajarinya, bukan sekedar hafalan terhadap materi pelajaran. Pembelajaran
yang berorientasi terhadap target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, namun gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2002).
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peranan yang sangat penting. Dan bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses
mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga
bahan pengajaran disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa.
Untuk mengatasi permasalahan serta guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa khususnya pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan Ilmu Pengetahuan yang berisi konsep-konsep yang berhubungan dengan alam sebagai hasil eksperimen/ percobaan dan observasi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam beserta isinya serta segala gejala yang terjadi didalamnya.
Harus disadari oleh para guru bahwa pada dasarnya tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran IPA harus digambarkan atau mencangkup tujuan pembelajaran IPA yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan 2006. Berdasarkan hasil
pengamatan, diketahui bahwa metode
pembelajaran yang diterapkan masih
menitikberatkan pada metode ceramah. Proses pembelajaran yang berlangsung
adalah guru menjelaskan dan siswa
mendengarkan penjelasan guru kemudian dilanjutkan dengan pemberian soal-soal latihan kepada siswa, akibatnya keaktifan siswa menjadi berkurang, sehingga siswa merasa kurang tertantang untuk berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran yang tengah berlangsung dikelas dikarenakan oleh model pembelajaran yang diterapkan
guru kurang inovatif dan minimnya
penggunaan media saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Selain itu
penggunaan media juga belum diterapkan, misalnya dengan menggunakan media gambar. Guru hanya membawa media tersebut tetapi belum dimanfaatkan untuk pembelajaran, sehingga media tersebut dianggap sebagai pajangan saja.
Untuk mengatasi hal tersebut salah
satunya dengan menggunakan model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara
langsung. Penelitian ini menggunakan
model kooperatif. Menurut Lie (dalam Suryani dan Agung, 2012:82) “Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan”. Kemudian Slavin (dalam
Taniredja, 2013:25) mengemukakan, “In
Cooperative learning methotds, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari pernyataan tersebut dapat
dikemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar, salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping.
Menurut Ahmadi dkk (2011:10), “Mind Mapping sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban”. Mind
Mapping merupakan teknik mencatat yang kreatif, efektif dan praktis. Untuk membuat
Mind Mapping, menurut Buzan (dalam
Huda, 2013:307) menyatakan bahwa
“seorang biasanya memulainya dengan menulis gagasan utama di tengah halaman dan dari situlah, ia bisa membentangkannya
keseluruh arah untuk menciptakan
semacam diagram yang terdiri dari kata kunci- kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar”.
Pada hakikatnya, Mind Mapping digunakan
sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa, tertarik untuk dilaksanakan penelitian dan memilih model
pembelajaran Mind Mapping. Salah satu
alternatif untuk memperbaiki proses
pembelajaran IPA di kelas IV SD di Desa Yehembang, tertarik dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil
Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD di
Desa Yehembang Gugus IV Diponegoro,
Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran
2013/2014”. METODE
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah jenis penelitian eksperimen semu
atau Quasi experiment karena tidak semua
variabel yang muncul dalam kondisi
eksperimen dapat diatur dan dikontrol
secara ketat. Quasi experiment adalah
sebuah penelitian yang memerlukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, tetapi tidak memungkinkan diadakannya pengambilan subjek penelitian secara acak dari populasi yang ada. Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian (Agung, 2010).Hal tersebut dikarenakan subjek (siswa) secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu kelas).
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Yehembang dan SDN 7 Yehembang di Desa Yehembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo mulai dari tanggal 11 Maret sampai dengan 12 April 2014.
Adapun rancangan penelitian yang
digunakan adalah Penelitian ini
menggunakan rancangan non-equivalent
post-test only control group design. Desaign untuk penelitian ini disajikan pada Tabel 1. dibawah ini.
Tabel 1. Post-test Only Control Desaign
Kelas
Treatment
Post-test
Eksperimen
X
O
1Kontrol
–
O
2Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV Sekolah Dasar di Desa Yehembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo yang terdiri dari 4 Sekolah Dasar dengan jumlah siswanya sebanyak 103 orang. Sampel penelitian
ditentukan dengan teknik Random Sampling
yaitu sample yang dirandom dalam
penelitian ini adalah kelas karena dalam eksperimen tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang ada.
Sebelum menentukan sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, terlebih dahulu yang dilakukan adalah menguji
kesetaraan dari populasi dengan
menganalisis hasil belajar IPA ulangan tengah semester siswa kelas IV SD di Desa
Yehembang Gugus IV Diponegoro
Kecamatan Mendoyo dengan menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A).
Berdasarkan analisis ANAVA pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai Fhitung= 2,33.Nilai Ftabel pada dbantar = 3 dan dbdal= 98
adalah 2,47. Hasil uji kesetaraan
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar ulangan tengah semester kelas IV SD mata pelajaran IPA di Desa Yehembang Gugus
IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo.
Kemudian diadakan pengundian untuk
mengambil dua kelas yang menjadi sampel penelitian. Hasil undian diperoleh dua kelas yaitu kelas IV di SDN 3 Yehembang dan kelas IV di SDN 7 Yehembang. Kedua kelas tersebut diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Hasil dari pengundian tersebut yaitu di kelas IV SDN 3 Yehembang sebagai kelas eksperimen dan di kelas IV SDN 7 Yehembang sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan
perlakuan dengan model pembelajaran Mind
Mapping, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.
Data hasil belajar yang diperlukan, akan dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan memberikan tes pada
setiap individu. Tes ini dilakukan setelah siswa mengalami proses belajar, dan bahan yang dijadikan soal tes tidak keluar dari bahan yang telah dipelajari oleh siswa.
Tes tersebut sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa di kelas sampel, perlu diuji coba kepada siswa kelas V dan VI SD di Desa Yehembang Gugus IV Dipnegoro Kecamatan Mendoyo. Pengujian yang dilakukan terhadap intrumen tersebut meliputi validitas, reliabilitas, daya beda, dan
taraf kesukaran tes. Hasil uji coba
menyatakan 23 soal valid dan layak digunakan dalam penelitian, reliabilitas tes yaitu 0,66 memiliki kriteria reliabilitas tinggi taraf kesukaran tes yaitu 0,6 memiliki kriteria kesukaran tes sedang, sedangkan untuk daya beda tes yaitu 0,3 memiliki kriteria daya beda tes yang cukup baik.
Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif
yaitu mean, median, modus. Hasil
perhitungan mean, median, modus disajikan ke dalam kurva polygon. Penyajian data dengan kurva polygon bertujuan untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hubungan antara mean (M), median (Md) dan modus (Mo) digunakan untuk menentukan kemiringan kurva polygon distribusi frekuensi.
Selain teknik analisis statistik
deskriptif, analisis data dengan uji-t
dilakukan pula untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan analisis t-test, data yang diperoleh perlu diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas untuk skor hasil belajar IPA siswa digunakan
analisis chi-kuadrat dan uji homogenitas
varians dengan uji-F. Jika hasil analisis
menunjukkan data yang normal dan
homogen serta jumlah siswa antar kelas sampel tidak sama, maka digunakan rumus
uji-t. Metode analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah uji-t sampel independent (tidak
berkorelasi) dengan rumus Polled Varians.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil
Penelitian ini menganalisis data hasil penelitian dengan stasistik deskriptif dan statistisk inferensial yaitu uji-t. Data yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu skor tes hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari
perlakuan model pembelajaran Mind
Mapping pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Berikut ini rekapitulasi perhitungan hasil belajar IPA siswa hasil analisis statistik deskriptif disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Hasil Belajar IPA Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Modus (Mo) 15,08 8,64 Median (Md) 14,10 9,90 Mean (M) 13,70 10,42 Berdasarkan tabel 01, dapat diketahui
bahwa pada kelompok eksperimen
Mo>Md>M sedangkan pada kelompok
kontrol Mo<Md<M. Jika mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo), maka kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Sedangkan Jika modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M), maka kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Data hasil belajar IPA
siswa pada kelas eksperimen dapat
disajikan ke dalam bentuk kurva polygon seperti pada grafik 1.
Grafik 1. Grafik Polygon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
Md = 14,10
Mo = 15,08 M = 13,70
Berdasarkan grafik 1, terlihat bahwa
sebaran data kelompok siswa yang
mengikuti model pembelajaran Mind
Mapping pada kelas eksperimen
menunjukkan kurva juling negatif.
Berdasarkan analisis data, mean hasil belajar IPA siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu 13,70. Setelah dikonversi ke dalam PAP skala lima, mean hasil belajar IPA siswa berada pada kategori tinggi.
Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA pada kelas kontrol yang mengikuti model pembelajaran konvensional disajikan pada grafik 2.
Grafik 2. Grafik Polygon Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol
Berdasarkan grafik 2, terlihat bahwa
sebaran data kelompok siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol menunjukkan kurva juling positif. Berdasarkan analisis data, mean hasil belajar IPA siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu 10,42. Setelah dikonversi
ke dalam PAP skala lima, mean
keterampilan proses sains siswa berada pada kategori sedang.
Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil analisis data post
test kelas eksperimen dengan
menggunakan rumus chi kuadrat, diperoleh
X2hitung =2,325 dan X2tabel =7,779 dengan
taraf 5%. Dengan demikian X2hitung < X2tabel,
ini berarti data post test hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil analisis data post test kelas kontrol diperoleh X2hitung = 4,167 dan
X2tabel = 9,236 dengan taraf 5%. Dengan
demikian X2hitung < X2tabel,, maka data hasil
belajar IPA siswa kelas kontrol berdistribusi normal pula.
Selanjutnya uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelas eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel maka data berdistribusi homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan Fhitung = 1,04 dan Ftabel = 2,1 pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian varians antar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Berdasarkan hasil analisis uji
prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Oleh karena data hasil belajar IPA siswa berdistribusi normal dan homongen serta jumlah siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan jumlah siswa pada kelas kontrol, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t yaitu rumus Separated Varians dengan kriteria H0 ditolak jika thitung > ttabel dan H0
terima jika thitung < ttabel. Berikut ini ringkasan hasil uji hipotesis disajikan pada tabel 03.
Tabel 03. Ringkasan Uji-t dengan Separated Varians
Data Kelompok N
X
s2 t hit ttab (t.s. 5%) Hasil Belajar Eksperimen 20 13,70 8,22 3,87 2,077 Kontrol 26 10,42 7,93 Md = 9,90 Mo = 8,64 M = 10,42Sesuai dengan tabel 02 tersebut, terlihat bahwa hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 3,87 sedangkan ttab dengan db
(
2
,
060
)
2
060
,
2
093
,
2
terkecilt
dan tarafsignifikansi 5% adalah 2,077. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga Ho
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian,
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran Mind Mapping
dengan siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional di kelas IV SD
Tahun Pelajaran 2013/2014 di Desa
Yehembang Gugus IV Kecamatan Mendoyo. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi data hasil
penelitian, kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model Mind mapping
memiliki rata-rata skor hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran
konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa.
Rata-rata skor hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model Mind
Mapping adalah 13,70 dan rata-rata skor
hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional adalah 10,42. Perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model Mind Mapping dengan
kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran model konvensional
disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi.
Model Mind Mapping lebih
menekankan pada pengembangan
kemampuan berpikir siswa, sedangkan
model pembelajaran konvensional
menekankan pada hafalan.
Model pembelajaran Mind Mapping
memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengembangkan pembelajarannya,
sehingga pembelajaran menjadi berpusat
kepada siswa (student centered). Selama
proses pembelajaran berlangsung semua siswa terlibat dan dituntut berpartisipasi
aktif. Sedangkan, fungsi guru selama proses
pembelajaran berlangsung hanyalah
sebagai fasilitator dan motivator. Selain itu,
model Mind Mapping memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan ide-ide baru melalui
rangkaian peta-peta dalam hal
memecahkan masalah ataupun soal-soal yang dilontarkan oleh guru sehingga mampu
mengasah kemampuan berpikir serta
meningkatkan hasil belajarnya.
Hal ini sejalan dengan pandangan
Aqib (2013) yang menjelaskan bahwa Mind
Mapping merupakan suatu model pembelajaran yang baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban melalui
rangkaian peta-peta.
Dengan pengetahuan baru yang
didapat selama proses pembelajaran, siswa mampu mengorganisasikan ide-ide mereka
dalam berdiskusi. Kegiatan tersebut
dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengoptimalkan fungsi belahan otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam aplikasinya
sangat membantu untuk memahami
masalah dengan cepat karena telah
terpetakan. Berkaitan dengan hasil belajar siswa, Darmayoga (2013) juga menyatakan
bahwa Mind Mapping dapat meningkatkan
minat belajar siswa. Dengan minat siswa dapat ditumbuhkan apabila siswa merasa tertarik dan merasa menumbuhkan sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang sering dihadapi oleh siswa. Sehingga minat
belajar siswa mendukung tercapainya
peningkatan hasil belajar siswa.
Dilihat dari segi sintak
pembelajarannya, model Mind Mapping
memiliki sintak yang sangat berbeda dengan
model konvensional. Pada model Mind
Mapping, langkah-langkah pembelajaran diatur ketat sesuai dengan sintaks model
Mind Mapping. Pada awal pembelajaran,
setelah guru selesai melaksanakan
apersepsi, siswa diajak ke dalam situasi belajar dengan materi yang baru. Siswa diminta untuk membentuk kelompok kecil yang nantinya akan mendiskusikan LKS yang akan dibagikan oleh guru. Kemudian guru memberikan permasalahan yang ingin ditanggapi oleh siswa dengan membagikan LKS.
Pada tahap selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk melakukan
percobaan-percobaan dan menjawab
pertanyaan-peratnyaan yang ada pada LKS dengan membuat catatan hasil diskusi berupa peta pikiran. Pada kegiatan ini guru hanya menjadi pembimbing, apabila siswa menemukan kedala atau kesulitan dalam mengerjakan LKS. Setelah siswa selesai
mengerjakan LKS, dilanjutkan dengan
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Untuk menguji pemahaman siswa, setelah kegiatan diskusi dan presentasi guru
kembali mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan adalah pertanyaan yang sifatnya menggali dan mengarahkan pemahaman siswa. Pada tahap ini guru akan menunjuk siswa secara acak dengan tujuan agar seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga didalam mengikuti proses pembelajaran siswa memperoleh hasil belajar yang baik.
Berbeda halnya dengan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran konvensional, dimana guru mendominasi
proses pembelajaran (teacher centered)
dengan cara memberikan ceramah untuk menjelaskan materi dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Siswa juga tidak diminta untuk mendiskusikan LKS namun hanya diminta untuk menjawab soal-soal yang ada pada buku pelajaran. Guru mengasumsikan bahwa dengan mampunya siswa menjawab soal pada buku pelajaran maka tujuan pembelajaran telah tercapai.
Proses pembelajaran seperti ini hanya menuntut siswa untuk menghafal materi dan tidak memaknai materi pelajaran dengan mendalam, sehingga kemampuan berpikir siswa tidak terasah, minat belajar dan hasil belajarnya pun tergolong masih rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang
penerapan model Mind Mapping. Penelitian
yang dilakukan oleh Darmayoga dkk (2013) dengan judul “Pengaruh implementasi
metode Mind Mapping terhadap hasil belajar
IPS ditinjau dari minat siswa kelas IV SD Sathya Sai Denpasar” mengatakan bahwa
dengan metode Mind Mapping dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Minat siswa dapat ditumbuhkan apabila siswa
merasa tertarik dan merasa membutuhkan sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang sering dihadapi oleh siswa. Minat
belajar siswa mendukung tercapainya
peningkatan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Mariyani dkk dengan Pengaruh Implementasi Strategi
Mind Mapping Terhadap Prestasi Belajar Menulis Kreatif Ditinjau Dari Kreativitas Siswa. Pada penelitian ini diketahui bahwa prestasi belajar menulis kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
pembelajaran Mind Mapping berbeda secara
signifikan dengan prestasi belajar yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional.
Hasil penelitian yang juga mendukung
keefektifan penggunaan model
pembelajaran kooperatif Mind Mapping
adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewa Ayu Made Manu Okta Prianti dkk
(2013) yang menunjukkan adanya
perbedaan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa yang mendapatkan
penerapan model Mind Mapping dan Siswa
yang mendapat penerapan model
pembelajaran konvesional. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen (menerapkan model
Mind Mapping) adalah 66,93 tergolong kriteria tinggi, sedangkan rata-rata (M) hasil
belajar IPA siswa kelompok kontrol
(menerapkan model konvensional) adalah 59,12 tergolong kriteria sedang.
Berdasarkan penjelasan mengenai
perbedaan hasil belajar siswa antara siswa
yang belajar dengan model Mind Mapping
dengan siswa yang belajar dengan model Konvensioal, dan didukung oleh beberapa
hasil penelitian yang telah dilakukan
mengenai penerapan model Mind Mapping,
maka dalam penelitian ini kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
Mind Mapping memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping berada pada kategori tinggi (rata-rata sebesar 13,70). Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional berada pada tingkat kategori sedang (rata-rata sebesar 10,42).
Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model Mind Mapping dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD tahun pelajaran 2013/2014 di Desa
Yehembang Gugus IV Diponegoro
Kecamatan Mendoyo. Hal ini ditunjukkkan pada hasil hipotesis uji-t yang diketahui bahwa
t
hitung
3,87
>t
tabel
2
,
077
berarti H0ditolak dan H1 diterima. Kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Mind Mapping
menunjukkan hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas IV SD di Desa Yehembang Gugus IV
Diponegoro Kecamatan Mendoyo
(M=13,70>M=10,42).
Adanya perbedaan yang signifikan
menunjukkan bahwa penerapan
menggunakan model Mind Mapping
berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Selanjutnya Saran yang dapat
disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Kepada siswa di sekolah dasar agar terus meningkatkan hasil belajar dengan cara ikut
serta berperan aktif selama proses
pembelajaran berlangsung seperti, aktif
bertanya dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Disarankan kepada para guru agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran
yang inovatif dan didukung media
pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.
Kepada Sekolah-sekolah yang
mengalami permasalahan rendahnya hasil
belajar siswa, disarankan untuk
mengimplementasikan model Mind Mapping
dalam pembelajaran di sekolah tersebut agar dapat menumbuhkan minat belajar siswa. kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang model Mind Mapping dalam bidang
ilmu Pengetahuan Alam maupun bidang
ilmu lainnya yang sesuai agar
memperhatikan kendala-kendala yang
dialami dalam penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan dan
penyempurnaan penelitian yang akan
dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Singaraja:
Jurusan Teknologi Pendidikan,
Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas pendidikan Ganesha Singaraja.
Ahmadi, K, dkk. 2011. Strategi
Pembelajaran Sekolah Terpadu “Pengaruh Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri”. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan
Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Darmayoga, dkk. 2013. Pengaruh
Implementasi Metode Mind
Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau Dari Minat Siswa Kelas IV SD Sathya Sai Denpasar.
E-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol 3. , tahun 2013.
Depdiknas. 2002. Pendekatan kontekstual.
Jakarta: Depdiknas.
Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran
dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Prianti, dkk. 2013. Pengaruh Metode mind
mapping terhadap keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS. E-Jurnal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Vol 3. , tahun 2013.
Salam, B. 2002. Pengantar pedagogik
(dasar-dasar ilmu mendidik). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suryani, Nunuk, dan Leo A. 2012. Strategi
Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Taniredja T, dkk. 2013. Model-model
Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Bandung: Alfabeta.
Widowati, A. 2010. Pengaruh Mind Map
Terhadap Kemampuan Kognitif Dan Kreatifitas Siswa Dalam Pembelajaran Sains Meaningfully.