• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Heniyati Hawalid) 437

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Heniyati Hawalid) 437"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI

(Brassica juncea L. Coss) TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN JENIS PUPUK ORGANIK CAIR PADA SISTEM VERTIKULTUR

Oleh :

Ir. Hj. Heniyati Hawalid, M.Si

( Dosen PNSD pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang )

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan yang sesuai komposisi media tanam dan jenis pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L. Coss) pada sistem vertikultur. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali dan terdiri dari lima tanaman contoh. Perlakuan tersebut adalah komposisi media tanam adalah tanah : arang sekam : kompos bakung (M1) = 3:2:1, (M2) = 2:3:2, dan (M3) = 1:1:3. Perlakuan kedua, yaitu jenis pupuk

organik cair terdiri dari Bio Nutrition Plus (BNP) (J1), Biotani (J2), ekstrak bakung dengan dosis 2,5

cc/l air (J3).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah komposisi media tanam tanah : arang sekam : kompos bakung (2:3:2) menghasilkan pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman sawi (Brassica juncea L. Coss) dan jenis pupuk pelengkap organik cair Bio Nutrition Plus (BNP) menghasilkan pertumbuhan dan produksi pada peubah yang diamati seperti tinggi tanaman (27,49 cm), berat berangkasan basah (52,20 g), berat berangkasan kering (5,80 g), dan indeks panen (83,05%), jumlah daun (8,80 helai).

Keyword : Komposisi media tanam, jenis PPC, sawi, vertikultur

PENDAHULUAN

Tanaman sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Sawi juga mengandung banyak zat makanan yang esensial bagi kesehatan tubuh, selain memiliki vitamin A, B, dan C serta zat gizi yang penting bagi kesehatan. Sawi juga dipercaya dapat menghilangkan berbagai macam penyakit, pembersih darah, serta dapat memperbaiki fungsi ginjal (Haryanto et al., 2003).

Komposisi media tanam 1 : 1 : 2 (tanah : pasir : kompos azolla) memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah tangkai daun, berat berangkasan basah, berat berangkasan kering, dan indeks panen untuk tanaman sawi. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi media tanah

tersebut lebih sesuai untuk tanaman itu sendiri (Muslih, 2005).

Menurut Untung et al. (1999), bahwa campuran media tanam antara tanah, pasir, dan kompos azolla dengan perbandingan 2 : 1 : 2 dapat digunakan sebagai media tanaman untuk sayur-sayuran, karena dengan perbandingan ini tanah yang berstruktur liat dan berstruktur padat serta miskin bahan organik dapat terpenuhi menjadi kaya bahan organik, berstruktur lempung dan berstruktur remah.

Sekam padi berperan penting dalam perbaikan struktur tanah, sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik. Arang sekam juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi, sehingga membuat media tanam menjadi gembur (Tim Redaksi Penebar Swadaya, 2007).

(2)

Penggunaan pupuk organik dalam budidaya tanaman sayuran adalah suatu keharusan. Selain itu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil, pemberian pupuk organik juga memperbaiki dan mempertahankan tingkat kesuburan tanah (Indriani, 1999).

Beberapa jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk organik cair dengan merek dagang Bio Nutrition Plus yang mengandung unsur hara makro N 5,2%, K2O 0,19%, PO4

0,34%, Ca 46,92 ppm, Mg 5,99 ppm, S 66,67 ppm, Fe 33,15 ppm, Cu 18,93 ppm, Cl 0,08 ppm, Mn 24,42 ppm, dan Na 0,02%.*)

Pupuk organik cair dengan merek dagang Biotani mengandung hara N 900 ppm, P2O5 600 ppm, MgO 120 ppm, CaO4

2300 ppm, Fe2O3 30 ppm, Al2O3 60 ppm,

SiO2 600 ppm, NaCl 1900 ppm, protein 5600

ppm, C-organik 3000 ppm, dan Chlor 1100 ppm.**)

Sistem pot vertikal adalah sistem budidaya atau bertanam dengan menggunakan pipa paralon yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan mengefisiensikan penggunaan lahan air, unsur hara, serta lebih mudah dalam pengendalian gulma, hama penyakit, dan lebih hemat dalam hal tenaga kerja (Syafrullah, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai komposisi media tanam dan jenis pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L. Coss) pada sistem vertikultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari respon pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L. Coss) terhadap komposisi media tanam dan jenis pupuk pelengkap cair pada sistem vertikultur.

METODOLOGI PENELITIAN a. Metode

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun peneliti Desa Sembawa Kabupaten Banyuasin. Waktu pelaksanaan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2009. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang disusun secara faktorial dengan 9 kombinasi perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan dengan 5 tanaman contoh. Perlakuan I Komposisi Media Tanam (M), M1 = tanah : arang sekam :

kompos bakung (3:2:1), M2 = tanah :

arang sekam : kompos bakung (2:3:2), M3

= tanah : arang sekam : kompos bakung (1:1:3). Perlakuan II adalah Jenis Pupuk Organik Cair (J) J1 = Bio Nutrition Plus

(BNP) , J2 = Biotani, J3 = Ekstrak bakung b. Cara Kerja

1. Pembuatan kompos, 2. Pembuatan pot vertical, 3. Persemaian benih, 4. Pengisian pot, 5. Penanaman, 6. Pemberian POC, 7. Pemeliharaan, 8. Panen

c. Peubah yang Diamati

1. Tinggi tanaman ( cm ) , 2. Jumlah daun ( helai ), 3. Berat berangkasan basah (gram ), 4. Berat berangkasan kering (gram ), 5. Indeks panen ( % )

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, berat berangkasan basah, berat berangkasan kering, serta indeks panen ( Tabel 1. ). Hasil Uji BNJ dapat dilihat pada Tabel 2, dan 3.

(3)

Tabel 1. Hasil analisis keragaman komposisi media tanam dan jenis pupuk organik cair serta interaksinya terhadap semua parameter yang diamati

Parameter yang Diamati Perlakuan KK (%) M J I Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)

Berat Berangkasan Basah (g) Berat Berangkasan Kering (g) Indeks Panen (%) ** * * * * * tn ** * ** tn tn tn tn tn 5,42 6,83 6,75 16,78 4,93 Keterangan :

* = Berpengaruh nyata, ** = Berpengaruh sangat nyata, tn = Berpengaruh tidak nyata , M = Komposisi media tanam, J = Jenis pupuk organik cair , I = Interaksi, KK = Koefisien Keragaman

Tabel 2. Respon komposisi media tanam terhadap peubah yang diamati Perlakuan Tinggi Tanaman

(cm) Jumlah Daun ( helai) Berat berangkasan basah ( g ) Berat berangkasan kering ( g ) Indeks Panen ( % ) M1 M3 M2 22,30 a A 23,36 a A 26,29 b B 7,93 a A 8,20 ab A 8,71 b A 42,82 a A 44,07 ab A 46,50 b A 4,10 a A 4,23 ab A 5,03 b A 73,70 a A 75,56 ab A 78,88 b A BNJ 0,05 = 0,01 = 1,58 2,07 0,69 0,91 3,21 4,21 0,91 1,19 4,56 5,97 Tabel 3. Respon jenis pupuk organic cair terhadap peubah yang diamati

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Berat berangkasan basah ( g ) Berat berangkasan kering ( g ) Indeks Panen ( % ) J1 J3 J2 23,00 a A 24,00 a A 25,00 b B 41,07 a A 43,50 a A 48,82 b B 3,87 a A 4,50 ab A 5,00 b A 72,73 a A 76,19 ab AB 79,22 b B BNJ 0,05 = 0,01 = 1,58 2,07 3,21 4,21 0,91 1,19 4,56 5,97 b. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan komposisi media tanam memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat berangkasan basah, berat berangkasan kering, dan indeks panen.

Perlakuan komposisi media tanam tanah, arang sekam, kompos bakung (2:3:2) memberikan pengaruh terbaik dibandingkan perlakuan komposisi media

tanam tanah, arang sekam, kompos bakung (3:2:1) dan perlakuan komposisi media tanam tanah arang sekam, kompos bakung (1:1:3). Hal ini diduga komposisi media tanam tanah, arang sekam, kompos bakung (2:3:2) merupakan komposisi media yang paling sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Komposisi media tanam menciptakan kondisi media tanam yang gembur, mampu menyimpan air, dan unsur hara, mempunyai drainase, aerase

(4)

yang baik dan lembab. Dengan demikian komposisi media tanam tersebut dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman sawi lebih baik. Peningkatan respon pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang terdapat dalam kompos rumput bakung yang lebih tinggi yaitu pH H2O (7,62), N-total (2,7%),

P-Bray (143,73 ppm), K-dd (4,55 me/100 g). Hal ini terlihat pada peubah tinggi tanaman (27,49 cm), jumlah daun (8,80 helai), berat berangkasan basah (52,20 g), berat berangkasan kering (5,80 g), dan indeks panen (83,05%). Sejalan dengan pendapat Sunarjono (2004), bahwa sawi menyukai tanah yang gembur, banyak mengandung humus, memiliki drainase yang baik dan pH tanah antara 6-7.

Komposisi media tanam tanah, arang sekam, kompos bakung (2:3:2) lebih banyak mengandung bahan organik dibandingkan komposisi media tanam tanah, arang sekam, kompos bakung (3:2:1), dan tanah, arang sekam, dan kompos bakung (1:1:3), sehingga komposisi media tanaman tanah, arang sekam, kompos bakung (2:3:2) mempunyai sifat fisik, kimia dan biologi tanah lebih baik. Dengan demikian pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim et

al. (1986), bahwa media yang cukup bahan

organik lebih cepat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan media tanam yang kurang bahan organik. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar ke dalam tanah, penyerapan air, drainase, aerase, dan nutrisi tanaman.

Penambahan arang sekam dalam jumlah yang cukup pada komposisi media tanam (2:3:2) selain dapat memperkaya unsur hara, juga dapat menjadikan media tanam lebih porous, sehingga drainase dan aerase di dalam media lebih baik. Selanjutnya dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta penyebaran akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Agoes (1994), bahwa perkembangan akar dan penyebaran akar

sangat dipengaruhi oleh struktur media tanam dan bahan organik tanah.

Penambahan kompos bakung dalam jumlah yang cukup pada komposisi media tanam (2:3:2) dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat melengkapi nutrisi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Indriani (2000), bahwa kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki struktur tanah berlempung, sehingga menjadi ringan serta menambah daya ikat air pada tanah, memperbaiki drainase dan aerase, mengandung unsur hara yang lengkap (makro dan mikro), menghemat pemakaian pupuk kimia, menambah proses pelapukan bahan mineral, memberi ketersediaan makanan bagi mikroba, dan menekan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.

Komposisi media tanam tanah, arang sekam, kompos bakung (3:2:1) memberikan respon pertumbuhan dan produksi tanaman sawi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh perbandingan tanah dan bahan organik yang tidak seimbang, drainase dan aerase kurang baik. Hal ini tercermin pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat berangkasan basah, berat berangkasan kering, dan indeks panen. Setel (1995), menyatakan bahwa tanah atau media tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman apabila media

tanaman tersebut mempunyai

perbandingan antara padatan tanam dan ruang pori dalam keadaan seimbang. Ditambahkan oleh Agoes (1994), bahwa media tanam harus memenuhi persyaratan seperti memiliki pororitas yang baik dan menyediakan unsur hara yang cukup. Media tanam sebagai tempat tumbuh tanaman dapat berfungsi baik jika didukung oleh aerase dan drainase yang baik, sehingga akar-akar tanaman dapat menyerap unsur hara secara optimal..

Menurut Winter (1978) dalam Bernadi (1987), menyatakan bahwa drainase penting bagi pertumbuhan akar, drainase buruk akan menyebabkan aerase

(5)

buruk karena air yang tertahan akan mengisi semua pori tanah, sehingga udara terdesak keluar, yang mengakibatkan pertumbuhan akar terhambat dan kurang atau bahkan mati, karena oksigen yang ada pada media terganggu oleh adanya lapisan air disekitar akar. Ditambahkan oleh Lakitan (2007), bahwa apabila pori-pori tanah terisi air, maka akan mengakibatkan kekurangan ketersediaan oksigen dan gangguan pada sistem perakaran tanaman, sehingga laju respirasi terganggu yang pada akhirnya menghambat proses pengangkutan unsur hara.

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan jenis pupuk organik cair Bio Nutrition Plus (BNP) memberikan pengaruh terbaik dibandingkan perlakuan jenis pupuk cair Biotani, dan ekstrak bakung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Kondisi ini tercermin dari beberapa parameter yang diamati, seperti tinggi tanaman (27,49 cm), berat berangkasan basah (52,20 g), berat berangkasan kering (5,80 g), dan indeks panen (83,05%), kecuali jumlah daun. Hal ini diduga dikarenakan oleh pengaruh dari unsur-unsur NPK yang terkandung dalam pupuk pelengkap organik cair Bio Nutrition Plus (BNP) lebih tinggi dibandingkan jenis pupuk pelengkap cair lain.

Pupuk pelengkap organik cair Bio Nutrition Plus (BNP) mengandung unsur hara N (5,2%), K2O (0,19%), PO4

(0,34%), Ca (46,92 ppm), Mg (5,99 ppm), dan S (66,67 ppm). Sedangkan pupuk pelengkap organik cair Biotani hanya mengandung N (900 ppm), P2O5 (600

ppm), MgO (120 ppm), CaO4 (2300 ppm),

dan C-organik (3000 ppm), dan ekstrak bakung mengandung N (39,22 mg/l), P (20,00 mg/l), dan K (16,00 mg/l).

Setiap unsur hara yang terkandung dalam pupuk pelengkap organik cair mempunyai peranan dan fungsi masing-masing yang dapat mendukung dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi. Sesuai dengan pendapat Novizan (2002), bahwa banyaknya unsur hara yang

diserap oleh tanaman akan berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman.

Perlakuan pupuk pelengkap organik cair jenis BNP memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan sawi. Hal ini diduga karena perbedaan kandungan unsur hara nitrogen, kalium, dan fosfor pada pupuk pelengkap organik cair jenis BNP lebih tinggi N (5,2%), K2O (0,19%),

dan PO4 (0,34%) dibandingkan pupuk

pelengkap cair jenis Biotani N (900 ppm) dan P2O5 (600 ppm), dan ekstrak bakung

N (39,22 mg/l), P (20,00 mg/l), dan K (16,00 mg/l).

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan jenis pupuk organik cair jenis ekstrak bakung menghasilkan pertumbuhan dan produksi lebih rendah dibandingkan perlakuan jenis pupuk pelengkap organik cair BNP dan jenis pupuk pelengkap organik Biotani. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara NPK pada jenis pupuk organik ekstrak bakung lebih rendah dibandingkan dengan jenis pupuk pelengkap organik cair BNP dan jenis pupuk pelengkap organik cair Biotani dan jenis organik cair ekstrak bakung mengandung N (39,22 mg/l), P (20,00 mg/l), dan K (16,00 mg/l). Kondisi ini menyebabkan laju pertumbuhan tanaman tidak optimal terlihat pada parameter jumlah daun. Sesuai dengan pendapat Lakitan (2007), yang menyatakan bahwa proses fotosintesis dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang baik di dalam media maupun udara, matahari, klorofil, dan ketersediaan air.

Berdasarkan hasil penelitian interaksi perlakuan komposisi media tanam dan jenis pupuk pelengkap organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi. Meskipun demikian secara tabulasi terlihat adanya perbedaan interaksi perlakuan yang menunjukkan hasil yang lebih baik terhadap semua parameter yang diamati dibandingkan dengan interaksi perlakuan lainnya. Hal ini diduga komposisi media tanam tanah, arang sekam, kompos bakung

(6)

(2:3:2) dan jenis pupuk pelengkap organik cair Bio Nutrition Plus (BNP) dapat memenuhi kebutuhan tanaman sawi. Sesuai dengan pendapat Sunarjono (2004), bahwa tanaman sawi menyukai tanah yang gembur, banyak mengandung humur (subur), memiliki drainase yang baik, pH tanahnya antara 6-7. Selanjutnya Setiawan (1994), menyatakan bahwa tanaman sawi membutuhkan banyak nitrogen bagi pertumbuhannya dan unsur hara lainnya dalam jumlah yang seimbang. Hasil yang dicapai pada penelitian ini dengan menggunakan pot vertikal selain dapat menghemat tenaga kerja, mengefisiensikan penggunaan lahan, air, unsur hara, serta lebih mudah dalam pengendalian gulma, hama penyakit, dan dapat juga meningkatkan hasil dengan menggunakan pot vertikal 10 kali lipat dibandingkan budidaya langsung di lahan biasa.

KESIMPULAN

1. Komposisi media tanam tanah : arang sekam : kompos bakung (2:3:2) menghasilkan pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman sawi (Brassica juncea L. Coss) pada sistem vertikultur.

2. Jenis pupuk pelengkap organik cair Bio Nutrition Plus (BNP) menghasilkan pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman sawi (Brassica juncea L. Coss) pada sistem vertikultur.

3. Interaksi antara komposisi media tanam dan jenis pupuk organik cair berbeda tidak nyata.

4. Peningkatan hasil produksi pada penelitian ini sebanyak 10 kali lipat besar dibandingkan dengan sistem budidaya tanaman sawi secara konvensional.

SARAN

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi terbaik sebaiknya menggunakan komposisi media tanam tanah : arang sekam : kompos bakung (2:3:2) atau menggunakan jenis pupuk pelengkap organik cair Bio Nutrition Plus (BNP).

DAFTAR PUSTAKA

Agoes. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bernadi, S. 1987. Pengaruh Komposisi Media Pembibitan dan Frekuensi Pemupukan Marga Flop terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (tidak dipublikasikan). Haryanto, E. T. Suhartini, dan E, Rahayu.

2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya Jakarta.

Indriani. 2000. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta. Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi

Tumbuhan. Raja Grafindo. Jakarta. Muslih. 2005. Pengaruh Komposisi Media

Tanam dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) pada Sistem Vertikultur. Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas

Muhamamdiyah Palembang (tidak dipublikasikan).

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

(7)

Setel, L. R. 1995. Pengaruh Kompos Azola dan Pupuk Kandang Sapi pada Tanah Regosol AbuVulkan. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Setiawan. 1994. Budidaya dan Pengaturan Peran Sayuran Dataran Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syafrullah. 2004. Diktat Dasar-Dasar Kesuburan Tanah. Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UMP. Palembang.

Tim Redaksi Penebar Swadaya. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.

Untung. 1993. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Filum Technique). Penebar Swadaya. Jakarta.

Widarto, L. 1994. Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wijaya, P. W. 2006. Pengaruh Jenis Kompos dan Jenis Pupuk Orgaik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica

juncea L. Coss) pada Pot Vertikal

Referensi

Dokumen terkait

Mendapatkan dosis pupuk dan pupuk cair yang tepat untuk budidaya sawi hijau ( Brassica rapa ). Mampu menganalisa usaha tani budidaya sawi hijau ( Brassica

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Respon Pertumbuhan Dan Produksi Sawi Pakchoy (Brassica rapa. L) Terhadap Pemberian Pupuk Organik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk cair organik EM4 dari kulit pepaya pada pertumbuhan sawi dan mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman sawi

Respon pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.) secara hidroponik terhadap komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk organik cair.. e-

Hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pemberian pupuk Petroganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi botol secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa

PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Pertumbuhan Sawi Pakcoy Brassica rapa L dengan perlakuan media tanam pupuk organik memberikan pengaruh yang beda nyata terhadap semua parameter pertumbuhan

2014 Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Brassica junccea L.. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara Dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap

Pupuk organik cair dapat membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk