• Tidak ada hasil yang ditemukan

BACKBONE PSTN (Sentral, Routing, Penomoran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BACKBONE PSTN (Sentral, Routing, Penomoran)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BACKBONE PSTN

(Sentral, Routing,

Penomoran)

(2)

2

Struktur Jaringan

Figure B.10.1 PSTN with a flatter exchange hierarchy

Figure A.3.33 The network hierarchy

(3)

3 LE LE LE LE LE Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber a. Mesh Network LE LE LE LE LE TE Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber b. Star Network LE LE LE LE LE TE Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber Subscriber c. Composite Network

Topologi Dasar

Jartel

3

(4)

4 4

(5)

Hirarki Jaringan PSTN Indonesia

Versi FTP Telkom Versi Amerika Gate way : Sentral Class 1 Gerbang Internasional

Subscriber

STO : Sentral Lokal atau End office Class 5 Primary Center : Sentral Trunk/Tandem Class 4 Secondary Center : Sentral trunk Class 3 / Transit Regional

Tertiary Center : Sentral Trunk Class 2 / Transit Nasional

Network Configuration

(6)
(7)

Sentral Manual

7 

Pembentukan

hubungan antara

pemanggil dengan

yang dipanggil

dilakukan melalui

operator

Salah satu

kelemahan:

 Privacy tidak terjaga

(8)

Strowger Exchange

The first automatic

exchange

A mechanical exchange

Ditemukan oleh Almon

Brown Strowger (1839

May 26, 1902)

Disebut juga dengan

nama Step-by-step

exchange

Tidak perlu ada operator

satu selector mewakili

satu digit nomor telepon

(9)
(10)

Click pada gambar

untuk mendengar

suara sentral

Strowger ketika

pelanggan mendial

'958'

10

(11)

11

Some limitations in mechanical switch lead

to the introduction of crossbar switching

system

(12)

Crossbar Switch

Electro-mechanical

switch

Menggunakan

kontak-kontak relay

12

(13)
(14)

14

Berbeda dengan direct progressive control, pada

common control nomor yang di-dial disimpan dulu di

register

Nomor tersebut di atas kemudian dianalisa untuk

ditindaklanjuti oleh marker yang merupakan sebuah

hard-wired processor

Setelah call setup selesai, register dan marker bebas

kembali untuk menangani call setup berikutnya

Marker khusus dirancang untuk sentral crossbar

Marker dikembangkan kemudian menjadi Stored

(15)

Call setup (overview)

Seizure (off-hook) Ringing tone Ringing current Backward clear (on-hook) Dial tone Address digit (B-number) Answer (off-hook) Forward clear (on-hook) - Identification of calling subscriber - Allocation of storage

address digits and - Connection of common

equipment

- Disconnection of dialtone

- Digit analysis and search of B sub - Switch path set

- Disconnection of equipment

EXCHANGE

C O N V E R S A T I O N Supervision

Gambar 2.1 Prosedur pensinyalan pada saluran pelanggan

11 10 12 B A 1 2 3 4 6 7a 7b 8 5 9 15

(16)

Dialler Ringer

Cradle switch unit

Rec Mic EXCHANGE 4 witre to 2 wire hybrid Tekan tombol (angka 3) On-hook Frekuensi (f) 100 100 Vab Off-hook 697 1477 1 2 3 A 4 5 6 B 7 8 9 C * 0 # D 697 Hz 770 Hz 852 Hz 941 Hz 1 2 0 9 H z 1 4 7 7 H z 1 3 3 6 H z 1 6 3 3 H z Key pad

Dialling (DTMF)

16

(17)

SWITCHING

(18)

18

Figure A.3.2 Switching in the telecommunications network

The ITU-T defines switching as:

"the establishing, on demand, of an individual connection from a desired inlet to a desired outlet within a set of inlets and outlets for as long as is required for the transfer of information".

(19)

19

SWITCHING

SWITCHING PART CONTROL PART LINE INTERFACES TRUNK INTERFACES TO OTHER EXCHANGE TO SUBSCRIBER Batere HG Batere HG Switching part Control part

EVOLUSI TEKNOLOGI SWITCHING (Bdsk Sistem Kontrol Switch) I SISTEM MANUAL

A. Local Battery (LB) B. Central Battery (CB)

Batere

(20)

20

II SISTEM OTOMAT

A. Elektromekanik

1. Step-by-Step (Direct Control)

2. Common Control (Indirect Control)

LF CS A-Sub B-Sub 1st GS CS 2nd GS CS FS CS Rotary Switch Rotary Switch Rotary Switch Rotary Switch S W I T H I N G P A R T C O N T R O L P A R T MARKER REGISTER Crossbar Switc h Crossbar Switc h Crossbar Switc h A B C O N T R O L P A R T S W I T H I N G P A R T 20

(21)

21

A. Elektronik

1. SPC Analog (Semi Digital) 2. SPC Digital (Fully Digital)

A B Digital Switch (T-Sw & S-Sw) CCU FULLY DIGITAL A B Switch Matrix (Reed Relay) ANALOG INTERFACE CCU DIGITAL 21

(22)

22

(23)

23 A=6 A=7 A=2 A=3 A=5 A=4 A=9

Struktur Jaringan di Indonesia

(24)

24

Topologi Jaringan Trunk PT. Telkom eksisting

Ring F Ring A MDN Ring B Ring C Ring E Ring D Den Jem Mal SB2 Mad SB1 CRB JKT3 JKT2 SMR SOL BDG JKT4 MKS Amb Men BJM BPP PTK BDL PG PTK BA PKB BTM PD SGI

Gambar 3.1 Konfigurasi Sentral Trunk se-Indonesia

(25)

Kode Negara (CC)

Kode Tuj Nas (NDC)

Nomor Pelanggan (SN)

Nomor (Signifikan) Nasional 1-3 digit

Nomor Internasional (maks : 15 digit)

- CC (Country Code), utk Ind : 62 à maks N(S)N = 13 digit - NDC (National Destination Code) à 2 kategori tujuan

Kode Tuj Nas (NDC)

Mengand info GEOGRAFIS

Tdk mengand info GEOGRAFIS

Kode Wilayah (area code)

Kode akses jaringan/ Pelayanan

(ITU-T : E.164)

Struktur/pola penomoran

(26)

Contoh Penomoran

Format Sistem Penomoran trunk:

 Quertenary Center : SGI

 Tertiary center : 7 kota besar (JKT, SB, MD, PLB, MKS,

BJM, AB)

 Secondary Center : kota2 sedang (BD,YK,SM,dll)

 Primary center : (CBN,TSM,BOO,dll)

Contoh: TSM

0265

Trunk code

TC SC PC

(27)

27

Sistem Penomoran

UMUM :

à adalah penomoran pelanggan dan layanan (service) tertentu

 Lt belakang : penomoran mrpk sbr daya terbatas à perlu

pengaturan

Tujuan : memberi alamat (nomor) yang unik (unique) di tingkat :

lokal, nasional maupun internasional

 Cakupan :

Pelanggan tetap (fixed) : pelangg biasa, PABX (DDI (Direct Dial

In)àmemungkinkan pelanggan langsung mendial dari luar ke dalam area PBX tanpa melalui operator), pelayanan

khusus/darurat

Pelanggan bergerak (mobile)

Nomor pribadi (personal numbering) spt UPT (Universal Personal

Telecommunication)

Nomor pelayanan IN (spt free phone, credit card calling, premium

(28)

28

Kode Negara (CC)

Kode Tuj Nas (NDC)

Nomor Pelanggan (SN)

Nomor (Signifikan) Nasional 1-3 digit

Nomor Internasional (maks : 15 digit)

- CC (Country Code), utk Ind : 62 à maks N(S)N = 13 digit - NDC (National Destination Code) à 2 kategori tujuan

Kode Tuj Nas (NDC)

Mengand info GEOGRAFIS

Tdk mengand info GEOGRAFIS

Kode Wilayah (area code)

Kode akses jaringan/ Pelayanan

Struktur/pola penomoran

(29)

29

Nomor Pelanggan

Jaringan tetap (PSTN/ISDN)

· Tingkat Lokal

· Tingkat Nasional

· Tingkat Internasional

Jaringan bergerak (PLMN/selular)

· Tingkat Nasional · Tingkat Internasional · Tingkat Nasional · Tingkat Internasional Layanan IN : NDC Nomor (Kode Wilayah) Pelanggan

Kode NDC Nomor Negara (Kode Wilayah) Pelanggan

NDC Nomor (Kode Akses Jar) Pelanggan

Kode NDC Nomor Negara (Kode Akses Jar) Pelanggan

NDC Nomor (Kode Akses Lay) Pelanggan

Kode NDC Nomor Negara (Kode Akses Lay) Pelanggan

(30)
(31)

Jaringan Bergerak Seluler (STBS)

31

 Ke Terminal STBS

Prefix Nasional + Kode Akses Jaringan + Nomor Pelanggan  Dlm hal pangg. mel. jaringan SLJJ maka pemilihan jaringan SLJJ

dilakukan oleh sentral lokal asal atau sentral STBS asal

 Untuk panggilan dari PSTN/ISDN, pelanggan dapat memilih jaringan SLJJ dengan menggunakan prefix SLJJ (bukan prefix Nasional)

(32)

Jaringan Bergerak Seluler (STBS)

32

 Dari Terminal STBS

 Ke PSTN/ISDN

Prefix Nasional + Kode Wilayah + Nomor Pelanggan

 Dlm hal pangg. mel. jaringan SLJJ maka pemilihan jaringan SLJJ dilakukan oleh sentral STBS asal

Jika interkoneksi telah memungkinkan, pelanggan dapat memilih

jaringan SLJJ dengan menggunakan prefix SLJJ (bukan prefix Nasional)  Ke Pelayanan Darurat: langsung memilih nomor darurat tanpa prefix (oleh MSC akan diarahkan ke pelayanan darurat terdekat dari lokasi pemanggil)

(33)

33

Panggilan Pelayanan VoIP

Panggilan ke Terminal PSTN/ISDN

Panggilan ke Terminal STBS

Panggilan Internasional

Prefix VoIP + Kode Wilayah + Nomor Pelanggan

Prefix VoIP + Nomor (Signifikan) Nasional - Mobile

(34)

34

Prefiks

Prefix Internasional : 00

Prefix SLI : 00X

 X = 1 ... 8 menunj operator/penyelenggara jaringan SLI.

 Jika penyelenggara melebihi kapasitas, maka utk 10 penyelenggara

berikutnya menggunakan :

009X à X = 0,1 … 9

Prefix Nasional : 0

Prefix SLJJ : 01X

 X = 1 ... 9 menunj operator/penyeleng jaringan SLJJ.

 Jika penyelenggara melebihi kapasitas, maka digunakan :

010XY

 Kombinasi XY menunj penyelenggara SLJJ dimana X = 0,1 … 9 dan Y =

1 … 9.

(Cat : format XY ini digunakan bersama dg penyeleng VoIP)

Prefix VoIP : 01XYZ

 XY = penyelenggara VoIP (dengan Y0)

 Z = jenis jasa, misal : Z=0 : samb jarak jauh nasional

 Z=1 : samb internasional

Cat : XY harus dipilih yg blm digunakan prefix SLJJ

 Jika penyeleng VoIP melampaui kap, gunakan :

(35)

35

Contoh Daftar Kode SLI di Indonesia Telkom IDD; 007 VoIP; 01017 Indosat IDD; 001, 008 VoIP; 01016 Bakrie Telecom IDD; 009 Voip; 01010 3 Indonesia VoIP; 01088, 01089 Axis VoIP; 01012 XL VoIP; 01000

(36)

SELAMAT BELAJAR

Gambar

Figure B.10.1 PSTN with a flatter exchange hierarchy
Gambar 2.1 Prosedur pensinyalan pada saluran pelanggan
Figure A.3.2 Switching in the telecommunications network
Gambar 3.1 Konfigurasi Sentral Trunk se-Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Pada paper ini dibahas tentang pengaruh suhu medium pengisi dari minyak CPO terhadap perubahan nilai tahanan termal, Rw mempergunakan teknik pemodelan kurva I(U)

mnis,  tetapi  dalam  tmktu  yang  dekat  k.emudian  menteri  yang  bersangkutan  men- yangkal  dalam  sebuab  pemyataannya  yang  dinlat  di  depan  Kajelis 

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel definisi opeasional pengaruh store atmosphere dan persepsi harga

Hal ini terlihat dari jumlah jenis dan total basal area per ha yang lebih rendah di hutan sisa tebang pilih yang telah berkembang daripada hutan di lereng-lereng bukit yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Implementasi Metode Finite

Alur Komposisi Sampah dalam Penerapan Konsep Daur Ulang di TPA Jatibarang hendaki bekerja untuk pihak TPA karena kekhawatiran upah kerja yang lebih sedikit dari upah

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta segala sesuatu dalam hidup, sehingga penulis dapat

Berdasarkan hasil pengujian statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tidak terdapat perbedaan persepsi antara auditor junior dan auditor senior atas