• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP KEMAMPUAN MERANGKAK PADA BAYI USIA MINGGU NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP KEMAMPUAN MERANGKAK PADA BAYI USIA MINGGU NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP KEMAMPUAN MERANGKAK

PADA BAYI USIA 16 – 24 MINGGU

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh : Tiara Fatmarizka

J 110 090 039

PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

(2)
(3)

ABSTRAK

PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI, JUNI 2013

TIARA FATMARIZKA/J 110 090 039

“PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP

KEMAMPUAN MERANGKAK PADA BAYI USIA 16 – 24 MINGGU” (Dibimbing Oleh Agus Widodo, S.ST.Ft., M.Fis, Sugiono, S.ST.Ft.)

Latar Belakang: Merangkak merupakan suatu tahapan tumbuh kembang bayi yang sangat penting bagi perkembangan fase berikutnya. Dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi normal, fase merangkak berada pada usia 32 – 40 minggu. terdapat 5 tahapan dari merangkak, yaitu : 1) the belly cawl, 2) the crab crawl, 3) the bear crawl, 4) the leapfog crawl, dan 5) the classic crawl. Salah satu stimulasi yang dapat diberikan pada fase ini, yaitu assisted crawling. Assisted cawling adalah suatu stimulasi dengan pemberian bantuan pada fase merangkak. Pada saat posisi four point saat latihan bertujuan untuk latihan penguatan otot leher, otot lengan, otot tungkai dan erector spine (meningkatkan kekuatan otot) serta untuk meningkatkan kontrol keseimbangan tubuh.

Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh stimulasi assisted crawling terhadap kemampuan merangkak bayi usia 16 - 24 minggu.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, yaitu jenis penelitian yang mendeskripsikan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat sesuai dengan keadaan yang ada. Responden dari penelitian ini sebanyak 16 orang, dengan 8 orang sebagai kelompok perlakuan (pemberian massage baby ditambah dengan stimulasi assisted crawling) dan 8 orang sebagai kelompok kontrol (massage baby saja). Penelitian ini dilakuan sebanyak 8 kali perlakuan pada 8 minggu. Pengukuran kemampuan merangkak dilakukan dengan kuisioner tahapan merangkak.

Hasil Penelitian: Pemberian stimulasi assisted crawling pada kelompok perlakuan menghasilkan 5 responden yang memiliki post test nilai 3 dan 2 orang yang memiliki nilai 2. Sedangkan pada kelompok kontrol, 2 orang memiliki post test nilai 3, 6 orang memiliki nilai 2 dan 1 orang memiliki nilai 1.

Kesimpulan: Ada pengaruh stimulasi assisted crawling terhadap kemampuan merangkak bayi pada usia 16-24 minggu dan juga selain stimulasi yang diberikan, peran handling di rumah juga dapat berpengaruh terhadap kemampuan merangkak bayi.

(4)

PENDAHULUAN

Dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi normal, pada usia 16 – 24 minggu adalah masa dimana otot leher, lengan dan tungkai mulai aktif bergerak dan sudah merupakan suatu gerakan yang komplek, terkontrol dan terkoordinasi (Anonim, 2012). Pada fase ini pemberian stimulasi assisted crawling dirasa tepat, karena stimulasi melatih penguatan otot leher untuk mengangkat kepalanya, protraksi bahu sehingga bayi dapat stabil pada saat menahan berat badan yang ditumpukan di kedua tangan, memiliki kekuatan otot – otot erector spine dan otot abdomen serta dapat melatih keseimbangan pada posisi four point. Bukan hanya untuk persiapan fase merangkak saja tetapi untuk duduk, berdiri dan berjalan. Fase merangkak berada pada usia 32 – 40 minggu (Epicentrum, 2011). Menurut Poretto 2013, terdapat 5 tipe merangkak, yaitu the belly crawl, the bear crawl, the crab crawl, the leapfrog crawl dan the classic crawl.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di Rumah Bersalin Annur dan Pusat Kesehatan PKU Muhammadiyah Kartasura yang digunakan peneliti sebagai tempat penelitian. Sebelum diberikan stimulasi, bayi diberikan massage terlebih dahulu dan hal ini bertujuan untuk persiapan seluruh jaringan tubuh sebelum diberikan stimulasi serta diharapkan dapat mencapai pengoptimalan tumbuh kembang bayi di usianya.

Berdasarkan latar belakang diatas dan pentingnya fase merangkak untuk tumbuh kembang bayi, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Pengaruh Stimulasi Assisted Crawling terhadap Kemampuan Merangkak pada Bayi Usia 16 – 24 minggu”.

(5)

LANDASAN TEORI

Dalam konsep dasar pemikiran tumbuh kembang bayi dikenal istilah motor control, motor learning dan motor development (Cheron, 2006). Motor Control menurut Brooks, seorang neurologist pada tahun 2002, motor control adalah sebuah studi tentang postur dan gerak yang dikendalikan oleh susunan saraf pusat untuk melakukan kontrol gerakan dan koordinasi tubuh (Cheron, 2006). Motor Learning menurut Schmidt dan Lee seorang psikolog dan kinesiologist, motor learning merupakan proses adaptasi dari suatu pengalaman, yang mana di dalam prosesnya dapat terjadi perubahan secara permanen untuk menghasilkan suatu kemampuan (skill) (Vansant, 2003).

Sedangkan motor development erat kaitannya dengan motor behavior. Roberton seorang physical educator mengatakan, studi tentang motor development ini dapat berubah seiring dengan perubahan kebiasaan (motor behavior). Kebiasaan (motor behavior) yang dilakukan seorang bayi dalam kehidupan sehari hari tidak lepas dari peran serta motor control dan motor learning. Dapat dikatakan baik buruknya pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi saat ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan masa lalu yang dilakukan bayi dalam kehidupan sehari – harinya (motor behavior), kebiasaan – kebiasaan itu terdiri atas banyaknya gerakan – gerakan yang dilakukan bayi (motor control) dan banyaknya pembelajaran skill yang dilakukan dalam kesehariannya (motor learning) (Cheron, 2006).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi bergantung juga dengan perkembangan motorik. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerak tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord (Hurlock, 2000).

Dalam hal ini peran stimulasi yang diberikan kepada bayi (yang merupakan bantuan dari luar atau lingkungan) digunakan untuk memperkenalkan suatu informasi yang baru berupa gerakan atau posisi merangkak.kemudian merangsang sensoris dari sendi – sendi di tubuh yang artinya telah disampaikan pesan untuk diterima dan dipersepsi oleh otak dan stimulasi yang dilakukan berulang sebagai suatu proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu skill

(6)

dan kebiasaan serta maturitas motorik yang diperlukan untuk berdiri dan berjalan telah matang dan siap untuk fase selanjutnya.

Produksi myelin meningkat ketika bayi mulai merangkak. Hal ini penting karena myelin, lapisan zat neuron, membantu otak mengirim dan menerima pesan lebih cepat dan lebih jelas. Gerakan lintas-lateral merangkak memperkuat dan mengintegrasikan kedua belahan otak. Hal ini membantu untuk secara bersamaan mengkoordinasikan penggunaan kedua mata, kedua telinga, kedua tangan dan kedua kaki. Hal ini meningkatkan belajar dengan tidak hanya memungkinkan otak untuk berbagi informasi sensorik, tetapi dengan membantu otak mengambil informasi lebih cepat dalam proses maturasi motorik kasar bayi (Tanner, 2012).

Stimulasi assisted crawling merupakan stimulasi bayi untuk latihan merangkak dimana pada waktu tubuh bayi diposisikan seimbang antara kedua tangan dan lutut, terapis memberikan bantuan untuk latihan maju dan mundur yang tujuannya adalah untuk memperkuat otot – otot tungkai dan lengan sehingga siap untuk berdiri serta berjalan (Harvey, 2010).

Menurut Porretto pada tahun 2013, terdapat 5 tahapan merangkak, yaitu the belly crawl (merangkak dengan menggunakan lengan, perut dan tungkai yang menempel di lantai) , the bear crawl (merangkak dengan menggunakan kedua tangan dan kaki, lutut dan perut tidak menempel di lantai), the crab crawl (merangkak dengan menggunakan kedua tangan, perut dan paha yang menempel di lantai tetapi kedua lutut dan kaki tidak menempel di lantai), the leapfrog crawl (merangkak dengan lengan dan tungkai memberntuk jembatan) dan the classic crawl adalah posisi merangkak dimana berat badan tubuh bertumpuan pada kedua tangan dan kedua lutut sehingga perut tidak menempel pada lantai. Terdapat beberapa manfaat dari merangkak, yaitu : menguatkan otot – otot lengan dan tungkai dan persiapan kondisi tubuh untuk fase berdiri dan berjalan.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitik. Penelitian ini bertempat di Klinik Bersalin Annur dan Pusat Kesehatan PKU Muhammadiyah Kartasura. Pengambilan sampel di dua tempat yang berbeda

(7)

dengan menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2013. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 8 bayi di RB Annur sebagai kelompok perlakuan dan 8 bayi di PKU Muhammadiyah kartasura sebagai kelompok kontrol.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Assisted Crawling sedangkan variabel terikat adalah kemampuan merangkak pada bayi usia 16-24 minggu.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode dengan pre and post test with control group design. Responden terbagi menjadi 2 kelompok dengan 8 responden di kelompok perlakuan dan 8 responden di kelompok kontrol.

Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu, dengan rata – rata usia bayi mulai dari 16 minggu (± 1,6). Setiap minggu dilakukan penilaian tahapan motoriknya baik pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol. Pengambilan data pertama adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Setelah itu orang tua responden mengisi informed concern, kuisioner data diri dan kuisioner aktifitas keseharian. Peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan, dengan diberikan stimulasi assisted crawling dan massage baby, serta kelompok kontrol yang hanya diberikan massage baby saja dan pada perlakuan ke 8 dilakukan pengukuran akhir (post test).

Menurut Wicaksono, 2012, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi, yaitu : (1) Usia, (2) Jenis Kelamin, (3) Berat Badan dan Panjang Badan, dan (4) Faktor eksternal seperti stimulasi dan lingkungan.

Dari beberapa ulasan dan data-data yang telah di paparkan, maka dapat dijelaskan bahwa semakin banyak stimulasi (handling) yang dilakukan orang tua responden di rumah, ditambah massage baby yang dilakukan secara rutin serta stimulasi assisted crawling untuk stimulasi merangkak yang ditujukan untuk persiapan dan penguatan otot – otot tubuh responden, maka semakin cepat perkembangan kemampuan merangkak bayi sesuai dengan perkembangan usianya.

(8)

Dengan kurangnya stimulasi (handling) yang dilakukan orang tua responden di rumah, walaupun hanya dengan massage baby saja setiap 1 minggu sekali tanpa stimulasi, maka perkembangan kemampuan merangkak bayi akan lebih lambat dari pada yang diberikan tambahan stimulasi tumbuh kembang setelah massage baby.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

a. Ada pengaruh assisted crawling terhadap kemampuan merangkak pada bayi usia 16 – 24 minggu.

b. Pada usia 16 – 24 minggu tahapan merangkak bayi berada di tahapan 2 (the crab crawl) dan tahapan 3 (the bear crawl).

c. Semakin sering stimulasi (handling) yang dilakukan orang tua bayi, ditambah massage baby serta stimulasi tumbuh kembang yang rutin, maka akan semakin cepat dan optimal pertumbuhan dan perkembangan motorik dan sensorik bayi yang sesuai dengan usianya.

d. Apabila kurangnya stimulasi (handling) yang dilakukan orang tua bayi, maka pertumbuhan dan perkembangan kemampuan merangkak bayi akan lambat dan kurang optimal dibandingkan dengan bayi yang di stimulasi secara rutin. Saran

a. Bagi Orang Tua Bayi

Agar orang tua melakukan stimulasi tumbuh kembang berupa assisted crawling setiap hari selama 5 menit sampai bayi usia 40 minggu.

b. Bagi Fisioterapis

Pada saat melakukan massage baby agar fisioterapis menambahkan stimulasi untuk tumbuh kembang bayi dan untuk usia 16 – 40 minggu dapat diberikan stimulasi assisted crawling.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini menjadikan evidence based theory untuk stimulasi tumbuh kembang bayi dan pengembangan keilmuan fisioterapi pediatric.

(9)

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian lebih lanjut mengenai stimulasi tumbuh kembang bayi agar penelitian yang akan datang dapat lebih baik lagi.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Adolph, K. E. 2008. Learning to Move. NIH Public Access. Curr Dir Psychol Sci. Vol 17 (3): 213–218.

Adolph, K.E., Vereijken B, Denny M.A. 1998. Learning to Crawl Child Development. PubMed. Vol 69 (1): 1299 – 1312

Adolph, K.E., Berger, E.S., Leo. A. J. 2011. Developmental Community?, Crawling, Cruising and Walking. NIH Public Access Vol 14 (1): 306-318. Anonim, 2012. Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik. Diakses : 15 Januari

2013. http://www.sarjanaku.com/2010/11/tinjauan-teori-perkembangan-fisik.html.

Cheron, Guy. Anita Cebolla, Franc¸oise Leurs, Ana Bengoetxea and Bernard Dan. 2006. Motor Control and Learning : Development and Motor Control: From theFirst Step on. New York : Springer Science + Business Media, Inc. Depkes RI, 2004. Buku Pedoman Pelatihan Deteksi Dini dan Penatalaksanaan

Korban Child Abuse and Negkect. Jakarta: Depkes RI.

Epicentrum. 2011. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini Episentrum, Psikologi (Psychological Assessment & Counseling). Diakses : 18 januari 2013. http://episentrum.com/artikel-psikologi/perkembangan-motorik-anak-usia-dini/#more-355

Hurlock, Elizabeth. B. 2000. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan. (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Harvey, Lisa. 2010. Final report for Ageing Disability and Home Care Department of Human Services. Diakses : 28 Desember 2012. www.physiotherapyexercises.com

Kusumawati, Yuli. 2009. Modul Praktek Komputer Terpadu : Materi SPSS. Surakarta: UMS.

Poretto. 2013. Types of Baby Crawls. Diakses : 14 Januari 2013.

http://www.parents.com/baby/development/crawling/types-of-baby-crawls/#page=7

Pramitha, 2012. Pentingnya fase merangkak. Diakses : 30 Desember 2012.

(11)

Santrock, John.W, 1996. Adolescence : Perkembangan Remaja, Edisi ke 6. Erlangga : Jakarta.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak, Cet.2: EGC, Jakarta Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.

Tanner, 2012. Crawling correctly Cross Hemispheric Integration. Diakses : 14 Februari 2013. http://www.hoofbeats.us/cross-hemispheric-intergration/ VanSant, Ann. 2003. Clinical Aplications for Motor Control : Motor Control,

Motor Learning, and Motor Development. USA : SLACK Incorporated. Wahyono, Yulianto. 2002. Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar Bayi Normal.

Yogyakarta : UGM.

Waspada, Edi. 2010. Fisioterapi Pediatri II. Surakarta: UMS.

Widodo, Agus. 2009. Efektifitas terapi latihan posisi tidur tengkurap pada perkembangan head steady at shoulder bayi usia1 – 4 bulan. Profesi. Vol 1 (1) :29-35.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengidentifikasi lahan sawah dapat diawali dengan mempelajari karakteristik spektral ( spectal relctance ) fase-fase pertumbuhan tanaman padi sejak awal tanam sampai

Secara prosedural, langkah- langkah yang dilakukan dalam mengolah data adalah (1) mentranskripkan tuturan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah direkam berupa

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa media yang berbeda sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah imago C.. cephalonica yang muncul

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara hiperglikemia dengan kejadian stroke hemoragik pada pemeriksaan multi-slice CT- Scan kepala tanpa kontras.

Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli, staphylococcus aureus,

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Konsumsi daging sapi ideal adalah jumlah daging sapi segar, daging sapi olahan industri, daging sapi dari makanan jadi, hati, dan jeroan yang seharusnya dimakan oleh rumah

The energy eigenvalues in equation (52) and the complete radial wave function expressed in equation (45) both as a function of and � parameters and in turn the and �