BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum.
Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya penyakit merupakan suatu interaksi antara factor penyebab, penjamu dan lingkungan melalui suatu proses yang dikenal sebagai Rantai Infeksi yang terdiri dari 6 komponen yaitu : 1) penyebab, 2) reservoir atau sumber penularan, 3) cara keluar dari penjamu atau reservoir, 4) cara penularan, 5) cara masuk ke penjamu dan 6) penjamu. 8
2. Masa Tunas Penyakit Kusta
Mycobacterium leprae dibiakkan pada telapak kaki tikus dan akhir-akhir ini
diketahui bahwa Armadillo sejenis trenggiling mudah dipakai untuk pembiakan kuman Mycobacterium leprae, tetapi hingga kini belum berhasil dibiakkan dalam medium buatan. Mycobacterium leprae hidup intraseluler dan mempunyai affinitas yang besar pada sel syaraf dan sel dari system retikulo Endotelial. Waktu pembelahan sangat lama yaitu 12-14 hari, walaupun ada yang menyangsikan hal tersebut. Diluar tubuh manusia, kuman kusta dapat bertahan sampai 9 hari. 8 3. Cara Penularan
Kusta mempunyai masa inkubasi 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila Mycobacterium leprae yang solid (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum diketahui secara pasti bagaimana cara penularan penyakit kusta. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang intim dan lama dengan penderita. Yang jelas seorang penderita yang sudah minum obat tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain. 8
B. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KUSTA 1. Distribusi Penyakit Kusta
a. Menurut Orang 1) Tentang Umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Insiden Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 – 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 – 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.8
2) Tentang Jenis Kelamin
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologik seperti pubertas, menopause, kehamilan, serta factor infeksi dan malnutrisi dapat meningkatkan perubahan klinis penyakit kusta.3
b. Menurut Waktu
Pemeriksaan skin smear pederita sebagai pemeriksaan rutin sebelum dimulai MDT untuk menentukan katagori pengobatan, disamping gambaran klinis. Seleksi penderita untuk mendapat MDT Yaitu : !) Semua penderita baru (PB dan MB), 2) Semua penderita yang telah mendapat DDS dalam waktu lama, tetapi penyakit tetap aktif, 3) Semua penderita yang berobat kurang dari 2 tahun. Pelaksanaan MDT yaitu 1). Tipe PB (Pauci Baciler) dengan pengobatan selama 6 bulan dapat diselesaikan dalam waktu 9 bulan. Setelah selesai pengobatan penderita dinyatakan RFT (Release From Treatment) atau berhenti minum obat kusta, meskipun secara klinis lesinya masih aktif. 2) Tipe MB (Multi Basiler) dengan pengobatan selama 2 tahun dapat diselesaikan dalam waktu 36 bulan, sesudah selesai pengobatan penderita dinyatakan RFT (berhenti minum obat kusta)
c. Menurut Tempat
Penyakit kusta tersebar diseluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Pada tahun 1985 diperkirakan jumlah penderita kusta di dunia lebih dari 11 juta. Sebagian besar dari 6 negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin
sedangkan di Eropa Barat dan Utara penderita ini tersebar separodik. Dengan penyakit kusta di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan yang kemungkinan masih banyaknya penderita tersembunyi atau belum diketemukan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Cara penularan penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi
Basiler (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan
pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernapasan dan kulit.Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor Sumber Penularan
Tidak semua penderita kusta dapat memindahkan kuman kusta kepada orang lain, hal ini disebabkan karena ada kira-kira 70-80% penderita kusta yang tergolong penderita “Kusta Kering” (dengan bercak-bercak seperti panu atau kurap yang kurang atau tidak terasa). Dari penderita-penderita ini bila dibuat pemeriksaan laboratorium tidak diketemukan kuman, hal ini disebabkan karena kuman-kuman kusta telah dihancurkan oleh daya tahan tubuh (sel-sel raksasa dalam badan mereka). Bercak-bercak keputihan yang kurang atau tidak berasal pada penyakit kusta kering terdapat hanya pada satu atau beberapa tempat di badan. Jadi penderita-penderita semacam ini tidak menimbulkan penularan kepada lain orang karena tidak terdapat kuman kusta, dengan pemeriksaan kuman cara biasa. Kira-kira 20-30% adalah penderita “Kusta Basah” dengan kelainan kulit berupa kebengkakakan, bintil-bintil atau bercak tipis kemerahan yang disebut infiltrat nodula atau macula. Aktif tidaknya kelainan-kalainan pada kulit sangat tergantung dari hasil pengobatan secara terus menerus dan teratur. Jadi bila penderita-penderita kusta basah memakai obat-obat kusta dengan teratur dan terus menerus maka kuman-kuman di bawah kulit akan dilemahkan atau dihancurkan secara perlahan-lahan dan terjadi perbaikan pada jaringan-jaringan kulit tersebut. Dengan demikian tanda-tanda bagian kulit yang menebal menjadi menipis,
kulitnya berkerut, warna kemerahan berkurang sampai hilang, dan kuman kusta praktis tidak berdaya lagi untuk menimbulkan penularan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak semua penderita “Kusta Basah” dapat menularkan orang lagi. 3
2. Faktor Kuman Kusta
Kuman-kuman kusta yang masih utuh bentuknya lebih besar kemungkinan menimbulkan tanda-tanda penularan dari pada kuman-kuman yang kebanyakan sudah tidak utuh lagi. Juga factor lamanya hidup kuman kusta di luar badan manusia memegang peranan pula dalam hal penularan ini yaitu : bila kuman kusta keluar dari badan si sakit maka kuman dapat bertahan antara 24 jam sampai 48 jam (1 sampai 2 hari) ada pula yang berpendapat sampai 7 hari, hal ini tergantung dari suhu atau cuaca di luar badan si penderita makin panas cuaca di luar makin cepat kuman kusta akan mati. 3
3. Faktor Daya Tahan Tubuh
Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95 %). Dari hasil penelitian menunjukkan gambaran sebagai berikut :
Dari 100 orang yang terpapar :
95 orang tidak menjadi sakit yaitu : sebagian besar kebal terhadap kusta.
5 orang sembuh sendiri tanpa obat yaitu : hanya sebagian kecil yang dapat ditulari, dari sebagian kecil ini 70% dapat sembuh dan hanya 30% yang dapat menjadi sakit. 3
D. Diagnosa Penyakit Kusta
Langkah-langkah menetapkan diagnosa penyakit kusta maka perlu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Klinis
Untuk mengetahui keadaan klinis penderita yaitu dengan memeriksa secara teliti seluruh tubuhnya. Mengingat penyakit kusta dapat menyerang semua bagian kulit, maka pemeriksaan pada kulit harus dilakukan secermat mungkin.
Untuk mengetahui kelainan syaraf apakah ada penebalan atau nyeri tekan. Syaraf yang diperiksa adalah Aurikularis Magnus pada leher, Ulnaris pada lengan dan
Peroneus pada kaki. Cara pemeriksaan dengan meraba dan menekan.
3. Pemeriksaan Anestesi
Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk menerima rasa raba. Periksalah dengan ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak lurus pada kelainan kulit yang dicurigai, yang diperiksa harus duduk pada waktu pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjuk kulit yang disinggung dengan jari telunjuknya. Ini dikerjakan dengan mata terbuka. Bilamana hal ini telah jelas, maka ia diminta menutup matanya.
Perasaan sakit diperiksa dengan ujung jarum yang tajam atau pangkal jarum yang tumpul yang ditusukkan pada tanda kusta, dan penderita harus mengatakan mana yang tajam dan mana yang tumpul.
Perasaan suhu (panas atau dingin) dilakukan dengan mempergunakan dua tabung kimia, yang diisi air panas dan dingin kemudian disentuhkan pada tanda kusta tersebut. Penderita harus mengatakan mana yang panas dan mana yang dingin. Sebelum pemeriksaan dilakukan, penderita atau responden diberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus mereka lakukan selama pemeriksaan. Setelah mengerti penderita disuruh menutup mata dan pemeriksaan dimulai.
Untuk menetapkan diagnosa penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda pokok (Cardinal signs) pada badan, yaitu :
a) Adanya kelainan kulit dapat berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem (kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit) dan nodul (benjolan). b) Berkurang sampai hilang rasa sakit pada kelainan kulit tersebut diatas. c) Penebalan syaraf tepi.
d) Adanya kuman tahan asam didalam korekan jaringan kulit (BTA positif). Seorang dinyatakan sebagai penderita kusta bilamana terdapat sekurang-kurangnya dua dari tanda-tanda pokok diatas (no. 1 – 3) atau terdapat BTA positif.
Dalam hal ini penentuan diagnosa kusta yang dilakukan oleh peneliti adalah penentuan diagnosa klinis, tidak melakukan pemeriksaan laboratorium Bakteri Tahan Asam Positif (BTA Positif).
E. Kerangka Teori
1. Karakteristik - Sex -Umur -Penderita -Pekerjaan -Asal usul suku -Kontak serumah -Silsilah keluarga 2. Lingkungan - Tempat tinggal - Kepadatan penghuni - Air Bersih 3 Perilaku - Hygiene perseorangan - Pencegahan terjadinya cacat - Pencegahan cacat ke tingkat sedang - Pencegahan cacat ketingkat berat - Status social - Drop out obat - Tingkat pendidikan - Kelainan kulit seperti panu- Berkurap sampai hilang rasa sakit
- Penebalan syaraf tepi
- Kuman tahan asam di dalam korekan jaringan kulit (BTA +)
PENGOBATAN
JUMLAH PENYAKIT
KUSTA
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dapat ditarik suatu kerangka konsep sebagai berikut :