• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Produk Ramah Lingkungan Melalui Dukungan Lokasi Konsumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Produk Ramah Lingkungan Melalui Dukungan Lokasi Konsumen"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada

Produk Ramah Lingkungan Melalui Dukungan

Lokasi Konsumen

Doni Purnama Alamsyah Universitas BSI, doni.dpa@bsi.ac.id

ABSTRAK - Sayuran organik merupakan produk yang sehat untuk dikonsumsi dan ramah terhadap lingkungan, karena sayuran organik tidak menggunakan bahan kimia dalam penanamannya. Fenomena yang terjadi pada konsumen di Indonesia dalam memilih sayuran organik masih sangat rendah. Hal tersebut terjadi karena pengetahuan konsumen atas produk organik masih rendah. Penelitian eksperimen ini dilakukan pada 110 konsumen yang mengetahui produk sayuran organik di ritel swalayan Kota Bandung, melalui analisis regresi linier. Temuan penelitian diketahui bahwa minat beli akan meningkat diiringi dengan peningkatan pengetahuan konsumen atas green awareness. Demografi konsumen menentukan tinggi rendahnya pengetahuan konsumen atas produk organik. Hal yang perlu disikapi pada dukungan demografi konsumen adalah tingkat pendidikan, dimana tidak mendukung akan peningkatan minat membeli konsumen, seperti rendahnya pengetahuan atas label organik. Temuan tersebut menjadi perhatian penting atas implementasi logo organik di Indonesia. Peran pemerintah dalam hal edukasi label organik, menjadi salah satu hal penting dalam upaya meningkatkan kepedulian konsumen atas produk organik.

Kata kunci: Green Awareness, Demografi Konsumen, Minat Beli

ABSTRACT - Organic vegetable is a healthy product to be consumed and it is friendly for

environment, because it does not use chemical material in its growing. The happening phenomenon on Indonesian's customer in selecting organic vegetables are still low. Those cases are happened because customer's knowledge for organic products are still lack. This experimental study is conducted on 110 customers who know organic vegetables product at Supermarket in Bandung City, through linear regression analysis. The finding is known that purchase intention will be improved accompanying with customer's knowledge improvement for green awareness. Customer's demographic determines the high-low of customer's knowledge for organic products. The thing that must be addressed on customer's demographic support is education level, where it does not support on the improvement of customer's purchase intention, like the lack of knowledge for organic label. Those findings become the important attention for the implementation of organic logo in Indonesia. Government's role in education's case of organic label becomes one of important things in order to improve customer care for organic product.

Keywords:Green Awareness, Demographics, Purchase Intention.

(2)

PENDAHULUAN

Dinegara maju isu “global warming” saat ini menjadi perhatian bukan hanya perusahaan, tetapi juga konsumen (Hackett & Moxnes, 2015). Mengingat dampaknya pada lingkungan yang sangat berbahaya. Isu tersebut berdampak pada pola konsumsi konsumen yang mengarah kepada produk ramah lingkungan, atau yang biasa disebut dengan “green consumerism” (Paço & Raposo, 2010). Namun hal ini tidak berlaku dengan konsumen di Indonesia, tampak dari konsumen di provinsi terbanyak di Indonesia yaitu Jawa Barat, dimana belum optimal dalam konsumsi sayuran organik (Alamsyah, Trijumansyah, & Hariyanto, 2017).

Sayuran organik perupakan sayuran yang diproduksi tanpa bahan kimia dan sehat untuk dikonsumsi dalam jangka panjang. Produk konvesional yang menggunakan bahan kimia tentunya membahayakan tubuh bila dikonsumsi dalam jangka panjang, seperti pemicu penyakit kanker (Tjarnemo & Sodahl, 2015). Namun demikian, sebagian besar konsumen di Provinsi Jawa Barat tidak menyadari hal tersebut (Alamsyah & Angliawati, 2015). Ditambah saat ini konsumen melakukan pembelian produk organik terkadang bukan karena tahu fungsinya, tetapi karena status sosial (Krystallis & Chryssohoidis, 2005). Terkait status sosial, erat kaitannya dengan pendapatan dan lokasi tempat tinggal yaitu di pusat kota (urban) atau di pinggir kota ( sub-urban). Hal ini menjadi perhatian, dimana dapat diketahui daya beli konsumen. Dimana konsumen yang berada di pusat kota, memiliki daya beli lebih tinggi (Paul, 2012). Pertanyaan menarik, apakah hal ini berlaku pada keputusan konsumen dalam memiliki produk ramah lingkungan, seperti produk sayuran organik.

Di Indonesia, ritel swalayan dalam hal ini supermarket dominan dalam menjual produk sayuran organik, dan kenyataan bahwa letaknya didominasi di pusat kota (Syarifuddin & Alamsyah, 2017). Dengan asumsi dapat menawarkan produknya kepada

konsumen yang memiliki daya lebih tinggi. Namun demikian dengan masih rendahnya kepedulian konsumen pada produk organik (green awareness), menuntut supermarket mengevaluasi strategi pemasarannya. Dimana sejatinya berupaya untuk meningkatkan konsumen dalam melakukan pembelian produk organik, salah satunya sayuran organik.

Kajian pada penelitian terdahulu diketahui, bahwa minat beli konsumen dapat dikendalikan oleh kepercayaan konsumen (Chinomona & Sandada, 2013). Namun khusus untuk produk organik, diutamakan melihatnya dari kepedulian konsumen atas produk organik (green awareness) (Suki, 2013). Menelaah dari fenomena atas perilaku konsumen pada produk sayuran organik, maka kajian pada dampak green awareness

dalam meningkatkan minat beli konsumen. Serta kajian perilaku konsumen pada produk sayuran organik berdasarkan demografinya.

Penelitian ini bermanfaat bukan hanya untuk industri yang terlibat dalam mengkaji perilaku konsumen pada produk organik. Juga untuk pemerintah dalam menghadapi isu “global warming”, melalui penelitian

pada produk ramah lingkungan.

LANDASAN TEORI

Green Awareness Konsumen

Green awareness merupakan salah satu perilaku konsumen dalam ilmu pemasaran, yang berkaitan dengan produk ramah lingkungan (Mourad, Serag, & Ahmed, 2012). Perilaku ini mempengaruhi pandangan konsumen terhadap pola konsumsi produk dan preferensinya kepada orang lain (Suki, 2013). Perusahaan saat ini berusaha mendekati konsumen melalui green marketing strategy, sebagai dampak dari perilaku konsumen atas produk organik saat ini meningkat di dunia (Hackett & Moxnes, 2015). Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan kepercayaan konsumen atas produk organik yang ditawarkan oleh perusahaan.

(3)

awareness is based on recognizing and recalling the brand as a green brand as a result of the green activities and associations” (Mourad et al., 2012). Nampak bahwa green awareness dimaknai sebagai aktifitas yang telah dilakukan perusahaan pada sebuah produk yang berlabel ramah lingkungan. Artinya bahwa green awareness

sejatinya dikendalikan oleh perusahaan yang mengeluarkan produknya dan kepedulian konsumen menjadi penting ketika berkaitan dengan keputusan konsumen dalam memilih produk ramah lingkungan (Wu & Chen, 2014). Dalam kajian sebelumnya ditemukan bahwa perilaku pembelian konsumen atau yang disebut dengan minat beli, bermula dari

green awareness yang dimiliki konsumen (Suki, 2013).

Berkaitan dengan perilaku pembelian konsumen, green awareness dapat dibentuk oleh empat hal yaitu consumers’ environmental concerns, awareness of green product, awareness of price, dan awareness of brand image (Suki, 2013).

Minat Beli Konsumen

Pada perilaku pembelian ada yang disebut dengan minat beli dan keputusan pembelian. Keputusan pembelian dilakukan tentunya sesudah adanya minat konsumen untuk membeli (Yee, San, & Khoon, 2011). Tidak jarang perusahaan dalam strategi pemasarannya fokus untuk meningkatkan minat beli konsumen. Terlebih untuk produk ramah lingkungan seperti sayuran organik yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan sayuran konvensional. Salah satunya, harga dari produk organik lebih mahal dari produk konvesional (Shaharudin, Pani, Mansor, & Elias, 2010), jadi diperlukan perilaku konsumen yang lebih peduli karena kandungan produk dari pada harga produk. Dan semua itu bermula dari minat konsumen untuk memiliki produk tersebut.

Minat beli merupakan konsep penting dalam strategi pemasaran (Tuu & Olsen, 2012), mengingat minat beli menjadi memberikan prediksi pada perusahaan dalam

memproduksi barang atau jasa (Chinomona, Okoumba, & Pooe, 2013). Minat beli sendiri didefinisikan sebagai “the expectance and

probability of buying a new product given a reference price in a time-specific frame”

(Tuu & Olsen, 2012). Hal ini dapat dimaknai sebagai sebuah kemungkinan yang akan dilakukan konsumen atas sebuah produk yang ditawarkan perusahaan.

Penelitian ini fokus kepada minat beli konsumen atas produk organik, sehingga dikaji preferensinya atas produk organik. Dimana diketahui bahwa minat tersebut muncul dari beberapa hal yaitu keinginan konsumen untuk melakukan pembelian produk organik, bersedia membayar lebih mahal untuk produk organik, memiliki produk organik untuk dikonsumsi, akan melakukan pembelian produk organik dikemudian hari dan bersedia merekomendasikan kepada orang lain (Shaharudin et al., 2010). Telah diketahui pula bahwa minat beli konsumen pada produk organik sejatinya memiliki keterkaitan dengan kepedulian konsumen atas produk organik (green awareness) (Suki, 2013).

METODE PENELITIAN

Penelitian eksperimental dilakukan melalui kuesioner yang disebar kepada konsumen supermarket di Kota Bandung sebanyak 120 konsumen. Data primer yang didapat dari kuesioner sebelumnya dipilih untuk konsumennya, dimana yang mengetahui terkait produk sayuran organik. Data kuantitatif tersebut diolah melalui regresi linier sederhana, mengingat kajian fokus untuk mengkaji hubungan antar variabel melalui uji hipotesis.

Terdapat variabel utama dalam penelitian ini yaitu green awareness dan minat beli konsumen. Namun demikian ditambahkan demografi konsumen, yaitu usia, pendidikan, lokasi dan pengetahuan label organik. Demografi dilakukan untuk melihat dukunganya pada hubungan antara

(4)

konsumen (MB). Berikut disampaikan paradigma penelitian dengan randangan uji hipotesis (Gambar 1).

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Untuk menguji hasil penelitian, dilakukan uji hipotesis, berikut hipotesis penelitian yang digunakan.

H1. Green awareness mampu

mempengaruhi minat beli konsumen pada produk organik

H2. Demografi konsumen mampu mendukung hubungan green awareness

dan minat beli konsumen pada produk organik.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ditemukan data konsumen yang valid untuk kuesioner sebanyak 110 kuesioner dari total kuesioner yang disebar yaitu sebanyak 120. Dari 110 kuesioner dilakukan tabulasi data penelitian dan berikut hasil tabulasi dari profil responden (Tabel 1).

Tabel 1. Profil Konsumen

Demografi Kriteria % Usia <30 tahun 30-50 tahun >50 tahun 0.9% 26% 73% Pendidikan SM A Diploma Sarjana 53% 7% 19% Lokasi Urban Sub-Urban 36% 18% Label Organik M engerti

Tidak M engerti

56% 44%

Temuan penelitian pada profil responden penelitian diketahui bahwa responden didominasi oleh usia >50 tahun. Untuk pendidikan didominasi oleh lulusan SMA, dan untuk lokasi responden sebagain besar dari urban atau berada di pusat kota Bandung atas tempat tinggalnya. Hasil yang menarik dari profil responden diketahui

bahwa tidak menjamin latarbelakang pendidikan mendukung pengetahuan konsumen atas label organik yang benar. Dimana meskipun konsumen didominasi ileh SMA, namun secara keseluruhan pengetahuan konsumen atas logo organik Indonesia cukup baik, yaitu berada pada posisi 56%. Meskipun nampak masih terdapat 44% konsumen yang tidak mengetahui label organik yang benar. Hal ini sejalan dengan dugaan diawal, bahwa konsumen khususnya di Kota Bandung masih banyak yang belum mengetahui label organik yang benar, yaitu sekitar 44%. Setidaknya hal ini tidak akan mendukung pada terciptanya kepedulian konsumen pada produk sayuran organik. Temuan ini tentunya menjadi informasi berharga terutama untuk pemerintah yang memberikan regulasi terkait label organik. Dimana perlu adanya sosialisasi terkait label organik yang benar, agar konsumen dilindungi haknya mendapat produk yang tepat. Terlebih guna mendukung isu “global warming” pada kelestarian produk ramah lingkungan.

Diketahui bahwa logo organik Indonesia yang benar dikeluarkan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Untuk mendapatkan logo tersebut pada produk organik, petani atau perusahaan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Logo organik Indonesia sejatinya setara dengan logo halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun penyampaian informasi akan logo organik Indonesia masih belum optimal. Nampak masih banyak logo organik yang dipasang oleh ritel untuk masing-masing produk organik, yang tidak sejalan dengan logo organik Indonesia yang dikeluarkan oleh KAN. Artinya masih belum optimal sosialisasi yang disampaikan oleh pemerintah dan ritel untuk logo organik sebagai logo produk ramah lingkungan di Indonesia.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian data kuantitatif melalui regresi linier, yaitu hubungan dari green awareness dengan minat beli konsumen. Nilai yang akan

GA MB

(5)

disampaikan adalah nilai korelasi antar variabel penelitian. Hasil pengolahan data disampaikan detilnya pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Temuan Penelitian

Diketahui dari Gambar 2, bahwa terdapat hubungan positif antara green awareness dengan keinginan konsumen untuk memilih produk organik yaitu minat beli. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi nilai kesadaran konsumen atas produk ramah lingkungan pada green awareness maka semakin tinggi minat beli konsumen untuk memiliki produk ramah lingkungan.

Hubungan Green Awareness Pada Minat Beli Konsumen (H1)

Hasil penelitian ditemukan nilai hubungan dari green awareness pada minta beli konsumen sebesar 0.54 (Gambar 2). Hal ini dapat dimaknai bahwa minat beli konsumen atas produk sayuran organik sejatinya dapat dikendalikan dengan baik oleh green awareness konsumen. Temuan ini menyempurnakan (improvement) penelitian sebelumnya, dimana upaya peningkatan perilaku konsumen melalui green awareness

oleh perusahaan setidaknya berdampak pada perilaku pembelian konsumen (Suki, 2013). Namun yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah pada produk yang dipilih bukan fokus pada produk sayuran organik. Sedangkan saat ini fokus pada produk sayuran organik di Kota Bandung.

Dalam green awareness terdapat beberapa penilaian yang dianut oleh konsumen, diantaranya adalah consumers’

environmental concerns (x1), awareness of

green product (x2), awareness of price (x3), dan awareness of brand image (x4). Dari keempat penilaian nampak terdapat penilaian yang paling mempengaruhi terbentuknya

green awareness dari konsumen yaitu

consumers’ environmental concerns (x1) dan

awareness of brand image (x4). Hal ini nampak dari nilai presentase yang dirasakan konsumen paling tinggi diantara penilaian lainnya (Gambar 3).

Gambar 3. Presentasi Penilaian Green

Awareness Konsumen

Dari Gambar 3, nampak jelas bahwa dalam meningkatkan green awareness

konsumen atas produk ramah lingkungan seperti produk sayuran organik, perlu didahulukan penilaian atas consumers’

environmental concerns dan awareness of brand image. Terbentunya penilaian atas

green awareness konsumen, sejatinya dalam pendukung penciptaan minat beli konsumen pada akhirnya.

Consumers’ environmental concerns

merupakan perhatian konsumen atas dampak produk pada lingkungan (Hanson, 2013). Perilaku tersebut erat kaitannya dengan kesadaran konsumen pada lingkungan, artinya bahwa isu terkait lingkungan perlu dikedepankan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan atas consumers’

environmental concerns’. Awareness of

brand image merupakan kepedulian

konsumsn atas citra merek perusahaan yang mengeluarkan produk ramah lingkungan (Sanyal & Datta, 2011). Tidak jarang perusahaan saat ini di Indonesia termasuk ritel swalayan seperti supermarket, menyuarakan isu “green” pada strategi pemasarannya. Namun terkadang tidak tepat karena tidak membentuk dengan baik

awareness of brand image dari konsumen. Kedua hal tersebut dari green awareness

perlu dievaluasi baik dari sisi penjual yaitu ritel swalayan dan pemerintah sebagai regulator atau penentu kebijakan.

(6)

Dukungan Demografi Pada Perilaku Konsumen Atas Produk Sayuran Organik (H2)

Pada Tabel 1, diketahui demografi konsumen terkait pengetahuan pada label produk organik di Indonesia. Dimana usia dan lokasi konsumen dukung pengetahuan konsumen pada label organik. Tidak demikian dengan latarbelakang pendidikan. Selanjutnya pada penelitian ini diolah kembali data berdasarkan lokasi konsumen. Data diawal diketahui bahwa nilai hubungan dari green awareness pada minat beli sebesar 0.54. Namun setelah dilakukan pengolahan data ulang berdasarkan lokasi konsumen berada (urban dan sub-urban), terjadi perbedaan nilai. Hasilnya untuk kelompok

urban (lokasi di pusat kota) mampu mendukung hubungan dari green awareness

pada minat beli, dimana nilai korelasi meningkat menjadi 0.77. Berbeda dengan kelompok sub-urban hanya 0.45 (Gambar 4). Intisari dari temuan tersebut menegaskan bahwa lokasi konsumen mampu mendukung hubungan variabel untuk minat beli konsumen pada produk organik.

Gambar 4. Moderasi Lokasi Konsumen Kenyataan bahwa konsumen yang berada di tengah kota (urban) lebih baik dalam menilai hubungan green awareness

pada minat beli, menjadi temuan pada penelitian. Disinyalir pengetahuan dan kesempatan dari konsumen di dalam Kota lebih baik dalam menilai dan mendapatkan produk organik yang ada di ritel swalayan. Sebagian konsumen dalam wawancaranya menegaskan bahwa sebagian besar ritel swalayan berada di tengah Kota, dan lebih mudah untuk mencarinya pada saat pulang bekerja atau sengaja mendatangi ritel swalayan. Berbeda dengan kondisi

konsumen yang berada di pinggiran kota (sub-urban) nampak tidak terlalu menyukai dalam berkunjung ke ritel swalayan untuk memilih produk organik.

Temuan ini tentunya dapat dijadikan masukan bagi ritel swalayan sebagai penjual produk organik seperti sayuran organik, sebelum menentukan strategi pemasaran. Dimana target pasar dapat lebih mengerucut pada konsumen yang berada ditengah Kota atau konsumen yang lebih mudah dalam menjangkau ritel swalayan. Bagaimanapun lokasi dari konsumen sangat menentukan perilaku konsumen dalam melakukan pemilihan atas produk organik di ritel swalayan.

PENUTUP

Green awareness merupakan perilaku konsumen yang mampu meningkatkan minat konsumen untuk memiliki produk organik. Namun demikian dalam menganalisa perilaku konsumen pada produk organik perlu diketahui demografi konsumen. Dimana usia, pendidikan, lokasi dan pengetahuan label organik, mampu mendukung hubungan dari green awareness

pada minat beli konsumen.

Hal yang perlu menjadi perhatian adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan konsumen atas label organik. Dimana tingkat pendidikan tidak menjamin konsumen mengetahui produk organik dan memilih produk organik. Serta sebagain besar konsumen tidak mengetahui label organik yang benar. Disarankan untuk industri yang berkaitan dan pemerintah dalam mensosialisasi label yang benar. Selain pada jaminan kepada konsumen (customer

protection), juga sebagai upaya

meningkatkan citra dari label organik. Dimana citra dari produk sejatinya mampu mempengaruhi perilaku konsumen dalam pemilihan produk (Ranjbarian, Sanayei, Kaboli, & Hadadian, 2012). Hal ini juga yang menjadi limitasi penelitian, selain saran untuk mengkaji dari sisi demografi konsumen berdasarkan status sosial.

(7)

Disamping itu, isu “global warming” dapat

dijadikan sebagai sarana promosi ritel swalayan atau perusahaan secara umum, melalui green marketing strategy.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D. P., & Angliawati, R. Y. (2015). Buying Behavior of Organic Vegetables Product: The Effects of Perceptions of Quality And Risk. International Journal of Scientific & Technology Research,

4(12), 28–35.

Alamsyah, D. P., Trijumansyah, A., & Hariyanto, O. I. B. (2017). Mediating of Store Image on Customer Trust for Organic Vegetables. MIMBAR, Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 33(1).

Chinomona, R., Okoumba, L., & Pooe, D. (2013). The Impact of Product Quality on Perceived Value, Trust and Students’ Intention to Purchase Electronic Gadgets. Mediterranean Journal of Social Sciences, 4(14), 463–472.

Chinomona, R., & Sandada, M. (2013). Customer Satisfaction , Trust and Loyalty as Predictors of Customer Intention to Re-Purchase South African Retailing Industry. Mediterranean Journal of Social Sciences, 4(14), 437– 446.

Hackett, S. B., & Moxnes, E. (2015). Natural capital in integrated assessment models of climate change. Ecological

Economics, 116, 354–361.

http://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2015.0 5.009

Hanson, C. B. (2013). Environmental Concern, Attitude Toward Green Corporate Practices, and Green Consumer Behavior in the United States and Canada. ASBBS eJournal, 9(1), 326–343.

Krystallis, A., & Chryssohoidis, G. (2005). Consumers’ willingness to pay for organic food: Factors that affect it and variation per organic product type.

British Food Journal, 107(5), 320–343. http://doi.org/10.1108/00070700510596 901

Mourad, M., Serag, Y., & Ahmed, E. (2012). Perception of green brand in an emerging innovative market. European Journal of Innovation Management,

15(4), 514–537.

http://doi.org/10.1108/14601061211272 402

Paço, A. M. F., & Raposo, M. L. B. (2010). Green Consumer Market Segmentation: Empirical Findings From Portugal.

International Journal of Consumer

Studies, 34(1996), 429–436.

http://doi.org/10.1111/j.1470-6431.2010.00869.x

Paul, J. (2012). Consumer behavior and purchase intention for organic food.

Journal of Consumer Marketing, 29(6), 412–422.

http://doi.org/10.1108/07363761211259 223

Ranjbarian, B., Sanayei, A., Kaboli, M. R., & Hadadian, A. (2012). An Analysis of Brand Image, Perceived Quality, Customer Satisfaction and Re-purchase Intention in Iranian Department Stores.

International Journal of Business and

Management, 7(6), 40–49.

http://doi.org/10.5539/ijbm.v7n6p40 Sanyal, S. N., & Datta, S. K. (2011). The

effect of country of origin on brand equity: an empirical study on generic drugs. Journal of Product & Brand

Management, 20(2), 130–140.

http://doi.org/10.1108/10610421111121 125

Shaharudin, M. R., Pani, J. J., Mansor, S. W., & Elias, S. J. (2010). Purchase Intention of Organic Food: Perceived Value Overview. Canadian Social Science,

6(1), 70–79.

Suki, N. M. (2013). Green awareness effects on consumers’ purchasing decision: Some insights from Malaysia.

International Journal of Asia-Pacific Studies, 9(2), 49–63.

Syarifuddin, D., & Alamsyah, D. P. (2017). Green Perceived Value for Environmentally Friendly Products: Green Awareness Improvement. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 18(2), 245–

(8)

255.

http://doi.org/10.23917/jep.v18i2.5145 Tjarnemo, H., & Sodahl, L. (2015). Swedish

food retailers promoting climate smarter food choices-Trapped between visions and reality? Journal of Retailing and Consumer Services, 24(C), 130–139. http://doi.org/10.1016/j.jretconser.2014. 12.007

Tuu, H. H., & Olsen, S. O. (2012). Certainty, Risk and Knowledge in The Satisfaction-Purchase Intention Relationship in a New Product Experiment. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, 24(1), 78–101. Wu, S., & Chen, Y. (2014). The Impact of Green Marketing and Perceived Innovation on Purchase Intention for Green Products. International Journal of Marketing Studies, 6(5), 81–101. http://doi.org/10.5539/ijms.v6n5p81 Yee, C. J., San, N. C., & Khoon, C. H.

(2011). Consumers’ Perceived Quality , Perceived Value and Perceived Risk Towards Purchase Decision on Automobile. American Journal of

Economics and Business

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kemudahan akses, menyediakan ruang pejalan kaki yang dilengkapi dengan zona perabot dan zona perdagangan, ruang pelanggan, serta zona pejalan

Secara bahasa Proximity Switch berarti, proximity artinya jarak atau kedekatan , sedangkan switch artinya saklar jaded efinisinya adalah sensor atau saklar otomatis yang

10 SHE Indonesia Banking School Jakarta 11 SHE Selamat Sri Kendal 12 SHE Widya Manggala Semarang 13 STMIK AKAKOM Yogyakarta 14 UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru 15

This paper presents the overview of the long-term structural monitoring programme which had measured the out-of-plain motion of the historical masonry façade of

Beberapa pengembangan terus dilakukan dalam rangka meningkatkan respon sistem quadcopter dalam melacak permasalahan yang terjadi, mampu melakukan tracking berupa

diikuti oleh lulusan yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk pelaksanaan wisuda dibentuk panitia wisuda yang bertugas mempersiapkan

This study considered relevant theories related to tenses, learning activity, speaking skill, writing skill, direct method, total physical response, audiolingual method,

Metode wawancara digunakan peneliti untuk memperoleh data secara umum dan luas tentang hal-hal yang menonjol, penting dan menarik untuk diteliti lebih mendalam yaitu data