• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tekno Efisiensi Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tekno Efisiensi Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Tekno Efisiensi

Tekno Efisiensi

Tekno Efisiensi

Tekno Efisiensi

Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016

“STUDI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI INFLAMASI

NON-STEROID (OAINS) PADA PASIEN PENDERITA

OSTEOARTHRITIS DI APOTEK X KUNINGAN PERIODE

OKTOBER-DESEMBER 2014”

Oleh:

Wawang Anwarudin

ABSTRAK - Osteoarthritis (OA) merupakan bentuk arthritis yang sering ditemukan di masyarakat, bersifat kronis dan berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat.Penyakit ini menyerang persendian dan anggota gerak terutama tulang, sendi dan tulang belakang yang menimbulkan rasa nyeri dan kaku. OAINS merupakan terapi farmakologi yang banyak digunakan untuk mengatasi nyeri pada osteoarthritis. Dalam penggunaan OAINS perlu diperhatikan beberapa hal penting terkait kerasionalan penggunaannya. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasionalitas penggunaan OAINS pada pasien Osteoarthritisdi Apotek X Kuningan, sehingga dapat diketahui penggunaan OAINS tersebut rasional atau tidak berdasarkan rekomendasi dari Perhimpunan Rheumatologi Indonesia dan literatur lainnya yang digunakan sebagai acuan. Jenis Penelitian ini adalah non eksperimental dengan analisa deskriptif non analitik dan pengambilan data secara retrospektif. Data pasien yang diambil berasal dari kartu status pasien pada periode Oktober-Desember 2014. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan OAINS pada pasien osteoarthritis di Apotek X Kuningan periode Oktober-Desember 2014 dengan jumlah peresepan OAINS sebanyak 152 resep dari 74 pasien didapatkan hasil yaitu jenis OAINS yang digunakan adalah celecoxib (128 resep), meloxicam (12 resep), etoricoxib (8 resep), natrium diklofenak (2 resep), kalium diklofenak (1 resep) dan kombinasi celecoxib + kalium diklofenak (1 resep). Berdasarkan studi rasionalitas didapatkan hasil yaitu tepat indikasi 152 resep (100%), tepat pemilihan obat 144 resep (94,73%), tepat dosis 136 resep (94,45%) dan efek samping sebanyak 10 kasus (6,59%). Hasil akhir dari studi rasionalitas ini adalah penggunaan OAINS yang rasional sebanyak 130 resep (85,53%) dan tidak rasional sebanyak 22 resep (14,47%).

Kata Kunci : osteoarthritis, rasionalitas penggunaan OAINS, resep

ABSTRACT - Osteoarthritis (OA) is the most common type of arthritis. This disease was chronic, and have a major impact in the health. This disease attacks the joints and limbs, especially the bones, joints and spine are often painful and stiff. NSAIDs are widely used pharmacological therapy for pain management in osteoarthritis. However, the use of NSAIDs must be careful and according to rationalization of use. The purpose of this study was to determine the rationality of the use of NSAIDs in osteoarthritis patients at Kuningan X pharmacy, so that it can be seen that the rational use of NSAIDs or not based on a recommendation from the Indonesian of Rheumatology Association (IRA) and other literature were used as a reference. This research uses non experimental method and analyzed descriptive non analytic and retrospective data collection. Patient data obtained came from a patient status card in the period from October to December 2014. The results obtained from this study is the use of NSAIDs in osteoarthritis patients at Kuningan X pharmacy period October-December 2014 with a number of prescription NSAIDs as much as 152 recipes from 74 patients in getting the results the type of NSAID use is celecoxib (128 recipes), meloxicam (12 recipes), etoricoxib (8 recipes), diclofenac sodium (2 recipes), potassium diklofenac (1 recipe) and the combination of celecoxib + potassium diklofenac (1 recipe). From the results of the study showed that rationality proper prescription indication 152(100%), the selection of the right drug prescription 144(94,73%), the rightdose of136prescriptions(94,45%) andthe case ofthe occurrence ofside effectsas much as 10cases(6,59%). The end result ofthe studyof thisrationalityisa rationaluse ofNSAIDsas much as130prescriptions(85,53%) and irrational as much as 22 prescriptions(14,47%).

(2)

PENDAHULUAN

Penyakit rematik atau yang sering disebut arthritis adalah penyakit yang menyerang persendian dan anggota gerak terutama tulang, sendi dan tulang belakang yang sering menimbulkan rasa nyeri dan kaku. Rematik merupakan penyebab nyeri sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah pergelangan tangan dan jari-jari. Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terusmenerus dan semakin lama semakin berat, tapi adakalanya berlangsung selama beberapa hari dan kemudian sembuh dengan pengobatan.

Osteoarthritis (OA) merupakan jenis penyakit arthritis yang paling sering ditemukan di masyarakat, bersifat kronis dan berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini bisa dialami baik oleh pria maupun wanita walau lebih sering terjadi pada wanita dan umumnya mengenai populasi usia lanjut. Dengan bertambah banyaknya populasi usia lanjut diberbagai negara di dunia tentu saja jumlah pasien yang menderita OA akan semakin banyak. Sebuah penelitian di Bandung pada pasien yang berobat ke Klinik Reumatologi RSHS pada tahun 2007 dan 2010. Penderita OA sebanyak 74,48% dari keseluruhan kasus (1297) reumatik pada tahun 2007, 69% adalah wanita dan kebanyakan merupakan OA lutut (87%). Sedangkan dari 2760 kasus reumatik pada tahun 2010, 73% diantaranya adalah penderita OA.

Rasa sakit atau nyeri sendi akibat OA sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari penderita. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya apakah dengan upaya farmakoterapi, fisioterapi atau dengan pembedahan. Farmakoterapi berawal dengan pemberian analgetika sederhana dan edukasi. Kebanyakan penderita dengan penggunaan analgetika sederhana belum mampu mengontrol rasa sakit akibat OA. Obat Anti-Inflamasi Non-steroid (OAINS) ternyata efektif mengontrol rasa sakit akibat penyakit ini.

OAINS merupakan terapi farmakologi yang banyak dipakai untuk mengatasi nyeri salah satunya pada osteoarthritis. Namun dalam penggunaan OAINS perlu diperhatikan beberapa hal penting terkait kerasionalan penggunaannya. Penggunaan obat dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat. OAINS memiliki berbagai efek samping yang merugikan, seperti gangguan pada saluran gastrointestinal, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem kardiovaskuler dan gangguan pembekuan darah. Penggunaan OAINS harus tepat akan kesesuaian indikasi, ketepatan pemilihan jenis obat, ketepatan dosis dan lamanya pengobatan agar dapat memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan efek samping dari penggunaan obat ini. Pertimbangan lain adalah bahwa mayoritas penderita OA adalah lansia yang tentunya disertai beberapa penyakit penyerta seperti hipertinsi dan berbagai macam gangguan pada gastrointestinal yang tentunya akan menjadi pertimbangan dalam memilih jenis OAINS yang akan diberikan kepada pasien.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dianalisis secara deskriptif non analitik dan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan data berdasarkan pada catatan medis dengan penelusuran terhadap data pada kartu status pasien dari dokter spesialis di Apotek X Kuningan periode Oktober-Desember 2014.

(3)

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah jumlah lembar resep penderita Osteoarthritis di Apotek X Kuningan periode Oktober – Desember 2014 dengan jumlah 176 resep dari 84 pasien. Sampel penelitian ini adalah jumlah lembar resep pasien Osteoarthritis di Apotek X Kuningan periode Oktober – Desember 2014 dengan jumlah 152 resep dari 74 pasien yang diambil secara acak dan dihitung menggunakan rumus slovin dari jumlah resep tiap bulannya.

Analisis Data

Data yang telah dijadikan sebagai sampel penelitian akan diperiksa dan divalidasi kemudian dilakukan pengolahan untuk analisa. Analisa dilakukan secara deskriptif non-analitik. Analisis data meliputi :

a) Menghitung persentase jenis kelamin dan usia pasien Osteoarthritis. b) Menghitung persentase penyakit penyerta pada pasien Osteoarthritis.

c) Menghitung persentase jenis OAINS dan obat penyerta yang digunakan dalam pengobatan. d) Mengkaji kerasionalan penggunaan OAINS yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan

pemilihan obat, ketepatan dosis dan efek samping berdasarkan rekomendasi IRA dan literatur lainnya.

e) Menghitung persentase tiap kriteria rasionalitas penggunaan obat yang digunakan.

f) Menghitung persentase jumlah penggunaan OAINS yang rasional dan tidak rasional secara keseluruhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien

Jenis Kelamin dan Usia Pasien

Gambaran pasien OA meliputi jenis kelamin dan usia pasien yang dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1 Jenis Kelamin dan Usia Pasien OA

Usia Jenis Kelamin

Perempuan Laki-Laki ≤ 39 1 1 40-49 10 2 50-59 23 5 60-69 19 2 70-79 8 1 70-79 0 2 Total 61 13

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat persentase jenis kelamin dan usia pasien OA di Apotek X Kuningan Periode Oktober-Desember 2014 yang tersaji pada grafik di bawah ini :

(4)

Grafik 1 Persentase Jenis Kelamin dan Usia Pasien Osteoarthritis

Berdasarkan tabel 1 dan grafik 1 pasien Osteoarthritis (OA) yang paling banyak adalah perempuan (82,43% ) dibandingkan laki-laki (17,56%). Pravelensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Hal tersebut diperkirakan karena pada usia 50-80 tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang signifikan. Pada kartilago terdapat reseptor estrogen dan estrogen mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah pergantian sel, metabolisme dan pelepasan sitokin.

Diagnosa dan Penyakit Penyerta

Diagnosa osteoarthritis beserta penyakit penyerta pada 74 pasien penderita OA tersaji dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2 Diagnosa dan Penyakit PenyertaPada Pasien Osteoarthritis

Diagnosa dan Penyakit Penyerta Jumlah Pasien

OA + Dispepsia 16 OA + Gastritis 1 OA + Hipertensi 28 OA + Hipertensi + Dispepsia 5 OA + Hipertensi + Gastritis 2 OA + Hipertensi + Stroke 1 OA + Lemah Jantung 1 Total 54 0 5 10 15 20 25 30 35 ≤ 39 40-49 50-59 60-69 70-79 70-79 1,35 13,51 31,08 25,68 10,81 0 1,35 2,7 6,76 2,7 1,35 2,7 P er se n ta se (% ) Usia Pasien Perempuan Laki-Laki

(5)

Berdasarkan tabel 2 persentase penyakit penyerta pada pasien OA tersaji pada grafik dibawah ini :

Grafik 2 Persentase Penyakit Penyerta Pada Pasien OA

Berdasarkan tabel 2 dan grafik 2 pasien OA yang disertai hipertensi merupakan penyakit penyerta yang banyak diderita pasien OA di Apotek X Kuningan. Rata-rata pasien yang menderita OA adalah pasien dengan usia diatas 50 tahun. Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatkan morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit kardiovaskuler. Tekanan Darah Sistolik (TDS) meningkat sesuai dengan peningkatkan usia. Selain hipertensi yang banyak diderita oleh pasien OA, gangguan pada sistem gastrointestinal juga banyak dialami oleh pasien OA. Dispepsia dan gastritis merupakan gangguan pada lambung yang dialami pasien. Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular dan gastrointestinal ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan jenis OAINS.

Penggunaan Obat Pada Pasien Osteoarthritis Penggunaan OAINS

Penggunaan OAINS pada pasien OA dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3 Penggunaan OAINS Pada Pasien Osteoarthritis

Persentase Penggunaan OAINS pada pengobatan Osteoarthritis di Apotek X Kuningan periode Oktober-Desember 2014 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3 Persentase Penggunaan OAINS Pada Pasien Osteoarthritis

0 5 10 15 20 25 30 35 40 37,84 21,62 6,76 2,7 1,35 1,35 1,35 P er se n ta se ( % ) OA + Penyakit Penyerta OA+Hipertensi OA+Dispepsia OA+Hipertensi+Dispepsia OA+Hipertensi+Gastritis OA+Gastritis OA+HT+Stroke OA+Lemah Jantung 0 20 40 60 80 100 84,21 5,26 7,89 1,32 0,66 0,66 P er se n ta se (% ) Jenis OAINS Celecoxib Etoricoxib Meloxicam Na.Diclofenac Ka.Diclofenac Celecoxib+Diclofenac

Golongan Jenis OAINS Jumlah

Cox-2 Selektif Inhibitor Non Selektif Cox Inhibitor Kombinasi Celecoxib 128 Etoricoxib 8 Meloxicam 12 Na. Diklofenak SR 2 Ka. Diklofenak 1 Celecoxib+Ka. Diklofenak 1 Total 152

(6)

Dari tabel 3 dan grafik 3 dapat dilihat bahwa pengobatan pasien OA di Apotek X Kuningan, dari total 152 resep, OAINS golongan COX-2 selektif inhibitor paling banyak digunakan. Celecoxib merupakan obat yang paling banyak digunakan dalam pengobatan OA disusul penggunaan etoricoxib dan meloxicam.

Celecoxib dan etoricoxib merupakan OAINS golongan penghambat selektif COX-2 yang diindikasikan untuk nyeri dan inflamsasi pada osteoarthritis, rheumatoid arthritis, ankylosing spondilitis. Efikasi celecoxib sebagai penghambat selektif COX-2 ternyata tidak berbeda dengan OAINS non-selektif. Perbandingan COX-2 selektif inhibitor dengan beberapa OAINS lainnya misalnya sodium diklofenak, naproxen, meloxicam, piroxicam sama efektifnya untuk mengatasi rasa nyeri dan inflamasi pada pasien OA dan rheumatoid arthritis. Celecoxib dan etoricoxib memiliki efek samping pada saluran cerna separuh dari OAINS non-selektif, frekuensi efek samping lainnya hampir sama dengan OAINS lainnya. Celecoxib tidak lebih menyebabkan edema/efek pada ginjal dan golongan OAINS lainnya telah terbukti terjadi edema dan hipertensi.

Meloxicam termasuk OAINS kelas baru. Meloxicam dinyatakan lebih selektif menghambat COX-2 tetapi selektifitasnya lebih kecil dibandingkan celecoxib dan etoricoxib. Efektifitasnya pada OA dan Rheumatoid arthritis serupa dengan OAINS lainnya. Meloxicam menyebabkan lebih sedikit gejala dan komplikasi pada saluran cerna dari pada piroxicam, diklofenak dan naproxen.

Penggunaan Obat Penyerta

Selain penggunaan OAINS pada pasien OA, obat-obat penyerta juga digunakan dalam pencegahan terjadinya efek samping berupa gangguan pada gastrointestinal dan kardiovaskuler dari penggunaan OAINS dan menangani penyakit penyerta yang dialami oleh pasien. Jenis obat penyerta, jumlah dan persentase penggunaan obat penyerta dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4 Penggunaan Obat Penyerta Pada Pasien Osteoarthritis

Golongan Jenis Obat Jumlah

Pompa Proton Inhibitor Omeprazol 93

Lansoprazol 8

Antagonis Reseptor H2 Ranitidin 5

Mucosprotektor Rebamipid 1

Kombinasi Lansoprazol+Sucralfat 2

Calcium Chanel Blocker Amlodipin 31

Total 138

Persentase obat penyerta yang digunakan pada pasien osteoarthritis tersaji pada grafik di bawah ini :

(7)

Grafik 4 Persentase Penggunaan Obat Penyerta Pada Pasien OA

Berdasarkan tabel 4 dan grafik 4 penggunaan Pomp Proton Inhibitor (PPI) paling banyak digunakan sebagai obat pelindung gaster pada pengobatan OA di Apotek tersebut. Penggunaan senyawa gastroprotektif sebagai obat penyerta dalam penggunaan OAINS ditujukan sebagai perlindungan terhadap lambung karena efek samping dari OAINS. Semua OAINS memberikan efek samping terhadap gastrointestinal baik dari golongan COX-2 selektif maupun non-selektif. Omeprazol dan lansoprazol termasuk kedalam golongan PPI. Penggunaan PPI sebagai pelindung gaster di rekomendasikan oleh IRA.

Studi Rasionalitas Penggunaan OAINS Ketepatan Indikasi

Ketepatan indikasi pemilihan OAINS pada peresepan OAINS sebanyak 152 resep dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5 Ketepatan Indikasi Penggunaan OAINS Pada Pasien OA

Jenis OAINS Diagnosa

Paisen Jumlah R/ Jumlah TI Celecoxib OA 128 128 Etoricoxib 8 8 Meloxicam 12 12 Ka.Diklofenac 1 1 Na.Diklofenac 2 2 Celecoxib+Diklofenac 1 1 Total 152 152 0 10 20 30 40 50 60 70 61,18 5,26 3,29 0,66 1,32 20,39 P er se n ta se ( %)

Jenis Obat Penyerta

Omeprazol Lansoprazol Ranitidin Rebamipid Lansoprazol+Sucralfat Amlodipin

(8)

Ketepatan indikasi pada penggunaan OAINS dilihat dari ketepatan pemberian obat yang sepenuhnya berdasarkan alasan medis yang disesuaikan dengan diagnosa dan kondisi pasien. Penggunaan OAINS dikategorikan tepat indikasi karena obat yang diresepkan sesuai dengan diagnosa pasien yaitu osteoarthritis dengan anamnesa adanya nyeri, kaku, dengan ada atau tanpa inflamasi.

Ketepatan Pemilihan Obat

Dari 152 peresepan OAINS terdapat OAINS yang termasuk kedalam kategori tepat obat (TO) dan tidak tepat obat (TTO) yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6 Ketepatan Pemilihan Obat Pada Pasien OA

Golongan Jenis Obat Jumlah

R/ TO TTO Cox-2 Selektif Inhibitor Celecoxib 128 121 7 Etoricoxib 8 8 0 Meloxicam 12 12 0 OAINS Non-Selektif Na.Diklofenak 2 2 0 Kal.Diklofenak 1 1 0 Kombinasi Celecoxib+Kal. Diklofenak 1 0 1 Total 152 144 8

Berdasarkan tabel 6 persentase Tepat Obat (TO) dan Tidak Tepat Obat (TTO) dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 5 Persentase Ketepatan Pemilihan Obat Pada Pasien OA

79,6 5,26 7,89 1,32 0,66 4,61 0,66 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Celecoxib Etoricoxib Meloxicam Na. Diklo Ka. Diklo Cele+Ka.

Diklo P er se n ta se ( %) Jenis-Jenis OAINS TO TTO

(9)

Berdasarkan tabel 6 dan grafik 5, dari total 152 resep, terdapat 144 peresepan OAINS (94,73%) yang termasuk kedalam kategori Tepat Obat (TO) sedangkan 8 resep (5,27%) termasuk kategori Tidak Tepat Obat (TTO).

Dari jumlah 74 pasien osteoarthritis di Apotek X Kuningan dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok berdasarkan kondisi masing-masing pasien, yaitu:

1. Pasien OA dengan nyeri ringan sampai sedang yang tidak terdapat kontra indikasi pemberian OAINS.

2. Pasien yang memiliki risiko terhadap saluran cerna.

a. Pasien dengan usia >60 tahun.

b. Pasien dengan riwayat memiliki gangguan pada gastrointestinal.

c. Pasien usia >60 tahun yang memiliki riwayat gangguan gastrointestinal.

d. Pasien yang sedang menggunakan kortikosteroid.

e. Pasien usia >60 tahun yang memiliki riwayat gangguan gastrointestinal dan sedang

menggunakan kortikosteroid.

3. Pasien yang mempunyai risiko pada kardiovaskuler.

a. Pasien dengan riwayat hipertensi.

b. Pasien dengan riwayat hipertensi dan stroke.

c. Pasien dengan riwayat hipertensi dan lemah jantung.

4. Pasien yang mempunyai risiko pada gastrointestinal dan kardiovaskuler.

a. Pasien usia >60 tahun dengan riwayat hipertensi.

b. Pasien dengan riwayat hipertensi dan gangguan pada gastrointestinal.

c. Pasien usia >60 tahun dengan riwayat hipertensi dan gangguan gastrointestinal.

d. Pasien dengan riwayat hipertensi dan sedang menggunakan kortikosteroid.

e. Pasien dengan riwayat hipertensi dan gangguan pada gastrointestinal serta sedang

menggunakan kortikosteroid.

Pada penggunaan OAINS golongan COX-2 selektif inhibitor yang terdiri dari Celecoxib sebanyak 121 resep, Etoricoxib 8 resep dan Meloxicam 12 resep sudah tepat dalam penggunaannya berdasarkan rekomendasi IRA dan literatur lainnya.

Penggunaan Celecoxib, etoricoxib dan meloxicam diberikan pada pasien dengan kondisi sebagai berikut:

1. Pasien yang memiliki risiko pada gastrointestinal.

2. Pasien yang memiliki risiko pada kardiovaskuler (hipertensi).

3. Pasien yang memiliki risiko pada gastrointestinal dan kardiovaskuler.

4. Pasien tanpa kontraindikasi pemberian OAINS.

Berdasarkan rekomendasi IRA penggunaan COX-2 selektif inhibitor diberikan pada 2 kondisi pasien, yaitu pasien dengan kondisi memiliki risiko pada sistem gastrointestinal dan pasien dengan kondisi memiliki risiko tinggi pada gastrointestinal dan risiko rendah pada kardiovaskuler. Penggunaan celecoxib, etoricoxib dan meloxicam pada 4 kondisi pasien di atas sudah tepat. OAINS golongan COX-2 selektif inhibitor dianjurkan penggunaannya pada pasien sesuai dengan kondisi di atas selain rekomendasi penggunaan OAINS nonselektif+PPI/Misoprostol. COX-2 selektif inhibitor memberikan efek samping yang minimal pada gastrointestinal. Penambahan PPI (Omeprazol dan lansoprazol) dapat memberikan perlindungan terhadap mukosa lambung. Pada pasien yang sedang menggunakan kortikosteroid oral (metilprednisolon) juga dianjurkan penggunaan

(10)

kombinasi penggunaan COX-2 inhibitor selektif + PPI. Kortikosteroid dapat meningkatkan kejadian perdarahan pada gastrointestinal dan dapat menyebabkan iritasi sistem pencernaan bagian atas seperti peradangan permukaan lambung (gastritis).

Dalam pemberian OAINS pada pasien OA yang disertai hipertensi perlu adanya monitoring terhadap tekanan darah pasien dan perhatian pada pemberian dosis dan lamanya pengobatan.

OAINS non-selektiv dan COX-2 inhibitor selektif keduanya dapat meningkatkan tekanan

darah.(5) Kenaikan tekanan darah sebesar 5 mmHg dikaitkan dengan risiko 25% lebih tinggi

terhadap kardiovaskuler.(11) Pemberian OAINS COX-2 selektif inhibitor untuk kondisi

pasien di atas sudah tepat karena pasien tidak mengalami efek samping berupa peningkatan tekanan darah. Pemberian antihipertensi (amlodipin) cukup untuk mengontrol tekanan darah.

Penggunaan OAINS pada kondisi bila pasien OA tanpa adanya kontraindikasi pemberian OAINS maka berdasarkan rekomendasi disarankan penggunaan acetaminophen atau

OAINS baik non-selektif maupun COX-2 inhibitor.(7) Pemberian OAINS baik non selektif

maupun COX-2 selektif pada kondisi pasien di atas sudah tepat.

Selain penggunaan OAINS COX-2 selektif inhibitor kategori tepat obat, terdapat penggunaan OAINS non-selektif kategori tepat obat yang terdiri dari penggunaan natrium diklofenak dan kalium diklofenak. Obat ini diberikan pada pasien OA dengan kondisi pasien mengalami hipertensi dan pasien yang memiliki risiko pada gastrointestinal. Berdasarkan rekomendasi IRA untuk pasien yang memiliki risiko pada gastrointestinal direkomendasikan pemberian kombinasi OAINS non-selektif dengan PPI (omeprazol atau

lansoprazol) atau misoprostol.(7) Sedangkan pada pasien yang sedang mengalami hipertensi

pasien tidak mengalami peningkatan tekanan darah selama penggunaan OAINS ini.

Selain penggunaan OAINS kategori tepat obat, terdapat 8 peresepan OAINS kategori tidak tepat obat. Ketidaktepatan penggunaan OAINS ini terdapat pada pemberian celecoxib sebanyak 7 resep dan kombinasi celecoxib dengan kal. Diklofenak sebanyak 1 resep. Pemberian celecoxib kategori tidak tepat obat ini diberikan pada pasien dengan kondisi sebagai berikut :

1. Pasien OA yang disertai hipertensi.

2. Pasien OA dengan riwayat hipertensi dan terdapat faktor risiko pada gastrointestinal.

3. Pasien OA yang memiliki riwayat stoke dan hipertensi.

Penggunaan celecoxib pada ke-3 kondisi pasien di atas menyebabkan efek samping berupa peningkatan tekanan darah 10-20 mmHg. Terdapat juga pasien dengan hipertensi berat yaitu dengan tekanan darah sistolik 180 mmHg yang merupakan salah satu kontraindikasi

pemberian OAINS.(2)

Sedangkan pasien dengan riwayat stroke dan hipertensi pasien mengalami peningkatan tekanan darah sebesar 10 mmHg. Berdasarkan literatur peningkatkan risiko stroke terjadi seiring dengan peningkatan tekanan darah. Risiko stroke meningkat 1.6 x setiap peningkatan 10 mmHg tekanan darah sistolik dan 5% kejadian stroke dapat dicegah dengan

(11)

tepat karena pada penggunaannya memberikan efek samping berupa peningkatan tekanan darah dan juga diberikan pada pasien yang terdapat kontraindikasi pemberian OAINS. Sebagai alternatif dapat diberikan beberapa terapi yaitu menggunakan acetaminophen,

OAINS topikal atau menggunakan terapi alternatif dengan pemberian tramadol.(7)

Tabel 7 Ketepatan Dosis Obat Pada Pasien OA

Sementara itu penggunaan kombinasi antara celecoxib dengan kal. Diklofenak tidak tepat karena tidak ada dalam rekomendasi. Kombinasi yang disarankan adalah penggunaan

kombinasi antara paracetamol dengan codein.(7)Kombinasi OAINS dapat saling

meningkatkan efek masing-masing OAINS dan juga dapat meningkatkan terjadinya efek

samping baik pada gastrointestinal maupun pada kardiovaskuler.(4)

Ketepatan Dosis OAINS

Dari total 152 resep, pemberian dosis OAINS dapat dikategorikan menjadi OAINS kategori tepat dosis (TD) dan tidak tepat dosis (TTD). Dalam perhitungan jumlah resep OAINS yang dikategorikan TD atau TTD diambil berdasarkan jumlah peresepan OAINS yang termasuk kedalam kategori tepat obat (TO). Ketepatan pemberian dosis OAINS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Jenis

OAINS Dosis Standar

Pemberia n Dosis TO Jml TD TTD Celecoxib DR 200mg qd* DM 200mg bid DT 200mg tid OA 200mg/hari qd/bid** 2x100mg 2x200mg Prn 200mg 121 114 0 2 0 5 0 Meloxicam DR 7.5mg qd DM 7.5mg bid DT 7.5mg bid OA 7,5-15mg/hari qd/bid** 2x7.5mg 12 12 0 Na. Diklofenak DR 50mg bid DM 75mg bid DT 50mg qid 100mg SR bid OA 100-150mg/hari qd/bid** 1x100mg 2 2 0 Ka. Diklofenak DR 50mg bid DM 50mg tid DT 50mg qid 100mg/hari bid/tid** 2x25mg 1 0 1 Etoricoxib OA 60mg/hari** 1x60mg 1x90mg 8 6 0 0 2 Total 144 136 8

(12)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Celecoxib Meloxicam Ka. Diklo Na. Diklo Etoricoxib

80,56 8,33 1,39 4,17 3,47 0,7 1,39 P er se n ta se ( %) Jenis OAINS TD TTD Keterangan :

* Sumber Perhimpunan Rheumatologi Indonesia (IRA) ** Sumber Drug Information Handbook 1st

DR = Dosis Rendah, DM = Dosis Menengah, DT = Dosis Tinggi,Qd = sekali sehari, Bid

= 2x sehari, Tid = 3x sehari, qid = 4x sehari, OA = Osteoarthritis

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat persentase Tepat Dosis (TD) dan Tidak TepatDosis (TTD) yang tersaji pada grafik di bawah ini :

Grafik 6 Persentase Ketepatan Dosis OAINS Pada Pasien OA

Berdasarkan tabel 7 dan grafik 6, dari 144 peresepan OAINS tepat obat terdapat 136 (94,45%) yang termasuk tepat dosis (TD) sedangkan 8 peresepan OAINS (5,55%) termasuk kategori tidak tepat dosis (TTD). Standar dosis yang digunakan sebagai acuan adalah

standar dosis yang di tetapkan oleh IRA dan Drugs Information Handbook.

Pada penggunaan celecoxib pemberian dosis OAINS yang dinyatakan tidak tepat berjumlah 5 resep. Pasien diberikan dosis celecoxib sebesar 2 x 200mg. Berdasarkan literatur dosis yang dianjurkan untuk osteoarthritis adalah 200 mg/hari diberikan dalam dosis tunggal atau

dosis terbagi.(4) Pada penggunaan kalium diklofenak berdasarkan rekomendasi pemberian

untuk OA dengan dosis terendah adalah 100mg/hari sedangkan pasien diberikan dosis lebih kecil dari yang direkomendasi yaitu 2x25mg. Sementara itu pada penggunaan etoricoxib terdapat 2 resep yang dinyatakan tidak tepat dosis. Berdasarkan literatur dosis yang direkomendasikan untuk OA adalah 60mg/hari dan 90mg/hari untuk rheumatoid arthritis.

(13)

Efek Samping Penggunaan OAINS

Kejadian efek samping yang berkaitan dengan penggunaan OAINS pada pasien osteoarthritis di Apotek X Kuningan tersaji dalam tabel dibawah ini :

Tabel 8 Kejadian Efek Samping Penggunaan OAINS Pada Pasien Osteoarthritis

Persentase kejadian efek samping pada penggunaan OAINS tersaji pada grafik di bawah ini :

Grafik 7 Persentase Kejadian Efek Samping Penggunaan OAINS Pada Pasien Osteoarthritis

Berdasarkan tabel 8 dan grafik 7, dari 152 kali peresepan OAINS pada pasien OA di Apotek X Kuningan terdapat 10 kasus (6,59%) efek samping yang terjadi akibat penggunaan OAINS. Efek samping yang banyak di temukan adalah peningkatan tekanan darah tinggi (3,95%). Tekanan darah sistolik meningkat 10-20 mmHg pada 6 kasus di atas. Mekanisme efek peningkatan tekanan darah diakibatkan penghambatan COX. Secara

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Celecoxib Cele+Ka. Diklo Meloxicam Ka. Diklo

3,29 0,66 1,32 0,66 0,66 P er se n ta se ( % ) Jenis OAINS

↑ Tekanan Darah Dispepsia Dispepsia+HT

Efek Samping Jenis OAINS Jumlah Nomor Resep

↑Tekanan

Darah Celecoxib 5 9a, 15a, 22a, 66a, 70a

Celecoxib+Ka.Diklofenak 1 17a

Dispepsia Meloxicam 2 52a, 57a

Ka.Diklofenak 1 53a

Dispepsia+HT Celecoxib 1 47a

(14)

sistematis OAINS dapat mengurangi produksi beberapa prostalglandin dengan efek

vasodilatasi, termasuk PGE2 dan PGI2. Pada ginjal penghambatan terhadap prostalglandin

dapat memicu peningkatan absorpsi klorida dengan konsekuensi terjadinya retensi natrium,

edema dan hipertensi.(11)

Selain efek samping berupa peningkatan tekanan darah. Efek samping pada gastrointestinal berupa dispepsia juga ditemukan sebanyak 3 kasus (1,98%). Efek samping pada lambung ini sedikit terjadi karena mayoritas OAINS yang diberikan dalam pengobatan OA adalah golongan COX-2 inhibitor selektif.

Pada resep nomor 47a, pasien mengalami efek samping berupa hipertensi dan dispepsia (0,66%) akibat penggunaan celecoxib. Sebelumnya tekanan darah pasien dalam keadaan normal dan meningkat menjadi 140/100 mmHg setelah penggunaan celecoxib pada pengobatan pertama. Pada pengobatan ke-2 pasien mengalami dispepsia.

Jumlah Penggunaan OAINS Yang Rasional dan Tidak Rasional

Berdasarkan penggunaan OAINS pada pasien osteoarthritis sebanyak 152 resep terdapat penggunaan OAINS kategori rasional yaitu yang memenuhi syarat tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tanpa adanya efek samping serta penggunaan OAINS tidak rasional yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9 Jumlah Penggunaan OAINS Rasional dan Tidak Rasional Pada Pasien Osteoarthritis TI TO TD ES Jumlah R/ OAINS Rasional Y Y Y x 130 R/ OAINS Tidak Rasional Y Y Y Y 6 Y Y x x 5 Y Y x Y 1 Y X x x 1 Y X x Y 1 Y X Y x 6 Y X x Y 1 Y X Y Y 1 Total 152

Berdasarkan tabel 9 persentase penggunaan OAINS yang termasuk kategori rasional dan tidak rasional dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

(15)

Grafik 8Persentase Penggunaan OAINS Kategori Rasional dan Tidak Rasional

KESIMPULAN

Penggunaan OAINS pada pasien osteoarthritis di Apotek X Kuningan periode Oktober-Desember 2014 dengan jumlah peresepan OAINS sebanyak 152 resep dari 74 pasien didapatkan hasil yaitu jenis OAINS yang digunakan adalah celecoxib (128 resep), meloxicam (12 resep), etoricoxib (8 resep), natrium diklofenak (2 resep), kalium diklofenak (1 resep) dan kombinasi celecoxib + kalium diklofenak (1 resep). Berdasarkan hasil studi rasionalitas didapatkan hasil yaitu ketepatan indikasi 152 resep (100%), ketepatan pemilihan obat 144 resep (94,73%), ketepatan dosis 136 resep (94,45%) dan kasus terjadinya efek samping sebanyak 10 kasus (6,59%). Hasil akhir dari studi rasionalitas ini adalah penggunaan OAINS rasional yang memenuhi syarat tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis dan tanpa efek samping sebanyak 130 resep (85,53%) dan yang tidak rasional sebanyak 22 resep (14,47%).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2006) : Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Rematik

Arthritis, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes, Jakarta, Halaman : 18-21

Perhimpunan Rheumatologi Indonesia (2014) : Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non

Steroid, IRA, Jakarta, Halaman : 3-14

Sudoya A.W., Setyohadi B., Alwi I., Simidribata M., Setiati S., (2006) : Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, edisi kelima jilid kesatu, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Halaman : 511-525

Amstrong L.L., Goldman M.P., (2005) : Drug Information Handbook 1st, Lexi Comp’s,

American, Halaman : 325

Eko P.T., (2012) : Penggunaan Coxib Dalam Tatalaksana Nyeri Nosiseptif, Jurnal

Kedokteran Indonesia., 1(43), 24-27 85,53 14,47 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

R/ OAINS Rasional R/ OAINS Tidak Rasional

P er se n ta se ( %)

(16)

Kellner H.L., Li Chunming, Essex M.N., (2013) : Celecoxib and Diclofenac Plus Omeprazole is Effective in the Treatment of Arthritis in Patients at High Risk of

Gastrointestinal The CONDOR Tiall, Open Rheumatol J.,(7), 96-100

Perhimpunan Rheumatologi Indonesia (2014) : Diagnosis dan Penatalaksana

Osteoarthritis, IRA, Jakarta, Halaman : 18-23

Katzung B.G., (2012) : Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi kesepuluh, EGC, Jakarta,

Halaman : 595

Dequeker J., Hawkey C., Kahan A., Steinbruck, Alegre C., Braumelou E., et al., (1998) :

Improvment in Gastrointestinal Tolerability of the Selective Cyclooxygenase (Cox-2)

Inhibitor, Meloxicam, Compared with Piroxicam, Br J Rheumatol, (37), 951

Mozuyani A., Raymond L.P., (2013) : Buku Ajar Interaksi Obat Pedoman Klinis dan

Forensik, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, Halaman : 302-310

Verdecchia P., Fabio A., et.al., (2010) : Treatment Strategies for Osteoarthritis Patients

with Pain and Hypertension. The Advance in Musculoskeletal Disease, 2(4), 229-232

Gofir A., (2009) : Manajemen Stroke, Pustaka Cendikia Press, Yogyakarta, Halaman :

Gambar

Tabel 1  Jenis Kelamin dan Usia Pasien OA
Tabel 2 Diagnosa dan Penyakit PenyertaPada Pasien Osteoarthritis  Diagnosa dan Penyakit Penyerta  Jumlah Pasien
Grafik 2 Persentase Penyakit Penyerta Pada Pasien OA
Grafik 4 Persentase Penggunaan Obat Penyerta Pada Pasien OA
+6

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam mengatasi kendala pengawasan keuangan daerah dilakukan beberapa upaya,

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan

Walaupun anda mungkin sudah terbiasa dengan cara-cara manual, percayalah anda akan menyesal kenapa tidak melakukan formatting dengan benar sejak dulu.. Mempelajari

Pengujian pengambilan sampel dahak terinfeksi bakteri TB hasilnya seperti pada G AMBAR 7 Tampak dari hasil pengujian sistem pencitraan mikroskop telah da- pat mengambil citra

Segala puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KEBIJAKAN PEMERINTAH

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP memberikan pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pengusaha

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komuni- kasi pada pembelajaran oleh guru-guru di SMP Negeri 1 Ungaran dalam rangka implementasi

Selaras dengan pandangan Koeswara (1987:31) bahwa kesadaran diri sebagai kapasitas yang memungkinkan manusia mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya