LAPORAN PENDAHULUAN BUERGER DISEASE LAPORAN PENDAHULUAN BUERGER DISEASE
A.
A. DefinisiDefinisi
Cheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan Cheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan, nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan, menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang, menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang, kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda dengan riwayat pengguna tembakau.
dengan riwayat pengguna tembakau.
Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang berukuran
berukuran kecil kecil sampai sampai sedang, sedang, akibat akibat peradangan peradangan yang yang dipicu dipicu oleh oleh merokok. merokok. BerdasarkanBerdasarkan studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit Buerger dibandingkan dengan siapapun.
Buerger dibandingkan dengan siapapun.
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari pembuluh
pembuluh darah darah yang yang paling paling sering sering ditemukan ditemukan pada pada perokok perokok pria pria yang yang berusia berusia pertengahan.pertengahan. Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena. Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
pada alat-alat dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada
pada pembuluh pembuluh darah darah tangan tangan dan dan kaki. kaki. Pembuluh Pembuluh darah darah mengalami mengalami konstriksi atau konstriksi atau obstruksiobstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan.
jaringan. B.
B. EtiologiEtiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat karena dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat karena kemungkinan adanya reaksi hipersensitifitas terhadap nikotin yang kebanyakan mulai kemungkinan adanya reaksi hipersensitifitas terhadap nikotin yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.Walaupun penyebab penyakit Buerger belum memberikan perbaikan pada penyakit ini.Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat
disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun. Selain penyakit sistem imun diduga ada hubungan dengan penyakit Raynauld.
C. Klasifikasi
1. Sumbatan arteri trombotik a. Arteri yang sakit
o ASO o TAO o arteritides b. Arteri normal
1) Keadaan hiperkoagulasi
Kelainan mielopro literatif Penyakit usus ulseratif
Trombosis arteri sederhana idiopatik
2) Trauma kontusio atau rusaknya arteri yang parah 3) Diseksi aorta
2. Sumbatan arteri embolik
a. Arteri besar, sedang, dan kecil bisa disumbat oleh emboli yang muncul dari : 1) Jantung
Penyakit jantung reumatik.
IMA
Payah jantung dari semua sebab. Endokardtis infeksiosa.
Miksoma artirum kiri.
2) Arteri kecil dan arteriola bisa disumbat oleh debris ateromatosa dari plak ateromatosa proksmal atau trombus mural dalam aneursma arteri (embolisasi ateromatosa atau kolesterol)
a. Spasme arteri, sekunder terhadap:
Ergotisme
DOB (4 bromo-2,5dimetoksiamfetamin), obat ”jalanan” Trauma tumpul
Suntikan intra arteri
b. Benda asing
Kawat pembimbing dan kateter. Embolisme bullient
D. Patofisiologi
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini
memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis :
(a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis
(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis
(c) terjadi kontraktur dan atrofi (d) kulit menjadi atrofi
(e) fibrosis perineural dan perivaskular
E. Tanda dan Gejala 1. Rasa Nyeri
a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala tersebut biasanya progresif.
b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang bila direndahkan.
c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu, akan ada perasaan hipererestesia.
2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang. 3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau
sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.
4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.
5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya unilateral dan terdapat pada ujung jari.
6. Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang. F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat : a) Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang. b) Tanda – tanda klasifikasi arteri
2. Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kol ateralisasi.
3. Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi
Angiography adalah pencitraan pembuluh darah menggunakan air-larut ionik atau nonionik media yang kontras sinar X disuntikkan ke dalam aliran darah arteri (arteriografi) atau pembuluh darah (venography). Untuk pembuluh getah bening, media kontras digunakan berminyak.
Angiografi berfungsi untuk menyelidiki keadaan normal dan patologis dari sistem kapal penyempitan dan obstruksi lumen terutama atau pelebaran aneurismal.
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti merokok.
2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:
a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII (LI – LIV).Tindakan ini masih kontroversi.
b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.
3. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri.
4. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan jangan banyak jalan.
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara:
a) Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara kebersihan k aki.
b) Direndam dengan larutan permanganat kallikus 1/5000 selama 20 menit setiap hari. c) Antibiotik.
6. Pengobatan spesifik.
Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran, fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide sama baiknya dengan zat pencegah agregasi platelete.
Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut pada tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty dengan kateter balon. Pada pembuluh darah kecil dan pemberian antikoagulasi.
7. Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk menghindari infeksi
9. Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu menjalani tirah baring.
10. Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat dari karet.
Penderita juga harus menghindari: - Pemaparan terhadap dingin
- Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam) yang digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan
- Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan minor - Infeksi jamur
- Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah. H. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang diakibatkan oleh tromboangitis : 1. Amputasi
2. Gangrene (kematian jaringan)
3. Kehilangan sirkulasi luar ekstremitas yang terkena ketika ke kontak profesionalmedis 4. Hypertensi
5. Stroke (untung masih baru stoke ringan) 6. Osteoporisis ( tulang keropos)
7. Atropi (penyusutan jaringan)
8. Pertumbuhan kuku terhambat dan menjadi rusak.
9. muntah dan berak darah akibat selalu mengkonsumsi obat penahan sakit dan obat pengencer darah (aspilet)
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal (Canpernito, 2000,2).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana
keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2). 1. Pengkajian
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan buerger syndrome (Tromboangitis obliterans)adalah Gejala (symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan
berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut,
ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap. c.Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan buerger syndrome biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti rasa nyeri Jika terpapar suhu rendah, kaki bawah awalnya dingin, sianotik dan mati rasa,
kemudian menjadi merah, panas, dan kesemutan. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit menurun atau menular.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
c. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan. 3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus. 4) Pola aktivitas dan latihan
Akibat nyeri pada ekstermitas atau daerah daerah yang terserang mengakibatkan terganggunya aktifitas klien.
5) Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu
masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, nyeri dan jika sudah parah akan terdapat ganggreng dan ulkus. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya. d. pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
a. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b.Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi. d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, ko nstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. g. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, ka cau mental, disorientasi.
2. Pemeriksaan laboratorium
Saat ini belum ada pemeriksaan laboratoriumkhusus untuk mendiagnosis penyakitBuerger. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk membantu diagnosis adalah sebagai berikut1-8,10:
a. Darah lengkap, hitung platelet b. Tes fungsi hati
c. Tes fungsi ginjal dan urinalisis
d. Gula darah puasa untuk menyingkirkan diabetes melitus
e. Profi l lipid
f. Tes Venereal Disease Research Laboratory (VDRL)
g. Penapisan autoimun:
• Laju sedimentasi eritrosit (ESR Westergren). Pada penyakit Buerger biasanya normal.
• Faktor reumatoid (RF). Pada penyakit Buerger biasanya normal.
• Antibodi antinuklear (ANA). Pada penyakit Buerger normal.
• Antibodi antisentromer merupakan petanda serologis untuk sindrom CREST dan Scl 70 (penanda serologis untuk skleroderma). h. Penapisan keadaan hiperkoagulasi:
• Kadar protein C, protein S, dan antitrombin
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Syndrome Buerger antara lain : 1. Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia otot.
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri. 4. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
C. INTERVENSI
1.Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan. Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri . 3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang d ialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. 2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri. 4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. 5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat – obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. 2.Diagnosa no. 2
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1.Berkurangnya oedema sekitar luka. 2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi. 4. Bau busuk luka berkurang. Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk
mengetahui perkembangan penyakit.
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri. Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler - Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah. - Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan
sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema. 3.Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki. Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit. 2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup. Rencana tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat. 2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
4.Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC.
Judith M.Wilkinson.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC.
Jennifer P.Kowalak,William Welsh, Brenna Mayer.2001.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC.
Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku