• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Individu Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block Cv. F. Lhoksumawe Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Individu Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block Cv. F. Lhoksumawe Tahun 2008"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK

PADA PEKERJA PAVING BLOCK CV. F. LHOKSUMAWE TAHUN 2008

T E S I S

Oleh E R L I A N A

067010004/KK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK

PADA PEKERJA PAVING BLOCK CV. F. LHOKSUMAWE TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh E R L I A N A 067010004/KK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK

PADA PEKERJA PAVING BLOCK CV. F. LHOKSUMAWE TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2008

(4)

Judul Tesis: : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA

PAVING BLOCK CV. F. LHOKSUMAWE TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : E r l i a n a Nomor Pokok : 067010004

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr.dr.Irma D. Roesyanto-Mahadi, Sp.KK (K)) (dr. Harlinda Sari Lubis, M.KKK) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(DR. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.dr.Irma D. Roesyanto-Mahadi, Sp.KK (K) Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

(6)

ABSTRAK

Dermatitis kontak adalah merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja yang disebabkan oleh paparan dari bahan-bahan yang berhubungan dengan bahan kimia dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan, trauma. Salah satu bahan kimia yang sangat beresiko terhadap dermatitis kontak adalah kromat yang terkandung dalam semen. Pekerja yang beresiko terhadap paparan semen dan dermatitis kontak adalah pekerja pembuatan paving block.

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dan penggunaan Alat Pelindung Diri dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block di CV.F Lhoksumawe. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di CV F Lhoksumawe yang berjumlah 29 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi serta pemeriksaan dokter spesialis kulit tentang kejadian dermatitis kontak. Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi berganda pada taraf nyata 95%( =0,05).

Hasil penelitian menunjukkan Pekerja di CV.F Lhoksumawe 37,9% menderita dermatitis kontak. berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan antara masa kerja (p=0,018), pengetahuan (p=0,047), dan penggunaan APD (p=0,001) dengan kejadian dermatitis kontak. Variabel umur pekerja (p=0,350) tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak adalah umur pekerja. hasil uji regresi berganda menunjukkan variabel penggunaan APD merupakan variabel paling dominan berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak (p=0,001) dengan nilai tertinggi ( =0,599).

Disarankan agar menyediakan sarana APD secara lengkap dan jumlah yang cukup melakukan pengawasan secara intensif kedisiplinan pekerja menggunakan APD dalam bekerja, dan perlu rotasi pekerja ke bagian yang tidak beresiko dermatitis kontak serta perlu pemeriksaan kesehatan secara berkala.

(7)

ABSTRACT

Contact Dermatitis is one of occupational dermatosis skin diseases caused by the work which is exposed to the chemical related materials and the heatas well as mechanical factors such as friction, pressure, and trauma. One of the chemical materials which is as a couse of contact dermatitis is cromat contrined in cement. The wokers who are at risk to be exposed to cement is the paving block makers.

This survey study with cross sectional approach is intended to examine the relationship between individual characteristics and the use of Personal Protection Equipment (PPE) and the incidence of contact dermatitis in the paving block mekers in CV. F Lhokseumawe. The population as well as the samples for this study is all of the 29 paving block wokers. The data of this study were collected through interviews, observation and the incidence diagnosis of contact dermatitis by the Dermatologist, The Data obtained were analyzed though Chi-square and multiple regression tests with the level of confident of 95% ( =0,05)

The result of this study shows that 37,9% of the wokers of CV. F Lhokseumawe suffer from contact dermatitis. The result of the Chi-square test shows that there is a significant relationship between tenure (p=0,018), knowledge (p=0,047), the wokers use of PPE (p= 0,001) and the incidence of contact dermatitis. The wokers age (p=0,350) does not have any significant relationship with the incidence of contact dermatitis. The result of multiple regression test shows that the use of PPE (p=0,001) is the most dominant variable related to the incidence contact dermatitis with the hightest value ( =0,599).

It is suggested that the adequate number of PPE facility must be completety available, intensive control of wokers discipline in using the PPE while working must be increasee, and workers knowledge on the risk of being exposed to the raw materials of paving block, expecially the risk to contact dermatitis needs to be improved.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Hubungan Karakteristik Individu dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block CV.F Lhoksumawe Tahun 2008”. Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada ibu Prof.Dr.dr.Irma D.Roesyanto-Mahadi, Sp.KK (K) dan Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

Kepada Bapak Prof.dr.Chairuddin P.Lubis,DTM&H,DSAK selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas perkuliahan.

Kepada bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

(9)

Kepada Bapak Ibu Ir. Indra Chahaya S, M.Si dan Ir. Kalsum, M.Kes sebagai pembanding yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta dan seluruh sanak saudara yang telah memberikan motivasi untuk kuliah magister, dan dukungan doa dan dana dalam menyelesaikan perkulaihan.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Agustus 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Erliana yang dilahirkan di Keude Krueng Guekeuh Kabupaten Aceh Utara tanggal 20 Maret 1976 beragama Islam dengan alamat Jalan Kadli No.41 Teumpok Teungoh Lhokseumawe.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Krueng Geukueh Lhokseumawe 1989, dan Tahun 1992 menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Krueng Geukueh Lhokseumawe, Tahun 1995 menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Krueng Geukueh Lhokseumawe kemudian pada Tahun 2003 menamatkan kuliah pendidikan dokter di kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Medan.

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Hipotesis Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Penyakit Kulit Akibat Kerja ... 7

2.2. Semen ... 9

2.3. Determinan Penyakit Dermatitis Kontak ... 14

2.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 17

2.5. Landasan Teori ... 21

2.6. Kerangka Konsep ... 22

BAB 3 METODE PENELITIAN... 23

3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 24

3.6. Variabel dan Definisi Operasional ... 26

3.7. Metode Pengukuran ... 27

3.8. Metode Analisis Data ... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 29

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.2. Analisis Univariat ... 30

4.3. Analisis Bivariat... 33

(12)

BAB 5 PEMBAHASAN... 37

5.1. Kejadian Dermatitis Kontak ... 37

5.2. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Dermatitis Kontak ... 38

5.3. Hubungan Penggunaan APD dengan Kejadian Dermatitis Kontak ... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 44

6.1. Kesimpulan... 44

6.2. Saran ... 44

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1. Hasil Uji Validitas ... 25 3.2. Hasil Uji Reliabilitas... 26 3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen... 28 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja CV.F di

Lhoksumawe Tahun 2008 ... 30 4.2. Lokasi terjadi Dermatitis Kontak pada Pekerja yang menderita Dermatitis

Kontak di CV.F di Lhoksumawe Tahun 2008 ... 31 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu pada Pekerja CV.F

Lhoksumawe Tahun 2008... 31 4.4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja CV.F

Lhoksumawe Tahun 2008... 32 4.5. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Penggunaan Alat Pelindung Diri pada

Pekerja CV.F diLhoksumawe Tahun 2008 ... 32 4.6. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada

Pekerja CV.F diLhoksumawe Tahun 2008 ... 33 4.7. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Dermatitis

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner ... 47

2. Hasil Output Pengolahan Data Penelitian ... 50

3. Photo –photo penelitian ... 58

4. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 61

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam upaya untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan melalui penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes, 2004).

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan (Depnaker, 2003).

(17)

Salah satu penyakit akibat kerja adalah Dermatitis Kontak, yaitu penyakit inflamasi akut atau kronik yang diakibatkan oleh agen yang berasal dari lingkungan kerja dan akibat kontak atau paparan dengan bahan kimia dan paparan panas yang berlebihan (Suma’mur, 1995).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit Dermatitis Kontak merupakan penyakit yang lazim terjadi pada pekerja-pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan, trauma. Beberapa jenis dermatitis kontak seperti dermatitis kontak iritan yang disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam basa, basa kuat, logam berat dengan konsentrasi kuat dan bahan realtif iritan, misalnya sabun, deterjen dan perlarut organik, dan jenis dermatitis lain adalah dermatitis kontak alergi biasanya disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia atau lainnya yang meningkatkan sensivitas kulit ( RS, Siregar, 1997).

(18)

terjadi pada pelukis, dan pekerja salon, dan jenis logam yang paling beresiko adalah Nikel (60%) dan kromium (13%).

Hasil penelitian Kyu Hong, et.all (2008), bahwa dermatitis kontak alergi dapat terjadi pada pekerja Polyvinyl chloride (PVC),umum pekerja terpapar dengan bahan PVC dalam rentang waktu yang lama, dan diperparah dengan adanya bahan-bahan alergi yang mendukung terhadap terjadinya dermatitis kontak alergi, dan kondisi tubuh yang resisten terhadap bahan tersebut.

Hasil penelitian Diepgen, et.all, (2003), dermatitis kontak dan alergi juga dapat terjadi pada pekerja konstruksi di Jerman (74,4%), dan umumnya disebabkan oleh semen yang mengandung pottasium dishromate (97%) berdasarkan hasil pemeriksaan uji tempel (patch test), dan mayoritas (73,3%) terjadi pada tangan.

(19)

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, prosedur kerja, dan ketersediaan alat pelindung diri.

Menurut Suma’mur (1992) ada 5 faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja yaitu : (1) Faktor fisik meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara, (2) Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda padat, (3) Faktor biologi, baik dari golongan tumbuhan atau hewan, (4) Faktor ergonomis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja, dan (5) Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan pengusaha, pemilihan kerja dan lain-lain.

CV.F Lhokseumawe merupakan salah satu perusahaan tergolong menengah ke bawah, yang memproduksi bahan dasar bangunan berupa paving block semen. Beberapa proses pembuatan block semen tersebut antara lain penyiapan pasir bercampur semen, kemudian di cetak di atas meja, dan dilakukan perendaman selama 24 jam, kemudian dilakukan penjemuran. Secara keseluruhan proses tersebut berpotensi terjadinya penyakit akibat kerja khususnya penyakit dermatitis kontak.

(20)

pengeringan. Hasil pengamatan peneliti pekerja hanya menggunakan tangan yang dialasi sarung tangan kain dan sepatu bots.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui pekerja CV.F Lhokseumawe sering mengalami gangguan kesehatan yang diduga menderita dermatitis kontak dengan gejala-gejala gatal-gatal, kemerahan, dan edema dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri yang memenuhi standar, sehingga dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu apakah ada hubungan karakteristik individu dan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja CV.F Lhokseumawe.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui hubungan karakteristik individu (umur, pengetahuan, dan masa kerja) dan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block pada CV.F Lhokseumawe.

1.4 Hipotesis Penelitian

(21)

1.5 Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha paving block untuk mengambil keputusan dalam upaya penanggulangan penyakit akibat kerja terutama dermatitis kontak bagi pekerja pencetak paving block.

2. Pengembangan kemampuan penelitian dan menambah wawasan peneliti dalam bidang kesehatan.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Kulit Akibat Kerja

2.1.1 Definisi Penyakit Kulit Akibat Kerja

Pada prinsipnya penyebab terjadinya penyakit Akibat Kerja sama dengan penyebab penyakit lainnya yaitu tidakadanya keseimbangan antara host (manusia), agent (penyebab) dengan environment (lingkungan). Menurut Srewart (1997), penyakit kulit akibat kerja atau yang dikenal dengan Occupational Dermatosis adalah segala kelainan kulit yang disebabkan oleh agen yang berasal dari lingkungan kerja. Nama lain untuk penyakit kulit ini adalah dermatitis industrial, dermatitis kontak, dermatitis kontak eksematosa, dermatitis iritan primer, dan dermatitis eksematosa alergika

Dermatitis kontak adalah proses patologis kulit yang timbul pada waktu melakukan pekerjaan dan pengaruh-pengaruh yang terdapat di dalam lingkungan kerja dan lazim terjadi pada pekerja-pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan, trauma (Siregar.RS, 1997).

Menurut Srewart (1997), bahwa lesi pada dermatitis kontak akan hilang dalam waktu beberapa hari. Hal ini berbeda dengan lesi yang terjadi pada urtikaria, yang akan cepat hanya dalam beberapa menit atau jam.

(23)

dibedakan satu sama lain, sering memerlukan pemeriksaan medis yang spesifik untuk membedakan keduanya.

A. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergika merupakan satu tipe penyakit kulit akibat sensitivitas yang tinggi terhadap suatu zat kimia. Zat kimia dalam kadar yang rendah yang biasanya tidak menyebabkan iritasi kulit, akan menimbulkan kerusakan pada kulit akibat meningkatnya sensitivitas. Gejalanya antara lain, ruam kulit, bengkak, gatal-gatal, dan melepuh. Gejala tersebut biasanya akan lenyap begitu kontak dengan zat kimia penyebab dihentikan, tetapi akan muncul lagi jika kulit kembali terpapar. Dermatitis alergika terjadi jika kontak berulang dengan substasi seperti kromium (terkandung dalam semen, kulit, agen, pembuat atap/ genteng), kobal (terkandung dalam deterjen, pigmen pewarna) dan nikel benda yang berlapis nikel seperti anting, kunci, koin, peralatan). Karet dan beberapa jenis plastik serta zat adhesif juga dapat menimbulkan efek tersebut (Widyastuti P, 2006).

B. Dermatitis Kontak Iritan

(24)

Iritasi adalah suatu kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak berkepanjangan dengan zat kimia tertentu. Setelah beberapa waktu, kulit akan mengering, terasa nyeri, mengalami perdarahan, dan pecah-pecah. Kondisi ini diakibatkan oleh solven, asam, alkali (basa) dan deterjen. Begitu kontak dengan zat kimia yang menyebabkan kondisi tersebut dihentikan, kulit akan pulih seperti sedia kala. Umumnya, proses penyembuhan akan memakan waktu sampai beberapa bulan. Selama waktu itu, kulit akan menjadi rentan terhadap kerusakan daripada yang biasanya sehingga harus dilindungi (Widyastuti P, 2006 ).

2.2 Semen

(25)

2.2.1 Jenis Semen A. Semen Non-Hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur. Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur tersebut dihasilkan degan membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama bahan-bahan pengotornya yaitu magnesium, silikat, besi, alkali, alumina, dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu 800°-1200°C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida dengan reaksi kimia sebagai berikut:

CaCO3 CaO + CO2

Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor, dan jika berhubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas. Reaksi kimianya adalah:

CaO + H2O Ca(OH)2 + panas

(26)

B. Semen Hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen portland, semen portland-pozzolan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. Contoh lainnya adalah semen putih, semen warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus.

C. Bahan Kimia yang terkadung dalam Semen

Semen yang paling banyak dipakai saat ini terutama mengandung kalsium silikat, alumunium, dan senyawa besi. Selain itu, semen juga mengandung kromium (VI) atau disebut juga dengan kromat dalam jumlah yang sedikit. Kromat dikenal sebagai penyebab utama terjadinya dermatitis kontak pada pekerja yang sering terpapar (kontak) dengan semen.

(27)

Kromium adalah baja berwarna abu-abu, logam yang mengkilat, yang digunakan pada industri baja krom atau bijih nikel krom (stainless steel) dan untuk pelapis krom logam lain (Marks & Deleo, 1992). Kromium merupakan unsur logam yang terdapat pada urutan pertama unsur transisional pada tabel periodik. Di lingkungan terdapat tiga bentuk kromium yang sering ditemukan yaitu valensi 0 (logam dan campuran logam), valensi 3 (kromium trivalen), dan valensi 6 (kromium hexavalen).

Kromium tersebar banyak di permukaan bumi dan menempati ranking keenam dari komponen terbanyak di daratan bumi dan rangking ke-15 dalam air laut (Marks & Deleo, 1992). Kromium yang terkandung dalam udara terjadi akibat proses alami, pemakaian produk industri, pembakaran bahan bakar fosil dan kayu. Sumber kromium terpenting berasal dari produksi ferrokrom. Sumber lainnya berasal dari penyulingan bijih, pabrik pembuatan semen, pelapis rem dan konverter katalitik pada kenderaan bermotor, pembuatan kulit, dan pigmen krom (Fishbein, 1981).

2.2.2 Patofisiologi

(28)

Menurut Cronin (1980), semen yang kering relatif tidak berbahaya dan sangat sedikit kasus dermatitis semen yang terlihat di pabrik-pabrik pembuatan semen. Semen yang basah lebih bersifat alkali daripada semen kering karena air membebaskan kalsium hidroksida menyebabkan peningkatan pH dan adanya campuran dengan pasir bersifat abrasif.

Pajanan kromium terhadap kulit dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan (Cronin, 1980). Dermatitis iritan primer dihubungkan dengan kandungan kromium yang bersifat sitotoksik, sementara itu dermatitis kontak alergi diakibatkan adanya respon inflamasi yang diperantarai oleh sistem imun. Dermatitis kontak alergi terjadi melalui dua fase. Pertama, disebut juga dengan fase induksi, kromium diabsorbsi kulit dan selanjutnya memicu respon imum, yang disebut sebagai fase sensitisasi atau fase kedua. Individu yang tersensitisasi akan menunjukkan respon dermatitis alergi ketika terpajan dengan kromium pada konsentrasi di atas ambang batas (Polak, 1983). Fase induksi bersifat irreversibel. Dermatitis alergi kromium ditandai dengan gejala-gejala: eritema, pembengkakan, papul, vesikel kecil, kekeringan, kulit bersisik, dan fisura (Adams, 1993).

2.2.3 Gambaran Klinis Dermatitis Kontak Akibat Kromat

(29)

akibat semen yang terjatuh dan masuk ke dalam sepatu atau sarung tangan, dapat mengakibatkan luka bakar dan ulkus yang serius. Gambaran khas dari ulkus yang terbentuk adalah lesi yang berukuran 2–5 mm, tidak nyeri, berkrusta, dan ditutupi oleh eksudat. Lesi yang terbentuk pada awalnya berupa papul yang tidak nyeri kemudian berkembang menjadi lapisan berkerak yang pada lapisan bawahnya terdapat ulkus yang dalam (Marks & Deleo, 1992).

Dermatitis kontak alergi dan iritan akibat pengaruh kromat sering terjadi pada pria dibandingkan wanita karena pajanan pekerjaan di bidang industri yang sering kontak dengan semen basah. Dermatitis terjadi sering tidak dirasakan oleh pekerja. Gambaran kelainan kulit terlihat mirip dengan eczema numularis, dermatitis atopi, neurodermatitis dan fotosensitivitas. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah tangan, lengan bawah, kaki, dan septum nasal (Marks & Deleo, 1992).

2.3 Determinan Penyakit Dermatitis Kontak

Beberapa faktor risiko terhadap terjadinya dermatitis kontak dari faktor individu yaitu antara lain:

(1) Umur.

(30)

produksi yang berpotensi terhadap paparan bahan-bahan berbahaya, sedangan pekerja yang berusia lebih tua, yang dianggap sebagai senior sering sebagai supervisor, dimana frekuensi kerjanya cenderung hanya mengamati dan tidak terjunlangsung pada proses produksi. Di samping itu, pada umumnya pekerja-pekerja muda cenderung bekerja kurang hati-hati dan jarang menggunakan peralatan pelindung diri dibanding pekerja-pekerja yang telah berpengalaman.

(2) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan faktor penting terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara.

Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan yang mencakup di dalamnya 6 (enam) tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003):

1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension) diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui.

3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).

(31)

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi. (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo ,2003).

(3) Masa Kerja

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan bahan kimia. Lama kerja sangat mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan dimana ia bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak pengalamannya. Menurut Anorogo (2001) tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih terampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasilnya akan lebih baik.

(32)

2.4 Pengunaan Alat Pelindung Diri 1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan, dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi. Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya.

2. Syarat-syarat APD

Pemilihan APD yang handal secara cermat adalah merupakan persyaratan mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka terpapar. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan, serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan digunakan di tempat kerja dimana bahaya potensial tersebut ada (Boediono, 2003), dengan ketentuan adalah :

(33)

2) Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3) Harus dapat dipakai secara fleksibel, dan bentuknya harus cukup menarik.

4) Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.

5) Harus memenuhi standard yang telah ada, dan tahan lama. 6) Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

7) Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya. Menurut Suma’mur (1992) persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri: (1) nyaman dipakai, (2) tidak mengganggu kerja, dan (3) memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Menurut Boediono (2003) yang mengutip anjuran ILO (1989), bahwa ada dua al penting yang harus dipenuhi semua jenis peralatan pelindung, yaitu:

1. Apapun sifat bahayanya, peralatan pelindung harus memberikan perlindungan terhadap bahaya tersebut.

(34)

3. Jenis-jenis APD

Beberapa jenis alat pelindung diri yang relevan dengan proses pembuatan pavling block yang harus digunakan oleh pekerja adalah : (1) sarung tangan kedap air yang bertujuan untuk menghindari pekerja dari paparan air semen secara langsung, (2) pakaian kedap air yang bertujuan melindungi tubuh pekerja dari air semen, dan (3) sepatu bots kedap air juga bertujuan untuk melindungi kaki dan pergelangan kaki dari paparan air semen dari proses pembuatan paving block.

4. Tujuan dan Manfaat Pemakaian APD

Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan (Suma’mur, 1992).

Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah (Suma’mur, 1992) :

1. Perusahaan.

a. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah maupun mutunya.

b. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan para tenaga kerja. c. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga

(35)

3. Tenaga kerja.

a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

b. Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat adanya keuntungan perusahaan.

4. Masyarakat dan pemerintah.

a. Meningkatkan hasil produksi dan menguntungkan perekonomian negara dan jaminan yang memuaskan bagi masyarakat.

b. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi sebagian penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan pemerintah.

c. Kesejahteraan tenaga kerja, berarti dapat menjamin kesejahteraan keluarga secara langsung.

d. Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membantu kearah pembentukan masyarakat sejahtera.

(36)

2.5 Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat diambil beberapa kesimpulan terhadap beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit Dermatitis, yaitu;

1. Dermatitis Kontak merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh paparan semen dalam waktu yang lama berupa kelainan kulit yang ditandai dengan ruam yang terlokalisir atau adanya iritasi kulit yang disebabkan oleh kontak dengan benda asing dalam hal ini akibat paparan kromiun yang terkandung dalam semen.

(37)

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut

Penggunaan APD

Faktor Karakteristik 1. Umur

2. Pengetahuan 3. Masa kerja

Semen Pekerja Kejadian

[image:37.612.110.552.188.555.2]

Dermatitis Kontak

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei dengan menggunakan desain cross sectional Study, yaitu salah satu jenis studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor risiko (variabel independen) dan penyakit (variabel dependen) dengan melakukan pengukuran sesaat. Faktor risiko yang diukur adalah umur, masa kerja pengetahuan dan penggunaan alat pelindung diri hubungannya dengan kejadian dermatitis kontak.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

(39)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja CV. F di Lhokseumawe yang berjumlah 29 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data diperoleh langsung dari responden melalui wawancara berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan dan obersvasi serta hasil pemeriksaan dokter spesialis kulit. Kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas alat ukur kepada 10 pekerja pada CV lain di Lhoksumawe yang menggunakan semen sebagai bahan bakunya.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh berdasarkan catatan atau dokumen dari manajemen CV. F yang diperoleh dari perusahaan, berupa jumlah tenaga kerja, dan gambaran umum perusahaan.

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.5.1. Uji Validitas

(40)
[image:40.612.109.531.199.445.2]

bahwa secara keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas

No Pertanyaan

Pengetahuan Nilai r.tabel

Nilai Product

Moment Keterangan.

1 Pertanyaan 1 0,632 0,816 Valid

2 Pertanyaan 2 0,632 0,655 Valid

3 Pertanyaan 3 0,632 0,816 Valid

4 Pertanyaan 4 0,632 0,655 Valid

5 Pertanyaan 5 0,632 0,816 Valid

6 Pertanyaan 6 0,632 0,655 Valid

7 Pertanyaan 7 0,632 0,816 Valid

8 Pertanyaan 8 0,632 0,655 Valid

9 Pertanyaan 9 0,632 0,816 Valid

10 Pertanyaan 10 0,632 0,655 Valid

3.5.2. Uji Reliabilitas

(41)
[image:41.612.112.528.140.373.2]

Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas

No Pertanyaan

Pengetahuan Nilai r tabel

Nilai Cronbach’s

Aplha Keterangan.

1 Pertanyaan 1 0,602 0,920 Reliabel

2 Pertanyaan 2 0,602 0,926 Reliabel

3 Pertanyaan 3 0,602 0,924 Reliabel

4 Pertanyaan 4 0,602 0,926 Reliabel

5 Pertanyaan 5 0,602 0,923 Reliabel

6 Pertanyaan 6 0,602 0,926 Reliabel

7 Pertanyaan 7 0,602 0,927 Reliabel

8 Pertanyaan 8 0,602 0,923 Reliabel

9 Pertanyaan 9 0,602 0,920 Reliabel

10 Pertanyaan 10 0,602 0,923 Reliabel

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

1. Dermatitis kontak adalah kelainan kulit ditandai dengan ruam, kemerahan, gatal, kulit mengering yang terlokalisir atau adanya iritasi kilit yang disebabkan oleh kontak dengan benda semen.

2. Semen adalah bahan baku yang dipergunakan dalam proses pembuatan paving block yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak.

3. Umur adalah jumlah tahun hidup pekerja yang dihitung sejak lahir sampai penelitian dilakukan.

4. Masa kerja adalah lama kerja yang telah dilalui pekerja sampai pada saat penelitian berlangsung yang dihitung berdasarkan tahun.

(42)

6. Pemakaian alat pelindung diri adalah penggunaan alat pelindung dalam melakukan pekerjaan secara lengkap dan memenuhi standar.

3.7 Metode pengukuran

1. Diagnosa dermatitis kontak ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan anamnesis yang ditegakkan oleh dokter kulit, dengan hasil ukur dermatitis kontak atau tidak dermatitis kontak.

2. Karakteristik pekerja di ukur berdasarkan :

a. Umur, dan masa kerja di analisis terlebih dahulu secara rasio dan dibuat menjadi data berkelompok.

b. Pengukuran aspek pengetahuan didasarkan pada jawaban responden dari seluruh pertanyaan yang diberikan yang berjumlah 10 pertanyaan, dengan 2 (dua) alternatif jawaban, dengan ketentuan:

1. Jika pekerja menjawab point ”a” dikatakan Benar dan diberi skor 2, 2. Jika pekerja menjawab point ”b” dikatakan Salah dan diberi skor 1, kemudian variabel pengetahuan dikategorikan menjadi :

1) Baik, jika pekerja memperoleh nilai ≥15-20 2) Kurang, jika pekerja memperoleh nilai 10-<15

(43)
[image:43.612.109.533.163.420.2]

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

No Nama

Variabel

Cara dan Alat Ukur

Skala

Ukur Range Kategori

1. Dermatitis kontak Formulir hasil pemeriksaan dokter spesialis kulit

Ordinal 1. Dermatitis Kontak 2. Tidak Dermatitis Kontak

2. Umur Wawancara (kuesioner)

Ordinal Data di buat dalam data berkelompok

1. 24 – 29 Tahun 2. 30 - 35 Tahun 3. 36 – 40 Tahun 3. Masa kerja Wawancara

(kuesioner)

Ordinal Data di buat dalam data berkelompok

1. 1- 5 Tahun 2. 6 – 10 Tahun

4. Pengetahuan Wawancara (kuesioner)

Ordinal 1. Benar (nilai 2) 2. Salah (nilai 1)

1. Baik (nilai ≥15-20) 3. Kurang (nilai 10-<15)

8. Pemakaian APD

Observasi Ordinal 1. Ya 2. Tidak

3.8 Metode Analisis Data

(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

CV. F Lhoksumawe merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang percetakan bahan-bahan material kontruksi seperti paving blok, sumur cincin, batako, batu bata dan jenis material konstruksi lainnya. CV. F Lhoksumawe terletak di Jalan Negara Lintas Nanggroe Aceh Darussalam dengan Sumatera Utara. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1979, dengan jenis pekerjaan utama membuat cincin sumur dan traso, kemudian selama kurun waktu seterusnya berkembang menjadi perusahaan yang membuat seluruh bahan material konstruksi seperti batako rumah, paving blok, tiang pancang, tiang pagar, ventilasi, dan bahan konstruksi lainnya. Secara keseluruhan bahan dasar yang dipergunakan adalah semen, batu bata dan besi.

(45)

Dalam proses pekerjaan tersebut pihak manajemen telah mengupayakan berbagai cara untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya antara lain menyediakan alat pelindung diri. Hasil studi dokumentasi dan pengamatan langsung, pihak manajemen menyediakan beberapa alat pelindung diri yaitu : (1) Sarung tangan karet; (2) baju pelindung, (3) Sepatu Bots, namun jumlah yang disediakan belum sesuai dengan jumlah pekerja pada masing-masing bagian. Dilihat dari jumlah pekerja, secara keseluruhan jumlah pekerja lapangan sebanyak 29 orang dan manajemen sebanyak 7 orang.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Kejadian Dermatitis Kontak

[image:45.612.119.453.303.393.2]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 pekerja yang bekerja di CV. F Lhoksumawe terdapat 11 orang (37,9%) terjadi dermatitis kontak dan 18 orang (62,1%) tidak dermatitis kontak. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja CV.F di Lhoksumawe Tahun 2008

No Kejadian Dermatitis Kontak Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1 Dermatitis Kontak 11 37.9

2 Tidak Dermatitis Kontak 18 62.1

Jumlah 29 100

(46)

Tabel 4.2. Lokasi terjadi Dermatitis Kontak pada Pekerja yang menderita Dermatitis Kontak di CV.F di Lhoksumawe Tahun 2008

No Lokasi terjadi Dermatitis Kontak Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Tangan 8 72,7

2 Perut 3 27,3

Jumlah 11 100

4.2.2 Karakteritik Individu

[image:46.612.111.529.415.695.2]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini 48,3% merupakan pekerja pada kelompok umur 30-35 tahun, dengan masa kerja mayoritas dengan masa kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 16 orang (55,3%), dan mayoritas mempunyai pengetahuan kategori kurang yaitu sebanyak 17 pekerja (58,6%). Seperti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu pada Pekerja CV.F Lhoksumawe Tahun 2008

No Karakteristik Reponden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Umur

a. 24 - 29 Tahun 6 20.7

b. 30 - 35 Tahun 14 48.3

c. 36 - 40 Tahun 9 31.0

Jumlah 29 100

2 Masa Kerja

a. 1 - 5 Tahun 16 55.2

b. 6 - 9 Tahun 13 44.8

Jumlah 29 100

3 Pengetahuan

a Baik 12 41,4

c. Kurang 17 58,6

(47)

4.2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri

[image:47.612.114.529.316.386.2]

Penggunaan alat pelindung diri diketahui berdasarkan hasil observasi terhadap pekerja pada setiap bagian dalam perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis alat pelindung diri sebanyak 21 orang (72,4%), namun masih ada 8 pekerja (27,6% ) tidak menggunakan alat pelindung diri sama sekali. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja CV.F Lhoksumawe Tahun 2008

No Penggunaan APD Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Ya 21 72.4

2 Tidak 8 27.6

Jumlah 29 100

Berdasarkan jenis penggunaan APD tersebut, diketahui penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja yang menggunakan APD cenderung bervariasi. Dari 21 orang menggunakan APD hanya 31.0% menggunakan sarung tangan kedap air, 34,5% menggunakan baju kerja kedap air, dan pekerja menggunakan sepatu kedap air hanya 17,2%. Seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja CV.F diLhoksumawe Tahun 2008

Keterangan Kedap Air Tidak Kedap Air Tidak Menggunakan APD Total Penggunaan APD

n % n % n % n %

[image:47.612.111.535.578.699.2]
(48)

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Dermatitis Kontak Analisis ini merupakan kelanjutan dari analisis univariat yang bertujuan mengetahui tabulasi silang antara variabel independen dengan dependen dan dapat dilakukan uji statistik untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut dengan menggunakan uji chi square dengan taraf nyata 95%, seperti pada Tabel 4.6

Tabel 4.6. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja CV.F diLhoksumawe Tahun 2008

Dermatitis Kontak

DK Tidak

DK No Karakteristik Responden

n % n %

Total % p

1 Umur

a. 24 - 29 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100

b. 30 - 35 Tahun 7 50,0 7 50,0 14 100 0,350 c. 36 - 40 Tahun 3 33,3 6 66,7 9 100

2 Masa Kerja

a. 1 - 5 Tahun 3 18,8 13 81,3 16 100

b. 6 - 9 Tahun 8 61,5 5 38,5 13 100 0,018*

3 Pengetahuan

a Baik 2 16,7 10 83,3 12 100

b. Kurang 9 52,9 8 47,1 17 100 0,047* *) Signifikan pada taraf nyata 95 % (p<0,05)

[image:48.612.112.532.317.540.2]
(49)

Berdasarkan masa kerja, diketahui bahwa proporsi pekerja dengan masa kerja 6-9 tahun 61,5% menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja 1-5 tahun yaitu hanya 18,8%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa variabel masa kerja mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai p=0,018 (p<0,05).

Berdasarkan pengetahuan, diketahui bahwa proporsi pekerja dengan pengetahuan kategori kurang 52,9% menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja berpengetahuan baik yaitu hanya 16,7%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa variabel pengetahuan mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai p=0,047 (p<0,05).

4.3.2 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang menyolok antara pekerja yang menggunakan APD dengan pekerja yang tidak menggunakan APD, seperti pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja CV.F diLhoksumawe Tahun 2008

Kejadiaan Dermatitis Kontak

DK Tidak DK

No Penggunaan APD

n % n %

Total % p

1 Ya 4 19,0 17 81,0 21 100

(50)

Berdasarkan Tabel 4.7. di atas diketahui bahwa proporsi pekerja yang tidak menggunakan APD diketahui 87,5% menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APD hanya 19,0%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa variabel penggunaan APD mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai p=0,001 (p<0,05).

4.4 Analisis Multivariat

[image:50.612.111.530.564.638.2]

Berdasarkan hasil bivariat diketahui ada 3 (tiga) variabel yang memenuhi kriteria untuk dapat diuji dalam multivariat yaitu variabel masa kerja, pengetahuan dan penggunaan APD, karena mempunyai nilai p<0,25. Adapun uji statistik yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah uji regresi berganda, karena variabel independen lebih dari satu, dengan skala ukur variabel dependen merupakan skala ordinal. Tujuan analisis multivariat adalah untuk mengetahui variabel yang paling dominan dari variabel independen yang berhubungan dengan variabel dependen (kejadian dermatitis kontak). Adapun hasil uji regresi berganda terhadap tiga variabel tersebut seperti pada Tabel 4.8

Tabel 4.8. Hasil Analisis Multivariat dengan Uji Regresi Berganda

Variabel B Sig.

1. Masa Kerja 0,386 0,006*

2. Pengetahuan -0,145 0,302

3. Penggunaan APD 0,599 0,001*

(51)

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa hasil uji regresi berganda dengan menggunakan metode enter terdapat 2 (dua) variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak yaitu variabel masa kerja (p=0,006), dan variabel penggunaan APD (p=0,001), sedangkan variabel pengetahuan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak (p=0,302) Berdasarkan nilai pada hasil uji regresi berganda diketahui, variabel pengunaan APD merupakan variabel paling dominan berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai tertinggi yaitu 0,599, dan dilihat dari nilai Adjusted R Square=0,525, artinya 52,5% kejadian dermatitis kontak pada pekerja pavling block disebabkan oleh masa kerja dan penggunaan APD, sedangkan sisanya (100%-52,5%=47,5%) disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Penggunaan nilai Adjusted R Square ini karena jumlah variabel yang diuji lebih dari dua.

4.5 Keterbatasan Penelitian

(52)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Kejadian Dermatitis Kontak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,9% pekerja di perusahaan CV. F Lhoksumawe menderita dermatitis kontak dari 29 pekerja. Berdasarkan diagnosa dokter spesialis kulit menemukan bahwa pekerja yang mengalami dermatitis kontak umum menderita iritasi pada bagian pergelangan tangan, telapak tangan dan perut. Rata-rata responden mengalami keluhan gatal-gatal setelah bekerja, kemerahan, dan bengkak-bengkak. Namun mereka tidak menyadari bahwa gangguan kulit tersebut merupakan gejala dermatitis kontak.

Pekerja yang mengalami gatal-gatal dan kemerahan tersebut disebabkan oleh paparan air semen secara terus menerus selama beberapa jam, umumnya mulai jam 8.30 WIB sampai jam 12.30 WIB, dan kembali terpapar dengan semen mulai jam 14.00 WIB sampai 17.00 WIB, artinya ada sembilan jam sehari mereka terpapar dengan cairan semen, tanpa atau dengan menggunakan alat pelindung diri, sehingga sangat berisiko terhadap terjadinya gangguan kulit yang mengarah pada gejala-gejala dermatitis kontak.

(53)

bahwa hasil patch test (uji tempel) bahwa pekerja yang menderita dermatitis kontak umumnya mempunyai prevalensi tinggi alergi terhadap kromium (VI) pada pekerja-pekerja di bidang konstruksi, dan hasil diagnosis alergi kromat menunjukkan proporsi yang lebih tinggi pada pasien yang pekerjaannya selalu kontak dengan semen.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pekerja yang mengalami gejala-gejala dermatitis kontak justru tidak disiplin menggunakan alat pelindung diri, dan kalau pun menggunakan APD hanya menggunakan sarung tangan karet, dan baju kerja juga tidak kedap air, sehingga berisiko terjadinya gangguan kulit pada pekerja.

5.2 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Dermatitis Kontak 5.2.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel umur tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai p=0,350, artinya bahwa umur bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian dermatitis kontak pada pekerja CV F Lhoksumawe.

Berdasarkan umur, diketahui pekerja yang mengalami dermatitis kontak 50% terjadi pada kelompok umur 30-35 tahun. Hasil penelitian ini relatif sesuai dengan penelitian Diepgen, et.all, (2003), bahwa pada pekerja kontruksi, penyakit dermatitis kontak 47% terjadi pada usia 18-39 tahun.

(54)

kontak, sedangkan dari perbandingan penelitian tersebut cenderung didominasi oleh usia pekerja dalam suatu perusahaan bukan dari aspek makin lama usia hidupnya menyebabkan makin resiko terhadap terjadinya dermatitis kontak.

5.2.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji chi square diketahui variabel masa kerja mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai p=0,018, demikian juga dengan hasil uji regresi berganda juga menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block. Secara proporsi diketahui pekerja dengan masa kerja 6-9 tahun 61,5% menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja 1-5 tahun yaitu hanya 18,8%. Keadaan ini menunjukkan semakin lama pekerja bekerja di perusahaan percetakan paving block semakin berisiko terhadap terjadinya dermatitis kontak.

(55)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Utama Wijaya (1992) yang dikutip oleh RS Siregar (1997), menemukan 23,75% pekerja pengeboran minyak di Sumatera Selatan, menderita dermatitis kontak iritan, dengan lama kerja lebih dari 8 jam per hari dan masa kerja lebih dari 10 tahun.

Menurut peneliti, masa kerja dengan kisaran lebih dari 5 tahun berpotensi terhadap terpaparnya bahan-bahan penyebab dermatitis kontak, apalagi dengan durasi jam kerja lebih dari delapan jam, namun pada penelitian ini meskipun mereka sudah lama bekerja, tetapi lamanya bekerja dalam sehari pada posisi yang sama cenderung tidak ada, artinya mereka bekerja tidak secara terus menerus menangani pembuatan pavling block pada lokasi yang paling berisiko seperti pada proses pencetak atau peredam, tetapi dalam durasi jam kerja sehari mereka juga sering berpindah-pindah, sehingga frekuensi terpapar bahan penyebab dermatitis kontak relatif kecil.

5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Dermatitis Kontak

(56)

Berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pekerja dengan pengetahuan kurang 52,9% mengalami dermatitis kontak, dibandingkan pekerja dengan pengetahuan baik yaitu hanya 16,7%. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pekerja berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dan benar guna mencegah agar tidak terpapar secara langsung dengan bahan-bahan baku pembuatan pavling block, karena bahan tersebut mengandung unsur kimia yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan khususnya dermatitis kontak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman sebelumnya atau pengalaman pekerja lainnya, melalui membaca koran atau buku, leaflet dan sumber pengetahuan lainnya. Berdasarkan pengamatan peneliti pekerja mempunyai kebiasaan membaca koran sebelum bekerja, sehingga informasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja dapat diperoleh meskipun tidak secara terus menerus.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kyun Hong, et.all (2008), di Korea pada pekerja pabrik Polyvinyl chloride (PVC), bahwa yang mengalami dermatitis kontak umumnya mempunyai pengetahuan yang rendah dan dengan latar belakang pendidikan setingkat sekolah lanjutan pertama.

5.3 Hubungan Penggunaan APD dengan Kejadian Dermatitis Kontak

(57)

sehingga menyebabkan dermatitis kontak. berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD 87,5% menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APD hanya 19,0%.

Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel penggunaan APD merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak pada pekerja paving block yang ditunjukkan oleh nilai B tertinggi yaitu 0,599, artinya variabel penggunaan APD 59,9% menyebabkan dermatitis kontak dibandingkan dengan variabel lain yang diuji secara bersama-sam dengan kejadian dermatitis kontak. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan APD merupakan faktor yang sangat penting terhadap terjadinya dermatitis kontak.

Beberapa faktor yang menyebabkan mereka tidak menggunakan alat pelindung diri karena pengetahuan pekerja yang kurang terhadap pentingnya penggunaan APD, akibat rendahnya pemantauan dari pihak manajemen terhadap APD yang sudah rusak, kemudian juga sering disebabkan oleh faktor kelupaan menggunakan APD. Keadaan tersebut sangat berpotensi terhadap kejadian dermatitis kontak. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan APD merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya dermatitis kontak pada pekerja percetakan paving block.

(58)

air. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan APD bagi pekerja belum sesuai dan benar seperti yang diwajibkan dalam bekerja, sehingga sangat berpotensi terhadap gangguan kesehatan mereka khususnya terjadinya dermatitis kontak, karena menggunakan APD saja tidak cukup jika tidak sesuai dan benar untuk mencegah terpaparnya bahan-bahan kimia dari proses pembuatan paving block.

Proses terjadinya dermatitis kontak membutuhkan waktu yang relatif lama sampai terjadinya dermatitis kontak, maka pekerja cenderung tidak disiplin menggunakan APD, namun tanpa disadari bahwa semakin lama terpapar bahan baku pembuat paving block khususnya semen maka semakin besar risiko terjadinya gangguan kulit dan akhirnya akan mengarah pada kejadian dermatitis kontak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Penelitian Diepgen, et.all, (2003), pada perusahaan kontruksi di Jerman, 74,4% pekerja mengalami dermatitis kontak, dan 78% diantaranya tidak menggunakan APD secara teratur, dan mayoritas (73,3%) terjadi pada tangan, dan penyebabnya adalah semen yang mengandung pottasium dishromate (97%) berdasarkan hasil pemeriksaan uji tempel (patch test).

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pekerja di CV.F Lhoksumawe 37,9% menderita dermatitis kontak. 2. Ada hubungan signifikan masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak. 3. Ada hubungan signifikan pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak. 4. Ada hubungan signifikan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak. 5. Tidak ada hubungan signifikan umur dengan kejadian dermatitis kontak.

6. Variabel penggunaan APD merupakan variabel paling dominan berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka disarankan:

1. Bagi manajemen CV. F Lhoksumawe agar menyediakan sarana APD secara lengkap dan jumlah yang cukup dan melakukan pengawasan secara intensif kedisiplinan pekerja menggunakan APD dalam bekerja.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Adams RM., 1993, Disorders Due to Drugs And Chemical Agents. In: Fitzpatrick.TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, eds. Dermatology in general medicine, 4th ed Vol 1. New York: McGraw-Hill, Inc. pp: 1768-9.

Anoraga, P, 2001. Psikologi Kerja, Penerbit Liberty Yogyakarta, 2001.

Boediono, Sugeng, 2003. Higiene Perusahaan, dalam Bunga Rampai Hiperkes dan K3, 2nd

Bustan. N, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta

Cronin, E., 1980, Contact dermatitis. New York: Churchill Livingstone, pp. 287-390. Dalyono, M., 1997. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta

Depkes RI,2004. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta

Depnaker RI, 2003. Kumpulan Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta. Diepgen T.L, et.all.,2003. Contct Dermatitis and Allergy: Occuptional Skin Disease

in The Contruction Industry, British Journal of Dermatology,Vol.149. Fishbein, L. 1981, Sources, transport and alterations of metal compounds: an

overview. I. Arsenic, beryllium, cadmium, chromium, and nickel. Environ Health Perspect 40:43-64.

Hana, M.T., 1996. Hubungan Karakteristik Individu Keuangan dan Bisnis dengan Sikap Terhadap Risiko Para Manejer Bisnis.Lembaga Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Hamzah, Syafei.M, 1996. Dermattis Kontak Karena Pestisida: Tinjauan Pustaka, Cermin Dunia Kedokteran No.107.

Kyu.Hong W, et.all. 2008. A Case of Occuptional Allergic Contact Dermatitis due to PVC Hose. Journal Occuptional Health, No 50, 197-200.

(61)

Marks JG, dan Deleo VA.,1992. Contact And Occupational Dermatology, New York..

Mulyono, T., 2005, Teknologi Beton, C.V. Andi Offset, Yogyakarta

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakartta

Polak, L., 1983, Immunology of Chromium. In: Chromium: metabolism and toxicity. Burrows, D, ed. Boca Raton, FL: CRC Press, pp. 51-135.

Shmitz, Jr.R, et.all,.2005. Metal Contact Dermatitis:Prevalence of Sensitizion to Nickel, cobalt and Cromium, Journal An Bras Dermatol, Vol. 80.

Srewart LA, 1997, Contact dermatitis. In: Fitzpatrik JE, Aeling JL, eds. Dermatology secrets. Colorodo: Hanley & Belfus, pp: 52-7.

Siregar.RS, 1976. Penyakit Kulit Akibat Kerja pada Pabrik Kayu lapir. KONAS PADVI Surabaya.

________, 1996. Dermatosis Akibat Kerja, Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No.107.

Suma’mur, PK, 1992. Penyakit Akibat Kerja. PT Gunung Agung, Jakarta

________, 1995. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT Gunung Agung, Jakarta Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas
Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel  3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena dengan semakin tinggi temperatur udara pengering dan semakin tipis timbunan maka akan semakin besar panas tersedia yang dapat diserap oleh biji

Tergantung dari penggunaan analisa tugas yang diharapkan, struktur yang dibangun dapat berbeda, sebagai contoh, untuk menghasilkan manual perbaikan mobil digunakan taksonomi

Patut dicatat di sini bahwa metode yang paling banyak digunakan untuk pemantauan gunung-api di Indonesia saat ini adalah metode seismik yang pada dasarnya digunakan untuk

Seperti yang telah digambarkan di atas bahwa peranan kepemimpinan camat dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kecamatan

Bapak Johan, S.Kom., MM, selaku Ketua Jurusan Sistem Informasi Universitas Bina Nusantara sekaligus dosen pembimbing skripsi jurusan sistem informasi yang telah banyak

Dengan dukungan yang diperoleh dari negara-negara Amerika Latin, melalui organisasi-organisasi kawasan yang dibentuk dengan tujuan kerjasama dan memperkuat solidaritas

BPR Anugrah Dharma Yuwana (ADY) Jember, dapat dilihat untuk Account Officer Landing dan Account Officer Funding (Deposito) tidak mengalami masalah karena real

Para pemakai laporan keuangan membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen (akuntan publik) untuk memberikan jaminan bahwa suatu laporan keuangan berkualitas dan