• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

69

Dalam bab ini penulis mencoba membandingkan dengan melihat persamaan dan perbedaan antara teori dan laporan kasus dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan sectio caesarea dengan indikasi CPD selama 3 hari mulai dari tanggal 12 sampai 14 Maret 2019. Pembahasan akan dilakukan berdasarkan urutan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan sampai pada tahap evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

Dalam tahap pengkajian, penulis mengacu pada format pengkajian ibu post partum. Pengkajian ini dilakukan dengan metode wawancara, observasi langsung, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pada teori yang menjadi indikasi untuk dilakukannya sectio caesarea salah satunya adalah CPD. Dalam pelaksanaannya tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pada kasus ditemukan indikasi bahwa ibu harus dilakukan operasi sectio caesarea karena indikasi CPD.

Dari hasil pengkajian Ny. D pada post sectio caesarea hari pertama didapatkan data sebagai berikut: klien mengatakan nyeri dibagian luka bekas operasi, klien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat ngilu sekali, klien mengatakan nyeri tidak meluas hanya disekitar area luka bekas operasi, klien mengatakan nyeri terasa pada saat menggerakkan badan terutama dan mengubah posisi tubuh, skala nyeri 6 (nyeri sedang), klien mengatakan nyerinya tidak terjadi lama, hanya beberapa menit saja paling hanya 5 menitan, klien mengatakan badan masih terasa lemah dan belum bisa beraktivitas secara maksimal, klien mengatakan masih dibantu dalam beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, klien mengatakan hari pertama setelah operasi sectio caesarea verban belum diganti, klien

(2)

mengatakan ASI keluar masih sedikit, klien mengatakan belum BAB sejak persalinan, klien mengatakan merasa senang karena kelahiran anak pertamanya, klien post sectio caesarea hari pertama, keadaan umum sakit sedang, tanda-tanda vital Tekanan Darah: 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36,5°C, Respirasi: 18 x/menit, terdapat luka operasi di abdomen bagian bawah, jumlah perdarahan 400 cc, klien tampak meringis saat bergerak, lemas, klien tampak bedrest, hasil laboratorium hemoglobin 11,1 g/dL, golongan darah O.

Sehingga dari data pengkajian pada Ny. D diatas ada kesenjangan antara kasus dan teori seperti pada manifestasi klinis klien dengan post operasi sectio caesarea kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml, akan tetapi yang terjadi pada Ny. D kehilangan darah 400 cc pada operasi sectio caesarea dikarenakan kemajuan dalam teknik pembedahan. Pada integritas ego dalam teori dapat menunjukkan labilitas emosional seperti ketakutan, menarik diri, dan marah, tetapi penulis tidak menemukan gejala tersebut disebabkan klien sudah siap untuk menerima kehadiran anggota baru. Pada perubahan neuromuskuler dalam teori terdapat rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah persalinan. Rasa baal dan kesemutan pada jari akan hilang setelah bayi lahir. Data yang penulis dapatkan tidak terlalu berbeda dengan data yang ada secara teoritis yaitu rasa baal dan kesemutan akan hilang setelah bayi lahir.

Faktor pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. D adalah adanya kerjasama antara klien, keluarga, perawat ruangan serta penulis dan adanya format pengkajian, alat-alat yang tersedia memadai, catatan keperawatan, status klien, dan data penunjang lainnya. Faktor penghambat yang ditemui adalah perawat yang kurang mencatat respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan dan pendokumentasian diruangan perawat. Terkadang walau sudah tercatat tindakan mandiri

(3)

selalu ditulis sama dengan dibagian atas yang telah ditulis oleh bagian shift lain dan sering kali tulisan sulit dibaca.

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah melakukan tahap pengkajian, penulis mengidentifikasi masalah keperawatan yang ada pada pasien sectio caesarea dengan indikasi CPD, didapatkan hasil pengkajian Ny. D maka diagnosa keperawatan yang telah penulis peroleh pada tinjauan kasus dan terdapat tinjauan teoritis adalah sebagai berikut:

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi post sectio caesarea abdomen. Diagnosa keperawatan ini muncul karena klien mengeluh nyeri pada bagian post operasi sectio caesarea terutama saat bergerak. Klien mengatakan karakteristik nyeri seperti disayat-sayat ngilu sekali. Klien PSC1P1A0, dengan keadaan umum sakit sedang, kesadaran komposmentis, Tekanan Darah: 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36,5°C, Respirasi: 18 x/menit, wajah klien tampak meringis, karena menahan sakit pada luka post operasi, klien tampak memegangi perutnya saat bergerak, terdapat luka post operasi di abdomen bagian bawah, skala nyeri 6 (nyeri sedang), karakteristik seperti disayat-sayat.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas operasi sectio caesarea. Diagnosa ini muncul karena klien mengeluh belum dapat beraktivitas secara maksimal. Klien mengatakan dirinya masih lemas, belum dapat beraktivitas secara maksimal, masih dibantu dalam beraktivitas sehari-hari, karena hanya dapat miring kanan dan kiri.

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi. Diagnosa ini muncul karena klien mengatakan post operasi sectio caesarea hari pertama dan verban belum diganti. Tampak adanya luka post operasi sectio caesarea di abdomen bagian bawah. Pemeriksaan abdomen:

(4)

Balutan luka tampak bersih. Involusi uterus: fundus uteri 1 jari di bawah pusat, kontraksi kuat, teraba keras. Posisi sentral di bawah umbilikus. Tidak terdapat rembesan pada balutan luka bekas operasi. 4. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya

produksi ASI. Diagnosa ini muncul karena klien mengatakan ASI yang keluar hanya sedikit, klien mengatakan tidak tahu cara memberikan ASI yang benar. Klien tampak belum memberikan ASI kepada bayinya. Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat diteori tetapi tidak ada dikasus, yaitu:

1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi/peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya: intervensi pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan atau interaksi). Krisis keluarga pada diagnosa tersebut tidak muncul karena pasien dapat menerima anggota keluarga baru dan dapat beradaptasi ditandai dengan ekspresi kegembiraan yang muncul dari pasien dan pasangan.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan/ aktual dari kesejahteraan maternal dan janin interpersonal.

3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/ diversi mekanis, efek-efek hormonal (perpindahan cairan dan peningkatan aliran plasma ginjal, efek-efek anastesi). Diagnosa ini tidak muncul karena klien dapat melakukan eliminasi urine secara normal, walaupun sebelumnya memakai selang kateter pasca post operasi sectio caesarea. 4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan. 5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan fungsi biokimia

atau regulasi (misalnya, hipotensi ortostik, eklamsi), dan efek-efek anastesi.

6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesteron, nyeri parineal/rektal.

(5)

7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik, efek-efek anestesi.

C. Perencanaan Keperawatan

Yang menjadi prioritas masalah pada tinjauan kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri karena pada kasus ditemukan data-data yang menunjang dari keluhan klien. Sedangkan untuk menentukan tujuan, penulis menetapkan asuhan keperawatan berdasarkan waktu yaitu selama 3 hari. Pada rencana tindakan disesuaikan dengan kondisi pasien. Pada perencanaan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

Sesuai data yang penulis kumpulkan dari kasus terkumpul empat diagnosa keperawatan yaitu diagnosa yang pertama gangguan rasa nyaman nyeri hasil yang diharapkan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 0-2, pasien tampak rileks, pasien dapat beristirahat, tidak mengeluh nyeri saat bergerak. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri yaitu kaji lokasi, karakteristik, skala nyeri, observasi tanda-tanda vital karena dapat dijadikan indikasi infeksi, melakukan teknik relaksasi (tarik nafas dalam) karena dapat mengurangi nyeri.

Diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas fisik, hal yang diharapkan kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi dan klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap. Intervensi yang dilakukan yaitu kaji kemampuan klien dalam beraktivitas, membantu klien dalam beraktivitas, membantu klien untuk memenuhi kebutuhan terhadap dirinya.

Diagnosa ketiga yaitu resiko terjadinya infeksi yang diharapkan masalah tidak terjadi, dengan intervensi yang dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital, monitor hasil laboratorium, kaji tanda-tanda infeksi, anjurkan teknik septik dan antiseptik, inspeksi balutan luka terhadap eksudat atau rembesan, dan ganti balutan luka bila basah.

(6)

Diagnosa keempat yaitu ketidakefektifan pemberian ASI, hal yang diharapkan ibu dapat memberikan bayinya ASI dengan cukup dan kemampuan ibu dalam pemberian ASI dan pemeliharaan pemberian ASI. Dengan intervensi yang dapat dilakukan observasi cara menyusui dan produksi ASI ibu, kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, kaji integritas kulit putting susu ibu, berikan informasi tentang keuntungan pemberian ASI, anjurkan ibu banyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau dan buah-buahan, anjurkan ibu untuk menyusui secara bergantian antara payudara kanan dan kiri, ajarkan ibu untuk massage payudara, ajarkan ibu tentang cara menyusui bayi dengan benar.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan, penulis melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Faktor pendukung dapat berjalan dengan baik dalam sikap klien yang kooperatif selama asuhan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat adalah perawat tidak mencatat respon pasien. Faktor penghambat lainnya adalah keterbatasan waktu yang dimiliki oleh penulis sehingga ada beberapa rencana yang belum dilaksanakan.

Implementasi yang dilakukan pada saat pemberian keperawatan selama 3 hari dari tanggal 12 sampai 14 Maret 2019.

Tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengatasi nyeri dengan mengkaji lokasi, karakteristik, dan skala nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan posisi yang nyaman, dan memberikan terapi Tramset 3x1. Hambatan mobilitas fisik yaitu dengan mengkaji kemampuan pasien dalam beraktivitas, membantu klien dalam beraktivitas, dan membantu klien untuk memenuhi kebutuhan terhadap dirinya. Resiko terjadinya infeksi dengan mengobservasi tanda-tanda infeksi, menganjurkan dan gunakan antiseptik, mengganti balutan luka bila basah, dan memberikan antibiotik Cefixime 200 mg 2x1 dan Ceftriaxone

(7)

1x2 gram. Ketidakefektifan pemberian ASI yaitu dengan mengobservasi cara menyusui dan produksi ASI ibu, mengkaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, mengkaji integritas kulit putting susu ibu, memberikan informasi tentang keuntungan pemberian ASI, menganjurkan ibu banyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau dan buah-buahan, menganjurkan ibu untuk menyusui secara bergantian antara payudara kanan dan kiri, mengajarkan ibu untuk massage payudara, dan mengajarkan ibu tentang cara menyusui bayi dengan benar.

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap evaluasi adalah dilakukan pengukuran keberhasilan dari segala tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan. Adapun dalam evaluasi ini penulis menggunakan SOAP (subjektif, objektif, analisa dan planning) yang dapat dilakukan masalah yang teratasi ataupun timbul masalah yang baru. Pada tahap evaluasi ini penulis hanya melakukan penilaian selama 3 hari dari tanggal 12 sampai dengan 14 Maret 2019. Adapun evaluasi yang terdapat pada keempat diagnosa yaitu:

Diagnosa I: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi post sectio caesarea di abdomen bagian bawah, setelah dilakukan perencanaan keperawatan dan tim. Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi. Masalah ini dapat teratasi karena klien mengatakan nyeri pada luka post operasi sectio caesarea sudah berkurang dengan skala nyeri 2, intensitas ringan, klien tampak rileks dan sudah tidak meringis kesakitan.

Diagnosa II: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas operasi sectio caesarea, setelah dilakukan perencanaan keperawatan penulis dan tim. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari teratasi dengan klien mengatakan sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mandiri, sudah tidak dibantu lagi. Klien sudah melakukan aktivitas secara bertahap dan miring kanan dan kiri, duduk, dan berdiri setelah 24 jam dan mengkaji kemampuan klien.

(8)

Diagnosa III: Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi post operasi sectio caesarea, setelah dilakukan perencanaan keperawatan penulis dan tim. Masalah tidak terjadi, karena intervensi sudah dilakukan, seperti mengganti balutan luka post operasi dan mengobservasi tanda-tanda infeksi jadi intervensi dihentikan.

Diagnosa IV: Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya produksi ASI, setelah dilakukan perencanaan keperawatan penulis dan tim. Ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi. Masalah ini dapat teratasi karena klien mengatakan ASInya sudah keluar. Klien mengatakan sudah tahu cara memberikan ASI yang benar.

Faktor pendukung pada tahap evaluasi ini yaitu pasien yang kooperatif pada saat dilakukan pengkajian, pengumpulan data, rencana tindakan, dan evaluasi. Pada tahap ini penulis tidak menemukan faktor penghambat.

Referensi

Dokumen terkait

 Nilai dengan superscript yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05) berdasarkan one way anova

Berdasarkan Penentapan Pemenang Pengadaan Langsung Nomor : 7.5/ PPBJ/BLHK/KOLTIM/VI/2015 , tanggal 26 Juni 2015, maka dengan ini Pejabat. Pengadaan Barang/Jasa lingkup Badan

Jadi, secara sederhana, bisa dikatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam perikop ini, bukan pertama-tama ingin menunjukkan bahwa Yesus setuju atau tidak setuju dengan godaan

Menurut FN (Formularium Nasional) edisi ke-2 suspensi adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan ata tanpa zat tambahan, yang akan terdispersi

Faktor sosioekonomi ini juga merupakan penyebab dari peningkatan prevalensi Kebutaan akibat Trauma mata oleh karena rendahnya penghasilan masyarakat setempat yang pada

Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan Program Program Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat serta penarikan/pengembaliannya secara tertib bagi

Pendidikan merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui sesuatu. Pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan kualitas

Otomatisasi pada proses regenerasi air demin yang dibuat menggunakan PLC Omron Sysmac CPM-1A sudah dirancang dengan tepat dan dapat berfungsi dengan baik,