• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOMENDASI PEMUPUKAN UNTUK TANAMAN CABAI, BAWANG MERAH DAN KACANG PANJANG BERDASAR STATUS KEHARAAN DI WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKOMENDASI PEMUPUKAN UNTUK TANAMAN CABAI, BAWANG MERAH DAN KACANG PANJANG BERDASAR STATUS KEHARAAN DI WONOGIRI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2302 – 8226

REKOMENDASI PEMUPUKAN UNTUK TANAMAN CABAI, BAWANG MERAH DAN KACANG PANJANG BERDASAR STATUS KEHARAAN DI WONOGIRI

Ario Prasetya 1), Supriyadi2), Sudadi2)

1)

Undergraduate Student of Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, the University of Sebelas Maret (UNS) in Surakarta

2)

Lecturer Staff at Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, the University of Sebelas Maret (UNS) in Surakarta

ABSTRACT

Fertilization is one of the agricultural activities is closely related to growth and production of plants, but in practice the process of fertilization is often uneffective . Therefore it is necessary to have a fertilizer recommendation to improving the effectiveness of fertilization . This study aims to determine the dose of fertilizer recommendation for chili, onion and long beans in Wonogiri. Samples taken by purposive sampling method. Each samples were analysed at the laboratory. The results of laboratory analysis will be used as the basis of determining the fertilizer recommendation for chili, onions and long beans. Fertilizer recommendation for chili are 269,73–323,84 kg urea, 75,50–81,39 kg SP-36, 222,78–278,30 kg KCl and 144,74-164,39 kg ZA. Fertilizer recommendation for onion are 137,96–176,22 kg urea, 88,23-94,12 kg SP-36, 69,45-122,49 kg KCl and 319,82–332,02 kg ZA. Long bean recommendation are 182,77–236,88 kg urea, 88,23-94,12 kg ha-1 SP-36, 49,32–110,75 kg KCl and 148,11–164,39 kg ZA.

Keywords: Wonogiri, Recommendation, Fertilizer AGROTECHNOLOGY RESEARCH JOURNAL

Prasetya A, Supriyadi, Sudadi. 2015. Recommendations for fertilizing crops of chili, onion and chickpea based nutrient status in wonogiri. Agrotech Res J 4(2):14-22.

Prasetya A, Supriyadi, Sudadi. 2015. Rekomendasi pemupukan untuk tanaman cabai, bawang merah dan kacang panjang berdasar status keharaan di wonogiri. Agrotech Res J 4(2):14-22.

PENDAHULUAN

Kabupaten Wonogiri secara administratif terdiri dari 25 Kecamatan 251 Desa dan 43 Kelurahan dengan luas lahan keseluruhan sebesar 182.236,02 ha, serta luas lahan tegal sebesar ± 65.000 Ha (BPS 2011). Luasan lahan tersebut sangat potensial untuk pengembangan tanaman hortikultura terutama tanaman sayur. Komoditas hortikultura tanaman sayur yang dibudidayakan di wilayah Wonogiri antara lain cabai, kacang panjang, bawang merah, terung, sawi, mentimun, kangkung, kentang dan tomat (Happy 2009). Tanaman cabai, kacang panjang dan bawang merah memiliki jumlah produksi yang tinggi apabila dibandingkan dengan komoditas lainnya yang ada diwilayah Kabupaten Wonogiri.

Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Komoditas cabai yang dipanen di wilayah Wonogiri pada tahun 2012 sebanyak 345,7 ton untuk cabai besar dan 576,5 ton untuk cabai rawit (BPS 2012). Produktivitas cabai nasional Indonesia tahun 2008 adalah 6,44 ton Ha-1. Angka tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi produksinya. Produktivitas cabai dapat mencapai 12 ton Ha-1 (Purwati et al. 2000).

Kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan komoditas hortikultura sayuran yang dapat dikembangkan untuk perbaikan gizi keluarga (Suryadi 2003). Kacang panjang mengandung flavonol, glikosida

flavonol, dan antosianidin Kacang panjang juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Lattanzio et al. 2000). Komoditas kacang panjang yang dipanen di wilayah Kabupaten Wonogiri sepanjang tahun 2012 sebesar 627.1 ton dengan luas panen sebesar 224 hektar.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Menurut data BPS (2012) total komoditas bawang merah yang di panen di Wonogiri pada tahun 2012 sebanyak 206,1 ton. Menurut Abdulsalam (2004) penanaman bawang merah terbaik pada bulan September, dikarenakan pada bulan itu parameter pertumbuhan meningkat secara signifikan.

Pada budidaya tanaman, terutama budidaya tanaman hortikultura pemenuhan unsur hara bagi tanaman didapatkan dari tanah yang menjadi media tanam. Penetapan status keharaan didalam tanah melalui uji tanah dapat dijadikan panduan dalam menyediakan nutrisi untuk tanaman (Sirappa 2013). Penentuan rekomendasi pemupukan suatu tanaman sebaiknya mengacu pada kondisi tanah dan kebutuhan tanaman agar produktivitas dan efisiensi usaha tani dapat ditingkatkan (Syafruddin 2008).

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada Juli-Oktober 2012 di Wonogiri, Jawa Tengah dan analisis kesuburan tanah *Fak. Pertanian UNS Surakarta

Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta

Rekomendasi Pemupukan Untuk Tanaman Cabai, Bawang Merah Dan Kacang Panjang

(2)

dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bahan yang dibutuhkan meliputi sampel tanah yang berasal dari Wonogiri, aquades dan bahan analisis kimia tanah. Alat yang digunakan meliputi cangkul, meteran, alat tulis, kompas, GPS (Global Positioning System), kantong plastik, pisau belati, flakon dan alat-alat analisis kimia tanah.

Penentuan tititk sampel tanah menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada areal lahan pertanian dengan mengambil tanah di daerah perakaran efektif (20cm-40cm). Sampel diambil pada Kecamatan Slogohimo, Nguntoronadi, Giriwoyo, Pracimantoro, Manyaran, Jatisrono, Karang Tengah, Ngadirojo., Giriwoyo, Wuryantoro, Purwantoro, Selogiri, Kismantoro, Wuryantoro, Jatipuro dan Kecamatan Baturetno.

Analisis tanah meliputi pH, bahan organik tanah, kandungan N, P, K, Ca, Mg, S dan KPK. Hasil dari analisis selanjutnya diolah sehingga mendapatkan perhitungan kebutuhan unsur hara bagi tanaman cabai, bawang merah dan kacang panjang. Penentuan rekomendasi pemupukan sendiri didasari oleh ketersediaan unsur hara didalam tanah, kebutuhan unsur hara oleh tanaman budidaya dan unsur hara yang hilang pada saat panen (Dierolf et al. 2001). Hasil yang didapatkan nantinya berupa rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, KCl, ZA dan dolomit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi umum Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Suhu rata-rata di Kabupaten Wonogiri berkisar antara 24oC hingga 32oC. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Wonogiri sebesar 157,29 mm-1tahun. Menurut pembagian iklim yang dikemukakan oleh Schmidt-Ferguson sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri masuk kedalam tipe iklim C, yaitu tipe iklim dengan daerah agak basah. Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan oleh Oldeman Kabupaten Wonogiri terdiri atas empat tipe iklim yaitu C2, D2, D3 dan E. Klasifikasi iklim oleh Oldeman ditujukan untuk tanaman pangan terutama padi dan tanaman palawija.

Ketersediaan unsur hara dan kondisi kesuburan Secara umum, tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Wonogiri adalah sangat rendah hingga rendah. Hal ini berdasarkan harkat ketersediaan unsur N total, P tersedia, K tersedia, KPK, kandungan bahan organik, pH tanah dan unsur hara makro sekunder Ca, Mg dan S.

Berdasarkan hasil analisis unsur hara pada tabel 1, diketahui bahwa nilai N berkisar antara 0,03-0,17% dengan status keharaan sangat rendah hingga rendah. Perlakuan pemupukan N dengan menggunakan pupuk yang mengandung N seperti urea dibutuhkan guna mencukupi kebutuhan tanaman dalam pertumbuhan dan produksi. Menurut Setyorini (2006) N yang di kandung tanah pada umumnya rendah, sehingga harus

selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya. Pemupukan N meningkatkan kadar C organik tanah meskipun masih tetap rendah. Kenaikan C organik tanah dapat disebabkan oleh naiknya berat tanaman akibat pemupukan N. C organik tanah yang optimal berkisar antara 3-5% dan C organik tanah yang berbentuk humus berfungsi sebagai penyangga tanah (buffer capacity) (Ispandi 2002). Menurut Lingga (1998) Nitrogen diperlukan untuk pembentukan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesis, selain itu berfungsi dalam pembentukan protein dan lemak. Apabila jumlah nitrogen dalam tanah rendah maka proses fotosintesis serta pembentukan protein dan lemak akan terganggu sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi tanaman.

Kandungan unsur hara P sangat rendah berkisar antara 6,05–8,58 ppm. Kadar P tanah pada umumnya tergolong rendah, hal ini disebabkan kebiasaan petani yang kurang bahkan tidak menambahkan pupuk P. Menurut Wijanarko (2016) ketersediaan P dalam tanah akan meningkat seiring dengan pemberian pupuk P. Semakin tinggi produksi maka unsur hara yang diserap tanaman semakin banyak pula sehingga akan mengurangi kandungan unsur hara yang ada dalam tanah apabila tidak di imbangi dengan pemberian pupuk P (Nurmegawati et al. 2012). Pemupukan P di tanah berkadar Ca tinggi sering tidak efektif karena ion fosfat sulit mencapai permukaan akar yang sudah tertutup ion Ca dan akan segera terbentuk Ca fosfat (Fitter and Hay 1991 dalam Ispandi 2002). Upaya pencegahan pembetukan Ca fosfat dapat menggunakan pupuk ZA, karena dalam tanah, ion sulfat dari ZA cepat bereaksi dengan ion Ca di permukaan akar dalam membentuk Ca sulfat sehingga ion fosfat dapat diserap tanaman. Di samping itu, pupuk ZA yang diberikan bersama pupuk P dapat menurunkan pH tanah dan meningkatkan serapan hara P dan hara-hara yang lain oleh tanaman (Miller et al. 1970).

Status keharaan unsur K berkisar antara sangat rendah hingga rendah, 0,15–0,41 me-1

100 g. Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah, kalium mudah hilang tercuci, sedangkan pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi, kalium diikat oleh Ca (Nurmegawati 2015). Menurut Aishah (1995) pertumbuhan dan hasil produksi tanaman berhubungan dengan ketersediaan K didalam tanah. Menambah aplikasi pupuk K akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi.

Kandungan unsur Ca berkisar antara 0,33–7,81 me-1100 g dengan status keharaan berkisar antara sangat rendah hingga sedang. Status keharaan Ca sangat rendah terdapat di Kecamatan Baturetno dengan jenis tanah alluvial. Kadar ion Ca dalam tanah yang tergolong tinggi sebenarnya cukup baik bagi pertumbuhan tanaman pangan, karena Ca termasuk unsur makro yang banyak diperlukan tanaman, Namun, kadar ion Ca yang tinggi berpotensi memfiksasi hara P menjadi Ca fosfat yang sukar larut (Brady 1992) dan menyebabkan tanaman kahat P.

(3)

16

Tabel 1 Hasil analisis unsur hara Kecamatan

Hasil analisis unsur hara

N% P ppm K me/100 g Ca me/100 g Mg me/100g S % pH Slogohimo 0,03 SR 6,05 SR 0,18 SR 3,32 R 4,53 T 0,008 SR 5,98 AM Nguntoronadi 0,05 SR 8,58 SR 0,19 SR 2,31 R 5,51 T 0,011 SR 5,86 AM Giriwoyo 0,03 SR 7,30 SR 0,15 SR 2,43 R 4,20 T 0,008 SR 5,61 AM Pracimantoro 0,07 SR 8,36 SR 0,15 SR 3,75 R 0,87 R 0,007 SR 6,99 N Manyaran 0,05 SR 7,25 SR 0,26 SR 4,49 R 2,13 S 0,006 SR 6,39 AM Jatisrono 0,11 R 6,55 SR 0,33 R 4,49 R 2,45 S 0,008 SR 6,23 AM Ngadirojo 0,17 R 7,93 SR 0,31 R 4,72 R 2,66 S 0,007 SR 5,40 M Karangtengah 0,11 R 7,67 SR 0,41 R 2,96 R 1,18 S 0,004 SR 5,09 M Giriwoyo 0,08 SR 7,76 SR 0,16 SR 6,40 S 4,74 T 0,007 SR 7,04 N Wuryantoro 0,03 SR 8,51 SR 0,15 SR 7,56 S 3,39 T 0,006 SR 6,86 N Purwantoro 0,12 R 7,95 SR 0,31 R 6,57 S 2,29 S 0,006 SR 6,30 AM Selogiri 0,13 R 7,21 SR 0,18 SR 2,51 R 1,31 S 0,011 SR 6,73 N Kismantoro 0,04 SR 7,93 SR 0,14 SR 2,90 R 3,57 T 0,011 SR 6,13 AM Wuryantoro 0,05 SR 8,51 SR 0,13 SR 7,81 S 3,30 T 0,007 SR 7,26 N Jatipurno 0,17 R 7,13 SR 0,32 R 4,70 R 2,28 S 0,008 SR 5,47 M Baturetno 0,06 SR 8,15 SR 0,15 SR 0,33 SR 2,56 S 0,013 SR 6,68 N Sumber : Analisis Laboratorium

Ket : SR (Sangat Rendah), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi), AM (Agak Masam), M (Masam ) dan N (Netral) (Balittan 1983)

Kandungan unsur hara Mg berkisar antara 0,87– 5,51 me-1100 g, dengan kandungan terendah terdapat di Kecamatan Pracimantoro, Secara umum kandungan unsur Ca dan Mg di Wonogiri berkisar antara rendah hingga tinggi, hal ini disebabkan wonogiri memiliki bahan induk kapur (karst). Magnesium di dalam tanah dapat hilang bersama air perkolasi, diserap oleh tanaman maupun organisme dalam tanah, diabsorpsi oleh partikel liat dan diendapkan menjadi mineral sekunder. Kehilangan magnesium dapat disebabkan oleh erosi, pencucian dan diangkut oleh tanaman (Hakim et al. 1986).

Status keharaan unsur S sangan rendah, berkisar antara 0,004-0,013%. Kandungan unsur hara S terendah terdapat di kecamatan Karangtengah dan tertinggi berada di Kecamatan Baturetno. Menurut Winarso (2005) dalam tanah kandungan S berkisar antara 0,01-0,20%. Hara S dalam tanah umumnya berada dalam bentuk senyawa CaSO4, MgSO4.7H2O dan CaSO4.2H2O yang tidak tersedia bagi tanaman (Tisdale et al. 1984 dalam Ispandi 2002).

Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air hujan. Jika laju pencucian unsur sangat besar dan intensitas pelapukan rendah, maka kebutuhan unsur hara lebih besar dibandingkan dengan pengambilan unsur hara oleh tanaman. Ini berarti proses pemiskinan tanah (Rosmarkam dan Yunowo 2002).

Kadar bahan organik tanah dari berbagai lokasi di Kabupaten Wonogiri rata - rata sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena dalam praktek budidaya pertanian yang selama ini dilakukan jarang atau tidak pernah sama sekali diberikan pupuk organik ke lahan pertanian (Mulyono 2013), sedangkan menurut Nursyamsi (2005) rendahnya kadar bahan organik tanah dikarenakan di daerah tropika tingkat pelapukan bahan organik sangat tinggi sehingga turn over C-organik dalam tanah berlangsung singkat.

Rekomendasi pemupukan

Rekomendasi pemupukan dapat diartikan sebagai pemberian masukan terhadap rancangan pemupukan yang meliputi jenis pupuk dan jumlah yang diberikan dalam suatu luasan areal tertentu. Penerapan rekomendasi pemupukan memiliki beberapa keuntungan antara lain pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai. Selain keuntungan-keuntungan yang sudah disebutkan diatas penerapan rekomendasi pemupukan juga berdampak pada penggunaan pupuk yang lebih efisien, pencemaran lingkungan dapat dihindari dan dapat mengurangi biaya pembelian pupuk (Abdulrahman et al. 2008).

1. Cabai

Berdasarkan tabel 2, Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara tanaman cabai, rekomendasi yang dihasilkan untuk pemupukan dengan menggunakan pupuk urea berkisar antara 269,73–323,84 kg ha-1 dengan rekomendasi tertinggi terfapat pada Kecamatan Baturetno. Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 berkisar antara 75,50–81,39 kg ha-1

. Pupuk KCl yang direkomendasikan untuk tanaman cabai berkisar antara 222,78–278,30 kg ha-1

. Penambahan dolomit untuk memenuhi kebutuhan kalsium 100,95 kg ha-1. Sedangkan rekomendasi penggunaan pupuk ZA guna memenuhi kebutuhan akan unsur sulfur sebesar 144,74 kg ha-1 hingga 164,39 kg ha-1.

(4)

Tabel 2 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara tanaman cabai Jenis

Tanah Kecamatan

Kebutuhan unsur hara kg ha-1 Rekomendasi kg ha-1

N P K Ca Mg S Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo 148,71 12,78 161,28 9,03 323,27 81,39 268,80 155,05 Nguntoronadi 144,84 11,86 160,56 8,63 314,87 75,50 267,60 148,11 Giriwoyo 148,96 12,33 165,03 9,00 323,84 78,48 275,05 154,49 Pracimantoro 142,49 11,94 165,04 9,15 309,76 76,00 275,06 157,05 Manyaran 144,38 12,35 151,93 9,34 313,88 78,60 253,22 160,31 Latosol Jatisrono 135,17 12,60 143,69 9,00 293,84 80,23 239,49 154,58 Ngadirojo 124,08 12,10 146,29 9,14 269,73 77,02 243,82 156,98 Karang Tengah 133,90 12,19 133,67 9,57 291,10 77,61 222,78 164,39 Mediteran Giriwoyo 141,12 12,16 163,64 9,19 306,78 77,40 272,74 157,77 Wuryantoro 147,86 11,88 164,94 9,29 321,43 75,65 274,90 159,54 Purwantoro 136,00 12,09 146,15 9,23 295,66 76,96 243,58 158,47 Grumosol Selogiri 131,10 12,36 161,90 8,72 285,00 78,68 269,83 149,70 Kismantoro 147,21 12,10 166,02 8,64 320,03 77,02 276,70 148,30 Regosol Wuryantoro 144,66 11,88 166,98 9,17 314,48 75,65 278,30 157,50 Andosol Jatipuro 131,16 12,39 144,33 8,99 285,13 78,87 240,55 154,42 Aluvial Baturetno 145,63 12,01 165,50 30,28 8,43 316,58 76,49 275,83 100,95 144,74 Sumber : Analisis Laboratorium

2. Bawang Merah

Untuk tumbuh dan berproduksi optimal, bawang merah memerlukan pemupukan nitrogen (N), phospat (P) dan Kalium (K) dalam jumlah yang mencukupi dan seimbang. Dosis yang diberikan beragam tergantung varietas dan lokasi (Purba 2014). Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan urea berdasarkan tabel dibawah adalah berkisar antara 137,96–176,22 kg ha-1. Menurut Ardell (2008) pengaplikasian pupuk nitrogen akan meningkatkan ukuran dari bawang merah, Penggunaan pupuk SP-36 berdasarkan rekomendasi yang telah dihasilkan adalah sebesar 88,23 kg/ha hingga 94,12 kg ha-1. Rekomendasi untuk penggunaan pupuk KCl sebesar 69,45- 22,49 kg ha-1. Penggunaan dolomit untuk memenuhi kebutuhan kalsium sebesar 15,28 kg ha-1 di Kecamatan Baturetno sebesar 50,95 kg ha-1.Rekomendasi pemupukan

dengan menggunakan pupuk ZA berkisar antara 319,82–332,02 kg ha-1

. Penggunaan pupuk ZA selain mengandung unsur sulfur juga mengandung unsur nitrogen.

3. Kacang Panjang

Pupuk urea yang digunakan pada budidaya kacang panjang berdasarkan rekomendasi yang tersaji di tabel 4 berkisar antara 182,77–236,88 kg ha-1

. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk SP-36 berkisar antara 50,03 hingga 54,76 kg ha-1. Pupuk KCl yang digunakan sebesar 49,32–110,75 kg ha-1

, Rekomendasi penambahan dolomit untuk budidaya kacang panjang sebesar 77,61 Kg kg ha-1 yang hanya dilakukan di Kecamatan Baturetno. Rekomendasi pemupukan dengan pupuk ZA adalah 148,11–164,39 kg ha-1.

Tabel 3 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara tanaman bawang merah Jenis

Tanah Kecamatan

Kebutuhan unsur hara kg ha-1 Rekomendasi Pemupukan kg ha-1

N P K Ca Mg S Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo 81,06 14,78 69,28 19,03 176,22 94,12 115,46 326,76 Nguntoronadi 77,20 13,86 68,56 18,63 167,82 88,23 114,27 319,82 Giriwoyo 81,32 14,33 73,03 19,00 176,78 91,22 121,72 326,20 Pracimantoro 74,84 13,94 73,04 19,15 162,70 88,74 121,73 328,76 Manyaran 76,74 14,35 59,93 19,34 166,83 91,33 99,89 332,02 Latosol Jatisrono 67,52 14,60 51,69 19,00 146,79 92,96 86,15 326,29 Ngadirojo 56,43 14,10 54,29 19,14 122,68 89,75 90,49 328,69 Karang Tengah 66,26 14,19 41,67 19,57 144,04 90,34 69,45 336,10 Mediteran Giriwoyo 73,48 14,16 71,64 19,19 159,73 90,13 119,41 329,48 Wuryantoro 80,21 13,88 72,94 19,29 174,38 88,39 121,57 331,25 Purwantoro 68,36 14,09 54,15 19,23 148,60 89,70 90,25 330,18 Grumosol Selogiri 63,46 14,36 69,90 18,72 137,95 91,41 116,50 321,40 Kismantoro 79,57 14,10 74,02 18,64 172,98 89,75 123,37 320,01 Regosol Wuryantoro 77,02 13,88 74,98 19,17 167,42 88,39 124,96 329,20

(5)

18

Andosol Jatipuro 63,52 14,39 52,33 18,99 138,08 91,61 87,22 326,13 Aluvial Baturetno 77,98 14,01 73,50 15,28 18,43 169,53 89,22 122,49 50,95 316,44 Sumber : Analisis Laboratorium

Tabel 4 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara kacang panjang Jenis

Tanah Kecamatan

Kebutuhan unsur hara kg ha-1 Rekomendasi Pemupukan kg ha-1

N P K Ca Mg S Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo 108,71 8,78 36,28 9,03 236,32 55,92 95,71 155,05 Nguntoronadi 104,84 7,86 35,56 8,63 227,92 50,03 93,82 148,11 Giriwoyo 108,96 8,33 40,03 9,00 236,88 53,02 105,61 154,49 Pracimantoro 102,49 7,94 40,04 9,15 222,80 50,54 105,63 157,05 Manyaran 104,38 8,35 26,93 9,34 226,92 53,13 71,05 160,31 Latosol Jatisrono 95,17 8,60 18,69 9,00 206,89 54,76 49,32 154,58 Ngadirojo 84,08 8,10 21,29 9,14 182,77 51,55 56,18 156,98 Karang Tengah 93,90 8,19 8,67 9,57 204,14 52,14 22,87 164,39 Mediteran Giriwoyo 101,12 8,16 38,64 9,19 219,83 51,93 101,95 157,77 Wuryantoro 107,86 7,88 39,94 9,29 234,47 50,19 105,38 159,54 Purwantoro 96,00 8,09 21,15 9,23 208,70 51,50 55,80 158,47 Grumosol Selogiri 91,10 8,36 36,90 8,72 198,04 53,21 97,36 149,70 Kismantoro 107,21 8,10 41,02 8,64 233,07 51,55 108,22 148,30 Regosol Wuryantoro 104,66 7,88 41,98 9,17 227,52 50,19 110,75 157,50 Andosol Jatipuro 91,16 8,39 19,33 8,99 198,17 53,41 51,00 154,42 Aluvial Baturetno 105,63 8,01 40,50 23,28 8,43 229,62 51,02 106,84 77,61 144,74 Sumber : Analisis Laboratorium

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tingkat ketersediaan unsur hara dalam tanah pada daerah yang menjadi objek penelitian ini secara garis besar sangat rendah.

2. Rekomendasi pemupukan yang dihasilkan untuk tanaman cabai adalah 269,73–323,84 kg urea, 75,50–81,39 kg SP-36, 222,78–278,30 kg KCl dan 144,74-164,39 kg pupuk ZA.

3. Rekomendasi pemupukan yang dihasilkan untuk tanaman bawang merah adalah 137,96–176,22 kg urea, 88,23-94,12 kg SP-36, 69,45-122,49 kg KCl dan 319,82–332,02 kg pupuk ZA.

4. Rekomendasi pemupukan yang dihasilkan untuk tanaman kacang panjang adalah 182,77–236,88 kg urea, 88,23-94,12 kg ha-1 SP-36, 49,32–110,75 kg KCl dan 148,11–164,39 kg pupuk ZA.

Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah diperlukan adanya uji aplikasi rekomendasi pemupukan dilapang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman S, Suhartatik E, Kasno A, Setyorini D. 2008. Modul pemupukan padi sawah spesifik lokasi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Abdulsalam MA AL, AF Hamaiel 2004, effect of planting dates and compouned fertilizers on growth, yield and quality of hassawi onion under al-hassa oasis conditions. Scientific Journal of King Faisal University. 5(1).

Aishah S, Hassan, R Zainal A, MF Ramlan. 1995, Growth and yield of chilli (Capsicum annuum L,) in response to mulching and potassium fertilization pertanika. J Trap Agric Sci. 18(2):113-117.

Ardell D, Halvorson, Michael EB, Curtis AR, and Abdel B. 2008. Nitrogen effects on onion yield under drip and furrow irrigation. Agronomy J. 100(4).

Brady CN. 1992. The nature and properties of soil. Macmillan New York: Publishing Company 621 p. BPS. 2011. Wonogiri dalam angka 2011. Wonogiri:

Badan Pusat Statistika Kabupaten Wonogiri.

BPS. 2012. Wonogiri dalam angka 2012. Wonogiri: Badan Pusat Statistika Kabupaten Wonogiri.

Dierolf T, T Fairhurst, E Mutert. 2001. Soil fertility kit: a tool kit for acid, upland soil fertility management in southeast asia. Canada: PT Jasa Katom; and Potash & Phosphate Institute (PPI).

Hakim N, MY Nyakpa, AM Lubis, Sutopo G, NMA Diha, GB Hong, HH Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Happy A. 2009. Peran dan identifikasi komoditas unggulan di kabupaten wonogiri. Embryo 6(2). Ispandi A. 2002. Pemupukan NPKS dan dinamika hara

dalam tanah dan tanaman kacang tanah di lahan kering tanah alfisol. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 21(1).

Lattanzio V, Arpaia S, Cardinali A, Di Venere D, and Linsalata V. 2000. Role of endogenous flavonoids in resistance mechanism of vigna to aphids. J Agric Food Chem. 48(11): 5316–5320.

Lingga P. 1989. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

MP Sirappa, Peter T. 2013. Determination of K nutrient availability class for corn using several methods. Wudpecker Journal of Agricultural. 2(12): 258– 364.

(6)

Miller MH, CP Mamaril, GJ Blair. 1970. Ammonium effects and phosphorus absorbtion through pH changes and phosphorus precipitation at the soil root interface. Agron Journ. 62:524- 527.

Mulyono BS. 2013. Rekomendasi pemupukan berbagai macam jenis tanah untuk jagung, padi dan singkong di kabupaten wonogiri. J Agron Res. 2 (2):14-19.

Nurmegawati et al. 2012. Tingkat kesuburan dan rekomendasi pemupukan N, P dan K tanah sawah Kabupaten Bengkulu Selatan. J Solum. 9(2): 11-18 Nurmegawati, Yahumri, Afrizon. 2015. Rekomendasi pupuk tanaman jagung dan kedelai di Kabupaten Kaur, Bengkulu. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indo 1 (916 4):914-917.

Nusyamsi D, Suprihati. 2005. Sifat-sifat kimia dan mineralogi tanah serta kaitannya dengan kebutuhan pupuk untuk padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan kedelai (Glycine max). Bul Agron. 33(3):40 – 47.

Purba R. 2014. Applications of NPK phonska and kcl fertilizer for the growth and yield of shallots (Allium Ascalonicum) in Serang, Banten. International J of Applied Science and Technology. 4(3).

Purwati E, Jaya B, Duriat AS. 2000, Penampilan beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap penyakit virus kerupuk, J Hort. 10 (2):88-94.

Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Setyorini D, Widowati LR, Kasno A. 2006, Petunjuk penggunaan perangkat uji tanah sawah (PUTS), Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Suryadi et al. 2003. Karakteristik dan deskripsi plasma nutfah kacang panjang, balai penelitian tanaman sayuran lembang. Buletin Plasma Nutfah 9 (1). Syafruddin. 2008 Rekomendasi pemupukan P untuk

tanaman jagung pada tanah inceptisols menggunakan pendekatan uji tanah. J Tanah Trop 13(2): 95-102,

Wijanarko A, A Taufiq, D Harnowo. 2016. Effect of liming, manure, and NPK fertilizer application on growth and yield performance of soybean in swamp land. Journal of Degraded and Mining Landsmanagement 3 (2): 527-533.

Winarso S. 2005. Kesuburan tanah dasar kesehatan dan kualitas tanah. Yogyakarta: Gaya Media.

Gambar

Tabel 1 Hasil analisis unsur hara
Tabel 3 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara tanaman bawang merah  Jenis
Tabel 4 Kebutuhan dan rekomendasi unsur hara kacang panjang  Jenis

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan kejuruan. © Asep Nika Harudin 2015 Universitas

Pengurusan Sumber Asli di Malaysia 2.4.1 Pengenalan Pengurusan Sumber Asli Di Malaysia 2.4.2 Pengurusan Sumber Asli Dalam Konteks Rancangan Malaysia Ke 9 dan Ke 10 2.4.3

Dimana nantinya data – data setiap lingkungan akan diolah dan dihitung dengan menggunakan metode TOPSIS untuk mempercepat dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk

Wild Abortive , Kalinga, dan Gambiaca memiliki umur berbunga dengan kategori genjah, serta memiliki karakter bunga yang lebih baik dibandingkan dengan IR58025A, antara lain

(pengangkatan anak) dimana jika seorang bersuku Lampung Pepadun yang ingin menikah dengan pasangan yang di luar suku Lampung Pepadun, maka harus diangkat dulu

1. Kristiawan Heru Widianto, S.Th. Heri Surawan, S.Si. Eko Nugroho, S.Si. Kurniawan Diwanto Wijaya, S.Si. Selanjutnya juga telah dibuat tata tertib panitia ad hoc berlaku

Penyakit ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis (TBC). Kuman ini dapat menyerang tulang sehingga tulang menjadi lemah dan bernanah. Akibat penyakit ini penderita merasakan sakit

Warga negara Republik Indonesia, yang merupakan pemegang paspor diplomatik atau paspor dinas Indonesia yang sah, yang ditugaskan sebagai anggota misi diplomatik atau