1
KARAKTERISTIK ORANG TERSANGKA RABIES DI KLINIK BESTARI MEDAN
TAHUN 2011
Mainan Mutiara1, Hiswani2, Jemadi2 1
Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU
2
Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU
Abstract
Rabies ( hydrophobia ) is a disease caused by Lyssa zoonosa – virus ( rabies virus ) and is transmitted to human through the bite of rabid animal patients. In 2008 it was reported that the case of a dog suspected of having rabies that rabies humans as much as 20.926 cases, 104 positive rabies and all of them died ( CFR 100% ). In 2010, the number of cases of rabies in Indonesia with GPHR 78.203 rabies positive cases as many as 206 people and all of them died ( CFR 100% ). Clinic Bestari in Medan in 2011 there were 365 cases of bites HPR in Medan, number of bite cases indicated/ VAR as many as 178 cases and 3 death from rabies (CFR 1.69%).
To determine the characteristics of the suspected Rabies Clinic Bestari in Medan in 2011 conducted a descriptive study using a case series design. Population of 178 people suspected rabies and sampled 178 people.
Results showed that the highest proportion of people suspected rabies by the age of 2-9 years 28.7%, ie gender male 52.8%, where the bite of the legs 32.6%, which is in the bite exposure type 75.8%, where is the Medan District Tuntungan 22.5%, while the June 14.6%, HPR type of dog that is 92.7%, which is a complete vaccination status of 82.6%. There is a differences in the proportion of age with suspected Rabies sex with p =0.029 ( <0.05 ), There were age differences in the proportion of type exposure with p = 0.003 (<0.05 ), There were no differences in the proportion of age with type HPR p value = 0.092 ( >0.05 ), There were no differences in the proportion of vaccine status type exposure with p = 0.0492 ( >0.05 ), statistical analysis of the status of the vaccine according to the location of the bite and age according to the location of the bite can not be done with chi – square test because there are 2 cells ( 33.3% ) who expected count <5. Department of Health is expected to increase efforts to educate the public about rabies and report immediately if the bite, licking at the paws or by HPR. Peer – to clinics to increase the data recording and reporting of suspected rabies ( VAR, administration, ATS or SAR ).
Keywords : Rabies, The Suspected Pendahuluan
Pembangunan kesehatan merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.1
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya Masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia,
yang ditandai dengan penduduk yang hidup dalam lingkungan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera.2
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut maka dilakukan upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya-upaya kesehatan
yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
2 pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah, diantaranya adalah
program pemberantasan penyakit zoonosis.2
Pemberantasan penyakit zoonosis
sampai saat ini yang menjadi prioritas meliputi Rabies,PES, Taeniasis/Cystecercocis dan Anthrax. Penyakit- penyakit tersebut
tergolong kedalam new emerging disease dan
re- emerging disease dan mengakibatkan
keresahan masyarakat, karena dapat
menimbulkan kematian.3 Pencegahan dan
penanggulangan rabies telah dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama 3 Direktorat Jenderal (PUOD/Depdagri, PPM-PLP/Depkes dan Peternakan/Deptan). Salah satu landasan hukum yang dipergunakan oleh Pemerintah
Indonesia dalam pemberantasan dan
penanggulangan rabies yaitu Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular.4
Rabies (penyakit anjing gila)
merupakan penyakit zoonosis yang di
sebabkan oleh Lyssa-virus (virus rabies) dan
ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan penderita rabies. Penyakit ini dikenal sejak diketahui dan dilaporkan adanya seekor kerbau menderita rabies oleh Esser pada tahun 1884, kemudian pada tahun 1894 pertama kali dilaporkan rabies pada manusia
oleh E.V.de Haan.34 Hewan penular Rabies
adalah anjing (99,4%), kucing (0,29%) dan
kera (0,31%).5
Dirjend P2PL menyampaikan,
berdasarkan data dari WHO (2010) bahwa rata-rata di Asia ada 50.000 kasus dengan hampir 60% kematian akibat rabies pertahun. Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di
India (20.000-30.000 kasus pertahun),
Vietnam (rata-rata 9.000 kasus pertahun), China (rata-rata 2.500 kasus pertahun), Filipina (200-300 kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125 kasus pertahun). Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing (98%) sementara sebagian kecil
diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%).6
Menurut data Kementerian Kesehatan (KEMKES) RI, di Indonesia kasus gigitan
anjing dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Sekali seekor anjing yang tertular
Lyssavirus, virus penyebab rabies, memasuki suatu pulau / daerah, penyakit itu tak lama
lagi akan menyebar. Tahun 2008 dilaporkan bahwa kasus anjing yang diduga menderita rabies yang menggigit manusia sebanyak 20.926 kasus, yang positif Rabies 104 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). Tahun 2010, jumlah kasus Rabies dari seluruh Provinsi di Indonesia dengan jumlah Gigitan Hewan Penderita Rabies yaitu 78.203 kasus dengan jumlah penderita positif Rabies sebanyak 206 orang dan semuanya meninggal
(CFR 100%).7
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, tahun 2007 kasus gigitan anjing sebanyak 1.936 orang dengan 1.456 orang mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR), jumlah penderita positif rabies pada manusia sebanyak 5 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). Pada tahun 2008 kasus gigitan anjing sebanyak 2.634 orang dengan 2.040 orang diantaranya mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR), jumlah penderita rabies pada manusia sebanyak 7 orang dan
semuanya meninggal (CFR 100%). 7
Pada tahun 2010 di Provinsi Sumetera Utara, jumlah gigitan hewan penderita rabies sebanyak 3714 kasus gigitan dengan jumlah positif rabies yaitu 35 orang dan semuanya
meninggal (CFR 100%).7
Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kota Medan, sepanjang tahun 2008 terdapat 441 kasus gigitan hewan rabies yang menimpa warga Medan. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2007 sebanyak 352 gigitan dan tahun 2006 yang berjumlah 314 gigitan. Berdasarkan data ini, distribusi penderita gigitan hewan rabies berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008 adalah laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu 247 orang laki-laki dan 194 perempuan. Berdasarkan kelompok umur, kasus gigitan paling banyak adalah pada kelompok umur 15 – 45 tahun yaitu sebanyak 186 kasus gigitan, sedangkan pada kelompok umur 5 – 14 tahun sebanyak 127 kasus gigitan, disusul kelompok umur > 45 tahun sebanyak 81 kasus gigitan dan kelompok umur 0 – 4 tahun sebanyak 47 kasus gigitan.6
Berdasarkan survei awal yang
dilakukan di Klinik Bestari Medan tahun 2011 diketahui bahwa terdapat 365 kasus gigitan hewan penular rabies yang menimpa
3 berindikasi/ VAR sebanyak 178 kasus dan 3 kematian akibat rabies, dimana 3 orang yang menderita rabies tersebut tidak meninggal di Klinik Bestari Medan, akan tetapi di Rumah penderita, di Puskesmas dan di perjalanan menuju Rumah Sakit terdekat dengan tempat tinggal penderita. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik orang tersangka rabies di klinik bestari medan
tahun 2011.8
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya karakteristik orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum:
Mengetahui karakteristik orang
tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011.
Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi
karakteristik orang tersangka rabies
berdasarkan orang (umur, jenis kelamin,
letak gigitan, type exposure dan status
pemberian VAR) di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi
karakteristik orang tersangka rabies
berdasarkan tempat (Klinik Bestari)
meliputi kecamatan, kelurahan dan
wilayah kerja puskesmas di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi
karakteristik orang tersangka rabies
berdasarkan waktu (bulan) di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi
karakteristik orang tersangka rabies
berdasarkan reservoir (jenis hewan penular rabies) di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur
berdasarkan jenis kelamin orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur
berdasarkan Letak gigitan orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur
berdasarkan Type Exposure orang
tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur
berdasarkan jenis hewan penular Rabies pada orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun 2011.
Manfaat penelitian:
a. Sebagai bahan masukan bagi Klinik
Bestari Medan dan Instansi terkait
setempat dalam meningkatkan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit Rabies.
b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan
dan pengetahuan penulis tentang Rabies serta sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian Rabies.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif,
dengan menggunakan desain case series.
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Bestari Medan. Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2012 sampai dengan Agustus 2013. Populasi penelitian adalah data seluruh orang
yang menjadi tersangka Rabies yang
mendapat VAR dan tercatat di Klinik Bestari Medan tahun 2011 yaitu sebanyak 178 kasus. Besar sampel sama dengan besar populasi (total sampling).
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan uji chi-square..
4 HASIL PENELITIAN
Adapun distribusi proporsi orang
tersangka Rabies berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Distribusi Proporsi Orang Tersangka Rabies Berdasarkan Umur
Umur ( Tahun ) f % 2-9 10-17 18-25 26-33 34-41 42-49 50-57 58-65 51 45 40 14 11 8 5 4 28,7 25,2 22,5 7,9 6,2 4,5 2,8 2,2 Jumlah 178 100,0
Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa berdasarkan umur , proporsi terbanyak orang tersangka Rabies adalah kelompok umur 2-9 tahun sebanyak 51 orang (28,7%) dan proporsi terendah adalah kelompok umur 58-65 tahun sebanyak 4 orang (2,2%).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) bahwa Rabies biasanya terjadi pada umur anak-anak (<15 tahun) dan jarang dijumpai pada kelompok umur dewasa (≥15 tahun).9
Distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.Distribusi Proporsi Orang Tersangka Rabies Berdasarkan Jenis Kelamin
Orang Tersangka Jenis Kelamin f % Laki-Laki Perempuan 94 84 52,8 47,2 Jumlah 178 100,0
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak pada orang tersangka Rabies berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu 94 orang (52,8%) dan proporsi paling sedikit adalah perempuan yaitu 84 orang (47,2%). Menurut Tri (2007) kasus Rabies terjadi pada orang di sepanjang tahun, hampir 2/3 diantaranya dilaporkan pada laki-laki 45% diantaranya adalah anak-anak
dibawah umur 14 tahun.10 Hal ini juga
disebabkan karena laki-laki lebih banyak
beraktivitas (mengganggu) hewan penular
Rabies dibandingkan perempuan.11
Distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan letak gigitan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.Distribusi Proporsi Orang Tersangka Rabies Berdasarkan Letak Gigitan
Orang Tersangka Letak Gigitan f % Kepala Muka Dada Perut Bokong Tangan Kaki 1 4 19 12 32 52 58 0,6 2,2 10,7 6,7 18,0 29,2 32,6 Jumlah 178 100,0
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak berdasarkan letak gigitan pada orang tersangka Rabies adalah bagian kaki yaitu 58 orang (32,6%) dan proporsi paling letak gigitan paling sedikit adalah bagian kepala yaitu 1 orang (0,6%).
Menurut Subronto (2006), bagian tubuh manusia yang di gigit meliputi kaki (57%), tangan (28%), kepala (5%) dan lain-lain
(10%).12
Distribusi proporsi orang tersangka
Rabies berdasarkan type exposure dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.Distribusi Proporsi Orang Tersangka Rabies Berdasarkan Type Exposure
Orang Tersangka Type Exposure f % Di gigit Di cakar 135 43 75,8 24,2 Jumlah 178 100,0
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
bahwa berdasarkan type exposure, proporsi
orang tersangka Rabies terbanyak adalah di gigit sebanyak 135 orang (75,8%) dan tidak ada orang tersangka Rabies yang di jilat (0,0%). Hal ini dimungkinkan karena mayoritas jenis hewan penular Rabies seperti anjing dan kucing memiliki kebiasaan yang dapat menggigit, mencakar atau menjilat sesuatu baik itu makhluk hidup maupun benda mati. Pada penelitian ini, ditemukan
5 92,7% jenis hewan penular Rabies yaitu
anjing dan 7,3% adalah kucing.
Distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Distribusi Proporsi Orang Tersangka Rabies Berdasarkan Kecamatan
Orang Tersangka Kecamatan f % Medan Amplas Medan Area Medan Barat Medan Baru Medan Belawan Medan Deli Medan Denai Medan Helvetia Medan Johor Medan Kota Medan labuhan Medan Maimun Medan Marelan Medan Perjuangan Medan Petisah Medan Polonia Medan Selayang Medan Sunggal Medan tembung Medan Timur Medan Tuntungan 4 2 2 4 2 4 6 19 14 2 2 1 2 10 8 1 27 13 6 9 40 2,2 1,1 1,1 2,2 1,1 2,2 3,4 10,7 7,9 1,1 1,1 0,6 1,1 5,6 4,5 0,6 15,2 7,3 3,4 5,1 22,5 Jumlah 178 100,0
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
bahwa berdasarkan kecamatan, orang
tersangka Rabies tertinggi adalah kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 40 orang (22,5%) dan terendah adalah kecamatan Medan Maimun dan Medan Polonia masing-masing sebanyak 1 orang (0,6%).
Hal ini menunjukkan bahwa orang
tersangka Rabies tersebar di setiap
Kecamatan di Kota Medan (21 Kecamatan).
Tingginya orang tersangka Rabies di
Kecamatan Medan Tuntungan dikarenakan kebiasaan masyarakatnya memelihara anjing untuk menjaga rumah dan menjaga kebun.
Distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan waktu (bulan) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. Distribusi Proporsi Orang Tersangka Rabies Berdasarkan Waktu (Bulan)
Orang Tersangka Bulan f % Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 14 7 20 10 15 26 10 18 13 14 14 17 7,9 3,9 11,2 5,6 8,4 14,6 5,6 10,1 7,3 7,9 7,9 9,6 Jumlah 178 100,0
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa berdasarkan bulan, orang tersangka Rabies tertinggi adalah pada bulan Juni sebanyak 26 orang (14,6%) dan terendah adalah pada bulan Pebruari sebanyak 7 orang (3,9%).
Menurut Tri (2007), perubahan iklim atau cuaca di suatu daerah tidak banyak pengaruh nya terhadap kejadian dan distribusi
Rabies.10 Pada umumnya dalam setiap tahun
anjing mengalami musim kawin dalam 2 periode waktu yaitu setiap 6 bulan sekali. Dimana pada saat terjadi perkawinan tersebut anjing aktivitas anjing betina meningkat dan saling menggigit (berkelahi). Sehingga pada waktu yang tepat, anjing betina akan mau menerima pejantan untuk mengawininya, betina akan subur untuk waktu sekitar 5 sampai 7 hari. Ovulasi adalah istilah untuk
dilepaskannya sel telur dari uterus,
berlangsung selama periode ini. Jika
waktunya tepat, akan terjadi proses
pembuahan (fertilisasi) antara sel telur oleh sperma, dan jika bagus, akan siap lahir
individu baru.13 Menurut Junaidi (2006)
secara umum dikenal bahwa ada dua musim kawin setiap tahun pada anjing yaitu pada bualan Juni dan bulan Desember. Penelitian yang lain menunjukkan puncak aktifitas estrus
6 Distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan jenis hewan penular rabies dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 7. Distribusi Proporsi Orang Tersangka
Rabies Berdasarkan Jenis Hewan penular Rabies
Orang Tersangka Jenis Hewan penular rabies
f % Anjing Kucing 165 13 92,7 7,3 Jumlah 178 100,0
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan jenis hewan penular Rabies tertinggi adalah Anjing yaitu 165 orang (92,7%).
Dalam Laporan sementara kajian
lapangan oleh National Institute of
Communicable Diseases dinyatakan bahwa setiap tahun terjadi sekitar 12,2 juta kasus gigitan hewan dan lebih dari 95% adalah
gigitan Anjing.10
Distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan status pemberian vaksin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Distribusi Proporsi Orang Tersangka Rabies Berdasarkan Status Pemberian Vaksin
Orang Tersangka Status Pemberian Vaksin
f % Lengkap Tidak Lengkap 147 31 82,6 17,4 Jumlah 178 100,0 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan status pemberian vaksin Rabies tertinggi adalah lengkap yaitu 147 orang (82,6%) dan terendah adalah tidak lengkap yaitu 31 orang (17,4%).
Menurut Tri (2007), kasus gigitan
anjing pada manusia diobati dengan
pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan dalam pertimbangan tertentu diberikan Serum
Anti Rabies (SAR).10
Pemberian VAR saat ini yang dilakukan pada program Pemberantasan Rabies pada manusia secara nasional adalah dengan cara intramuskular diberikan empat kali dengan dosis masing-masing 0,5 ml, jumlah dua cc,
cara pemberiannya yaitu pada hari pertama berkunjung ke Puskesmas / Rumah Sakit diberikan dua kali ( 0,5 ml ) di lengan kiri sebelah atas ( deltoid kiri ) dan dilengan kanan sebelah atas ( deltoid kanan ), selanjutnya pada hari ke tujuh diberikan satu kali ( 0,5 ml ) kanan atau kiri, sedangkan pada hari ke duapuluh satu diberikan lagi satu kali pada deltoid kanan atau kiri. Pemberian secara intradermal jadwal pemberian vaksin anti rabies sama, hanya dosisnya lebih sedikit ( yaitu 0,2 ml ) per kali pemberian. Pemberian vaksinasi anti rabies dengan vaksin purified vero rabies oleh kasus gigitan hewan tersangka rabies akan sangat terlindung dari
penyakit rabies yang bersifat fatal. 15
Analisis Statistik
Umur Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin
Umur <15 Tahun ≥15 Tahun Jumlah Jenis Kelamin f % f % f % Laki-Laki Perempuan 50 31 53,2 36,9 44 53 46,8 63,1 94 84 100 100 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 94 orang tersangka Rabies laki-laki, proporsi kelompok umur terbanyak adalah < 15 Tahun yaitu 50 orang (53,2%) dan proporsi paling sedikit adalah kelompok
umur ≥ 15 Tahun yaitu 44 orang (46,8%).
Sementara itu, dari 84 orang tersangka Rabies perempuan, proporsi yang paling banyak
adalah kelompok umur ≥ 15 Tahun yaitu 53
orang (63,1%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 31 orang (36,9%).
Menurut Tri (2007) kasus Rabies terjadi pada orang di sepanjang tahun, hampir 2/3 diantaranya dilaporkan pada laki-laki 45% diantaranya adalah anak-anak dibawah umur 14 tahun.10 Hasil analisa statistik dengan uji
Chi-square diperoleh nilai p (=0,029)<0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan jenis kelamin.
7 Umur Berdasarkan Letak Gigitan
Tabel 10.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Letak Gigitan
Umur <15 Tahun ≥15 Tahun Jumlah Letak Gigitan f % f % f % Kepala dan Muka Dada, Perut dan Bokong Tangan dan Kaki 3 35 43 60,0 39,1 45,5 2 28 67 40,0 60,9 54,5 5 63 110 100 100 100
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 5 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di kepala dan muka, proporsi terbanyak adalah kelompok umur < 15 Tahun yaitu 3 orang (60,0%) dan yang paling sedikit
adalah kelompok umur ≥ 15 tahun yaitu 2
orang (40,0%). Dari 63 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di dada, perut dan bokong, proporsi terbanyak adalah kelompok umur < 15 Tahun yaitu 35 orang (39,1%) dan yang paling sedikit adalah
kelompok umur ≥ 15 tahun yaitu 28 orang
(60,9%). Dari 110 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di tangan dan kaki,
proporsi terbanyak adalah kelompok umur ≥
15 Tahun yaitu 67 orang (54,5%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 43 orang (45,5%).
Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5.
Umur Berdasarkan Type Exposure
Tabel 11.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Type Exposure
Umur <15 Tahun ≥15 Tahun Jumlah Type Exposure f % f % f % Di gigit Di cakar 53 28 39,3 65,1 82 15 60,7 34,9 135 43 100 100 Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 135 orang tersangka Rabies yang
type exposurenya di gigit, proporsi terbanyak
adalah kelompok umur ≥ 15 Tahun yaitu 82
orang (60,7%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 53 orang (39,3%). Selanjutnya, dari 43 orang tersangka
Rabies yang type exposurenya di cakar,
proporsi kelompok umur yang terbanyak adalah < 15 Tahun yaitu 28 orang (65,1%)
dan terendah adalah kelompok umur ≥ 15
tahun yaitu 15 orang (34,9%).
Penularan penyakit Rabies dari hewan penderita Rabies yang menggigit, mencakar atau menjilat pada kulit yang lecet, selaput lendir mulut, selaput lendir mata, anus dan genital terhadap hewan lainnya atau ke manusia, penularan selesai sampai di manusia saja dan tidak terjadi penularan lagi antara
manusia (dead end).16
Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p (=0,003)<0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara
umur berdasarkan type exposure.
Umur Berdasarkan Jenis Hewan Penular Rabies
Tabel 12.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Hewan penular Rabies Umur <15 Tahun ≥15 Tahun Jumlah Jenis Hewan penular Rabies f % f % f % Anjing Kucing 78 3 47,3 23,1 87 10 52,7 76,9 165 13 100 100 Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa dari 165 orang tersangka Rabies yang jenis hewan penular Rabiesnya Anjing,
proporsi kelompok umur terbanyak adalah ≥
15 Tahun yaitu 87 orang (52,7%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 78 orang (47,3%). Selanjutnya, dari 13 orang tersangka Rabies yang jenis hewan
penular Rabiesnya Kucing, proporsi
kelompok umur yang terbanyak adalah ≥ 15
Tahun sebanyak 10 orang (76,9%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun sebanyak 3 orang (23,1%).
Anjing adalah sumber utama yang paling tidak terkendali yang menularkan rabies pada manusia. Anak-anak paling beresiko terhadap infeksi rabies. Karena anak-anak lebih mungkin untuk di gigit anjing, dan juga lebih mungkin berefek parah di area
8 tubuh mereka yang beresiko tinggi jika terkena gigitan. Exposure parah dari rabies membuat pencegahan dimasa depan menjadi sulit, kecuali jika akses ke perawatan medis
yang tepat tersedia.17 Menurut Subronto
(2006), gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi (99,4%), diikuti kucing (0,29%) dan hewan lain,kera serta hewan
piaraan atau liar lainnya (0,31%).9 Hasil
analisa statistik dengan uji Chi-square
diperoleh nilai p (=0,092)>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan jenis hewan penular Rabies.
Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Type
Exposure
Tabel 13.Distribusi Proporsi Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Type Exposure
Status Pemberian Vaksin Lengkap Tidak Lengkap Jumlah Type Exposure f % f % f % Di gigit Di cakar 110 37 81,5 86,0 25 6 18,5 14,0 135 43 100 100 Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa dari 135 orang tersangka Rabies yang
type exposurenya di gigit, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 110 orang (81,5%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 25 orang (18,5%). Selanjutnya, dari 43 orang tersangka Rabies
yang type exposurenya di cakar, proporsi
status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 37 orang (86,0%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 6 orang (14,0%).
Menurut Soedarto (2004), didaerah endemik kontak dengan hewan-hewan liar sedapatnya di hindari, setiap luka gigitan hewan liar harus dibersihkan dan di
desinfeksi dengan segera. Pemberian
immunoglobulin yang spesifik harus segera diberikan sesudah terjadi gigitan oleh
hewan.18 Menurut Tri (2007), kasus gigitan
anjing pada manusia diobati dengan
pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan
dalam pertimbangan tertentu diberikan
Serum Anti Rabies (SAR).10Hasil analisa
statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai
p (=0,492)>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara
status pemberian vaksin berdasarkan type
exposure.
Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Letak Gigitan
Tabel 14.Distribusi Proporsi Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Letak Gigitan
Status Pemberian Vaksin Lengkap Tidak Lengkap Jumlah Letak Gigitan f % f % f % Kepala dan Muka Dada, Perutdan Bokong Tangan dan Kaki 5 57 85 100 90,5 77,3 0 6 25 0 9,5 22,7 5 63 110 100 100 100 Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa dari 5 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di kepala dan muka, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 5 orang (100,0%) dan tidak ada pemberian vaksin yang tidak lengkap.
Dari 63 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di dada, perut dan bokong, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 57 orang (90,5%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 6 orang (9,5%).
Selanjutnya, dari 110 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di tangan dan kaki, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 88 orang (77,3%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 25 orang (22,7%).
Pengobatan pasca pajanan berupa
pengobatan luka dan pemberian
imunoglobulin, serla imunisasi. Penanganan luka merupakan bagian penting dari tata Iaksana pasca gigitan yakni mencuci luka dengan sabun, detergen, dan air yang banyak sekurang-kurangnya 10 menit. Luka dapat diberikan povidone-iodine dan alkohol 40%-70%- Bila luka cukup besar perlu dipasang keteter untuk irigasi dan jahitan hanya jahitan situasi. Pemberian anti tetanus serum dan
9 antibiotika untuk pengobatan infeksi dari luka perlu diberikan.19
Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. KESIMPULAN
a. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011 menurut umur adalah kelompok umur 2-9 tahun yaitu sebanyak 51 orang (28,7%). b. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies
di Klinik Bestari Medan tahun 2011 menurut jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 94 orang (52,8%).
c. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011 menurut letak gigitan adalah pada bagian kaki sebanyak 58 orang (32,6%).
d. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies
di Klinik Bestari Medan tahun 2011
menurut type exposure adalah di gigit
sebanyak 135 orang (75,8%).
e. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011
menurut tempat (kecamatan) adalah
kecamatan medan tuntungan sebanyak 40 orang (22,5%).
f. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011 menurut waktu (bulan) adalah bulan juni sebanyak 26 orang (14,6%).
g. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011 menurut jenis hewan penular Rabies adalah Anjing sebanyak 165 orang (92,7%).
h. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun 2011 menurut status pemberian vaksin yaitu lengkap sebanyak 147 orang (82,6%). i. Ada perbedaan proporsi umur berdasarkan
jenis kelamin tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,029<0,05.
j. Analisa statistik proporsi umur menurut
letak gigitan dengan uji chi-square tidak
memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5.
k. Ada perbedaan proporsi umur berdasarkan
type exposure pada tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,003<0,05. l. Tidak terdapat perbedaan proporsi umur
berdasarkan jenis hewan penular Rabies pada tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,092>0,05.
m.Tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara status pemberian vaksin berdasarkan type exposure dengan nilai p (=0,492)>0,05.
n. Analisa statistik proporsi status pemberian vaksin menurut letak gigitan dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5.
SARAN
a. Diharapkan Dinas Kesehatan agar
meningkatkan upaya penyuluhan kepada
masyarakat tentang Rabies dan
menganjurkan masyarakat agar segera melapor apabila di gigit, di cakar atau di jilat oleh hewan penular Rabies.
b. Diharapkan kepada klinik bestari untuk
melengkapi pencatatan data orang
tersangka Rabies (pemberian VAR, ATS
maupun SAR) serta meningkatkan
pelaporan tentang Rabies. DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta
2. Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Tahun
2006. Jakarta
3. Depkes RI. 2001. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2002. Jakarta 4. Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Rabies Di Indonesia. Jakarta
5. Zein, U. 2010. Artikel Rabies ( Rabies
Pembawa Maut).
http://umarzein.blogspot.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2012
10
6. Dirjen P2PL. 2010. Hari Rabies Sedunia
2010 diperingati di Bandung. http://sehatnegriku.com. Diakses tanggal 14 Januari 2013
7. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2012. Profil Data
Kesehatan Indonesia Tahun 2011. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 14 Januari 2013
8. Dinas Kesehatan Kota Medan (Klinik
bestari Medan). 2011. Laporan
Bulanan Klinik Bestari Medan. Medan.
9. Depkes RI. 2008. Pembagian Kelompok
Umur. Jakarta
10. Tri, B. 2007. Pencegahan dan
Pengendalian Rabies Penyakit Menular Pada Hewan dan Manusia. Kanisius. Jakarta
11. Evalina, I. 2007. Karakteristik
Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Tahun
2007. FKM USU. Medan.
12. Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit
dan Mikroba Pada Anjing dan Kucing. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
13. Aryo. 2013. Reproduksi Anjing.
http://anjingdankucing.com. Diakses tanggal 14 Januari 2013
14. Junaidi, A. 2006. Reproduksi dan
Obstetri Pada Anjing. Gajah Mada University Press. Jakarta
15. Persakmibali. 2010. Pemberian
Vaksinasi Anti Rabies Terhadap Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Secara Intradermal dan Intramuskular Di Sumatera Barat dan DKI Jakarta.
http://www.persakmibali.com. Diakses tanggal 14 Januari 2013
16. Dharmajono. 2001. Anjing
Permasalahan dan Pemecahan. PT. Penebar Swadaya Depaok. Jakarta
17. Sulaksono, S. 2013. Gejala, penularan
dan pengobatan Rabies.
http://.www.gejala penularan dan
pengobatan rabies.com. Diakses
Diakses tanggal 14 Januari 2013
18. Soedarto. 2004. Sinopsis Virologi
Kedokteran. Airlangga University Press. Surabaya
19. Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI.
2013. Penyakit Rabies.
http://www.immunindo.com. Diakses Diakses tanggal 14 Januari 2013 Pukul 09:20 WIB