• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KELURAHAN CEMPAKA PUTIH

KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Disusun Oleh:

HANIK FITRIA CAHYANI NIM: 109104000048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v Nama : Hanik Fitria Cahyani

Tempat, Tgl lahir : Ponorogo, 17 Mei 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Magetan RT 03 RW 02 Desa Sukosari,

Kec. Babadan, Kab. Ponorogo Jawa Timur 63491

Hp : 085718485191

Email : hanik.fitria@gmail.com / bmind17@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK RA Muslimat Raudlatul Thalibin Sukosari (1995-1997)

2. SDN 3 Sukosari (1997-2003)

3. SMPN 3 Unggulan Peterongan Jombang (2003-2006) 4. SMA Darul Ulum 2 BPPT RSBI Jombang (2006-2009) 5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)

Pengalaman Pelatihan, Seminar, Workshop, dan Talk Show:

1. Talk Show “Bergerak cegahHIV/AIDS!!” Tahun 2009

2. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya di Indonesia” Tahun 2009

3. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada

Tahun 2009

4. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era

(7)

vi 6. Pelatihan Kesekretariatan Tahun 2010

7. Simposium Nasional “Perspektif Islam dalam Membangun Karakter Bangsa pada Era Milenium Kesehatan” Tahun 2010

8. Seminar Profesi “Keperawatan Islami, Penerapan dalam Praktek dan Kurikulum Pendidikan Perawat di Indonesia” Tahun 2010

9. Seminar Profesi “Thinking Before Eating” Tahun 2011 10. Workshop “Disaster Management” Tahun 2011

11. Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks

Berbasis Pasien Safety” tahun 2012

12. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health

Tahun 2012

13. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Profesi Keperawatan” Tahun 2012

14. Seminar Nasional “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation and

(8)

vii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, November 2013

Hanik Fitria Cahyani, NIM: 109104000048

Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur xix + 100 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 2 singkatan + 8 lampiran

ABSTRAK

Shalat merupakan suatu ibadah yang diwajibkan kepada orang Islam. Shalat dapat menjadi sebuah meditasi yang dapat menimbulkan respon relaksasi. Relaksasi dapat mempengaruhi tekanan darah pasien hipertensi namun belum diketahui apakah relaksasi shalat dapat menurunkan tekanan darah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shalat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan

cross-sectional yang dilakukan pada 45 pasien hipertensi usia ≥ 45 tahun pada bulan Juli-Agustus 2013. Pengumpulan data menggunakan kuesioner shalat dan tensimeter. Hasil uji instrument penelitian didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,815 untuk shalat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki hipertensi grade 1 (ringan) sebesar 23 responden (51,1%) untuk tekanan darah sistole dan 16 responden (35,6%) untuk tekanan darah diastole dengan rata-rata nilai skor shalat sebesar 49,64. Hasil uji statistik menggunakan uji spearmen rank

dengan α = 0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara shalat dengan tekanan darah systole dan diastole pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan p value = 0,000 nilai (r) = -0,524 untuk tekanan darah sistole dan p value = 0,023 nilai (r) = -0,338 untuk tekanan darah diastole. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai skor shalat, maka semakin rendah nilai tekanan darah sistole dan diastole. Berdasarkan penelitian ini, posbindu dapat memberikan informasi kepada para pasien hipertensi bahwa shalat dapat dikombinasikan dengan obat dalam menurunkan atau mengontrol tekanan darah.

(9)

viii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, November 2013

Hanik Fitria Cahyani, NIM: 109104000048

The Relation of Prayers and Blood Pressure of Patients with Hypertension in Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur xix + 100 pages + 14 tables + 2 charts + 2 abbreviations + 8 attachments

ABSTRACT

Prayers is a ritual that obligated to every muslim. Prayers can be a meditation to induce relaxation response. Relaxation can affect patient’s blood pressure with hypertension but it is not known yet whether the prayers relaxation can reduce blood pressure.

This study is intended to recognize the relation of prayers and blood pressure of patients with hypertension in Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. The study used quantitative method with cross-sectional approach. Data are gathered from 45 patients with hypertension at age more than 45 years old in July-August 2013, using prayers questionnaire and tensimeter. The level of reliability obtained for prayers is 0,815.

The result of this study showed that the majority of respondents are with hypertension grade 1 (moderate) among 23 respondents (51,1%) for systole blood pressure and 16 respondents (35,6%) for diastole blood pressure with average of prayers score of respondents are 49,64. Spearmen rank statistical test showed α = 0,05 which meant that there is a significant corelation between prayers and both systole and diastole blood pressure among patients with hypertension in Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur where p value = 0,000 value (r) = 0,524 for systole blood pressure and p value = 0,023 value (r) = -0,338 for diastole blood pressure. This means that the higher prayers scores, the lower the value of systole and diastole blood pressure. Based on this research, Posbindu can provide information to patients with hypertension that prayer can be combined with drugs in reducing or controlling blood pressure.

(10)

ix Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ajaran kebenaran yaitu Islam.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ita Yuanita, S. Kp., M. Kep., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan banyak memberikan saran demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.

(11)

x

6. Para penguji (Ibu Maftuhah, S. Kp., M. Kep., Ph.D dan Ibu Ernawati, S. Kp., M. Kep, Sp. KMB) yang telah banyak memberikan masukan dalam memperbaiki skripsi ini.

7. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami selaku mahasiswa.

8. Departemen Agama yang telah memberikan kesempatan untuk berkuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Posbindu Karang Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur yang telah mengizinkan serta membantu peneliti untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas.

10. Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yang telah mengizinkan peneliti dalam melakukan penelitian di tempat ini.

11. Kedua Orang Tua saya (Abi H. Masduki Ashar dan Ummi Hj. Muthi’anah) yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan, semangat dan do’a yang tak pernah berhenti demi kelancaran dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini. 12. Saudara laki-lakiku, “Ria’s Brothers” (Mas Bahrul, Mas Mukhtar dan Dek Burhan) yang telah memotivasi untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(12)

xi

Dengan memohon do’a kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan, November 2013

(13)

xii

JUDUL HAL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan umum ... 7

2. Tujuan khusus ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

(14)

xiii

3. Pengukuran Tekanan Darah ... 12

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengukuran ... 13

B. Hipertensi ... 14

1. Definisi ... 14

2. Klasifikasi ... 15

3. Etiologi ... 16

4. Patofisiologi ... 16

5. Manifestasi ... 18

6. Komplikasi ... 18

7. Penatalaksanaan ... 20

C. Meditasi ... 26

1. Definisi ... 26

2. Macam-Macam Meditasi ... 26

3. Manfaat Meditasi ... 27

D. Shalat ... 27

1. Definsi ... 27

2. Kedudukan dan Keutamaan Shalat ... 28

3. Macam-Macam Shalat Wajib dan Waktunya ... 30

4. Syarat-Syarat Wajib Shalat ... 31

5. Syarat-Syarat Sah Sholat ... 32

6. Rukun Shalat ... 37

7. Sunnah-Sunnah Shalat ... 40

8. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat ... 44

E. Khusyuk ... 45

1. Definisi Khuyuk ... 45

2. Kriteria Khusyuk ... 46

3. Anjuran Khusyuk dalam Shalat ... 47

4. Unsur-Unsur Khusyuk dalam Shalat ... 48

F. Penelitian Terkait ... 50

(15)

xiv

A. Kerangka Konsep ... 54

B. Hipotesis ... 55

C. Definisi Operasional... 56

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A. Desain Penelitian ... 57

B. Populasi dan Sampel ... 57

C. Teknik Pengambilan Sampel... 58

D. Pengumpulan Data ... 59

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 60

G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 64

H. Tahapan Penelitian ... 66

I. Pengolahan Data... 68

J. Analisa Data ... 69

K. Etika Penelitian ... 71

BAB V HASIL PENELITIAN ... 74

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 74

B. Karakteristik Responden ... 75

C. Analisa Univariat ... …... 76

1. Distribusi Skor Shalat pada PasienHipertensi ... 76

a. Distribusi Skor pada Masing-Masing Aspek Shalat ... 77

2. Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) ... 78

3. Distribusi Tekanan Darah Diastole (TDD) ... 79

D. Analisa Bivariat ... 80

(16)

xv

1. Jenis Kelamin ... 83

2. Umur ... 84

3. Suku ... 86

4. Pendidikan ... 86

B. Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah ... 87

C.Keterbatasan Penelitian ... 97

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A.Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

(17)

xvi

1. Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH ... 15

2. Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7 ... 15

3. Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 56

4. Tabel 4.1 Distribusi Pernyataan Kuesioner Shalat... 63

5. Tabel 4.2 Skor Skala Likert ... 63

6. Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Shalat ... 65

7. Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Nilai r ... 70

8. Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur, Suku dan Pendidikan ... 75

9. Tabel 5.2 Distribusi Skor Shalat ... 76

10. Tabel 5.3 Distribusi Skor Aspek Shalat ... 77

11. Tabel 5.4 Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) ... 78

12. Tabel 5.5 DistribusiTekananDarah Diastole (TDD) ... 79

13. Tabel 5.6 Analisa Hubungan Shalat dengan TDS dan TDD... 80

(18)

xvii

(19)

xviii

(20)

xix 1. Lampiran 1 Lembar Informed Consent 2. Lampiran 2 Instrumen Penelitian 3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas 4. Lampiran 4 R Tabel

5. Lampiran 5 Hasil Penelitian

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup dominan di dunia, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Data

World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penderita hipertensi secara umum pada orang dewasa berusia 25 tahun dan lebih adalah sekitar 40%. Hipertensi juga diperkirakan mampu menyebabkan 7,5 juta kematian dan sekitar 12,8% dari seluruh kematian. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat diperkirakan 33,8% penduduknya menderita hipertensi dengan perbandingan laki-laki sekitar 34,8% dan perempuan sekitar 32,8% (WHO, 2011). Negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi pasien hipertensi menurut Departemen Kesehatan adalah sekitar 31,7%, dimana hanya 7,2% dari 31,7% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (Depkes, 2012).

(22)

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi penyakit lain yang berbahaya jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat. Diantara komplikasi hipertensi yang berbahaya meliputi penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Kedua penyakit ini menyumbangkan angka mortalitas yang tinggi bagi penduduk dunia. WHO memperkirakan PJK dapat menyebabkan 7,3 juta kematian dan stroke dapat menyebabkan 6,2 juta kematian. Penting bagi penderita untuk selalu mengontrol tekanan darahnya agar tidak terjadi komplikasi yang berbahaya ini, apalagi bagi penderita yang tidak menyadari kalau dirinya memiliki tekanan darah tinggi. Kebanyakan penderita baru menyadari setelah mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal ataupun penyakit-penyakit lain yang dampaknya sulit untuk disembuhkan (Misbach, 2007).

Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien hipertensi dapat dicegah dengan intervensi yang mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Intervesi yang dilakukan dapat berupa intervensi farmakologis dan nonfarmakologis. Intervensi farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik, penyekat saluan kalsium, ACE inhibitor, β-bloker, α-bloker, serta vasodilator arteriol yang fungsinya untuk menurunkan

kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau Total Peripheral Resistance

(23)

Teknik relaksasi memiliki efek yang sama dengan obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah. Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot dalam tubuh ini akan menyebabkan kadar norepinefrin dalam darah menurun (Mills, 2012). Otot-otot yang rileks ini menyebarkan stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia benar-benar merasakan ketenangan dan kenyamanan. Situasi itu akan menekan sistem saraf simpatik sehingga produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam darah menurun. Penurunan kadar norepinefrin dan epinefrin dalam darah menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah pun akan menurun sehingga tekanan darah ikut menurun (Elzaky, 2011).

(24)

Ibadah merupakan suatu aktivitas keagamaan yang dapat menimbulkan respons relaksasi melalui keimanan (Benson & Proctor, 2000). Keimanan akan menyebabkan seseorang selalu berzikir (ingat kepada allah). Kemudian zikir akan menimbulkan rasa tenang dan tentram dalam hati, sehingga menghilangkan rasa gelisah, putus asa, ketakutan, kecemasan dan duka cita (Tebba, 2008). Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi, “Sungguh beruntung orang-orang

yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (al-Mu’minun/23: 1-2).

Ibadah kepada Allah akan mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa bagi orang yang melakukannya. Semakin seseorang dekat dengan Allah dan semakin banyak mengerjakan ibadah maka akan semakin tentram jiwanya (Sholeh, 2008). Salah satu bentuk ibadah itu adalah mengerjakan shalat dengan khusyuk (Tebba, 2008). Elzaky (2011) menjelaskan bahwa khusyuk dalam shalat dapat menjadi sebuah meditasi dengan tingkatan yang paling tinggi. Dikatakan tingkatan meditasi yang paling tinggi karena khusyuk dalam shalat tidak hanya melibatkan pemusatan pikiran, tetapi juga melibatkan pemikiran yang mendalam serta gerakan-gerakan tubuh yang tidak dilakukan pada saat meditasi.

(25)

-gerakan shalat; hetero atau auto sugesti dalam bacaan shalat; group-therapy

dalam shalat jama’ah, dan hydro therapy dalam wudhu sebelum shalat

(Wibisono, 2006).

Shalat merupakan suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berdasarkan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu. Shalat tidak hanya mengandung nilai spiritual tetapi juga mempunyai aktivitas fisiokal, mengendorkan badan dan jiwa dari segala ketegangan serta menumbuhkan perasaaan kedamaian dan kepuasan (Wibisono, 2006). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah al-Ma’arij/70: 19-22 berikut ini:

                          

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila

ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia

amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat”.

Dalam suatu hadits juga disebutkan: ketika Rasulullah diterpa masalah dan kepenatan, beliau bersabda:

ةاَّلاب انحرا لالب اي “Tentramkanlah kita dengan shalat, wahai Bilal.” (HR Abu Dawud dan

Ahmad)

(26)

yang dapat menentramkan jiwa, sebagaimana telah diyakini dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun penelitian-penelitian yang terkait belum banyak dilakukan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang pasien hipertensi, 8 di antaranya mengatakan bahwa mereka merasakan ketenangan setelah selesai melaksanakan shalat dan 2 orang lainnya mengatakan tidak ada perubahan apa-apa (biasa saja). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di

Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur” yang di dasarkan pada teori yang mengatakan bahwa kondisi rileks (tenang) dapat menurunkan tekanan darah.

B. Perumusan Masalah

(27)

Shalat merupakan suatu sistem ibadah yang dapat menimbulkan respons relaksasi. Shalat memiliki kemampuan untuk mengurangi kecemasan karena di dalamnya terdapat unsur meditasi atau do’a yang teratur minimal lima kali sehari dan unsur relaksasi melalui gerakan-gerakan shalat (Wibisono, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Adakah hubungan antara shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. 2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a) Mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi

b) Mengidentifikasi intensitas shalat pada pasien hipertensi c) Mengidentifikasi nilai tekanan darah pada pasien hipertensi

(28)

e) Mengetahui hubungan antara masing-masing aspek dalam shalat dengan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada pasien hipertensi

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Klien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pasien hipertensi yang beragama Islam untuk dapat mengontrol tekanan darahnya melalui aktivitas keagamaan seperti shalat, sebagai penunjang dalam pengobatan non farmakologi.

2. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan tentang keterkaitan hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi bagi semua mahasiswa keperawatan, khususnya pada mahasiswa keperawatan Muslim sebagai sumber ilmu dan informasi. 3. Bagi Profesi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat positif dalam usaha mengembangkan profesi keperawatan melalui informasi baru tentang intervensi keperawatan dengan pendekatan spiritual, yaitu tentang hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(29)

F. Ruang Lingkup

(30)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tekanan Darah 1. Definisi

Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika melewati dinding arteri. Tekanan darah dicatat dalam dua angka, tekanan sistolik (ketika jantung kontraksi) dan tekanan diastolik (ketika jantung dilatasi). Pencatatan angka sistolik di atas angka diastolik (Aziza, 2007).

Gunawan (2001) menyebutkan tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik (tekanan ketika jantung menguncup) dan tekanan darah diastolik (tekanan darah ketika jantung kembali meregang). Tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik.

2. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tekanan Darah

Kozier dan Erb (2009) menyebutkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu:

a. Umur

(31)

pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.

b. Jenis Kelamin

Perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi.

c. Olahraga

Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk mendapatkan pengkajian yang dapat dipercaya dari tekanan darah saat istirahat, tunggu 20-30 menit setelah olahraga.

d. Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah.

e. Stres

Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan vasokonstriksi arteriol sehingga meningkatkan nilai tekanan darah.

f. Ras

Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama. g. Obesitas

(32)

3. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (Smeltzer, 2001).

a. Metode langsung

Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan (ekimosis) bila jarum lepas dan tromboplebitis.

b. Metode tidak langsung

Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer, 2001).

(33)

dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer, 2001).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut bunyi akan menghilang (Smeltzer, 2001).

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengukuran Tekanan Darah Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa rincian penting yang harus diperhatikan agar pengkajian tekanan darah dapat benar-benar akurat:

a. Ukuran manset harus sesuai untuk pasien

b. Manset dipasang dengan benar pada lengan dan balon manset harus berada di tengah di atas artei brakialis

(34)

d. Pencatatan awal harus dilakukan pada kedua lengan, pengukuran selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi

e. Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah harus dicatat, misalnya RA (Right Arm) untuk lengan kanan

f. Palpasi takanan sistolik sebelum auskultasi dapat membantu mengetahui dengan segera adanya gap auskulatori (penghilangan bunyi sementara pada saat auskultasi)

g. Pasien diminta tidak berbicara selama pengukuran tekanan darah karena dapat meningkatkan frekuensi jantung.

B.Hipertensi 1. Definisi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Pada hipertensi biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik (Ruhyanudin, 2006).

(35)

2. Klasifikasi

[image:35.612.133.507.155.608.2]

Klasifikasi hipertensi diperlukan untuk memudahkan diagnotis dan terapi atau penatalaksanaan hipertensi (Gunawan, 2001). Klasifikasi hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut WHO-ISH

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi Grade 1 (Ringan) Sub-grup: Perbatasan

140-159 140-149

90-99 90-94 Hipertensi Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109 Hipertensi Grade 3 (Berat) ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi sistol terisolasi

Sub-grup: Perbatasan

≥ 140 140-149

< 90 < 90

Sumber: WHO-ISH 1999, Guidelines for the Management of Hypertension.

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC 7

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi stadium 2 ≥ 160 ≥ 100

(36)

3. Etiologi

Hipertensi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan dari penyebabnya (Aziza, 2007):

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu hipertensi yang penyebab/etiologinya tidak jelas. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stres emosi, obesitas dan lain-lain.

b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang ditemukan adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormone epinephrine dan norepinefrin.

4. Patofisiologi

(37)

dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.

(38)

5. Manifestasi

Tanda dan gejala yang dapat timbul pada pasien hipertensi yaitu:

a. Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya: pusing, melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian maupun seluruh bagian

b. Pandangan mata kabur/tidak jelas bahkan dapat langsung buta c. Mual muntah

d. Pada pemeriksaan diperoleh nilai takanan darah tinggi (≥140/90 mmHg), dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti penyempitan pembuluh darah, perdarahan, edema pupil

e. Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel untuk berkontraksi

f. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke

g. Langsung komplikasi yang berat, seperti sesak napas hebat; kaki bengkak (akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak (stroke) (Aziza, 2007; Smeltzer, 2001).

6. Komplikasi

Penderita hipertensi berisiko untuk menderita penyakit lain. Dalimartha, at al. (2008) menyebutkan beberapa penyakit yang dapat timbul akibat dari hipertensi, diantaranya sebagai berikut:

a. Penyakit jantung koroner

(39)

pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung.

b. Gagal jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tandanya adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.

c. Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Aada dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.

d. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu

nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna

(40)

menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

7. Penatalaksanaan

Intervensi atau penatalaksanaan untuk pasien hipertensi ada dua macam, yaitu intervensi farmakologis dan intervensi nonfarmakologis (Corwin, 2009).

a. Intervensi farmakologis, yaitu intervensi dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi.

Terapi dengan obat antihipertensi dimulai pada pasien dengan tekanan darah sistol ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 100 mmHg yang menetap. Target tekanan darah adalah <130/<80 mmHg. Penggunaan satu dari lima obat berikut menunjukkan penurunan kasus kardiovaskuler pada pasien hipertensi sehingga dapat dijadikan monoterapi lini pertama untuk pasien hipertensi. Kelima obat tersebut adalah diuretik tiazid, beta blocker, penghambat angiotensin converting enzyme (ACEI), calcium channel blocker (CCB), dan angiotensin receptor blocker (ARB) (Aziza, 2007).

1) Diuretik

Diuretik bekerja dengan menghambat resorpsi Natrium Chlorida

(41)

dosis rendah seperti hydrochlorthiazid (HCT) direkomendasikan sebagai terapi awal hipertensi.

2) Penghambat adrenergik

Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol. Beta blocker bekerja dengan menurunkan denyut jantung dengan menurunkan curah jantung dan kontraktilitas otot jantung, menghambat pelepasan rennin ginjal, dan meningkatkan sensitivitas barorefleks.

Alfa-blocker bekerja menurunkan aliran balik vena tetapi tidak menyebabkan takikardia. Curah jantung tetap atau meningkat dan volume plasma biasanya tidak berubah. Karena efek antihipertensi

alfa-blocker didasarkan pada vasodilatasi arteriol perifer, maka lebih efektif pada pasien dengan aktivitas simpatis kuat. Penggunaan alfa-blocker dengan masa kerja lama seperti doxazosin sebelum tidur efektif untuk mencegah peningkatan tekanan darah di pagi hari.

3) ACE Inhibitor

Obat ini menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga mengganggu sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA). Aktivitas rennin plasma meningkat, kadar angiotensin II dan aldosteron menurun, volume cairan menurun dan terjadi vasodilatasi.

(42)

4) Calcium Channel Blocker (CCB)

CCB menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal lambat di jaringan otot polos skuler dan menyebabkan relaksasi arteriol dalam tubuh. CCB berguna untuk terapi semua derajat hipertensi.

5) Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

ARB bekerja seperti ACE-I, yaitu mengganggu sistem RAA. Golongan ini menghambat ikatan angiotensin II pada salah satu reseptornya. ARB lebih aman dan tolerable dibandingkan ACE-I (Aziza, 2007).

b. Intervensi nonfarmakologis, yaitu dengan modifikasi pola hidup.

Mengikuti pola hidup yang sehat penting untuk pencegahan hipertensi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tatalaksana hipertensi. Kombinasi dua atau lebih pola hidup akan memberikan hasil yang lebih baik. Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa modifikasi pola hidup, diantaranya adalah:

1) Penurunan berat badan

(43)

sebagian besar pasien hipertensi dan memiliki efek menguntungkan terhadap faktor risiko DM, hiperlipidemia, dan LVH.

2) Pembatasan alkohol

Efek samping asupan alkohol yang berlebihan ( >14 gelas per minggu untuk laki-laki dan lebih dari 9 gelas per minggu untuk perempuan) terbukti memperburuk hipertensi. Alkohol mengurangi efek obat antihipertensi namun efek tersebut reversible dalam 1-2 mingggu dengan moderation of drinking sekitar 80%. Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 3 mmHg dan tekanan darah diastolik 2 mmHg. Pasien hipertensi yang minum alkohol harus disarankan untuk membatasi konsumsi; tidak lebih dari 20-30 gram alkohol setiap hari untuk laki-laki dan tidak lebih dari 10-20 gram untuk perempuan (Aziza, 10-2007).

3) Pengurangan asupan natrium

(44)

4) Penghentian rokok

Merokok dihubungkan dengan efek pressor, dengan peningkatan tekanan darah sekitar 107 mmHg pada pasien hipertensi 15 menit setelah merokok dua batang. Efek itu semakin kuat jika minum kopi. Selain itu, merokok juga menurunkan efek antihipertensi beta blocker. Oleh karena itu semua pasien hipertensi yang merokok harus mendapatkan konseling (Aziza, 2007).

5) Olahraga/Aktivitas fisik teratur

Olahraga dinamis sedang (30-45 menit, 3-4 kali/minggu) efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan orang normotensi pada umumnya. Olahraga aerobik teratur seperti jalan cepat atau berenang dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9 mmHg. Olahraga ringan lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah daripada olahraga yang memerlukan banyak tenaga, misalnya lari atau jogging dapat menurunkan tekanan darah sistolik kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga isometrik seperti angkat berat dapat mempunyai efek stresor dan harus dihindari (Aziza, 2007). 6) Relaksasi

(45)

keadaan rileks atau tenang. Dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan TPR (Corwin, 2009).

Teknik relaksasi sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik relaksasi fisik dan teknik relaksasi mental. Adapun yang termasuk teknik relaksasi fisik antara lain: pernapasan diafragma, relaksasi otot progresif (PMR), pelatihan otogenik dan olahraga. Sedangkan yang termasuk teknik relaksasi mental yaitu meditasi dan imajinasi mental (National Safety Council, 1994 dalam Widyastuti, 2003). Miltenberger (2004) mengemukakan bahwa ada empat macam relaksasi, yaitu: relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan diafragma (diaphragmatic breathing), meditasi (attention-focussing exercises), dan relaksasi perilaku (behavioral relaxation training).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwardianto dan Erlin (2011) menyebutkan bahwa relaksasi napas dalam (deep breathing)

(46)

C.Meditasi 1. Definisi

Meditasi adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu (Susanto dan Putra, 2010). Sedangkan Iskandar dan Novianto (2008) mendefinisikan meditasi sebagai latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental dan spiritual seseorang dimana tujuan utamanya adalah mencapai penyatuan kembali dengan Sang Maha Pencipta. 2. Macam-Macam Meditasi

Menurut Susanto dan Putra (2010), meditasi diklasifikasikan menjadi lima macam sebagai berikut:

a. Meditasi konsentrasi (concentration meditation)

Meditasi konsentrasi adalah dasar bagi meditasi yang lain. Lewat kekuatan konsentrasi, kita membangun kemampuan untuk mengatasi gangguan dan untuk tetap memusatkan mental. Kekuatan pikiran yang terkonsentrasi dapat difokuskan secara efektif untuk meningkatkan dan memperdalam wawasan ke tema meditasi lain atau tujuan tertentu. Adapun prinsip dasar untuk setiap jenis latihan meditasi itu sama, yaitu setiap kali pikiran mengembara maka kembalikan lagi ke awal, ke objek yang dimeditasikan. b. Meditasi kesadaran (mindfulness meditation)

(47)

kedalaman langit malam, mengagumi keindahan alam, atau sepenuh hati mendengarkan jawaban dari do’a kita.

c. Meditasi kreatif (creative meditation)

d. Meditasi reflektif (reflektif meditation)

e. Meditasi yang berpusat pada hati (heart-centered meditation)

3. Manfaat Meditasi

Elzaky (2011) menyebutkan beberapa manfaat meditasi yang diperoleh dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, diantaranya yaitu:

a. Menguatkan daya pikir dan memori b. Meningkatkan kreativitas

c. Melatih kesabaran

d. Melindungi jantung dari gangguan dan penyakit

e. Mengatasi kegelisahan, stress, trauma, depresi, dan gangguan kejiwaan lain f. Meningkatkan kepercayaan diri

g. Membantu penyembuhan luka

h. Pemusatan pikiran yang dilakukan dalam meditasi dapat menurunkan tekanan darah sehingga jantung terbebas dari kelelahan dan tekanan.

D.Shalat 1. Definisi

Kata shalat dalam bahasa Arab memiliki beberapa pengertian. Diantaranya adalah do’a, rahmat, dan mohon ampun (Al-Mahfani, 2008). Para ulama juga

(48)

berarti pujian yang baik (bagi Allah), sedangkan bagi makhluk (malaikat, manusia, dan jin) shalat berarti do’a (Elzaky, 2011), sebagaimana terungkap dalam firman Allah Surah al-Ahzab/33: 56 berikut:

                   

”Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya shalat (yushalluna) kepada

Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, shalatlah kamu untuk nabi dan

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Sedangkan dalam pengertian ilmu fikih, shalat adalah ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir (Allahu Akbar) dan diakhiri dengan salam (Assalamu’alaikum wa rahmatullah), serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan (Abdurrahman, 2006).

2. Kedudukan dan Keutamaan Shalat

(49)

mendirikan shalat dan begitu juga keluargaku. Ya Allah, terimalah dari kami

dan terimalah do’a kami.”

Allah swt. juga berfirman:

              

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya

yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.” (Q.S. al-Baqarah/2: 45)

Shalat memiliki keutamaan dan faedah yang besar untuk menciptakan kesehatan dan ketenangan jiwa. Shalat dapat meneguhkan dan menyucikan hati serta melapangkan dada. Sebab ketika mendirikan shalat, hati seorang hamba tersambung kepada Allah (Elzaky, 2011). Wadji dan Rahmani (2009) juga mengatakan bahwa jiwa menemukan kelapangan yang sempurna, jauh dari ketegangan dan tekanan, serta gejolak emosi dapat dikendalikan ketika seseorang menjalankan shalat. Sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Baqarah/2: 277 berikut:

                                 

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,

mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi

Tuhannya. Mereka tidak cemas dan tidak (pula) bersedih hati.”

(50)

hati. Shalat juga bisa melindungi keduanya dari materi-materi yang berbahaya. Jika ada dua orang, maka yang paling rentan terjangkit penyakit, musibah, keburukan, cobaan, dan kesulitan adalah orang yang paling sedikit shalatnya. Sebaiknya, orang yang lebih banyak shalatnya akan lebih selamat dan lebih sehat.”

Rasulullah saw. juga bersabda, “Apa pendapatmu jika sebuah sungai berada di depan rumah salah seorang dari kalian, kemudian ia mandi

sebanyak lima kali setiap hari, apakah tersisa kotoran darinya?” Para sahabat menjawab, “Tentu tidak tersisa sedikit pun.”. Rasul bersabda, “Demikianlah

perumpamaan shalat. Ia berfungsi sebagai penggugur dosa dan kesalahan.”

(Muttafaq „Alaih)

3. Macam-Macam Shalat Wajib dan Waktu Pelaksanaannya

Shalat yang fardhu atau diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang baligh dan berakal ada lima, yang sering juga disebut sebagai shalat lima waktu, yaitu: a. Shalat Shubuh

Shalat shubuh terdiri dari dua rakaat. Waktunya dimulai dari terbitnya fajar kedua sampai terbit matahari.

b. Shalat Zuhur

(51)

c. Shalat Asar

Shalat Asar terdiri dari empat rakaat. Waktunya mulai dari habisnya shalat Zuhur; bayang-bayang sesuatu lebih dari pada panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika matahari sedang menonggak, sampai tebenam matahari.

d. Shalat Maghrib

Shalat maghrib terdiri dari tiga rakaat. Waktunya mulai dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq merah (cahaya putih yang muncul setelah hilangnya cahaya merah matahari).

e. Shalat Isya

Shalat Isya terdiri dari empat rakaat. Waktunya dimulai dari terbenamnya syafaq merah (sehabis waktu Maghrib) sampai terbit fajar (Rasyid, 2007; Zurinal dan Aminuddin, 2008).

4. Syarat-Syarat Wajib Shalat

Syarat-syarat wajib shalat adalah sebagai berikut: a. Islam

Shalat diwajibkan hanya kepada orang Islam. Selain muslim tidak diwajibkan untuk mengerjakan shalat, kalau dikerjakan pun shalatnya tidak sah.

b. Suci dari haidh dan nifas c. Berakal

(52)

d. Baligh (dewasa)

Baligh maksudnya telah dewasa, dengan salah satu tanda berikut: 1) Berumur lima belas tahun atau lebih

2) Telah keluar air mani bagi anak laki-laki 3) Telah mimpi bersetubuh, atau

4) Mulai keluar haidh bagi wanita

e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah saw. kepadanya)

Pada masa sekarang dakwah dapat diperoleh dari orang tua, guru, maupun media massa.

f. Melihat atau mendengar

Seseorang wajib melaksanakan shalat setelah mendengar atau melihat dakwah Islam melalui media, sehingga ia mengetahui kewajibannya untuk melaksanakan shalat.

g. Jaga

Maksudnya adalah orang tidur, lupa, atau gila tidak berkewajiban untuk melaksanakan shalat, sampai ia bangun, ingat, atau sembuh dari penyakit gilanya (Rasyid, 2007; Zurinal dan Aminuddin, 2008).

5. Syarat-Syarat Sah Shalat

Wajdi dan Rahmani (2009) menjelaskan beberapa syarat sah shalat sebagai berikut:

a. Suci dari hadats (baik hadats besar maupun hadats kecil)

(53)

1) Wudhu

a) Pengertian Wudhu

Secara harfiah kata al-Wudlu berarti kebersihan, kebaikan, dan kerapian (Elzaky, 2011). Dalam pengertian syariat, wudhu adalah bersuci dengan menggunakan air pada anggota tubuh tertentu, berdasarkan tata cara tertentu, dan dimulai dengan niat (Wajdi dan Rahmani, 2009).

Sangkan (2006) menerangkan bahwa wudhu merupakan prosesi ibadah yang dipersiapkan untuk membersihkan jiwa agar mampu melakukan kesambungan komunikasi dengan Allah Yang Maha suci. Oleh sebab itu wudhu harus dilakukan sebagaimana halnya melakukan shalat, karena wudhu merupakan prosesi pembersihan jiwa yang dituntun oleh Rasulullah saw.

b) Syarat-Syarat Sah Wudhu

Adapun syarat-syarat sah wudhu adalah sebagai berikut: i. Islam

ii. Berakal, sehingga tidak sah wudhu yang dilakukan oleh orang gila.

iii. Tamyiz, sehingga tidak sah wudhu seorang anak kecil yang belum mencapai usia tamyiz. Biasanya seorang anak mencapai usia tamyiz pada umur 7 tahun.

iv. Niat

(54)

vi. Bersih atau tuntas dari segala hadats yang mewajibkan bersuci, seperti kencing, buang air besar, atau kentut.

vii. Tidak ada penghalah indrawi yang menahan sampainya air pada bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu, misalnya cat yang menempel pada bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu. Semua benda yang menghalangi itu harus dibuang terlebih dahulu sehingga air menyentuh atau membasuh bagian tubuh yang harus dibasuh dalam wudhu (Elzaky, 2011).

c) Tata Cara Wudhu

Kesempurnaan shalat sangat tergantung kepada kesempurnaan wudhunya. Sebab shalat seseorang tidak akan sah jika wudhunya sendiri tidak sah. Shalat tidak akan sempurna jika wudhunya tidak sempurna. Jika wudhunya tidak dalam keadaan ingat kepada Allah (lalai) maka wudhunya tidak memberikan dampak apa-apa kepada jiwa kecuali hanya tubuhnya basah terkena air (Sangkan, 2006).

Rasulullah saw. besabda:

“Apabila engkau hendak shalat, sempurnakanlah wudlumu, kemudian menghadaplah ke kiblat.” (HR Muslim)

Wajdi dan Rahmani (2009) menjelaskan tentang tata cara wudhu sesuai dengan tuntunan Nabi sebagai berikut:

i. Membaca basmalah ketika membasuh dua telapak tangan (termasuk sunnah wudhu)

(55)

iii. Menghirupkan air ke hidung sebanyak tiga kali (sunnah wudhu)

iv. Membasuh muka, mulai dari tempat tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah dan antara telinga kanan hingga telinga kiri sambil niat wudhu. Tindakan ini hukumnya wajib dilakukan (termasuk rukun). Dan sunnah untuk diulang sebanyak tiga kali.

v. Niat untuk berwudlu, wajib hukumnya (termasuk rukun). Niat dilakukan bersamaan dengan membasuh muka.

vi. Membasuh dua tangan, mulai dari telapak dan lengan sampai siku. Tindakan ini termasuk rukun wudhu. Sunnah untuk diulang tiga kali.

vii. Mengusap bagian kepala, baik kulit atau rambut. Merupakan rukun wudhu. Sunnah untuk diulang sebanyak tiga kali. viii. Mengusap dua telinga bagian luar dan dalam menggunakan

air baru (sunnah wudhu).

ix. Membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali mulai dari ujung jari-jari hingga mata kaki atau lebih (rukun wudlu).

x. Tertib atau mengerjakan lima rukun wudhu secara berurutan. Merupakan bagian dari rukun wudhu.

(56)

اإ ـلإ ا أ د شأ

ل سر دبع اد ح أ د شأ ل كيرش ا دح ها

.

ير ط لا ي عجا يبا لا ي عجا لا

.

،كد حب لا ك حبس

، أ اإ ـلإ ا أ د شأ

كيلإ

أ كرفغ سأ

.

b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis

Najis yang sedikit atau yang sukar menjaganya seperti nanah, bisul, darah khitan, dan darah berpantik yang ada di tempatnya diberi keringanan unttuk dibawa shalat (Zurinal dan Aminuddin, 2008).

c. Menutup aurat

Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit. Adapun aurat laki-laki adalah antara pusat sampai lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali muka dan kedua telapak tangan (Rasyid, 2007).

d. Mengetahui masuknya waktu shalat

Shalat dikatakan sah apabila dilaksanakan pada waktu yang telah ditetapkan dan apabila melaksanakan shalat sebelum atau sesudah waktu tersebut, maka shalatnya tidak sah, kecuali ada alasan menurut syara’ (Zurinal dan Aminuddin, 2008).

e. Menghadap ke kiblat (ka’bah)

(57)

6. Rukun Shalat

Rukun shalat yang disepakati oleh seluruh ulama fiqih ada tiga belas, yaitu: a. Niat

Niat yaitu menyengaja melakukan shalat karena mengikuti perintah Allah supaya diridhai-Nya. Dan yang terpenting dalam niat adalah kehendak hati yang dilakukan secara sengaja dan dengan ikhlas, tanpa paksaan dari pihak manapun, kecuali semata-mata mengharapkan ridha Allh swt. (Zurinal dan Aminuddin, 2008).

b. Berdiri tegak

Bagi orang yang kuasa, berdiri dalam melaksanakan shalat fardhu merupakan salah satu rukun yang harus dilaksanakan. Sedangkan bagi orang-orang yang lemah, tidak diharuskan dengan berdiri, bisa dilakukan dengan duduk, berbaring, telentang, atau bahkan dengan isyarat, sesuai dengan kemampuan orang yang akan shalat (Zurinal dan Aminuddin, 2008). c. Takbiratul Ihram (membaca Allahu Akbar)

(58)

d. Membaca surat Al-Fatihah setiap rakaat Rasulullah saw bersabda:

“Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat Faatihah.” (HR

Bukhari)

e. Rukuk serta tuma’ninah Sabda Rasulullah saw.:

“Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Apabila shalat dilakukan dengan berdiri, maka rukuk dilakukan dengan membungkukkan badan membentuk sudut siku-siku atau sudut 90 derajat (menunduk sampai tulang punggung dengan leher datar/lurus), sedangkan jika shalat dilakukan dengan duduk maka rukuk dilakukan sampai muka sejajar dengan lututnya, sedangkan yang baiknya yaitu muka sejajar dengan tempat sujud (Rasyid, 2007).

f. I’tidal serta tuma’ninah

I’tidal artinya berdiri tegak kembali seperti ketika membaca surat Al

-Fatihah.

g. Sujud dua kali serta tuma’ninah

(59)

hendaknya dengan posisi menungkit, berarti pinggul lebih tinggi daripada kepala.

h. Duduk di antara dua sujud serta tuma’ninah Rasulullah saw. bersabda:

Kemudian sujudlah engkau hingga berdiam untuk sujud, kemudian

bangkitlah engkau hingga berdiam untuk duduk, kemudian sujudlah engkau

hingga berdiam pula untuk sujud.” (HR Bukhari Muslim)

i. Duduk tawarruk atau duduk tasyahud akhir

Duduk tawarruk yaitu duduk dengan telapak kaki kanan dalam posisi terbalik, sedangkan telapak kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan. j. Membaca tasyahud akhir.

Bacaan tasyahud akhir:

كرب لا حر يب لا يأ كي ع ّلا ل بيطلا ا ّلا كر ب لأ يح لا

ل سر اد ح أ د شأ لا لإ لإ ل أ د شأ يحل ّلا لا د بع ى ع ي ع ّلا

ي اربإ ديس ى ع ي ص ك د ح ديس لآ ى ع د ح ديس ى ع ّص لا ها

كر ب ك د ح ديس لآ ى ع د ح ديس ى ع كر ب ي اربإ ديس لآ ي ع

ديج دي ح ك إ ي ل علا يف ي اربإ ديس لآ ي ع ي اربإ ديس ى ع

k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW

ي اربإ ديس ى ع ي ص ك د ح ديس لآ ى ع د ح ديس ى ع ّص لا ها

كر ب ك د ح ديس لآ ى ع د ح ديس ى ع كر ب ي اربإ ديس لآ ي ع

(60)

Sesudah membaca tasyahud akhir, wajib membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw.

l. Memberi salam yang pertama ke kanan m.Menertibkan rukun

Menertibkan rukun artinya melakukan rukun-rukun shalat secara berurutan, mulai dari awal hingga akhir, sesuai urutan seperti di atas. Urutan rukun shalat tersebut sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan beliau memerintahkan umat Islam melakukan shalat sebagaimana yang beliau lakukan. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya shalat.” (HR Bukhari)

7. Sunnah-Sunnah Shalat

Ada dua macam sunnah shalat, terdiri dari: sunnah ab’adh dan sunnah hai’ah. Sunnah ab’adh adalah amalan sunnah yang apabila tertinggal atau tidak

dikerjakan maka disunnahkan menggantinya dengan sujud sahwi. Sedangkan sunnah hai’ah adalah amalan sunnah yang apabila tertinggal atau tidak

dikerjakan tidak sunnahkan diganti dengan sujud sahwi (Wadji dan Rahmani, 2009).

Sujud sahwi dilaksanakan dua kali sebelum salam dengan membaca doa:

ّي ل ي ل حبس

(61)

a. Sunnah Ab’adh

Yang termasuk sunnah ab’adh adalah:

1) Duduk tasyahud awal 2) Membaca tasyahud awal

3) Membaca do’a qunut pada waktu shalat subuh danpada akhir shalat witir setelah pertengahan Ramadlan

4) Berdiri ketika membaca do’a qunut

5) Membaca shalawat kepada Nabi pada tasyahud awal

6) Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada tasyahud akhir (Wadji dan Rahmani, 2009).

b. Sunnah Hai’ah

Yang termasuk sunnah Hai’ah dalam shalat yaitu:

1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai tinggi ujung jari sejajar dengan telinga, telapak tangan setinggi bahu, keduanya dihadapkan ke kiblat

2) Mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, bangun dari rukuk, dan ketika bangkit dari sujud untuk melakukan rakaat ketiga dengan cara yang telah diterangkan pada takbiratul ihram

3) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (bersedekap) di antara dada dan pusar

4) Mengarahkan kedua mata ke arah tempat sujud

(62)

6) Diam sejenak sebelum membaca surat Al-Fatihah 7) Membaca ta’awudz sebelum membaca surat Al-Fatihah

8) Mengeraskan bacaan surat Al-Fatihah dan surat pada shalat Maghrib, Isya, dan Shubuh

9) Diam sebentar sebelum membaca “amin” setelah membaca Al-Fatihah 10)Membaca “amin” setelah selesai membaca Al-Fatihah

11)Membaca surat atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah bagi imam maupun bagi yang shalat munfarid pada rakaat pertama dan kedua 12)Membaca takbir intiqal (penghubung antara rukun yang satu dengan

yang lain). Sunnah membaca takbir setiap kali bangkit dan turun, berdiri dan duduk, kecuali sewaktu bangkit dari rukuk, maka dibaca “sami’allahuliman hamidah”

13)Menyamaratakan kepala dengan tulang pinggul pada saat rukuk, dengan meletakkan kedua telapak tangan dengan jari-jari terkembang di atas lutut, serta mendatarkan punggung ketika rukuk

14)Membaca tasbih ketika rukuk

15)Membaca “sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari rukuk 16)Membaca “rabbana walakal hamdu”

Sebagian ulama mengatakan bahwa makmum tidaklah membaca “sami’allahu liman hamidah”, bila didengar kalimat itu dari imam, ia

hanya membaca “rabbana walakal hamdu”

(63)

Disunnahkan waktu melakukan sujud:

a) Merapatkan hidung, kening, kedua tangan, lutut, serta ujung kedua jari kaki, ke lantai

b) Bagi laki-laki: meregangkan dua siku tangan dari lambung, mengangkat perut dari dua paha

c) Bagi perempuan: meletakkan perutnya pada dua tangan/sikunya d) Meluruskan dan merapatkan jari-jari

e) Menghadapkan ujung-ujung jari ke arah kiblat

18)Membaca “subhana rabbiyal a’la wabihamdihi” diwaktu sujud 19)Duduk iftirasyi sewaktu duduk di antara dua sujud

20)Membaca do’a ketika duduk di antara dua sujud

21)Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha ketika duduk iftirasyi

maupun tawarruk

22)Meregangkan jari-jari tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan kecuali jari telunjuk pada duduk iftirasyi tasyahud awal dan duduk tawarruk

23)Duduk istirahat sebentar sesudah sujud kedua sebelum berdiri pada rakaat pertama dan ketiga

24)Membaca do’a pada tasyahud akhir dan sebelum salam, yaitu setelah membaca tasyahud dan shalawat

(64)

8. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat

a. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau memutuskan rukun sebelum sempurna dilakukan. Misalnya seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbersit niat untuk tidak shalat di dalam hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak, meski dia belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya. Atau bisa juga melakukan i’tidal sebelum sempurna rukuknya.

b. Tidak memenuhi syarat wajib maupun syarat sahnya shalat, meskipun hanya satu.

Misalnya berhadats dan terkena najis yang tidak dimaafkan, baik pada badan maupun pakaian, sedangkan najis itu tidak dapat dibuang ketika itu. Kalau najis itu dapat dibuang saat itu juga, maka shalatnya tidak batal. Atau ketika terbukanya aurat dan saat itu juga tidak dapat tertutup. Tetapi ketika aurat dapat ditutup kembali pada saat itu juga maka shalat tidak batal. Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya. Begitu juga orang yang tiba-tiba menjadi gila dan hilang akal saat sedang shalat, maka shalatnya juga batal.

c. Berbicara dengan sengaja

d. Banyak bergerak dan terus menerus

(65)

e. Makan atau minum

Orang yang melaksanakan shalat itu hanya disuruh mengerjakan yang berhubungan dengan shalat saja, sedangkan pekerjaan yang lain hendaklah ditinggalkan.

f. Tertawa

Orang yang tertawa dalam shalat, maka batallah shalatnya. Maksudnya adalah tertawa yang sampai mengeluarkan suara. Apabila sebatas tersenyum maka belum batal shalatnya.

g. Mendahului imam sebanyak 2 rukun.

Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam, seperti bangun dari sujud lebih dulu dari imam, maka batallah shalatnya. Namun bila hal itu terjadi tanpa sengaja, maka tidak termasuk yang membatalkan shalat. As-Syafi'iyah mengatakan bahwa batasan batalnya shalat adalah bila mendahului imam sampai dua gerakan yang merupakan rukun dalam shalat. Hal yang sama juga berlaku bila tertinggal dua dari gerakan imam (Wajdi dan Rahmani, 2009).

E.Khusyuk

1. Definisi Khusyuk dalam Shalat

(66)

takut yang selalu ada di dalam hati dan tidak akan pernah sirna (Tafsir “Taisir Karimir Rahman” dalam Yunus, 1998).

Khusyuk dalam shalat berarti hadirnya hati dalam shalat ketika berhadapan dengan Allah sebagai bentuk rasa cinta, pengagungan, rasa takut akan siksa serta berharap akan pahala dari Allah dengan berusaha menghadirkan perasaan dekat dengan-Nya. Jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram dan pergerakannya menjadi tenang di hadapan Allah dengan berusaha menghadirkan keseluruhan ucapan dan perbuatan dari apa yang dibaca dan dia lakukan di dalam shalatnya, dari awal hingga akhir (Abdullah, 2009).

2. Kriteria Khusyuk dalam Shalat

Bila hati seseorang mencapai tingkatan khusyuk maka seluruh anggota badannya pun ikut khusyuk, sebab anggota badan akan selalu taat dan patuh pada perintah hati (Mahalli, 2000). Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw. yang dilaporkan oleh Abu Hurairah bahwa: “Kalau hati seseorang itu khusyuk, maka khusyuk pula segala anggota badannya.” (HR Hakim dan

Tirmizi)

(67)

3. Anjuran Khusyuk dalam Shalat

Khusyuk adalah ruh dari shalat dan tujuan yang paling besar dari shalat. Shalat tanpa khusyuk sama seperti tubuh jenazah yang tidak ada ruhnya (Abdullah, 2009).

Allah swt. berfirman:

               

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu)

orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.” (Q.S. Al-Mukminuun: 1-2)

Rasulullah saw juga bersabda:

“Tidak dihitung shalat bagi yang tidak khusyuk dalam shalatnya.”

Dalil di atas berulang-ulang menekankan pelaksanaan shalat dengan khusyuk. Hal ini menandakan bahwa antara khusyuk dan shalat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Adam, 1999).

Dari Abi Qadatah r.a beliau berkata: Rasululah saw. telah bersabda: “Sejelek-jelek pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya, para sahabat

bertanya, bagaimana ia mencuri shalatnya? Nabi lalu bersabda: Ia tidak

menyempurnakan rukuk dan tidak (menyempurnakan) sujudnya, atau beliau

bersabda: Ia tidak meluruskan tulang belakangnya dalam rukuk dan sujud”. (HR Imam Ahmad dan Hakim).

(68)

bahwa keberuntungan orang yang shalat terletak pada kekhusyukannya maka hal ini menunjukkan, barangsiapa yang tidak khusyuk di dalam shalatnya maka dia tidak termasuk orang-orang yang beruntung (Abdullah, 2009). 4. Unsur-Unsur Khusyuk dalam Shalat

Shalat menjadi sarana besar dalam proses penyucian jiwa. Shalat dapat menyucikan jiwa jika dikerjakan dengan sempurna melalui rukun-rukunnya, sunnah-sunnahnya, dan orang yang mengerjakannya merealisasikan adab zahir dan bathin. Dimana salah satu adab zahir shalat adalah mengerjakannya dengan organ tubuh secara sempurna, sementara adab bathinnya adalah kekhusyukkan (Hawwa, 2006).

Pencapaian khusyuk di dalam shalat melibatkan beberapa unsur penyempurna. Al-Ghazali dalam Rousydy (1995) menyebutkan enam unsur khusyuk dalam shalat yaitu: kehadiran hati, mengerti antara yang dibaca dan yang diperbuat, mengagungkan Allah, merasa gentar terhadap Allah, merasa penuh harap kepada Allah, dan merasa malu terhadap-Nya.

a. Hudlur al-Qolbi (Menghadirkan Hati)

Menghadirkan hati/pemusatan pikiran adalah mengalihkan pikiran dari segala sesuatu selain Allah dan memusatkannya semata-mata kepada yang sedang dihadapi, sehingga pikiran, perbuatan dan ucapan menjadi sejalan serta pikiran tidak beralih kepada yang lain.

b. Tafahhum (Kepahaman)

(69)

pikiran akan diberi tugas untuk mengikuti dan memahami apa yang dialafadzkan oleh lidah sehingga dengan sendirinya pikiran akan terhindar dari perhatiannya kepada yang lain, kecuali shalat.

c. Ta’zhim (Membesarkan Tuhan)

Ta’zhim (membesarkan Tuhan) adalah suatu rasa dan kesadaran yang

berada di dalam hati karena dua hal:

1) Mengetahui kebesaran Allah swt. dan keagungan-Nya yang merupakan salah satu dari rukun iman. Orang yang tidak yakin akan kebesaran Tuhan tidaklah mungkin ia menundukkan diri untuk mengagungkan Tuhan.

2) Menyadari kekerdilan dan kelemahan diri sebagai hamba yang hina, yang tidak mempunyai daya dan upaya kecuali karena Allah swt. d. Haibah (Rasa Takut yang Bersumber dari Rasa Hormat)

Haibah (kagum/gentar terhadap kebesaran Tuhan) adalah suatu rasa yang timbul dalam jiwa karena mengetahui ke-Mahakuasaan Tuhan yang berisi qadrat dan iradat tanpa batas, dimana di hadapan kekuasaan Tuhan manusia itu tidak mempunyai arti sama sekali.

e. Raja’ (Harap akan Keampunan/Rahmat Tuhan)

(70)

perasaan, kemauan, dan hasrat kita semata-mata untuk mengingat Allah, kemudian kita lengkapi dengan mendambakan harapan akan karunia dan balasan dari Allah swt. atas dasar kasih dan sayang-Nya.

f. Haya’ (Rasa malu dan Hina)

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa timbulnya rasa malu terhadap Allah itu berasal dari kesadaran kita akan kelalaian diri dalam segala perbuatan yang diperintah-Nya dan mengakui segala kelemahan sebagai manusia ditambah dengan keinsyafan kita bahwa Allah swt. mengetahui segala isi hati kita dan segala gerak-gerik yang nampak atau tidak nampak. Dengan berpadunya semua kesadaran dan keinsyafan ini, maka akan memantulkan rasa malu dan hina diri di hadapan Allah swt. ketika bermunajat (Rousydy, 1995).

F. Penelitian Terkait

1. Mills, Catherine J. (2012). Perbandingan Teknik-Teknik Relaksasi untuk Mengkaji Dampak Moderat dari Koping Marah dalam Pengaktifan dan Pemulihaa

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut WHO-ISH
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.2 Skor Skala Likert
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Shalat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti ada perbedaan rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sehingga dapat

Sikap akrab seperti ini, digabungkan dengan peghayatan persepsi tentang Tuhan diatas akan membuat kita nyaman untuk menyerahkan diri kita kepada Tuhan; seperti anak kecil

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi F, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat

Dengan adanya portal ini diharapkan dapat menyediakan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada penggemar eSports dan dapat memenuhi kebutuhan informasi event

1) Surat Keputusan BAP-S/M tentang hasil akreditasi sekolah/madrasah. 2) Rekomendasi tindak lanjut hasil akreditasi sekolah/madrasah. 3) E-file raw data hasil

0 s/d 16.00 tor Dinas P oros Langar ohon memb umen penaw. ad/diunggah es pelelanga

Setelelah terpasang semua pekerjaan yang menghasilkan jasa, carilah benda, alat, atau sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut lalu pasang di lintasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan Qanun tersebut sebenarnya menpunyai pendukung karena adanya instansi terkait seperti Dinas Syariat