• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tergolong cepat, terbukti setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tergolong cepat, terbukti setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini, perkembangan lembaga-lembaga keuangan Islam tergolong cepat, terbukti setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua (Bogor) pada 19-22 Agustus 1990, yang kemudian diikiuti dengan diundangkannya UU No.7/1992 tentang Perbankan dimana perbankan bagi hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada bulan Mei 1992 , yang merupakan bank umum Islam yang pertama yang beroperasi di Indonesia. Pembentukan BMI ini diikuti oleh pendirian Bank-bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS). Namun karena lembaga ini belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapis bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebut Bait al Mâl wat Tamwil (BMT).1

Istilah BMT adalah penggabungan dari Baitul Mâl dan Baitut Tamwil. Baitul Mâl adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial). Sumber dana diperoleh dari zakat, infaq, dan shodaqoh, atau sumber lain yang halal. Kemudian, dana tersebut disalurkan kepada mustahik, yang berhak, atau untuk kebaikan. Adapun Baitut Tamwil

1 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah (Jakarta : Pustaka Alvabet, 2006), 6

(2)

adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profite motive. Penghimpunan dana diperoleh dari pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi, yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah.2

Di Indonesia, Tidak terasa bahwa kemunculan lembaga keuangan syari’ah sudah dimulai sejak tahun 1992 (munculya BMI) sampai sekarang (tahun 2008) atau sudah berjalan sekitar enam belas tahun. Dari segi waktu, angka enam belas tahun adalah angka yang tidak muda lagi sehingga dalam hal ini, lembaga keuangan syari’ah (Bank Syari’ah, BPRS, BMT, dsb) dianggap sudah punya pengalaman dalam mengimplementasikan konsep syari’ah dalam tataran aplikasi, misalnya: konsep akuntansi berbasis syari’ah (akuntansi syari’ah) untuk pembukuan keuangan pada BMT.

Akan tetapi, sejalan dengan hal tersebut Muhammad Syafi'i Antonio berpendapat bahwa: “Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi yang relatif baru, menimbulkan tantangan besar. Pakar syari’ah Islam dan akuntansi harus mempunyai dasar bagi penerapan dan pengembangan akuntansi yang berbeda dengan akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah dikenal selama ini”.3 Oleh karena itu, dalam membangun sebuah sistem akuntansi yang bersifat standar merupakan

2 Hertanto Widodo, PAS (Pedoman Akuntansi Syariat) Panduan Operasional Baitul Mal Wa

Tamwil(BMT) (Bandung : Mizan, 1999), 81

3 Muhammad Syafi'I Antonio, Bank Syari'ah dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani

(3)

kebutuhan utama yang harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan daya saingnya dengan kalangan perbankan konvensional.

Bahkan jika kita melihat pada al-Qur’an, maka kebutuhan pencatatan transaksi dalam sebuah sistem akuntansi yang tertata merupakan suatu hal yang sangat penting dalam Surat al-Baqoroh Ayat 282 berbunyi :

$y㕃r'‾≈tƒ

šÏ%©!$#

(#þθãΖtΒ#u

#sŒÎ)

ΛäΖtƒ#y‰s?

Aøy‰Î/

#’n<Î)

9≅y_r&

‘wΚ|¡•Β

çνθç7çFò2$$sù

4

=çGõ3u‹ø9uρ

öΝä3uΖ÷−/

7=Ï?$Ÿ2

ÉΑô‰yèø9$$Î/

4

Ÿωuρ

z>ù'tƒ

ë=Ï?%x.

βr&

|=çFõ3tƒ

$yϑŸ2

çµyϑ‾=tã

ª!$#

4

ó=çGò6u‹ù=sù

È≅Î=ôϑãŠø9uρ

“Ï%©!$#

ϵø‹n=tã

‘,ysø9$#

È,−Gu‹ø9uρ

©!$#

…çµ−/u‘

Ÿωuρ

ó§y‚ö7tƒ

çµ÷ΖÏΒ

$\↔ø‹x©

4

βÎ*sù

tβ%x.

“Ï%©!$#

ϵø‹n=tã

‘,ysø9$#

$—γŠÏy™

÷ρr&

$¸‹Ïè|Ê

÷ρr&

Ÿω

ßì‹ÏÜtGó¡o„

βr&

¨≅Ïϑãƒ

uθèδ

ö≅Î=ôϑãŠù=sù

…絕‹Ï9uρ

ÉΑô‰yèø9$$Î/

4

(#ρ߉Îηô±tFó™$#uρ

Èøy‰‹Íκy−

ÏΒ

öΝà6Ï9%y`Íh‘

(

βÎ*sù

öΝ©9

$tΡθä3tƒ

È÷n=ã_u‘

×≅ã_tsù

Èβ$s?r&z÷ö∆$#uρ

£ϑÏΒ

tβöθ|Êös?

zÏΒ

Ï!#y‰pκ’¶9$#

βr&

¨≅ÅÒs?

$yϑßγ1y‰÷nÎ)

tÅe2x‹çFsù

$yϑßγ1y‰÷nÎ)

3“t÷zW{$#

4

Ÿωuρ

z>ù'tƒ

â!#y‰pκ’¶9$#

#sŒÎ)

$tΒ

(#θããߊ

4

Ÿωuρ

(#þθßϑt↔ó¡s?

βr&

çνθç7çFõ3s?

#—ŽÉó|¹

÷ρr&

#—ŽÎ7Ÿ2

#’n<Î)

Ï&Î#y_r&

4

öΝä3Ï9≡sŒ

äÝ|¡ø%r&

y‰ΖÏã

«!$#

ãΠuθø%r&uρ

Íοy‰≈pꤶ=Ï9

#’oΤ÷Šr&uρ

āωr&

(#þθç/$s?ös?

(

HωÎ)

βr&

šχθä3s?

¸οt≈yfÏ?

ZοuŽÅÑ%tn

$yγtΡρ㍃ωè?

öΝà6oΨ÷t/

}§øŠn=sù

ö/ä3ø‹n=tæ

îy$uΖã_

āωr&

$yδθç7çFõ3s?

3

(#ÿρ߉Îγô©r&uρ

#sŒÎ)

óΟçF÷ètƒ$t6s?

4

Ÿωuρ

§‘!$ŸÒãƒ

Ò=Ï?%x.

Ÿωuρ

Ó‰‹Îγx©

4

βÎ)uρ

(4)

(#θè=yèøs?

…çµ‾ΡÎ*sù

8−θÝ¡èù

öΝà6Î/

3

(#θà)¨?$#uρ

©!$#

(

ãΝà6ßϑÏk=yèãƒuρ

ª!$#

3

ª!$#uρ

Èe≅à6Î/

>óx«

ÒΟŠÎ=tæ

Artinya :

" Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah. tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.".4 Firman Allah SWT, ”Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk jangka waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”, ini merupakan bimbingan dari Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, jika mereka bermuamalah melalui

(5)

aneka jenis muamalah yang tidak tunai, maka hendaklah mereka mencatatnya, agar catatan itu dapat menjaga kesaksian. Hal ini dingatkan oleh pada akhir ayat dengan firman-Nya, “Yang demikian itu lebih adil pada sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih dekat kepada ketidakraguanmu.”5

Sejalan dengan ayat Al-Qur'an diatas, Iwan Triyuwono dan Moh. As'udi berpendapat bahwa tujuan akuntansi syari'ah didasarkan pada tujuan ekonomi Islam, yaitu pemerataan kesejahteraan bagi seluruh umat. Kesejahteraan seharusnya didistribusikan kepada seluruh masyarakat dan tidak hanya diperuntukkan pada seseorang atau segolongan saja dengan menyediakan sarana untuk pemerataan kesejahteraan tersebut dengan sistem zakat, infaq, shodaqoh dan sistem bebas bunga.6 Oleh sebab itu, menjadi sangat penting sekali ketika lembaga keuangan syari’ah mempunyai dan melaksanakan suatu sistem atau konsep yang integral antara aspek ibadah dan juga aspek muamalah, misalnya: implementasi zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) dalam akuntansi BMT.

Sebagai aplikasi dari teori Akuntansi Syari'ah pada BMT khususnya pada kegiatan nirlaba (sosial), zakat, infaq dan shodaqoh yang selanjutnya disebut dana ZIS akan diterima oleh bank syariah atau lembaga keuangan

5 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj

Syihabuddin (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), 461-462

6 Iwan Triyuwono dan Moh As'udi, Akuntansi Syari'ah : Memformulasikan Konsep laba

(6)

syari’ah sebagai sumber dana yang pengelolaannya secara khusus dan penyalurannya pun dilakukan secara khusus pula. Aktifitas pengelolaan dana ZIS serta dana sosial lainnya harus dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan bank syari'ah atau lembaga keuangan syari’ah yang bersangkutan.7 Dimana laporan keuangan pada dasarnya memiliki dua fungsi, yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pengembilan keputusan dan (2) sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen. 8

Dasar falsafah pengelolaan dana sosial BMT tersebut harus berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang profesional, disamping visi dan target pasarnya harus dibedakan dengan lembaga amil yang lain.9 Berkaitan dengan itu, dalam skripsi ini bermaksud melakukan studi analisa dengan menggunakan teori Akuntansi Syari'ah yang ditujukan pada BMT dalam pengimplementasiannya terhadap zakat, infaq dan shodaqoh baik dari segi pengelolaan dalam pembukuannya maupun hasil dari pelaksanaan pembukuannya. Mengingat begitu pentingnya fungsi BMT yaitu sebagai lembaga keuangan nirlaba (sosial) dan juga sebagai lembaga keuangan yang berorientasi profite motive sesuai pengertian yang sudah dipaparkan di depan.

7 Tim Pengembangan Perbankan Syari'ah Institut Bankir Indonesia, Bank Syari'ah : Konsep,

Produk dan Implementasi Operasional (Jakarta : Djambatan, 2001), 64-65

8 Widodo, Pedoman, 87-88

9 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (Yogyakarta :UII Press, 2004),

(7)

Dalam Laporan keuangan pokok BMT, posisi dana ZIS termuat dalam neraca dan laporan arus kas serta terdapat laporan tersendiri yang disebut laporan dana ZIS.10 Dalam neraca, dana ZIS termuat pada aktiva dan pasiva, pada aktiva disajikan dalam akun lain-lain, sedangkan dalam pasiva (kewajiban) tersaji pada akun tersendiri sebesar saldo akhir sebagai pengolahan selama satu periode dan merupakan dana yang siap disalurkan.11 Dalam laporan arus kas, dana ZIS tersaji dalam bentuk penerimaan dan penyalurannya saja.12

Laporan dana ZIS adalah salah satu laporan keuangan pokok BMT, yang merupakan laporan kegiatan BMT pada sektor sosial berupa arus kas pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan shodaqoh. Nilai akhir yang disajikan adalah sejumlah saldo akhir kas yang siap untuk disalurkan. Pencatatan dilakukan dengan metode akuntansi basis kas, yaitu dicatat pada saat kas telah secara efektif diterima atau dikeluarkan.13

Namun, sesuai dengan pendapat Muhammad : “Akuntansi sendiri sangat berhubungan dengan nilai sosial dan ekonomi yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, perubahan dalam masyarakat akan mempengaruhi perubahan dalam sifat akuntansi”.14 Sejalan dengan itu penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian lapangan untuk mengetahui

10 Widodo, Pedoman, 87-88 11 Ibid., 96

12 Ibid., 107 13 Ibid., 107

(8)

bagaimana analisa akuntansi syari’ah terhadap akuntansi BMT Surya Mandiri Mlarak dalam pengelolaan dana ZIS. Dengan alasan bahwa BMT Surya Mandiri Mlarak merupakan salah satu BMT di Ponorogo yang sudah lama berdiri yaitu sejak tahun 1997 dan mempunyai respon terhadap kepentingan-kepentingan sosial termasuk pengelolaan dana ZIS. Oleh sebab itu, judul dari Skripsi ini adalah "ANALISA AKUNTANSI SYARI’AH TERHADAP ZIS BMT SURYA MANDIRI MLARAK”.

B. PENEGASAN ISTILAH

Dari Judul Skripsi ini maka perlu penulis tegaskan istilah-istilah sebagai berikut :

1. Akuntansi Syari’ah adalah merupakan sistem dan praktik akuntansi yang lahir dalam masyarakat Islam. Pola hubungan masyarakat Islam tersebut dilandasi dengan ketentuan syari’ah sehingga akuntansi yang juga harus dilandasi dengan ketentuan syari’ah15

2. ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqoh) adalah sumber dana yang dikelola Lembaga Keuangan Syari’ah, dimana Lembaga Keuangan Syari’ah juga berfungsi sebagai pengelola dana untuk kepentingan sosial.16

15 Widodo, Pedoman, 67

(9)

C. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam studi ini adalah :

1. Bagaimana kebijakan akuntansi dalam pengelolaan dana ZIS di BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo?

2. Bagaimana nilai akuntabilitas dari implementasi ZIS Pada BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo tahun buku 2006?

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil analisa akuntansi syari’ah pada hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijakan akuntansi dalam pengelolaan dana ZIS di BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo.

2. Nilai akuntabilitas dari implementasi ZIS Pada BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo tahun buku 2006.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Untuk memperkaya wacana syari'ah muamalah kontemporer khususnya dalam bidang ekonomi-akuntansi syari'ah.

2. Untuk memberikan gambaran riil dari aplikasi akuntansi syari’ah yang nantinya dapat menjadi acuan para praktisi akuntansi syari’ah dalam pengembangan konsep akuntansi syari’ah pada tataran praktis.

(10)

3. Untuk pengambilan keputusan bagi pengelolaan lembaga keuangan syari’ah khususnya BMT dalam aplikasi akuntansi syari’ah khususnya dalam penyusunan laporan keuangan.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang penulis lakukan masuk kategori kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.17 Oleh sebab itu penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian lapangan ini adalah deskriptif, sebagaimana pendapat para ahli metodologi penelitian “pengungkapan fakta (fact finding) dengan permasalahan tanpa memberikan interprestasi.18 Dan juga penelitian atas kelompok manusia, objek, set kondisi sistem pemikiran dan khas peristiwa masa sekarang.19

2. Lokasi Penelitian.

Lokasi yang penulis ambil dalam penulisan skripsi ini adalah BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo.

17 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung, Alfabeta, 2005).1

18 Hadari Nawawi dan Mini Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada Univrsity

Press, 1996), 19

(11)

3. Data

Untuk mempermudah penelitian ini, penulis berupaya menggali, mengumpulkan data yang berkaitan dengan:

a. Kebijakan akuntansi pada pengelolaan Dana ZIS di BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo.

b. Nilai akuntabilitas dari implementasi ZIS pada BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo tahun buku 2006.

4. Sumber Data

a. Responden, adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Responden adalah orang yang diperkirakan menguasai data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. 20 Diantaranya: Ketua Koperasi, Manajer, Dewan Pengawas, karyawan dan Anggota.

b. Dokumentasi, yaitu berupa data-data yang bersifat dokumenter berisi keterangan-keterangan yang berkaitan dengan pemasalahan. Diantaranya: Hasil-hasil RAT, Laporan Keuangan BMT, dsb 5. Teknik Pengumpulan Data21

a. Observasi, adalah pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian.

20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitaf dan kualitatif

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 133

(12)

b. Interview, adalah wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan data yang diperlukan.

c. Dokumenter, adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu (arsip). d. Trianggulasi, adalah menggabungkan dari berbagai tehnik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dan sekaligus menguji kredibilitas data.

6. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penyusunan skripsi ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data-data yang telah diperoleh meliputi aspek-aspek kelengkapan, kejelasan makna, keselarasan data, relevansi dengan pokok pembahasan, korelasi dan keseragaman data secara keseluruhan.

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematikan data yang diperoleh ke dalam kerangka pembahasan yang sudah direncanakan sebelumnya, sehingga relevan dengan tema pembahasan.

c. Penemuan hasil, yaitu melakukan tinjauan lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data yang menggunakan kaidah, teori, dalil dan sebagainya sehingga diperoleh kesimpulan tertentu.

(13)

7. Teknik Analisa Data

Dalam melakukan analisis data yang telah terkumpul, metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a. Metode induktif, yaitu proses berfikir yang diawali dengan menggunakan kenyataan-kenyatan yang bersifat khusus (dari hasil riset) untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum.22

b. Metode deduktif, yaitu proses berfikir yang diawali dengan mengemukakan teori-teori dan dalil yang bersifat umum (general) kemudian mengemukakan kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus untuk menguji teori dan dalil yang bersifat umum tersebut.23

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN, Berisi Latar Belakang, Penegesan Istilah, Rumusan Istilah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metodologi penelitian dan Sistematika Pembahasan Hasil Penelitian yang merupakan bagian yang menjelaskan langkah-langkah awal hingga akhir untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Meliputi : (1) spesifikasi data yang diperlukan, (2) sumber data, (3) cara memperoleh data, (4) cara menganalisis dan, (5) cara menarik kesimpulan.

22 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: renika Cipta,1997),192. 23 Ibid.,193.

(14)

BAB II AKUNTANSI SYARI’AH (Teori dan Aplikasi pada BMT), Berisi gambaran umum Teori Akuntansi Syari'ah dan Aplikasinya pada BMT. Meliputi Teori Akuntansi Syari'ah, diantaranya : (1) Pengertian Akuntansi Syari’ah, (2) Konsep Dasar Akuntansi Syari’ah, (3) Akuntansi dalam Islam, (4) Tujuan Akuntansi Syari’ah dan (5) Perbedaan Prinsipil Akuntansi Syari’ah dengan Akuntansi Konvensional. Kemudian BMT dan karakteristiknya, meliputi (1) Pengertian BMT, (2) Karakteristik BMT, dan (3) Aktifitas BMT meliputi tiga aktifitas BMT yaitu jasa keuangan, aktifitas sosial (zakat, infaq dan shodaqoh) dan sektor riil. Kemudian Aplikasi Akuntansi Syari’ah Pada BMT, diantaranya : (1) BMT dan karakteristinya, (2) Laporan Keuangan BMT, (3) Laporan Keuangan Pokok BMT, (4) Kebijakan Akuntansi, dan (5) Penyajian (Posisi) Tabungan dalam Laporan Keuangan BMT, dan (6) Penyajian (Posisi) Dana ZIS dalam Laporan Keuangan BMT. Yang terakhir dalam BAB ini membahas Akuntansi Pertanggunggungjawaban, meliputi: (1) Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban, (2) Akuntansi Pertanggungjawaban dalam prespektif Islam, dan (3) Analisa Rasio Pengelolaan Dana ZIS BMT. Dan terakhir yaitu Telaah Pustaka dari penelitian sebelumnya.

BAB III IMPLEMENTASI ZIS DALAM AKUNTANSI BMT SURYA MANDIRI MLARAK, Berisi Gambaran Umum BMT Surya Mandiri Mlarak meliputi: (1) Sejarah BMT Surya Mandiri, (2) Visi Misi BMT Surya Mandiri, (3) Struktur Organisasi BMT Surya Mandiri, dan (4) Produk-produk

(15)

BMT Surya Mandiri. Kemudian, Implementasi ZIS dalam Akuntansi BMT Surya Mandiri Mlarak, diantaranya: (1) Laporan Keuangan BMT Surya Mandiri Mlarak, (2) Kebijakan Akuntansi BMT Surya Mandiri Mlarak dalam pengelolaan dana ZIS, (3) Penyajian (Posisi) Dana ZIS dalam Laporan Keuangan BMT Surya Mandiri. Dan terakhir, Bentuk Akuntabilitas dari Implementasi ZIS di BMT Surya Mandiri Mlarak tahun buku 2006, diantanya: (1) Realitas Dari Implementasi ZIS BMT Surya Mandiri, (2) Fakta dari Implementasi ZIS BMT Surya Mandiri Pada Laporan Keuangan Tahunan, (3) Analisa Rasio Pengelolaan Dana ZIS BMT Surya Mandiri Mlarak, dan (3) Respon Atas Akuntabilitas Implementasi ZIS dalam Laporan Keuangan BMT Surya Mandiri Mlarak.

BAB IV IMPLEMENTASI ZIS DI BMT SURYA MANDIRI MLARAK DALAM ANALISA AKUNTANSI SYARI’AH, Berisi analisa akuntansi syari'ah terhadap kebijakan akuntansi dalam pengelolaan dana ZIS di BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogodan akuntabilitas dari implementasi ZIS pada BMT Surya Mandiri Mlarak Ponorogo tahun buku 2006.

(16)

BAB II

AKUNTANSI SYARI’AH :

Teori dan Aplikasi Pada BMT

A. Teori Akuntansi Syari’ah 1. Pengertian Akuntansi Syari’ah

Akuntansi syari’ah pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu akuntansi dan syari’ah. Oleh sebab itu, dalam memahami sebuah definisi dari akuntansi syari’ah maka harus didefinisikan terlebih dahulu apa itu akuntansi dan apa itu syari’ah.

Akuntansi atau ada juga yang menyebut akunting adalah merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi ekonomi suatu bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu. Beberapa pengertian akuntansi dapat kita lihat dibawah ini :

a. Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) Akuntansi diartikan sebagai berikut :

“Proses mengidentifikasian, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternative dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya”.

(17)

b. Komitte istilah American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mendefinisikan Akuntansi sebagai berikut :

“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”.

c. Accounting Prinsiple Board (APB) Statemen No. 4 mendefinisikan Akuntansi sebagai berikut :

“Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengembilan keputusan ekonomi sebagai dasar dalam memilih diantara beberapa alternatif”.24

Sedangkan Syari’ah menurut Iwan Triyuwono adalah bentuk formulasi praktis dari al-Qur’an dan Hadist yang disebut hukum Islam. Untuk menghasilkan ketentuan hukum ini diperlukan alat yang lain, yaitu Ijmā‘ dan Qiyās. Kemudian Merujuk pada pendapat Safi, yang telah didefinisikan kembali oleh Iwan Triyuwono bahwa; “Syari’ah adalah sistem komprehensif yang melingkupi seluruh bidang hidup manusia, ia (Syari’ah) bukan sekedar sebuah sistem hukum, tetapi sistem yang lengkap yang mencakup hukum dan moralitas.25Pengertian tersebut mengindikasikan bahwa Syari’ah bukan merupakan sistem hukum yang

24 Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), 1 dan 3 25 Iwan Triyuwono, Prespektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syari’ah (Jakarta: PT

(18)

cenderung menekankan diri pada sisi sistem hukum positif belaka, namun juga lebih dari itu, yaitu pada sisi moralitas (etika).

Dari definisi yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa pengertian akuntansi syari’ah adalah proses pencatatan, pengindentifikasian, mengukur dan menyampaikan informasi dengan berpijak pada syari’ah (hukum Islam) dalam rangka mempertimbangkan beberapa alternatif untuk mengambil kesimpulan atau kebijakan.

2. Konsep Dasar Akuntansi Syari’ah

Secara umum konsep-konsep dasar akuntansi untuk perusahaan atau badan usaha konvensional (misalnya : Koperasi, PT, Persekutuan Firma, dll) yang tercantum dalam buku Pedoman Akuntansi Indonesia tahun 1984 diantaranya sebagai berikut:26

a. Kesatuan Akuntansi, artinya: informasi akuntansi mempunyai hubungan dengan kesatuan atau entitas yang membatasi ruang lingkup kepentingan.

b. Kesinambungan, artinya: suatu entitas ekonomi diasumsikan akan terus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan.

c. Periode Akuntansi, artinya; penyajian laporan keuangan secara periodik.

(19)

d. Pengukuran dalam nilai uang, artinya: laporan keuangan diukur dalam nilai uang agar mmberikan dasar penafsiran yang universal bagi pembaca laporan.

Akan tetapi, berkaitan konsep dasar akuntansi syari’ah. Menurut pendapat Muhammad, “Akuntansi sangat berhubungan dengan nilai sosial dan ekonomi yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, perubahan dalam masyarakat akan mempengaruhi perubahan dalam sifat akuntansi”.27

Bila diperhatikan, budaya yang berkembang dalam masyarakat Islam dan masyarakat Barat (tempat akuntansi modern saat ini berkembang) terdapat perbedaan yang sangat besar. Di dalam Islam, terdapat sistem nilai yang melandasi setiap aktifitas masyarakat (baik untuk kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat) yang tidak ditemukan dalam kehidupan Barat. Perbedaan dalam budaya dan sistem nilai ini menghasilkan bentuk masyarakat, praktik serta pola hubungan yang berbeda pula.28 Misalnya : Pada masyarakat kapitalis terbentuk ideologi kapitalis sehingga menjadikan kegiatan ekonomi kapitalis, dan akhirnya menurunkan teori dan praktek akuntansi yang juga kapitalis.29

27 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), 321 28 Widodo, Pedoman, 65

29 Lihat Gambar Struktur Akuntansi Kapitalis pada Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam

(20)

Dalam hal ini, Sofyan Safri Harahap menggambarkan hubungan antara ideologi serta konsep dan sistem yang berkembang dalam masyarakat sebagai berikut :

Gambar 2.1

Struktur dan Sumber Konsep Akuntansi 30

Kenyataan sekarang tidak ada konsep yang murni 100% sesuai dengan konsep asalnya. Tidak ada konsep ekonomi kapitalis murni. Bahkan menurut Peter Drucker dalam bukunya Post Capitalist Society (1994) dikemukakan bahwa masyarakat pasca kapitalis ini mirip sebagaimana yang dibayangkan pemikir sosialis dahulu. Akhirnya yang terjadi adalah ekonomi campuran sehingga sistem ekonomi dan akuntansinya pun adalah campuran.31 Dalam suasana seperti ini maka 30 Ibid.,153 31 Ibid.,153 IDEOLOGI SISTEM SOSIAL SISTEM EKONOMI

(21)

upaya yang harus kita lakukan adalah bagaimana sistem campuran itu dijernihkan atau di “purify”. Dihilangkan yang tidak sesuai dengan konsep Islam dan ditambah dengan konsep yang diwajibkan Islam.

Akhirnya, Berdasarkan hal tersebut, Sofyan Safri Harahap menyimpulkan bahwa pada dasarnya konsep dasar akuntansi Islam (Syari’ah) tidak banyak berbeda dengan konsep dasar akuntansi konvensional, kecuali dua hal sebagai berikut : 32

a. Sumber hukumnya adalah Allah melalui instrumen Al-Qur’an dan Sunnah. Sumber hukum ini harus menjadi pagar pengaman dari setiap postulat, konsep, prinsip, dan tehnik akuntansi.

b. Penekanan pada accountability, kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Permasalahan diluar itu diserahkan sepenuhnya kepada akal pikiran manusia termasuk untuk kepentingan “decision uselfulness” 3. Akuntansi dalam Prespektif Islam

a. Pengertian Akuntansi dalam Islam

Akuntansi dalam Islam lebih dikenal dengan istilah muhâsabah. Kata muhâsabah berasal dari kata kerja hâsaba (َNَOPَQ), dan diucapkan juga dengan hisâb (بPَSِQ), hâsibah (UَVِOَPَQ), muhâsabah (UَVَOPَWُY), dan hisâba (Pً[PَSِQ). Kata kerja hâsaba termasuk kata kerja yang menunjukkan adanya interaksi seseorang dengan orang lain. Pengertiannya seperti dalam kalimat: ”menghitung semua amalnya

(22)

untuk dia balas sesuai dengan amalnya tersebut”. Arti kata muhâsabah secara bahasa secara bahasa adalah “menimbang” atau “memperhitungkan amal-amal manusia yang telah diperbuatnya”. Seperrti dalam firman Allah,

Éir'x.uρ

ÏiΒ

>πtƒös%

ôMtGtã

ôtã

Í÷ö∆r&

$pκÍh5u‘

Ï&Î#ß™â‘uρ

$yγ≈uΖö6y™$y⇔sù

$\/$|¡Ïm

#Y‰ƒÏ‰x©

$yγ≈oΨö/¤‹tãuρ

$\/#x‹tã

#[õ3œΡ

Artinya : Dan Berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, Maka kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan kami azab mereka dengan azab yang mengerikan.33

Selanjutnya, akar kata hâsaba ialah hisaba, yaitu menghitung dengan seksama atau teliti yang harus tercatat disurat-surat atau buku-buku, seperti firman Allah:

$¨Βr'sù

ôtΒ

š†ÎAρé&

…çµt7≈tGÏ.

ϵÏΨŠÏϑu‹Î/

∩∠∪

t∃öθ|¡sù

Ü=y™$ptä†

$\/$|¡Ïm

#ZŽÅ¡o„

∩∇∪

Artinya: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.34

Dari uraian lughawi bahasa diatas dapat dipahami bahwa kata muhâsabah sama dengan kata hisab. Keduanya akar dari hasaba, yang bermakna menghitung dan menimbang semua amalan manusia dan tingkah lakunya sesuai apa yang tercatat dan terdaftar.

33 Al-Qur’an, 65:8. 34 Al-Qur’an, 84:7-8

(23)

Sedangkan kata hisab itu juga mempunyai arti lain dalam bahasa, yaitu mengkalkulasikan dan mendata. Menghisab sesuatu juga bisa berarti mendatanya, menyusunnya, dan mengkalkulasinya.35 b. Muhâsabah dalam al-Qur’an, Sunnah dan Fiqih

1) Dalam al-Qur’an

Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah hisab pada intinya adalah mengandung nilai-nilai yang diterapkan dalam pelaksanaan akuntansi syari’ah. Dengan demikian apabila keinginannya adalah ingin membangun suatu teori tentang akuntansi syari’ah, maka tidak dapat dilepaskan dari konsep dasar al-Qur’an tentang suatu teori. 36 Dengan kata lain, nilai-nilai al-Qur’an haru dijadikan prinsip-prinsip dalam aplikasi akuntansi.

Dalam kaitannya dengan penerapan akuntansi (muhâsabah) atau pencatatan seluruh transaksi yang dilakukan selama bermuamalah, maka al-Qur’an memberi rambu-rambu prinsip umum yang harus diikuti dalam bermuamalah. Prinsip-prinsip umum ini secara tegas dinyatakan dalam Qur’an surat al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi :

35 Husein Syahatah, Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, terj. Khusnul Fatarib (Jakarta:

Akbar Media Eka Sarana, 2001), 30-31

(24)

$y㕃r'‾≈tƒ

šÏ%©!$#

(#þθãΖtΒ#u

#sŒÎ)

ΛäΖtƒ#y‰s?

Aøy‰Î/

#’n<Î)

9≅y_r&

‘wΚ|¡•Β

çνθç7çFò2$$sù

4

=çGõ3u‹ø9uρ

öΝä3uΖ÷−/

7=Ï?$Ÿ2

ÉΑô‰yèø9$$Î/

4

Ÿωuρ

z>ù'tƒ

ë=Ï?%x.

βr&

|=çFõ3tƒ

$yϑŸ2

çµyϑ‾=tã

ª!$#

4

ó=çGò6u‹ù=sù

È≅Î=ôϑãŠø9uρ

“Ï%©!$#

ϵø‹n=tã

‘,ysø9$#

È,−Gu‹ø9uρ

©!$#

…çµ−/u‘

Ÿωuρ

ó§y‚ö7tƒ

çµ÷ΖÏΒ

$\↔ø‹x©

4

βÎ*sù

tβ%x.

“Ï%©!$#

ϵø‹n=tã

‘,ysø9$#

$—γŠÏy™

÷ρr&

$¸‹Ïè|Ê

÷ρr&

Ÿω

ßì‹ÏÜtGó¡o„

βr&

¨≅Ïϑãƒ

uθèδ

ö≅Î=ôϑãŠù=sù

…絕‹Ï9uρ

ÉΑô‰yèø9$$Î/

4

(#ρ߉Îηô±tFó™$#uρ

Èøy‰‹Íκy−

ÏΒ

öΝà6Ï9%y`Íh‘

(

βÎ*sù

öΝ©9

$tΡθä3tƒ

È÷n=ã_u‘

×≅ã_tsù

Èβ$s?r&z÷ö∆$#uρ

£ϑÏΒ

tβöθ|Êös?

zÏΒ

Ï!#y‰pκ’¶9$#

βr&

¨≅ÅÒs?

$yϑßγ1y‰÷nÎ)

tÅe2x‹çFsù

$yϑßγ1y‰÷nÎ)

3“t÷zW{$#

4

Ÿωuρ

z>ù'tƒ

â!#y‰pκ’¶9$#

#sŒÎ)

$tΒ

(#θããߊ

4

Ÿωuρ

(#þθßϑt↔ó¡s?

βr&

çνθç7çFõ3s?

#—ŽÉó|¹

÷ρr&

#—ŽÎ7Ÿ2

#’n<Î)

Ï&Î#y_r&

4

öΝä3Ï9≡sŒ

äÝ|¡ø%r&

y‰ΖÏã

«!$#

ãΠuθø%r&uρ

Íοy‰≈pꤶ=Ï9

#’oΤ÷Šr&uρ

āωr&

(#þθç/$s?ös?

(

HωÎ)

βr&

šχθä3s?

¸οt≈yfÏ?

ZοuŽÅÑ%tn

$yγtΡρ㍃ωè?

öΝà6oΨ÷t/

}§øŠn=sù

ö/ä3ø‹n=tæ

îy$uΖã_

āωr&

$yδθç7çFõ3s?

3

(#ÿρ߉Îγô©r&uρ

#sŒÎ)

óΟçF÷ètƒ$t6s?

4

Ÿωuρ

§‘!$ŸÒãƒ

Ò=Ï?%x.

Ÿωuρ

Ó‰‹Îγx©

4

βÎ)uρ

(#θè=yèøs?

…çµ‾ΡÎ*sù

8−θÝ¡èù

öΝà6Î/

3

(#θà)¨?$#uρ

©!$#

(

ãΝà6ßϑÏk=yèãƒuρ

ª!$#

3

ª!$#uρ

Èe≅à6Î/

>óx«

ÒΟŠÎ=tæ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah. tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

(25)

mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."37

Firman Allah SWT ini merupakan bimbingan dari Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, jika mereka bermuamalah melalui aneka jenis muamalah yang tidak tunai, maka hendaklah mereka mencatatnya, agar catatan itu dapat menjaga kesaksian.38

Timbul pertanyaan, apakah penulisn transaksi hanya untuk muamalah tidak tunai? Tentu tidak sesempit itu. Baik transaksi

37 Al-Qur’an, 2:282

38 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj

(26)

kredit maupun tunai seharusnyalah dilakukan pencatatan kejadiannya. Lebih tegas Hamka dalam tasfir al Azhar mengomentari dan mengupas transaksi kontan dan tunai, sebagai berikut :

…di zaman kemajuan sekarang, orang berniaga sudah lebih teratur, sehingga membeli kontanpun dituliskan orang juga, sehingga si pembeli dapat mencatat berapa uangnya keluar pada hari itu dan si penjual pada menghitung penjualan berupa barang yang lakudan dapat pula menjumlahkan dengan sempurna. Tetapi yang semacam ini terpuji pula pada syara’. Kalau dikatakan tidak mengapa tandanya ditulis lebih baik.39

Menurut Muhammad, Penafsiran Hamka tersebut diatas menunjukkan, “Setiap transaksi dalam berniaga seharusnya ditulis secara baik dan benar, sebab hal demikian dapat menjadi informasi penting dalam melakukan aktifitas niaga pada masa-masa yang akan datang”.40

2) Dalam Sunnah

Dalam hadits-hadist Nabi banyak dijumpai kata-kata hâsaba (َNَOPَQ) maupun hasaba (NَSَQََ), seperti pada hadist berikut ini :

PَY ل]وَأ

َ]`aا ِUَYPَcِdْaا َمْgَhُ iْVَjْaا ِkْclَm ُNَOPَWُh

ْةo

,

...

)

pqاrVsaا tاور

(

Artinya : “Yang pertama dihisab di Hari Kiamat nanti ialah shalat, …”(HR. Thabrani)41

39 Hamka, Tafsir Al-Azhar juz III (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), 118 40 Muhammad, Prinsip., 42

(27)

Arti lafal yuhasabu (NOPWh) dalam hadist ini ialah musaalah (perhitungan dan pembalasan). 42

Dalam hadist lain :

]qأ

ُk

ِا

ْO

َv

ْj

َw

َx

ِا

ْ[

َy

ْْا

azl

َvْc

َV

َk

َm

َl

َ{ p

َi

َ|

ِتP

َ[

ِ~

َ p

ِw

ْc

ٍ

,

َ‚

َl

]w

َƒ P

َءP

ِا

]a

َر p

ُO

ْg

ِل

ِ…ا

َو

َQ

َOP

َV

ُk

َ|

َلP

َه

َ‡

]aا ا

ِ‡

َa ى

ُ‰

ْ

َو

َه

َ‡

َه ا

ِi

َh

ُU

َأ

َه

َi

ْh

َŠ

ِa

p

...

ِاَa

ْ‹

)

ŒVaا tاور

ىرP

(

Artinya : “bahwa Ibnu al-Lutaibah ditugaskan oleh Rasulullah SAW untuk mengurusi zakat Bani Tamim. Setelah ia datang kepada Rasulullah dan menghitungnya, lalu berkata,’ini adalah milik kalian dan ini adalah hadiah yang diberikan kepada saya.” (HR Bukhari.)43

Jadi, lafal lafal hâsabahu (UَVِOَPَQ), dalam hadist ini berarti menghitung, menyusun, kemudian perhitungan dan pembalasan, serta perdebatan yang menyebabkan Rasulullah mengambil keputusan untuk memindahkan hadiah itu ke Baitulmâl.44

Dari hadist-hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa kata muhâsabah mempuyai dua pengertian, yaitu :

a) Perhitungan dan pembalasan b) Catatan, data, dan hitungan 3) Dalam Fiqih

Ahli fiqih menganggap bahwa istilah muhâsabah sama artinya dengan catatan keuangan (لاgYا U[Pvآ). “Al-Qalqasyandi

42 Ibid. 43 Ibid., 40 44 Ibid.

(28)

mengatakan dalam bukunya, Shubhu al-A’sya, bahwa lafal kitabah dalam bahasa Arab terbagi pada dua bagian utama, yaitu: kitabul insha’(menulis karangan) dan kitabul amwal (menulis/ mencatat keuangan)”.45

Pengertian dari kitabul insha’ ialah menyusun kalimat-kalimat dan urutan-urutan makna. Sedangkan pengertian dari kitabul amwal ialah penulisan pemasukan uang dan pengeluaran semua proses lain yang semakna dengan ini, seperti catatan baitul mâl dari kas-kas negara terhadap jenis-jenis uang yang harus diambil dan yang harus didistribusikan, misalnya upah dan ongkos-ongkos.46

4. Tujuan Akuntansi Syari’ah

Pada prinsipnya tujuan dalam akuntansi syari’ah adalah berdasarkan tujuan ekonomi Islam, yaitu pemerataan kesejahteraan bagi seluruh ummat. Kesejahteraan seharusnya didistribusikan kepada seluruh masyarakat dan tidak hanya diperuntukkan hanya pada seseorang atau segolongan saja.47

Adapun tujuan akuntansi syari’ah pada tataran teori dan praktek yaitu sejalan dengan al-Qur’an, Hadits, dan ketentuan-ketentuan syari’ah

45 Ibid., 40 46 Ibid., 41

47 Iwan Triyuwono dan Moh. As’udi, Akuntansi Syari’ah: Memformulasikan Konsep Laba

(29)

lainnya. Maka dari itu, bisa dilihat dalam pandangan makro tujuan akuntansi syari’ah adalah sebagai berikut:48

a. Merupakan dasar dalam perhitungan zakat

b. memberikan dasar dalam pembagian keuntungan, distribusi kesejahteraan dan pengungkapan terhadap kejadian dan nilai-nilai. c. untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan bersifat

Islami dan hasil (laba) yang diperoleh tidak merugikan masyarakat. 5. Perbedaan Prinsipil antara Akuntansi Syari’ah dan Akuntansi

Konvensional.

a. Perbedaan dari Segi Pengertiannya

Pengertian akuntansi menurut Islam lebih mengarah pada pembukuan, pendataan, kerja dan usaha, kemudian juga perhitungan dan perdebatan (Tanya jawab) berdasarkan syarat-syarat yang telah disepakati, dan selanjutnya penentuan imbalan atau balasan yang meliputi semua tindak tanduk dan pekerjaan, baik yang berkaitan dengan keduniaan maupun yang berkaitan dengan keakhiratan. Oleh karena itu, muhâsabah dalam Islam mempunyai dua arti, perhitungan dan pembukuan keuangan. Sementara arti akuntansi yang berkembang dalam konsep konvensional ialah sekitar pengumpulan dan

(30)

pembukuan, penelitian tentang keterangan-keterangan dari berbagai macam aktifitas. 49

Oleh karena itu, akan lebih jelas bahwa arti muhâsabah (akuntansi) dalam Islam lebih umum dan lebih luas jangkauannya, yang meliputi perhitungan dari segi moral dan juga perhitungan akhirat.

b. Perbedaan dari Segi Tujuan

Diantara tujuan-tujuan terpenting dari akuntansi dalam Islam ialah menjaga harta yang merupakan hujjah atau bukti ketika terjadi perselisihan, membantu mengarahkan kebijaksanaan, merinci hasil-hasil usaha untuk perhitungan zakat, penentuan hak-hak mitra bisnis, dan juga untuk membantu dalam menetapkan imbalan dan hukuman serta penilaian evaluasai kerja dan motivasi. Sementara tujuan akuntansi konvensional diantaranaya untuk menjelaskan utang dan piutang, untung dan rugi, sentral moneter, dan membantu dalam mengambil ketetapan-ketetapan manajemen.50

Dari hal tersebut, maka jelaslah ada segi persamaan dalam beberap tujuan, ini menunjukkan keutamaan Islam yang telah lebih dulu meletakkan dasar-dasar pokok akuntansi. Hanya saja, akuntansi Islam lebih difokuskan untuk membantu individu-individu dalam

49 Syahatah, Pokok,. 58. 50 Ibid., 58-59.

(31)

mengaudit transaksi-transaksinya, dan juga untuk membantu kelompok masyarakat untuk melakukan muhâsabah yang bersifat kemasyarakatan, serta muhâsabah yang ditangani oleh hakim. Bahkan lebih dari itu, akuntansi bisa membantu lapangan dakwah kepada kebaikan, seperti amar ma’ruf nahi munkar. Semua ini tidak ada dalam akuntansi konvensional.51

c. Perbedaan dari Segi Karakteristik

Akuntansi dalam Islam berdasarkan pada nilai-nilai akidah dan akhlak. Maka, sudah menjadi tugas seorang akuntan untuk memberikan data-data dalam membantu orang-orang yang bersangkutan tentang sejauh mana hubungan kesatuan ekonomi dengan kaidah-kaidah dan hukum-hukum syari’at Islam dalam bidang muamalah.52 Seorang akuntan muslim selalu sadar bahwa ia harus bertanggung jawab di hadapan Allah tentang pekerjaannya, tidak menuruti keinginan pemilik modal.

Berdasarkan hal tersebut, kita ketahui bahwa akuntansi menurut Islam didasarkan pada kaidah-kaidah yang permanen yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Adapun konsep akuntansi konvensional didasarkan pada ordonansi atau peraturan-peraturan dan teori-teori yang dibuat oleh manusia yang mempunyai sifat khilaf, lupa,

51 Ibid., 59. 52 Ibid., 59

(32)

keterbatasan ilmu dan wawasan. Maka konsepnya itu labil dan tidak permanen.53

B. BMT dan Karakteristiknya 1. Pengertian BMT

BMT adalah penggabungan dari Baitul Mâl dan Baitut Tamwil. Baitul Mâl adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial). Sumber dana diperoleh dari zakat, infak, dan sedekah, atau sumber lain yang halal. Kemudian, dana tersebut disalurkan kepada mustahik, yang berhak, atau untuk kebaikan. Adapun Baitut Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profite motive. Penghimpunan dana diperoleh dari pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi, yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah.54

2. Karakteristik BMT

BMT mempunyai karakteristik yang berbeda dengan lembaga keuangan lainnya, yaitu menggabungkan dua kegiatan kegiatan yang berbeda sifatnya “laba dan nirlaba” dalam satu lembaga. Namun, secara operasionalnya tetap merupakan entitas (badan) yang terpisah, dimana

53 Ibid.

(33)

dalam perkembangannya ada tiga jenis aktifitas yang dijalankan BMT, yaitu jasa keuangan, sosial atau pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS), serta sektor riil.55

Mengingat masing-masing memiliki kekhasannya sendiri, setiap aktifitas merupakan entitas (badan) yang terpisah, artinya pengelolaan dana ZIS, jasa keuangan, dan sektor riil tidak bercampur satu sama lain.56 Pencampuran dana yang berbeda tersebut mengakibatkan satu dengan yang lain saling mempengaruhi nilai kekhasannya bahkan bisa saling merusak, misalnya: percampuran dana zakat dengan dana jasa keuangan. Hal ini sesuai yang diriwayatkan oleh Syafi’i dan Bukhari dalam buku tarikh dari ‘Aisyah bahwa Nabi SAW bersabda:

َداَزَو ْىِiْcَwُWْaا ُtاَوَر ُkْvَ‰َlْهََأ ]َ’َِْإ z”ََ| ًَ•PَY ُUُ|َi]`aا ِŠَsَaPَ–َPY

,

َلPَ|

:

َNَƒَو ْiَ| ُنْgُ‰hًًََِْْ

َP˜ْƒِrْŒُ َoَ‚ ٌUَ|َiَ{ َšَa Pَwىِ‚ َšْcَlَm

,

َلَoَWْaا ُمَrَWْaا َšِlْ˜ُcَ‚

.

Artinya : “Jika sesuatu harta dicampuri oleh zakat, pastilah akan dirusakkannya.” Diriwayatkan oleh Humaidi dengan tambahan: Sabda Nabi:”Mungkin ada hartamu yang wajib dizakatkan, tapi tak dikeluarkan, maka harta haram itu akan merusak yang halal!”57

3. Aktifitas BMT a. Jasa Keuangan

Kegiatan yang dikembangkan oleh BMT adalah berupa penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui kegiatan

55 Ibid., 81-82 56 Ibid., 82

(34)

pembiayaan dari dan untuk anggota atau non anggota (masyarakat). Aktifitas ini hampir sama dengan aktifitas simpan pinjam lembaga keuangan konvensional, akan tetapi secara konsep dan praktek berbeda, karena BMT perpedoman pada hukum Islam atau shari’ah. Hal ini terlihat dari produk-produk jasa BMT yang kurang lebih sama dengan yang ada dalam perbankkan Islam.58

b. Aktifitas Sosial

Sesuai dengan namanya, BMT pada dasarnya tidak hanya berorientasi pada aspek profit saja akan tetapi juga berorientasi pada aspek sosial (social oriented). Dalam hal ini, aktifitas yang dilakukan BMT adalah mengelola zakat, infaq dan shodaqoh, baik yang dihimpun dari masyarakat, pihak donor maupun dari BMT itu sendiri.59

Adapun penjelasan dari ketiga bentuk aktifitas sosial BMT, baik zakat, infaq dan shodaqoh adalah sebagai berikut:

1) Zakat

Zakat ditinjau dari sudut bahasa adalah berarti suci, tumbuh, berkah dan terpuji. Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 103 yang berbunyi :

58 Widodo, Pedoman., 82 59 Ibid., 84

(35)

õ‹è{

ôÏΒ

öΝÏλÎ;≡uθøΒr&

Zπs%y‰|¹

öΝèδãÎdγsÜè?

ΝÍκŽÏj.t“è?uρ

$pκÍ5

Èe≅|¹uρ

öΝÎγø‹n=tæ

Artinya: Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk membersihkan mereka serta menghapuskan kesalahan mereka…60

Ditinjau dari istilah zakat adalah nama suatu ibadah yang dilaksanakan dengan memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik sendiri kepada yang menerimanya menurut yang yang ditentukan syari’ah61 Adapun al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60 menjelaskan :

$yϑ‾ΡÎ)

àM≈s%y‰¢Á9$#

Ï!#ts)àù=Ï9

ÈÅ3≈|¡yϑø9$#uρ

t,Î#Ïϑ≈yèø9$#uρ

$pκöŽn=tæ

Ïπx©9xσßϑø9$#uρ

öΝåκæ5θè=è%

Îûuρ

É>$s%Ìh9$#

tÏΒ̍≈tóø9$#uρ

Îûuρ

È≅‹Î6y™

«!$#

Èø⌠$#uρ

È≅‹Î6¡¡9$#

(

ZπŸÒƒÌsù

š∅ÏiΒ

«!$#

3

ª!$#uρ

íΟŠÎ=tæ

ÒΟ‹Å6ym

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.62

Dalam hal ini, aktifitas yang dilakukan BMT adalah menhimpun zakat baik dari BMT itu sendiri, dari masyarakat, maupun dari lembaga donor yang kemudian didistribusikan kepada

60 Al-Qur’an, 9:103.

61 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2007), 10 62 Al-Qur’an, 9:60.

(36)

orang-orang yang berhak menerimanya yaitu delapan asnaf sesuai dengan Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60.

Untuk zakat dari BMT pada dasarnya sama halnya dengan zakat syirkah/ koperasi yaitu sejumlah orang yang mengumpulkan modal meskipun tidak sama besarnya yang digunakan untuk usaha dan harta usaha tersebut sudah mencapai nisab dalam periode satu tahun maka harus dikeluarkan zakatnya. 63 Demikian sesuai pendapat Ulama Syafiiyah yang disebutkan dalam Fikhussunah jilid I halaman 371:

َو

ِm

ْ~

َi

]›aا

ِ‚ P

ِj

]نأ Uc

ُآ

]x

َو

ِQ ا

َi

ٍة

ِY

َy

ْaا

ِŒ

ْl

َs

َvْc

ِy

ُ

َœ

َِِ

ُr

ِ‚

ًَžaا p

ًآ

ِةP

َو

َh

ِ`

ْc

ُr

َY

ُل P

َ›aا

ْŒ

َ`

ْc

ِy

َأ

ِو

ْا

َ

ْŸ

َŒ

ِص P

َآ

َw

ِل P

َو

ِQ ا

ٍi

ُ

ََ

َ|

ْi

َh

ُ‰

ْg

ُن

َأ

َ

ُr

َه

ِ‚ P

ُو p

ُƒ

ْg

ِب

َžaا

َآ

ِةP

“Menurut pendapat Ulama Syafiiyah, bahwa setiap bagian dari modal yang dicampur itu mempengaruhi dalam hal zakat, sehingga modal dua orang atau beberapa orang itu seperti modal seorang. Yang kemudian hal itu dapat mempengaruhi ada tidaknya zakat.”64

Dalam masalah perhitungannya, Menurut hasil penelitian Harahap dan Yusuf (2002) menunjukkan bahwa perhitungan zakat yang dominan di Indonesia terdiri dari dua metode, yaitu :65

a) Laba bersih setelah pajak x 2,5 % (berdasarkan perhitungan Safaruddin dan BMI).

63 Depag RI, Pedoman Zakat 9 seri (Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam,

Zakat dan Wakaf. Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, 2001), 147

64 Ibid.

65 Aji Dedi Mulawarman, Menyibak Akuntansi Syari’ah: Rekontruksi Tehnologi Akuntansi

(37)

b) (Aktiva lancar – Kewajiban lancar) x 2,5 % (berdasarkan metode Abu Ubaid dan BAZIS DKI).

2) Infaq dan shodaqoh

Menurut terminologi syari’ah, infaq berarti mengeluarkan sebagian harta pendapatan atau penghasilan untuk kepentingan yang diperuntukkan ajaran Islam.66

Sedangkan shodaqoh dalam konsep Islam mempunyai arti tidak hanya terbatas pada pemberian sesuatu yang sifatnya materiil kepada orang-orang miskin, tetapi juga mencakup semua perbuatan kebaikan, baik bersifat fisik maupun non fisik.67

Dalam hal ini, aktifitas yang dilakukan BMT adalah menghimpun infaq dan shodaqoh baik dari BMT itu sendiri, dari masyarakat, maupun dari lembaga donor yang tanpa adanya batasan (nisab) dan kemudian didistribusikan untuk kepentingan ajaran Islam, baik untuk dakwah, pendidikan, maupun menyantuni anak yatim piatu.

c. Sektor Riil

Sektor riil pada dasarnya merupakan bentuk dari penyaluran dana BMT selain dengan produk-produk jasa keuangan. Penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen dan jangka panjang yang biasa

66 Kartika Sari, Pengantar., 6 67 Ibid., 5

(38)

disebut investasi. 68 Investasi yang dilakukan BMT dapat mendirikan usaha baru atau dengan membeli saham pada usaha yang sudah ada.

C. Aplikasi Akuntansi Syari’ah Pada BMT 1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya mempunyai dua fungsi yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi dan (2) sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen.69

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dalam memperoleh informasi dari sebuah laporan keuangan sesuai dengan Pedoman Akuntansi Syari’ah Indonesia PAPSI 2003, antara lain :70

a. Sâhib al- mâl/ pemilik dana b. Kreditur

c. Pembayar zakat, infaq, dan shodaqoh d. Pemegang saham e. Otoritas pengawasan f. Bank Indonesia g. Pemerintah 68 Widodo, Pedoman,. 84 69 Ibid,. 87

70 Tim Pengembangan Perbankan Syari'ah Institut Bankir Indonesia, Bank Syari'ah : Konsep,

Produk dan Implementasi Operasional (Jakarta : Djambatan, 2001),282-283, dan Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), 151-152.

(39)

h. Lembaga penjamin simpanan, dan i. Masyarakat

2. Laporan Keuangan Pokok BMT

Untuk itu, laporan keuangan yang disajikan oleh BMT harus dapat menggambarkan ketiga aktifitas yang dijalankan oleh BMT, yaitu keuangan, sektor riil, dan sosial. Sesuai PSAK 59 IAI laporan keuangan pokok lembaga keuangan syari’ah meliputi hal-hal sebagai berikut :71 a. Neraca/ Laporan Posisi Keuangan

Neraca menggabarkan posisi keuangan BMT pada tanggal tertentu, meliputi aktiva, kewajiban, investasi pihak ketiga, dan ekuitas. Di dalamnya tercakup pula saldo akhir dana ZIS dan saldo investasi pada sektor riil. Dana ZIS disajikan dalam kewajiban sebesar saldo akhir yang siap disalurkan, sedangkan sektor riil disajikan dalam akun investasi.72

b. Perhitungan Hasil Usaha/ Laporan Laba Rugi

Laporan ini menggambarkan hasil kinerja BMT pada suatu periode tertentu, meliputi penghasilan dan beban yang timbul pada sektor jasa keuangan ditambah dengan penghasilan bersih sektor riil.

71 Widodo, Pedoman., 87 dan di Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: (UPP)

AMP YKPN), 342

(40)

Laporan ini tidak meliputi kinerja sektor ZIS, yang akan dilaporkan dalam laporan tersendiri.73

c. Laporan Arus Kas

Laporan ini menggambarkan arus masuk dan keluar kas, yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan BMT dalam menghasilkan kas dan setara kas serta memenuhi kebutuhan BMT untuk menggunakan arus kas tersebut. Laporan ini meliputi arus kas pada sektor jasa keuangan pada ZIS, sedangkan untuk sektor riil hanya terlihat pengeluaran dan pengembalian ataupun pembagian keuntungan dari investasi untuk sektor ini. Laporan arus kas ada tiga bentuk aktifitas BMT, yaitu arus kas aktifitas operasi, investasi, dan pendanaan.74

d. Laporan Dana ZIS

Laporan ini menggambarkan arus kas pengelolaan dana ZIS oleh BMT, meliputi sember perolehannya, penyalurannya kepada yang berhak, dan perubahan saldonya. Pelaporan ini dibedakan menurut jenis dana yang memiliki karakteristik berbeda, yaitu dana zakat, dan infaq/shodaqoh. Hal ini disebabkan, dari segi syari’ah, zakat merupakan dana yang penggunaanya terbatas pada sasaran yang telah

73 Ibid,. 87-88 74 Ibid,. 88

(41)

diatur dalam Al-Qur’an, sedangkan infaq penggunaanya tidak tebatas.75

e. Laporan Sumber dan Pengguna dana Qard atau Qard al-Hasan.

Laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana Qard. Qard merupakan pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan wajib mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati.76

f. Laporan Sektor Riil

Laporan ini merupakan laporan keuangan untuk sektor riil yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Laporan ini bersifat tambahan, BMT harus membuatnya untuk memberikan informasi yang lengkap kepada pemakai laporan keuangan.77

g. Catatan atas laporan Keuangan.

Bagian ini disusun dengan maksud pengungkapanhal-hal berikut:78

1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.

2) Penerimaan dan penjelasan setiap pos, dan

75 Ibid.

76 Tim Pengembangan Perbankan Syari'ah Institut Bankir Indonesia, Bank Syari'ah : Konsep,

Produk dan Implementasi Operasional (Jakarta : Djambatan, 2001), 295

77 Widodo, Pedoman., 89. 78 Ibid. 88-89

(42)

3) Informasi tambahan lain yang dianggap perlu. 3. Kebijakan Akuntansi

Dalam Pedoman Akuntansi Syari’ah Panduan Praktis Operasional BMT, Kebijakan akuntansi atau tehnik pembukuan berkaitan dengan dasar yang dipakai BMT dalam melakukan penyusunan laporan keuangan. Di dalamnya meliputi bagaimana suatu transaksi dicatat, dinilai jumlahnya, dan diakui oleh BMT.79

Dalam hal kebijakan akuntansi, Muhammad berpendapat bahwa : Kebijakan akuntansi harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan mencakup semua informasi yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK. Apabila PSAK belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, harus ditetapkan kebijakan agar laporan keuangan yang disajikan memuat informasi yang dapat diandalkan dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan.80

Secara umum kebijakan dapat diuraikan sebagai berikut :81

a. Hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pedoman Akuntansi Syari’ah, perlakuan akuntansinya mengikuti standar akuntansi yang berlaku umum.

b. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dan diklasifikasikan berdasarkan aktifitas operasi, investasi, dan pendanaan.

79 Widodo, Pedoman.,88-89

80 Muhammad, Manajemen Dana., 153 81 Widodo, Pedoman., 89-90

(43)

c. Untuk menampung kemungkinan tidak tertagihnya dana yang disalurkan, dibentuk cadangan penyisihan atas kemungkinan tidak tertagihnya penyaluran dana. Pencadangan yang dilakukan melalui akun penyisihan penghapusan piutang dan penyisihan penghapusan pembiayaan. Pembentukan ini menjadi beban BMT, dan karenanya BMT perlu mempertimbangkan hal ini sehingga prosentase bagian nisbah untuk BMT memadai.

d. Kas yang berasal dari ZIS harus diungkapkan terpisah dari kas untuk kegiatan operasional. Kas ZIS dilaporkan dalam di neraca dalam kelompok aktiva lain-lain.

4. Penyajian (Posisi) Tabungan Dalam Laporan Keuangan BMT

Dalam laporan keuangan pokok BMT, posisi tabungan termuat dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Dalam Neraca

Dalam neraca, tabungan disajikan sebesar kewajiban kepada nasabah.82

b. Dalam Laporan Arus Kas

Dalam laporan arus kas, tabungan tersaji dalam bentuk penerimaan dari penabung dan pengambilan oleh penabung.83

82 Ibid., 96 83 Ibid., 106-107

(44)

5. Penyajian (Posisi) Dana ZIS dalam Laporan Keuangan BMT

Dalam Laporan keuangan pokok BMT, posisi dana ZIS termuat dalam Neraca dan Laporan Arus Kas serta terdapat laporan tersendiri yang disebut Laporan Dana ZIS. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a. Dalam Neraca

Dalam neraca, dana ZIS termuat pada aktiva dan pasiva, pada aktiva disajikan dalam akun lain-lain, sedangkan dalam pasiva (kewajiban) tersaji dalam akun sendiri sebesar saldo akhir sebagai pengolahan selama satu periode dan merupakan dana yang siap disalurkan.84

b. Dalam Laporan Arus Kas

Dalam laporan arus kas, dana ZIS tersaji dalam bentuk penerimaan dan penyalurannya saja.85

c. Laporan Dana ZIS

Laporan Dana ZIS adalah salah satu laporan keuangan pokok BMT, yang merupakan laporan kegiatan BMT pada sektor sosial berupa arus kas pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan shodaqoh. Nilai akhir yang disajikan adalah sejumlah saldo akhir kas yang siap untuk disalurkan. Pencatatan dilakukan dengan metode

84 Ibid., 96 85 Ibid., 107

(45)

akuntansi basis kas, yaitu dicatat pada saat kas telah secara efektif diterima atau dikeluarkan.86

Adapun akun-akun yang termasuk dalam laporan dana ZIS adalah sebagai berikut :87

1) Sumber dana Zakat

Definisi: sumber perolehan zakat diantaranya dari masyarakat, zakat BMT, dan penyaluran dari lembaga ZIS.

2) Pengeluaran dana Zakat

Definisi: penyaluran dana zakat kepada yang berhak, yaitu delapan asnaf sebagaimana

dijelaskan

dalam surat At-Taubah ayat 60. di dalamnya juga meliputi pemberian beasiswa (prestasi) kepada golongan yang tidak mampu (fakir miskin).

3) Sumber dana Infaq dan shodaqoh

Definisi: sumber perolehan infaq/ shodaqoh diantaranya dari masyarakat, BMT, penyaluran lembaga ZIS, dan pengembalian dari piutang al-qard al- hasan.

4) Penggunaan dana infaq dan shodaqoh

Definisi: penyaluran dana infaq/ shodaqoh kepada yang berhak atau untuk kebaikan sesuai kebijakan BMT, misalnya pemberian

86 Ibid., 107 87 Ibid., 108

(46)

pinjaman pendidikan, bantuan kesehatan, pembangungan masjid, dan pemberian pinjaman al-qard al- hasan..

D. Akuntansi Pertanggungjawaban (Akuntabilitas Akuntansi) 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan, pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban masing-masing dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan.88

Keadaan untuk dapat dipertanggungjawaban dalam bahasa akuntansi lebih dikenal dengan istilah akuntabilitas (accountability)89

. Akuntabilitas sebetulnya timbul sebagai konsekuensi logis atas adanya hubungan antara manajemen (agent) dan principal (pemilik) atau “agent-principal relationship”. Principal dalam hal ini memberikan kewenangan penuh pada agent untuk melakukan aktifitas operasi organisasi. Sebagai konsekuensi atas wewenang ini, maka agent harus mempertanggungjawabkan aktifitasnya terhadap principal.90

88 Masiyah Kholmi, Akuntansi Manajemen (Malang: UMM, 1998), 53

89 M. Dahlan Y. Al-Barry, Kamus Induk Istilah Ilmiah ( Surabaya: Target Press, 2003), 25 90 Dwi Cahyono, dkk, Penerapan Akuntansi Syari’ah Dan Akuntabilitas Keuangan Pada

(47)

2. Akuntansi Pertanggungjawan dalam Prespektif Islam

Dilihat dari prespektif Islam, bahwa kehidupan manusia pada dasarnya adalah syarat dengan proses akuntansi. Yaitu proses pertanggungjawaban amal manusia kepada Allah SWT, pada saat hari perhitungan amal.91

Satu hal penting yang dapat dikaji dari ayat 282 surat al-Baqoroh adalah adanya perintah dari Allah kepada kita untuk menjaga keadilan dan kebenaran di dalam melakukan setiap transaksi.92 Lebih dalam perintah ini menekankan pada kepentingan pertanggungjawaban (accountability) agar pihak yang terlibat dalam transaksi itu tidak dirugikan, tidak menimbulkan konflik, dan adil. Untuk mewujudkan sasaran ini maka dalam suatu transaksi diperlukan saksi.

Menurut Tulisan Malsiah Kholmi dalam Jurnal Media Ekonomi, Dengan akuntansi, diharapkan bahwa; “keadilan masyarakat dapat tercipta, karena pencatatan ditekankan pada accountability, sehingga akurasinya terjamin”.93

Pentingnya keadilan ini dapat dilihat dalam surat Al-Hadiid 24 yang berbunyi :

SimposiumNasional 1,”SISTEM EKONOMI ISLAMI” pada tanggal 13-14 Maret 2002 di Yoyakarta (Yogyakarta: P3EI-FE-UII, 2002),548

91 Muhammad, Prinsip, 66

92 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 143 93 Malsiyah Kholmi, “Konsep Akuntansi Islam,” Media Ekonomi,16 (Januari 2001), 91-92.

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas bahan ajar menulis cerpen dengan media adobe flash untuk siswa SMP kelas IX adalah (1) bahan ajar menulis cerpen dengan media adobe flash untuk siswa SMP

Desmayanti. Peran Tokoh Masyarakat dalam Mengatasi Konflik Antar Warga Studi Kasus Tawuran Masyarakat Bali Lampung Kabupaten Lampung Selatan Provinsi

Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim diimplementasikan dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut: 1). Bersikap Mandiri; 5)

dari hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji Statistik korelasi spearman antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar didapatkan p value - 0,093 jika

- Masih kurangnya dukungan peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan Potensi KPHP Model Mukomuko. Analisis Lingkungan Internal. Tingginya produktivitas lahan

Tanpa mengurangi aspek teknis, tulisan ini menyoroti pengurangan kandungan semen di dalam adukan beton dalam jumlah yang cukup besar sampai mencapai 55 %

Juita Alisjahbana (2005) Evaluasi Pengendalian Kualitas Total Produk Pakaian Wanita Pada Perusahaan Konveksi Pengerjaan ulang terhadap salah satu produk perusahaan

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah