• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

Kabupaten Banyuasin adalah salah

satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002. Nama kabupaten ini berasal dari nama Sungai Banyuasin, yang melintasi wilayah kabupaten ini dan Kabupaten Musi Banyuasin. Perkataan banyuasin sendiri berasal dari istilah bahasa Jawa banyu (air) dan asin, merujuk pada kualitas air sungai tersebut yang masin rasanya, terutama ke arah pantai.

3.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Letak suatu wilayah yang strategis akan memberikan kontribusi pengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut. Selain letak wilayah, luas wilayah pun demikian. Semakin luas suatu wilayah akan berpotensi mempunyai kekayaan sumber daya alam yang cukup melimpah guna mendukung pembangunan wilayah bersangkutan.

Kabupaten Banyuasin selain secara geografis mempunyai letak yang strategis yaitu terletak di jalur lalu lintas antar provinsi juga mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Kabupaten Banyuasin memiliki luas sekitar 1.183.299 Ha atau sekitar 12,18 % Luas Provinsi Sumatera Selatan dan terbagi menjadi 19 kecamatan. Kecamatan terluas yaitu Kecamatan Banyuasin II dengan wilayah seluas 3.632,4 Km² atau sekitar 30,70 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin. Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Sumber Marga Telang dengan wilayah seluas 174,89 Km² atau sekitar 1,48 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin. Secara geografis terletak antara 1° 37’32.12” Sampai 3° 09’15.03”LS dan 104° 02’21.79” Sampai 105°33’38.5”BT dengan batas-batas sebagai berikut:

(2)

Secara administratif, Kabupaten Banyuasin mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dan Selat Bangka;

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pampangan dan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir; Sebelah

Selatan

: Berbatasan dengan Kecamatan Jejawi Kabupaten Ogan

Komering Ilir, Kota Palembang, Kecamatan Sungai Rotan dan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim; dan

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Lais dan Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin.

Memperhatikan letak geografis dan batas administratif Kabupaten Banyuasin yang berbatasan langsung dengan wilayah laut yaitu Selat Bangka, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 Tahun 2007 pasal 15, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maka akan terjadi perubahan luas wilayah Kabupaten. Hal ini disebabkan selain faktor perhitungan wilayah yang mengikut sertakan laut, juga karena perbedaan skala dan ketelitian peta pada saat pembentukan kabupaten dan penyusunan RTRW yang mengacu Undang-undang No.26 Tahun 2007. Posisi geografis Kabupaten Banyuasin terhadap Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Peta Orientasi berikut yaitu pada gambar 3.1 Peta Orientasi.

Hasiln luas Wilayah Kabupaten Banyuasin yang semula sebesar 1.183.299 Ha bertambah menjadi 1.375.400,061 Ha. Perhitungan tersebut telah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang

(3)

ditetapkan sejauh 4 mil yakni sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi sebesar 12 mil. Hal tersebut telah pula dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dari hasil perhitungan, penambahan luas Kabupaten Banyuasin menjadi 1.375.400,061 Ha atau bertambah 192.101 Ha sekitar 16% dari luas awal. Kecamatan yang mengalami penambahan luas wilayah ke arah laut yaitu Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Air Salek.

(4)
(5)

Dari luas wilayah Kecamatan tersebut, Kecamatan Banyuasin II merupakan Kecamatan terluas yaitu 402.008 Ha dan mengalami penambahan luas menjadi 493.200 Ha karena Kecamatan Banyuasin II terletak berbatasan langsung dengan wilayah laut. Sedangkan Kecamatan Muara Telang merupakan Kecamatan terkecil dengan luas wilayah 21.487 Ha. Gambaran administrasi kawasan Kabupaten Banyuasin dan Rincian luas tiap Kecamatan serta penambahannya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan dan gambar 3.2 Peta Administrasi Kabupaten Banyuasin berikut ini :

Tabel 3.1

Rincian Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin

No Kecamatan

Luas Wilayah (Ha) Sebelum Ditambah Wilayah Laut Setelah Ditambah Wilayah Laut 1 Rantau Bayur 45.335,92 45.335,92 2 Rambutan 47.540,25 47.540,25 3 Banyuasin I 21.487,37 21.487,37 4 Makarti Jaya 32.728,36 48.278 5 Betung 38.014,61 38.014,61 6 Banyuasin III 31.866,48 31.866,48 7 Pulau Rimau 90.618,51 90.618,51 8 Muara Telang 32.453,22 32.453,22 9 Talang Kelapa 46.595,74 46.595,74 10 Muara Padang 94.200,28 94.200,28 11 Banyuasin II 390.841,29 493.200 12 Tungkal Ilir 68.336 68.336 13 Tanjung Lago 82.010 82.010 14 Muara Sugihan 71.628,94 106.670 15 Air Salek 3.197,96 27.929 16 Suak Tapeh 32.750,71 32.750,71 17 Sembawa 22.105,04 22.105,04 18 Air Kumbag 36.222,45 36.222,45

19 Sumber Marga Telang 24.187,81 24.187,81

Jumlah 1.183.299 1.375.400

Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

Sejak akhir tahun 2012, jumlah kecamatan di Kabupaten Banyuasin mengalami pemekaran dari 17 kecamatan menjadi 19 kecamatan. Kecamatan yang mengalami pemekaran tersebut antara lain Kecamatan Banyuasin I pecah menjadi Kecamatan Banyuasin I dan Kecamatan Air Kumbang, serta Kecamatan Muara Telang pecah menjadi Kecamatan Muara Telang dan Kecamatan Sumber Marga Telang. Masing-masing kecamatan terbagi atas desa dan kelurahan, sedangkan setiap

(6)

desa-desa dan kelurahan didalamnya tersusun atas dusun, lingkungan maupun rukun warga dan sebagian masih dibagi lagi kedalam rukun tetangga.

(7)
(8)

Gambar 3.3

Persentase Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2014

Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

Tabel 1.2

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuasin

No Kecamatan Desa Kelurah

an Jumlah 1 Rantau Bayur 21 - 21 2 Betung 9 2 11 3 Suak Tapeh 11 - 11 4 Pulau Rimau 29 - 29 5 Tungkal Ilir 14 - 14 6 Banyuasin III 21 5 26 7 Sembawa 11 - 11 8 Talang Kelapa 6 6 12 9 Tanjung Lago 15 - 15 10 Banyuasin I 11 2 13 11 Air Kumbang 16 - 16 12 Rambutan 19 - 19 13 Muara Padang 15 - 15 14 Muara Sugihan 22 - 22 15 Makarti Jaya 11 1 12 16 Air Saleh 14 - 14 17 Banyuasin II 17 - 17 18 Muara Telang 16 - 16

19 Sumber Marga Telang 10 - 10

TOTAL 288 16 304

(9)

Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2014

Bedasarkan hasil penjabaran pada gambar diatas, dapat diketahui bahwa jumlah desa/kelurahan yang paling banyak di Kabupaten Banyuasin adalah terdapat pada Kecamatan Tungkal Ilir yaitu sebanyak 29 desa/kelurahan, sedangkan kecamatan yang memiliki julah desa/kelurahan yang paling sedikit terdapat pada Kecamatan Sumber M. Telang.

3.2 Gambaran Umum Keadan Fisiografi Kabupaten Banyuasin 3.2.1 Gambaran Topografi dan Kemiringan Lahan

Gambaran topografi menjabarkan mengenai kondisi ketinggian dan kontur wilayah Kabupaten Banyuasin. Selain berisikan penjelasan, juga didukung oleh peta ketinggian dan kontur wilayah. Kondisi topografi Kabupaten Banyuasin didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang, yaitu terdiri dari 80% luas dataran rendah basah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak serta 20% luasan merupakan dataran berombak sampai bergelombang dengan kisaran ketinggian 0 – 60 M di atas permukaan laut. Topografi datar atau sedikit bergelombang 0-12 dan 13-24 Mpdl menyebar di seluruh kecamatan sedangkan topografi berombak sampai bergelombang 25-36 dan 37-48 Mdpl berada di sebagian kecil Banyuasin dua, Tungkal Ilir serta selatan baguan timur Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil wilayah Betung dan Banyuasin III untuk 49-60 Mdpl.

(10)

Dilihat dari kelerengannya, daratan Kabupaten Banyuasin berada pada kisaran kemiringan lereng 0-2% seluas 1.181.610 Ha dan 2-5% seluas 1.689 Ha. Beberapa wilayah yang berada pada dataran rendah dengan kisaran kemiringan lereng 0-2% berupa lahan rawa pasang surut tersebar di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Salek Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Selanjutnya berupa lahan rawa lebak terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, sebagian Kecamatan Rambutan, sebagian kecil Kecamatan Banyuasin I. Sedangkan lahan kering dengan topografi agak bergelombang dan kisaran kemiringan lereng 2-5% terdapat di sebagian besar Kecamatan Betung, Sembawa, Banyuasin III, Talang Kelapa, Rantau Bayur dan sebagian kecil Kecamatan Muara Sugihan, Rambutan dan Kecamatan Tungkal Ilir. Gambaran kondisi topografi dan kemiringan lahan di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 3.5 Peta Kelerengan dan Gambar 3.6 Peta Kontur.

Berdasarkan sifat dan kondisi topografi serta kemiringan tersebut, kemampuan lahannya Kabupaten Banyuasin berada dalam kemampuan pengembangan sangat tinggi, dengan klasifikasi kelerengan 0-2% cocok untuk pengembangan pemukiman dan pertanian akan tetapi, wilayah pada kelerengan ini berpotensi terhadap bencana bajir. Sedangkan untuk kelerengan 2-5% memiliki kesesuaian lahan untuk industri, irigasi terbatas dan pengembangan pemukiman. Gambaran kemampuan lahan Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan dalam Gambar 3.7 Peta Penggunaan Lahan.

(11)
(12)
(13)

3.2.2 Gambaran Hidrologi

Gambaran mengenai hidrologi menjabarkan penggunaan air tanah, dan wilayah DAS secara deskriptif dengan didukung oleh peta-peta seperti wilayah sungai/DAS Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin dapat dibedakan menjadi daerah dataran kering dan daerah dataran basah yang sangat dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran sungai di daerah datarah basah pola alirannya rectangular dan di daerah dataran kering pola alirannya dendritic.

Beberapa sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya berperan sebagai sarana transportasi air berupa alur pelayaran pedalaman yang dapat menghubungkan pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lingkungan, antar pusat pelayanan lokal serta antar pusat pelayanan lingkungan. Pola aliran di wilayah ini, terutama didaerah rawa-rawa dan pasang surut umumnya rectangular, sedangkan untuk daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut aliran sungainya adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap daerah sering dijumpai genangan air yang cukup luas.

Terkait kondisi hidrologi, Kabupaten Banyuasin terbagi kedalam 5 wilayah daerah aliran sungai yang masing-masing Das Bangke meliputi Kawasan Taman Nasional Sembilang, Das Banyuasin yang merupakan Das terbesar meliputi Kecamatan Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Suak Tapeh, Sembawa, Betung, Banyuasin III, Tanjung Lago dan bagian selatan Banyuasin II, Das Benawang meliputi sepanjang wilayah timur Kecamatan Muara Sugihan, Sumber Marga Telang dan Muara Padang, Das Sembilang yang meliputi bagian utara kawasan Taman Nasional Sembilang dan Das Musi yang meliputi Kecamatan Rambutan, Banyuasin I, Air Kumbang, Talang Kelapa, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Salek, Tanjung Lago, Rantau bayur serta sebagian wilayah di Kecamatan Banyuasin II. Pembagian daerah aliran sungai di Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan pada Gambar 3.8 Peta Daerah Aliran Sungai.

(14)
(15)
(16)

3.2.3 Gambaran Klimatologi

Seperti kebanyakan kondisi klimatologi di wilayah Indonesia, Kabupaten Banyuasin memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan suhu rata-rata 26,100 – 27,400 Celcius serta kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % sepanjang tahun. Kondisi iklim Kabupaten Banyuasin secara umum beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan 2.723 mm/tahun. Secara lebih rinci dari pengamatan enam stasuin klimatologi yaitu Stasiun Hujan Sungai Lilin, Sungsang, Sembawa dan Betung, Air Sugihan, Mariana serta Badaruddin, sebaran tipe iklim di Kabupaten Banyuasin terbagi menjadi 4 (tiga) yaitu tipe iklim B2, tipe iklim B, tipe iklim B1 dan tipe iklim C2.

 Tipe Iklim B2, meliputi Sebagian besar Kecamatan Banyuasin II, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Sembawa, Makarti Jaya bagian utara, Suak Tapeh bagian barat serta bagian timur Banyuasintiga dengan curah hujan rata-rata 2521-2683 mm/tahun;

 Tipe Iklim B, dengan curah hujan rata-rata 2359-2521 mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Sugihan, Air Salek, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Marga Telang, Tanjung Lago, Rantau Bayur, Talang Kelapa dan bagian utara Kecamatan Sembawa;

 Tipe Iklim B1, dengan curah hujan rata-rata 2197-2359 mm/tahun, meliputi sebagian besar Kecamatan Muara Padang, Talang Kelapa, bagian selatan Makarti Jaya dan Muara Telang serta bagian barat Tanjung Lago; dan

 Tipe Iklim C2, dengan curah hujan rata-rata 1872-2197 mm/tahun meliputi sebagian besar Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Rambutan, Muara Padang dan bagian selatan Talang Kelapa.

(17)

Gambaran kondisi Klimatologi di Kabupaten Banyuasin terlihat dengan lebih jelas pada Gambar 3.9 Peta Curah Hujan Kabupaten Banyuasin.

(18)
(19)

3.2.4 Gambaran Umum Jenis Tanah

Tanah adalah tubuh alamiah yang terdiri dari lapisan (horison tanah) dari unsur mineral ketebalan variabel, yang berbeda dari bahan induk dalam morfologi, fisik, kimia, dan karakteristik mineralogi. Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer atmosfer litosfer, dan biosfer.

Menurut kondisi tanahnya, jenis tanah yang berada di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 7 jenis, yaitu :

1. Alluvial : Sepanjang Wilayah Timur dan Tengah Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil Kec. Banyuasin II dan Kecamatan Tungkal Ilir

2. Andosol : Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Rantau Bayur

3. Glei : Tersebar di seluruh Kabupaten Banyuasin

4. Hidromorf : Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Mariana, Suak Tapeh dan Kecamatan Banyuasin III

5. Latosol : Kecamatan Rambutan

6. Litosol : Kecamatan Rambutan, Kecamatan Rantau Bayur dan Kecamatan Banyuasin II

7. Regosol : Kecamatan Sembawa, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan

Talang Kelapa dan Kecamatan Makarti Jaya.

Dari ketujuh jenis tanah yang tersebar di kawasan Banyuasin jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah glei yaitu jenis tanah yang terbentuk karena pengaruh genangan air, dilanjutkan dengan jenis tanah alluvial yang merupakan hasil endapan erosi di dataran rendah serta sebaran paling kecil jenis tanah latasol yang banyak mengandung zat besi dan aluminium akan tetapi tingkat kesuburannya rendah, tanah ini berada di selatan Kecamatan Rambutan. Persebaran jenis tanah di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 3.10 Peta Jenis Tanah Kabupaten Banyuasin.

(20)
(21)

3.2.5 Gambaran Umum Geologi

Gambaran geologi menjabarkan jenis tanah serta penjelasan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuasin. Kondisi geologi di Kabupaten Banyuasin akan di gambarkan melalui stratigrafi penyusunnya yang terdiri dari aluvium, batu lempung, batu pasir, batu sabak, endapan rawa, filit dan granit.

1. Aluvium endapan danau dan pantai : tersebar di seluruh Kecamatan;

2. Batu Lempung, Batu Lanau, Batu Pasir : tersebar di sebagian Kecamatan Banyuasin Dua, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Banyuasin Tiga, Rantau Bayur dan Suak Tapeh;

3. Batu Pasir, batu lumpur dan batu bara : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau;

4. Batu Sabak, Filit dan Batu Lumpur : tersebar di sebagian Kecamatan Tanjung Lago;

5. Endapan Rawa : tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur;

6. Filit dan Batu pasir : tersebar di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau; dan

7. Granir, Granodiorit, Diorit : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin II, Tanjung Lago dan Rambutan.

Dari jenis stratigrafi tersebut yang paling mendominasi adalah jenis aluvium yang terbentuk dari endapan danau dan pantai. Selanjutnya adalah jenis endapan rawa yang tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur dan persebaran paling sedikit yaitu jenis filit yang hanya terdapat di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau. Sebaran kondisi geologi

(22)

berdasarkan stratigrafi penyusunnya dalam Kabupaten Banyuasin seperti pada Gambar 3.11 Peta Geologi Kabupaten Banyuasin.

(23)
(24)

3.2.6 Gambaran Umum Tata Guna Lahan

Pada pola penggunaan lahan di Kabupaten Banyuasin berrdasarkan analisis Citra Alos Tahun 2010 dan RTRW Provinsi Suatera Selatan, terrekam jenis penggunaan lahan terbesar berupa semak belukar rawa dengan luas 299.773 Ha atau sekitar 22 % dari luas total Kabupaten Banyuasin. Dari kondisi tata guna lahan eksisting yang terilustrasikan pada gambar 3.12 Peta Tutupan Lahan, dominasi penggunaan lahan terluas berikutnya berupa Pertanian Lahan Kering Campuran termasuk didalamnya perkebunan rakyat, diikuti pertanian pangan lahan basah/sawah pasang surut dan lebak, perkebunan besar, hutan mangrove sekunder, kawasan hutan yang terdiri dari hutan mangrove, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder serta hutan tanaman. Untuk kawasan terbangun berupa permukiman baik perdesaan maupun perkotaan dan ereal transmigrasi masing-masing seluas 34.039 Ha dan 2.023 Ha. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dan diagram berikut:

Tabel 3.2

Luas Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banyuasin

No Jenis

Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase%

1 Hutan Mangrove Sekunder 160.532 13,6

2 Hutan Rawa Primer 37.664 3,2

3 Hutan Rawa Sekunder 28.818 2,4

4 Hutan Tanaman 16.666 0,1

5 Lahan Terbuka 7.320 0,6

6 Perkebunan 142.314 12,0

7 Permukiman 34.039 2,9

8 Pertambangan 579 0,0

9 Pertanian Lahan Kering (PLK) 11.286,72 2,2

10 PLK Campur Semak 222.374 18,0

11 Rawa 12.545 1,1

12 Sawah 197.703 13,8

13 Semak Belukar 3.372 0,3

14 Semak Belukar Rawa 299.773 22,0

15 Tambak 12.638 3,9

16 Transmigrasi 2.023 0,2

17 Tubuh Air 43.261 3,7

Total 1.232.912 100,0

(25)
(26)
(27)

3.3 Kependudukan dan Sumberdaya Manusia

Penduduk Kabupaten Banyuasin tahun 2014 berjumlah 799.998 jiwa, sedangkan jumlah penduduk tahun 2013 adalah 788.286 jiwa. Rasio jenis kelamin kabupaten Banyuasin pada tahun 2014 sebesar 104,29 persen. Hal ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terhadap 104 penduduk laki-laki. Untuk wilayah kecamatan, rasio jenis kelamin di atas 105 dimiliki oleh kecamatan Tungkal Ilir 108,78%, Pulau Rimau 108,24%, Muara padang 107,55%, Sumber Marga Telang 107,44%, Tanjung Lago sebesar 106,44%, Air Salek 106,33%, Air Kumbang 106,15%. Kecamatan Banyuasin III,Rantau Bayur dan Sembawa memiliki rasio jenis kelamin kecil, yaitu kurang dari 101%.

Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek utama yang mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu data penduduk sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan. Dilihat dari persebaran penduduk di Kabupaten Banyuasin tahun 2014 Kecamatan Talang Kelapa merupakan Kecamatan dengan persentase persebaran tertinggi, yaitu sebesar 299,20/Km² dan Kecamatan Banyuasin II adalah kecamatan dengan persebaran terendah, yaitu hanya sebesar 11,79/Km². Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut.

Tabel 3.3

Jumlah dan Persentase Persebaran Penduduk di Kabupaten Banyuasin Tahun 2014

No Kecamatan Ibukota Luas

/Km² PendudukJumlah Perebaran /Km²

1 Rantau Bayur Tebing Abang 556,91 40.870 73,39

2 Betung Betung 354,41 54.690 154,31

3 Suak Tapeh Lubuk

Lancang 312,70 17.539 56,09

4 Pulau Rimau Teluk Betung 888,64 41.009 46,15

5 Tungkal Ilir Sidomulyo 648,14 24.828 38,31

6 Banyuasin III Pangkalan

Balai 294,20 60.780 206,59

7 Sembawa Sembawa 196,14 30.281 154,38

8 Talang Kelapa Sukajadi 439,13 131.387 299,20

9 Tanjung Lago Tanjung Lago 802,42 38.059 47,43

10 Banyuasin I Mariana 186,69 52.817 282,91

11 Air Kumbang Cinta Manis Baru

328,56 23.738 72,25

(28)

13 Muara Padang Sumber

Makmur 917,60 31.734 34,58

14 Muara Sugihan Tirta Harja 696,40 38.755 55,65

15 Makarti Jaya Makarti Jaya 300,28 27.724 92,33

16 Air Salek Salek Mukti 311,57 36.354 116,68

17 Banyuasin II Sungsang 2.632,40 42.822 11,79

18 Muara Telang Telang Jaya 341,57 39.430 115,44

19 Sumber Marga

Telang Muara Telang 174,89 24.485 140,00

Jumlah/Total 11.832,69 799.998 67,61

Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka Tahun 2015

Gambar 3.13

Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Banyuasin Tahun 2014

3.3.1 Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk menghitung besarnya semua kebutuhan yang diperlukan masyarakat, seperti perumahan, sandang, pangan, pendidikan dan sarana penunjang lainnya. Berdasarkan hasil registrasi penduduk, Jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan awal tahun 2012 mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan peduduk sekitar 2,6%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun 2008 sebesar 798.360 jiwa dan meningkat di awal tahun 2012 menjadi 906.736 jiwa. Jumlah penduduk terbesar yaitu di Kecamatan Talang Kelapa sebesar 127.432 jiwa di tahun 2008 dan terus meningkat hingga awal tahun 2012 mencapai 140.439 jiwa. Secara rinci Tabel 3.4 berikut ini menerangkan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap kecamatan Tahun 2008- Awal Tahun 2012.

(29)

Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan Awal Tahun 2012 masih tergolong sangat rendah, akan tetapi tiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kepadatan di tahun 2008 sebesar 67 jiwa/km² menjadi 77 jiwa/km² di Awal tahun 2012, Kecamatan Talang Kelapa merupakan kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tertinggi. Pada awal tahun 2012, rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa mencapai 441 jiwa/Km². Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa disebabkan karena kecamatan ini letaknya strategis karena lebih dekat dengan Kota Palembang. Sementara kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Muara Sugihan, yang pada awal tahun 2012 rata-rata kepadatan penduduknya hanya 11 jiwa/Km².

Tabel 3.4

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-Awal Tahun 2012

N

o Kecamatan

Jumlah Penduduk (jiwa) Laju

Pertumbuh an Penduduk (%) 2008 2009 2010 2011 2012 1 Rantau Bayur 46.753 47.923 49.169 50.790 54.859 2,5 2 Betung 70.654 72.226 74.104 56.470 57.869 2,4 3 Banyuasin III 105.221 107.742 110.543 66.177 68.732 2,5 4 Pulau Rimau 49.889 51.065 52.393 49.419 51.453 2,5 5 Tungkal Ilir 25.926 26.572 27.263 28.682 30.514 2,5 6 Talang Kelapa 127.432 130.595 133.990 133.767 140.439 2,5 7 Tanjung Lago 24.885 25.405 26.066 38.683 40.109 2,3 8 Banyuasin I 87.376 89.036 91.351 92.897 81.063 2,2 9 Rambutan 42.037 43.036 44.155 50.111 51.532 2,5 1 0 Muara Padang 31.493 32.400 33.242 33.142 35.783 2,7 1 1 Muara Sugihan 33.448 34.429 35.324 41.504 42.734 2,8 1 2 Banyuasin II 47.696 49.097 50.374 51.351 53.168 2,7 1 3 Makarti Jaya 29.054 30.018 30.798 36.564 36.683 3,2 1 4 Air Salek 24.435 25.131 25.784 30.374 32.320 2,7 1 5 Muara Telang 52.061 53.605 54.999 62.019 31.493 2,8 1 6 Suak Tapeh *) *) *) 16.756 31.493 *)

(30)

1 7 Sembawa *) *) *) 31.101 19.570 *) 1 8 Marga Air Telang *) *) *) *) 33.164 1 9 Air Kumbang *) *) *) *) 25.883

Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2,6

Jumlah 798.36 0 818.28 0 839.55 5 869.80 7 906.73 6

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2012-2032 Keterangan : *) Angka masih tergantung dalam kecamatan induk

(31)
(32)

3.3.2 Proyeksi Penduduk

Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin sampai dengan tahun 2031 akan digunakan pendekatan Lung Polinomial Methods, dengan dasar pemikiran bahwa perkiraan pertambahan penduduk ke depan tidak lagi selamanya mengikuti pola pertumbuhan yang berlaku di wilayah perencanaan karena sebagai daerah baru dengan potensi/peluang untuk kemungkinan berusaha lebih baik akan menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar untuk memasuki wilayah Kabupaten Banyuasin. Penggunaan Metoda Lung Polinomial berlandaskan pada angka pertumbuhan rata-rata Kabupaten Banyuasin sebesar 2,6 % per tahun. Berikut ini hasil perhitungan proyeksi penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap Kecamatan hingga tahun 2031.

Tabel 3.5

Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin HinggaTahun 2031 N o Kecamatan Jumlah Penduduk Awal Tahun 2012

Jumlah Penduduk (jiwa)

2016 2021 2026 2031 1 Rantau Bayur 54.859 60.791 69.115 78.580 89.340 2 Betung 57.869 64.126 72.908 82.891 94.242 3 Banyuasin III 68.732 76.164 86.593 98.451 111.933 4 Pulau Rimau 51.453 57.016 64.824 73.701 83.794 5 Tungkal Ilir 30.514 33.813 38.444 43.708 49.693 6 Talang Kelapa 140.439 155.62 4 176.935 201.164 228.711 7 Tanjung Lago 40.109 44.446 50.532 57.452 65.319 8 Banyuasin I 81.063 89.828 102.12 9 116.114 132.015 9 Rambutan 51.532 57.104 64.924 73.814 83.922 1 0 Muara Padang 35.783 39.652 45.082 51.255 58.274 1 1 Muara Sugihan 42.734 47.355 53.839 61.212 69.594 1 2 Banyuasin II 53.168 58.917 66.985 76.158 86.586 1 3 Makarti Jaya 36.683 40.649 46.216 52.545 59.740 1 4 Air Salek 32.320 35.815 40.719 46.295 52.635 1 Muara Telang 31.493 34.898 39.677 45.110 51.288

(33)

1 7 Sembawa 19.570 36.750 41.782 47.504 54.009 1 8 Marga Air Telang 33.164 28.682 32.609 37.075 42.152 1 9 Air Kumbang 25.883 21.462 24.401 27.743 31.542 Jumlah 906.736 1.004. 778 1.142.371 1.298.805 1.476.661

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2012-2032

Dengan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin hingga Tahun 2031 mencapai 1.476.661 jiwa maka kepadatan penduduk di tahun 2031 akan menjadi 112 jiwa/km² Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Talang Kelapa yaitu sebesar 718 jiwa/km², sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Muara Sugihan sebesar 17 jiwa/km². Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Hingga Tahun 2031

N

o Kecamatan WilayLuas ah 2016 2021 2026 2031 Jumlah Pendud uk (jiwa) Kepada tan (jiwa/k m²) Jumlah Pendud uk (jiwa) Kepada tan (jiwa/k m²) Jumlah Pendud uk (jiwa) Kepada tan (jiwa/k m²) Jumlah Pendud uk (jiwa) Kepada tan (jiwa/k m²) 1 Rantau Bayur 435 60.791 139 69.115 159 78.580 180 89.340 205 2 Betung 523 64.126 123 72.908 139 82.891 158 94.242 180 3 Banyuasin III 293 76.164 260 86.593 296 98.451 336 111.93 3 382 4 Pulau Rimau 418 57.016 136 64.824 155 73.701 176 83.794 201 5 Tungkal Ilir 380 33.813 89 38.444 101 43.708 115 49.693 131 6 Talang Kelapa 319 155.62 4 488 176.93 5 555 201.16 4 631 228.71 1 718 7 Tanjung Lago 906 44.446 49 50.532 56 57.452 63 65.319 72 8 Banyuasin I 215 89.828 418 102.12 9 475 116.11 4 540 132.01 5 614 9 Rambutan 464 57.104 123 64.924 140 73.814 159 83.922 181 1 0 Muara Padang 942 39.652 42 45.082 48 51.255 54 58.274 62 1 1 MuaraSugihan 4.020 47.355 12 53.839 13 61.212 15 69.594 17 1 2 Banyuasin II 683 58.917 86 66.985 98 76.158 112 86.586 127 1 3 Makarti Jaya 825 40.649 49 46.216 56 52.545 64 59.740 72 1 4 Air Salek 717 35.815 50 40.719 57 46.295 65 52.635 73 1 5 Muara Telang 252 34.898 138 39.677 157 45.110 179 51.288 203 1 6 Suak Tapeh 327 21.686 66 24.656 75 28.032 86 31.871 97 1 Sembawa 221 36.750 166 41.782 189 47.504 215 54.009 244

(34)

7 1

8 Marga Air Telang 242 28.682 119 32.609 135 37.075 153 42.152 174 1 9 Air Kumbang 217 21.462 99 24.401 112 27.743 128 31.542 145 Jumlah 11.83 2 1.004. 778 85 1.142. 371 97 1.298. 805 110 1.476. 661 125

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2012-2032

3.4 Potensi Bencana Alam

Potensi bencana akan selalu berkaitan dengan tingkat kerentanan dan tingkat kerawanan bencana pada masing-masing kawasan tertentu sesuai dengan karakteristik morfologi, geologi, klimatologi dan topografi kawasan. Selain itu peningkatan suhu global telah pula menjadi perhatian serius karena mengakibatkan lapisan es di Antartika dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kawasan pesisir yang di miliki Kabupaten Banyuasin. Penanganan dampak pemanasan global semakin menjadi prioritas nasional, bukan hanya disebabkan timbulnya kenaikan permukaan laut tetapi pemanasan global itu telah menyebabkan perubahan iklim. Perubahan ini dapat kita lihat dari fenomena cuaca yang semakin tidak menentu, intensitas curah hujan yang tinggi, ombak semakin besar, banjir, kebakaran hutan,dan kekeringan yang dapat saja berpengaruh terhadap wilayah Kabupaten Banyuasin. Kebijakan dan program strategis terkait adaptasi dan mitigasi pemanasan global perlu segera diambil pemerintah. Strategi yang kita lakukan sekarang dalam menghadapi pemanasan global akan menentukan kualitas lingkungan kita di masa depan. Beberapa bentuk kerawanan bencana yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Banyuasin diantaranya sebagai berikut :

A. Daerah Rawan Genangan

Topografi Kabupaten Banyuasin yang 80% merupakan dataran rendah basah dengan kemiringan 0 - 8% terletak sepanjang aliran sungai sampai dengan wilayah pesisir. Dari hasil kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim Sumatera Selatan oleh Kementrian

(35)

Selat Bangka memiliki risiko sangat tinggi terhadap penggenangan pesisir mengingat wilayah Banyuasin tergolong dataran rendah (lowland) sehingga mempunyai tingkat keterpaparan tinggi terhadap perubahan iklim khususnya bahaya penggenangan pesisir yang disebabkan oleh kombinasi kenaikkan air laut, gelombang badai dan fenomena La-Nina pada saat air pasang maksimum. Tren kenaikan suhu permukaan laut di sekitar pantai timur Sumatera Selatan berkisar 0,02° C / tahun yang setara dengan nilai rata-rata di seluruh perairan Indonesia. Sedangkan untuk kenaikkan muka air laut, berdasarkan hasil estimasi altimeter, model dan data pasang surut berkisar antara 0,5-0,7 cm/tahun. Proyeksi kenaikkan muka air laut pada tahun 2030 sebesar ±13,5-15,6 cm, dinatara nilai tersebut sekitar 6-15 cm merupakan hasil kontribusi pencairan es yg di estimasi dengan model. Kejadian ekstrem juga berpengaruh terhadap kenaikan muka air laut yaitu fenomena La-Nina (Pengaruh dari Samudera Pasifik) yang dapat menimbulkan kenaikkan sebesar 15 cm terhadap muka air laut dalam keadaan normal. Gelombang signifikan pada pantai timur Sumatera Selatan meninggi sekitar bulan Desember-Januari dan menurun pada bulan mei.

Kondisi tersebut mengakibatkan Kabupaten Banyuasin memiliki luasan daerah genangan tahunan dengan total luasan genangan sekitar 914.164,7 Ha. Luasan tersebut terbagi dalam 4 tipe luapan mulai dari genangan dengan tipe A yaitu lahan yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tipe genangan ini terutama tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Makarti Jaya, Muara Padang, Banyuasin II, dan Muara Sugihan. Selanjutnya tipe genangan B dimana lahan terluapi saat pasang besar, kondisi ini terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan, Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Makarti Jaya. Tipe genangan C yaitu dalam kondisi tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang dari 50 cm dan genangan tipe D yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu pasang air tanah

(36)

lebih dari 50 cm, tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier. Untuk Sebaran daerah genangan C dan D cukup merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Banyuasin.

Pada kondisi normal genangan yang ada merupakan kondisi alami yang ada di Kabupaten Banyuasin, akan tetapi perlu diambil langkah ke depan terkait kenaikan suhu global yang akan berpengaruh terhadap kawasan yang secara alami merupakandaerah genangan berkala, terutama di kawasan pesisir. Persebaran kawasan rawan genangan di Kabupaten Banyuasin di terlihat pada Gambar 3.15 Peta Rawan Bencana.

B. Kawasan rawan Bencana Angin Topan/Putting Beliung

Badai dan topan serta angin puting beliung adalah salah satu diantara pengaruh pemanasan suhu global. Turbalensi suhu mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa.

Sebagian besar sebaran kawasan rawan bencana angin puting beliung terletak di wilayah pesisir. Berikut sebaran kawasan Kabupaten Banyuasin yang memiliki daerah Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung diantaranya adalah Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Betung, Kecamatan Pulau Rimau,Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago

C. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Potensi bencana kebakaran hutan di Kabupaten Banyuasin disebabkan oleh Faktor kesengajaan antara lain pembakaran lahan untuk keperluan pertanian, dan faktor alam yaitu disebabkan oleh musim kemarau mengakibatkan vegetasi semak belukar, lahan

(37)

sebagian masyarakat di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuasin, dimana pada musim kemarau panjang masyarakat mencari kawasan semak belukar dengan ketebalan bahan organik tinggi untuk sengaja dibakar lalu ditebari benih padi (sistem sonor) yang kemudian di biarkan dan datang kembali saat musim panen. Berdasarkan sebaran hot spot hasil pantauan Satelit SSMFP, potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin,tersebar di Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin I, Muara Padang , Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta kawasan lain yang memiliki Lahan gambut cukup tebal seperti di daerah Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya. Sebaran hot spot tersebut dapat dilihat pada gambar 3.15 Peta Rawan Bencana. Biasanya kebakaran hutan tersebut terjadi sekitar Juni-September.

D. Kawasan Rawan Kekurangan Air (Kekeringan)

Perubahan iklim menjadi salah satu pertimbangan dasar dalam pengelolaan air, misalnya dalam pengembangan infrastruktur air mengenai kualitas dan kuantitas air. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Kekeringan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) Tahun 2010 dan Kajian Risiko Kekurangan Air oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin termasuk dalam tingkat risiko tinggi untuk bencana kekeringan. Bencana kekeringan di Kabupaten Banyuasin terutama terjadi di musim kemarau, dimana sumber-sumber air warga baik itu sumur maupun sungai kecil kering. Kondisi tersebut yang mengakibatkan hampir di setiap kecamatan mengalami kekurangan air bersih untuk air minum, memasak, mandi, dan mencuci maupun air untuk kebutuhan irigasi.

Dari hasil kajian tersebut, risiko kekurangan air di Kaupaten Banyuasin termasuk dalam 2 zona utama dari 4 zona yang diklasifikasikan berdasarkan Daerah Aliran Sungai dan susunan sungai, Kabupaten Banyuasin tergolong tingkat risiko menengah sampai sangat tinggi yang tersebar di kawasan DAS Musi serta

(38)

tingkatan risiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Das Banyuasin.

(39)
(40)

3.5 Potensi Sumberdaya Alam

Potensi sumber daya alam merupakan segala potensi alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Potensi sumber daya alam yang berada di Kabupaten Banyuasin sangat dipengeruhi oleh kondisi wilayah Kabupaten Banyuasin dimana lebih dari setengah luas wilayah merupakan kawasan lahan basah, pasang surut dan lebak yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian, sedangkan sisanya, kurang dari setengah luas wilayah sebagai lahan usaha nonpertanian termasuk untuk lahan bangunan, pekarangan dan jalan.

A. Potensi Sumberdaya Lahan

Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari lahan basah dan lahan kering, dimana Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan hamparan lahan basah berupa dataran rendah rawa lebak, dataran rendah lahan gambut, serta dataran rendah pasang surut dan sisanya sekitar 20% merupakan lahan kering yang dimanfaatkan untukpekarangan dan permukiman, perkebunan, ladang dan pemanfaatan lainnya. Kawasan khusus berekosistem rawa pasang surut yang dibelah-belah oleh aliran sungai dan menjadi delta-delta serta membentuk dataran rendah yang bergambut tersebar di sepanjang pesisir timur.

Sedangkan di sepanjang pesisir hilir Sungai Musi dan Sungai Komering terdapat kawasan lebak. Potensi lahan pasang surut yang tersedia di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi sentra produksi pertanian dan perkebunan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi. Hal ini tercermin dengan pemanfaatan lahan pasang surut yang dominan untuk tanaman pangan khususnya beras dan telah menghantarkan Kabupaten Banyuasin sebagai penyumbang produksi beras Sumatera Selatan ± 26%. Demikian juga dibidang perkebunan, dimana lahan pasag surut yang belum termanfaatkan

(41)

Potensi pengembangan lahan produktif juga dapat dilakukan pada lahan berawa (lebak dan gambut). Berdasarkan penggunaan lahan eksisting Kabupaten Banyuasin tipologi lahan berawa ini berupa kawasan hutan rawa primer seluas 37.664 Ha, kawasan hutan rawa sekunder seluas 28.818 Ha, kawasan rawa 12.545 Ha serta semak belukar rawa yang memiliki luasan terbesar yaitu 259.773 Ha atau sekitar 22% dari luas total Kabupaten Banyuasin. Sebaran Lahan rawa tersebut terletak di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasindua, Pulau Rimau, Air Salek, Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir.

B. Kehutanan

Kawasan hutan Kabupaten Banyuasin luasnya mencapai 495.213,88 Ha atau sekitar 40% dari total luas Kabupaten Banyuasin. Kawasan hutan tersebut di dominasi oleh Taman Nasional Sembilang seluas 202.750 Ha yang telah ditetapkan menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/003 tanggal 19 Maret 2003 serta jenis kawasan lainnya berupa kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi, kawasan huntan konversi, dan hutan yang terdapat di kawasan suaka alam berupa suaka margasatwa. (Perhatikan Gambar 3.16 Peta Kawasan Hutan). Untuk lebih jelasnya, secara rinci jenis kawasan hutan di Kabupaten Banyuasin menurut fungsinya, dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kondisi Eksisting Hutan di Kabupaten Banyuasin

No Kawasan Hutan Luas (Ha)

1 Hutan Lindung 68.988,66

2 Kawasan Hutan Produksi 68.393,37

3 HPK 60.781,85

4 Suaka Margasatwa 94.300

5 Taman Nasional Sembilang 202.750

Total 495.213,88

(42)

Dari kawasan hutan tersebut, dihasilkan berbagai potensi sumberdaya hutan diantaranya berupa kayu yaitu jenis kayu bulat dan olahan yang telah dipasarkan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di tahun 2009 hasil produksi kayu tersebut mencapai 109.230.610 m³.

C. Penggalian, Pertambangan dan Energi

Kabupaten Banyuasin merupakan daerah yang memiliki bahan galian yang cukup potensial seperti minyak dan gas bumi, batubara, gambut, lempung, kaolin, pasir kuarsa. Kualitas batubara di Kab. Banyuasin umumnya berjenis Ligmit – Subbituminous dengan kalori 4000- 5000 Kcal/kg dan memiliki kadar sulfur dan abu rendah, baik untuk bahan bakar PLTU dan sebagai komoditi ekspor non migas yang dapat menjadi sumber devisa negara.

Untuk kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagian berlokasi di Kecamatan Pulau Rimau dengan jumlah sumur produksi sebanyak 24 sumur atau 25.000 barel/hari dan wilayah lain seperti Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin II, Tungkal Ilir dan Betung. Sebaran lokasi izin usaha pertambangan migas yang terdapat di Kabupaten Banyuasin dapat diihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.17 Peta Kawasan Pertambangan Migas.

Tabel 3.8

Izin Migas di Kabupaten Banyuasin

N o

Company Kecamatan

1 Petronas Cargau (Tanjung Jabung) Kec. Rantau Bayur 2 Job Pertamina-Amirada Hiss Jambi

Merang Kec. Banyuasin II

3 PT. Pertamina E&P Kec. Tungkal Ilir

(43)

Banyuasin II 6 PT. Medco E&P Rimau Kec. Betung 7 PT. Seli Raya Belida Kec. Rantau

Bayur 8 PT. Medco E&P Indonesia Kec. Rantau

Bayur 9 Star Energy (Sekayu) Kec. Rantau

Bayur 1 0 Job Pertamina-Goldenspike Indonesia Kec. Rantau Bayur

Sumber : RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2012-2032

Sedangkan bahan galian batubara tersebar di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kec. Rantau Bayur, Kec. Pulau Rimau, Kec. Betung, Kec. Banyuasin I dan Kec. Banyuasin III dengan perkiraan 2,5 milyar ton. Dari data Dinas Pertambangan setempat telah terdapat izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi seluas 12.674 Ha dan IUP Eksplorasi seluas 196.378 Ha yang berada di Kecamatan Banyuasin III, Pulau Rimau, Rantau Bayur, Betung, Tungkal Ilir, Talang Kelapa dan Kecamatan Muara Telang, untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.18 Peta Pertambangan Batu Bara. Berikut ini sebaran lokasi izin usaha pertambangan batubara yang terdapat di Kabupaten Banyuasin :

Tabel 3.8

Izin Tambang Batu Bara di Kabupaten Banyuasin

No Company Kecamatan Luas

Kawasan (Ha)

1 PT. Basin Coal Mining Kec. Rantau Bayur 2870

2 PT. Bumi Indo Power Kec. Banyuasin III, Kec. Betung 22360 3 PT. Basindo Karya Utama Kec. Tungkal Ilir 3760

Kec. Tungkal Ilir 6387

4 PT. Buana Minera Harvest Kec. Pulau Rimau, Kec. Tanjung Lago

9775 5 PT. Graha Nusa Minergi Kec. Tungkal Ilir 13000 6 PT. Sumber Alam Makmur

Utama

Kec. Suak Tapeh, Kec. Pulau Rimau

11890 Kec. Banyuasin II, Kec. Muara

Telang 13000

Kec. Tungkal Ilir dan Kec. Pulau

Rimau 17000

7 PT. Tubindo Kec. Rantau Bayur, Kec. Betung 5000 8 PT. Elok Indah Subur Jaya Kec. Tungkal Ilir 5107 9 PT. Nusantara Alam Pasifik Kec. Betung, Kec. Pulau Rimau 16520 10 PT. Trimata Coal Perkasa Kec. Tungkal Ilir 11640 11 PT. MBH Mining Resources Kec. Tungkal Ilir 11380

(44)

12 PT. Bhumindo Tambang Jaya Kec. Betung 20880 13 PT. Tubindo Energi Kec. Rantau Bayur, Banyuasin III,

Betung 9560

14 PT. Trimata Benua Kec. Tungkal Ilir 4804

Sumber : RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2012-2032

Untuk jenis tambang lainnya yaitu Kaolin sebesar 1.000.000 ton terdapat di Kec. Talang Kelapa, Kec. Pulau Rimau dan Kec. Betung. Tambang Koain ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat keramik, kertas, industri farmasi, industri komestik dan plastik. Selain itu terdapat jenis tambang Bentonit yang tersebar di Kec.Talang Kelapa. Tambang ini digunakan sebagai bahan baku pembuat cat, bahan baku industri cor, lem dan industri kelapa sawit.

Kegiatan pertambangan lainnya berupa Gambut sebesar 120.000.000 m³ yang berada di Kecamatan Muara Padang, Pasir Silika sebesar 675.000 m3 di Kecamatan Talang Kelapa dan Tanah Urug yang tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin.

(45)
(46)
(47)
(48)

D. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah di Sumatera Selatan yang memiliki kawasan perairan terbesar. Kabupaten banyuasin memilik panjang pantai sekitar 275 km dan luas laut sebesar 1.765,4 Km², kawasan pantai tersebut membentang dari perbatasan Provinsi Jambi hingga perbatasan Kabupaten Ogan Komering Ilir berhadapan dengan Selat Bangka. Untuk delineasi kawasan pesisir, Batas ke arah darat berdasarkan Ekologis adalah kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang. Secara administratif yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst dari garis pantai), sedangkan Batas ke arah laut berdasarkan Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi proses- proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan Administratif 4 mil dari garis pantai, dari ketentuan tersebut delineasi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin adalah batas administrasi Kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut dan 4 mil ke arah laut sesuai kewenangan kabupaten yang meliputi lima Kecamatan, yaitu Banyuasin II, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Tanjung Lago serta terdapat sekitar 22 pulau-pulau kecil baik yang berada di wilayah laut maupun di perairan sungai.

Keberadaan kawasan perairan di Kabupaten Banyuasin sangat potensial, baik sebagai jalur transportasi yang strategis karena merupakan pintu gerbang penghubung Provinsi Sumatera Selatan dengan Pulau Bangka, juga menyimpan potensi hasil laut yang melimpah serta potensi wisata. Pada Kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin juga terdapat kawasan konservasi Taman Nasional

(49)

(budidaya keramba), budidaya tambak dan budidaya ikan air tawar. Berikut ini potensi perikanan di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9

Potensi Perikanan di Kabupaten Banyuasin

N o

Jenis Pemanfaatan

Potensi Potensi Yang Telah Dikelola 1 Perikanan Laut 1000 unit 52 unit 2 Budidaya Air Payau 21000 Ha 3.272 Ha 3 Budidaya Air Tawar :

Kolam 142.000 Ha 8.520 Ha Keramba 15.130 unit 153 unit

Sumber : RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2012-2032

Jumlah nelayan 1.976 RTP dan buruh 3.477 RTBP. Jenis ikan yang dominan adalah manyung, cucut, pari, teri, gerot-gerot, selar, golok-golok, Petek/peperek dan bawal hitam, serta udang putih. Untuk sarana transportasi, akan dikembangkan kawasan pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api.

3.6 Potensi Ekonomi Wilayah 3.6.1 Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian masyarakat Banyuasin sebagian besar terkategori ke Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan seperti yang terlihat dari besarnya peranan masing-masing kategori ini terhadap pembentukan PDRB Banyuasin. Pada tahun 2014, besarnya peranan kategori ini terhadap PDRB Banyuasin adalah sebesar 34,54 persen. Kategori lain yang juga memiliki peranan terbesar berikutnya dihasilkan oleh kategori Industri Pengolahan yaitu sebesar 24,02 persen, dan kategori konstruksi yaitu sebesar 13,18 persen. Kategori lainnya yang juga memiliki peranan terhadap pembentukan PDRB Banyuasin adalah Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dan kategori Pertambangan dan Penggalian yaitu masing-masing sebesar 9,48 persen dan 8,85 persen.

(50)

Sementara peranan kategori lainnya terhadap PDRB Banyuasin di bawah 5 persen.

Tabel 3.10

PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha (persen) 2010-2014

N

o Lapangan Usaha 2010 2011 Tahun2012 2013 2014

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 36,24 35,79 36,39 36,60 34,54

2 Pertambangan dan Penggalian 7,25 7,60 7,94 8,23 8,85

3 Industri Pengolahan 24,90 25,27 23,24 22,93 24,02

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

6 Konstruksi 12,19 12,18 13,31 13,19 13,18

7 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,90 9,77 9,70 9,57 9,48

8 Transportasi dan Pergudangan 0,48 0,59 0,62 0,64 0,64

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 0,38 0,37 0,38 0,41 0,42

1

0 Informasi dan Komunikasi 1,58 1,76 1,73 1,67 1,71

1 1

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,31 0,29 0,31 0,31 0,31

1 2 Real Estat 0,71 0,49 0,51 0,51 0,50 1 3 Jasa Perusahaan 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 1 4 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,89 2,86 2,83 2,86 3,11

1 5

Jasa Pendidikan 2,18 2,12 2,13 2,21 2,35

1

6 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,43 0,42 0,44 0,43 0,45 1

7 Jasa lainnya 0,45 0,41 0,37 0,34 0,33

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

3.6.2 Pertumbuhan Perekonomian

Perekonomian Banyuasin pada tahun 2014 mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Banyuasin tahun 2014 mencapai 5,14 persen, sedangkan tahun 2013 sebesar 6,18 persen. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh kategori Jasa Pendidikan yaitu sebesar 14,98 persen kemudian kategori berikutnya adalah Pertambangan dan Penggalian dengan laju pertumbuhan sebesar 14,49 persen. Sedangkan seluruh

(51)

Adapun kategori-kategori lainnya berturut-turut mencatat pertumbuhan yang positif pada tahun 2014, di antaranya kategori Pengadaan Listrik dan Gas mencatat sebesar 10,29 persen, kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,17 persen, kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 7,87 persen, kategori Transportasi dan Pergudangan sebesar 6,66 persen, kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 6,63 persen, kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 6,13 persen, kategori Jasa Perusahaan sebesar 5,98 persen, kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 5,16 persen, kategori Industri Pengolahan 4,74 persen, kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 4,25 persen, kategori Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 4,23 persen, kategori Konstruksi sebesar 4,01 persen, kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 3,20 persen, dan kategori Jasa Lainnya sebesar 2,86 persen.

Tabel 3.11

Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), 2011-2014

N o

Lapangan Usaha Tahun

2011 2012 2013 2014

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,75 5,62 5,31 3,20 2 Pertambangan dan Penggalian 5,03 6,14 9,73 14,49

3 Industri Pengolahan 4,77 3,38 3,75 4,74

4 Pengadaan Listrik dan Gas 16,44 11,31 9,81 10,29 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,68 8,12 4,76 6,63

6 Konstruksi 7,50 12,10 10,87 4,01

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

7,26 7,95 6,06 4,25

8 Transportasi dan Pergudangan 6,82 7,14 7,40 6,66 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

8,90 8,20 2,44 5,16

1 0

Informasi dan Komunikasi 6,92 7,95 5,78 7,87

1

1 Jasa Keuangan dan Asuransi 5,36 10,34 7,60 4,23 1 2 Real Estat 8,37 9,64 8,67 7,09 1 3 Jasa Perusahaan 9,97 8,25 9,06 5,98 1

4 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

(52)

N

o Lapangan Usaha 2011 2012Tahun2013 2014

1 5

Jasa Pendidikan 7,50 6,12 9,43 14,98

1

6 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,06 7,97 5,29 9,17 1

7 Jasa lainnya 3,09 1,02 2,18 2,86

Produk Domestik Regional Bruto 5,42 6,15 6,18 5,14

Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

3.6.3 PDRB Perkapita

Apabila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB Per kapita. PDRB Per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Berdasarkan Tabel 3.3 di bawah ini, pada tahun 2014, PDRB per kapita Banyuasin mencapai 23,92 juta Rupiah dengan pertumbuhan sebesar 7,59 persen yang mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya. PDRB per kapita untuk tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 masing-masing sebesar 16,42 juta Rupiah, 18,63 juta Rupiah, 19,99 juta Rupiah, dan 22,23 juta Rupiah dengan pertumbuhan pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 13,47 persen dan 7,32 persen,serta 11,23 persen untuk pertumbuhan pada tahun 2013.

Tabel 3.12

PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp), 2010-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,95 6,67 7,27 8,14 8,26

2 Pertambangan dan Penggalian 1,19 1,42 1,59 1,83 2,12

3 Industri Pengolahan 4,09 4,71 4,65 5,10 5,75

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,002 0,003 0,003 0,003 0,003

6 Konstruksi 2,00 2,27 2,66 2,93 3,15

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

1,63 1,82 1,94 2,13 2,27

8 Transportasi dan Pergudangan 0,08 0,11 0,12 0,14 0,15

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 0,06 0,07 0,08 0,09 0,10

10 Informasi dan Komunikasi 0,26 0,33 0,35 0,37 0,41

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,05 0,05 0,06 0,07 0,07

(53)

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

15 Jasa Pendidikan 0,36 0,39 0,42 0,49 0,56

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,07 0,08 0,09 0,10 0,11

17 Jasa lainnya 0.07 0,08 0,07 0,08 0,08

Produk Domestik Regional Bruto 16,42 18,63 19,99 22,23 23,92

Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

3.6.4 Pertumbuhan dan Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha

PDRB Kabupaten Banyuasin menurut lapangan usaha dirinci menjadi 17 kategori lapangan usaha dan sebagian besar kategori dirinci lagi menjadi subkategori. Pemecahan menjadi subkategori ataupun golongan ini disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009. Perkembangan setiap lapangan usaha diuraikan di bawah ini.

A. Pertanian, Kehutanan, Dan Perikanan

Kategori ini mencakup subkategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang terdiri atas golongan tanaman pangan, golongan tanaman hortikultura, golongan tanaman perkebunan, golongan peternakan, dan golongan jasa pertanian dan perburuan, subkategori Usaha kehutanan dan Penebangan Kayu, dan subkategori Perikanan. Kategori ini masih menjadi tumpuan dan harapan dalam penyerapan tenaga kerja karena sebagian besar masyarakat di Banyuasin bekerja di kategori ini sebagaimana besarnya peranan yang diberikan dari kategori ini terhadap PDRB Banyuasin.

Pada tahun 2014 kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberikan peranan terbesar terhadap PDRB Banyuasin atas dasar harga berlaku sebesar 34,54 persen. Subkategori tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar terhadap kategori pertanian,kehutanan, dan perikanan yaitu tercatat sebesar 31,81 persen dari seluruh nilai tambahnya. Namun pada tahun 2014 pertumbuhan subkategori ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 5,11 menjadi 3,40 seiring dengan penurunan produksi padi di Banyuasin. Sedangkan untuk tahun 2011 sampai 2013 selalu mengalami percepatan.

(54)

Pertumbuhan ekonomi terbesar pada tahun 2014 untuk kategori ini adalah pada subkategori perikanan yaitu sebesar 8,94 yang mengalami percepatan dari tahun sebelumnya. Kemudian pertumbuhan terbesar berikutnya adalah subkategori pertanian,peternakan, perburuan, dan jasa pertanian sebesar 0,44 persen, tetapi mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk subkategori kehutanan mengalami percepatan di tahun 2014 yaitu sebesar 0, 19 persen seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.13

Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kategori Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan(Persen), 2010-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Pertanian, Perternakan, Perburuan

dan Jasa 63,90 63,62 62,68 60,78 55,48

a. Tanaman pangan 35,75 35,04 32,74 31,81 25,38

b. Tanaman holtikultura 3,15 2,93 2,82 2,67 2,60

c. Tanaman perkebunan 14,71 15,36 16,53 15,81 16,26

d. Perternakan 6,50 6,32 6,77 6,89 7,41

e. Jasa pertanian dan perburuan 3,78 3,96 3,82 3,61 3,82 2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 4,66 5,16 4,84 4,64 4,83

3 Perikanan 31,44 31,22 32,48 34,58 39,69

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

Gambar 3.19

Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Pertanian,Kehutanan, dan Perikanan (Persen), 2010-2014

(55)

B. Pertambangan dan Penggalian

Pada Kategori Pertambangan dan Penggalian, subkategori yang memberikan kontribusi terbesar adalah Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi yaitu sebesar 48,9 persen pada tahun 2014, meningkat dari 68,31 persen di tahun 2014. Secara umum, peranan subkategori ini terus meningkat dari tahun 2010 sampai 2014 kecuali di tahun 2012 sempat menurun. Subkategori Pertambangan dan Penggalian Lainnya juga memberikan kontribusi terhadap kategori Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 31,69 persen di tahun 2014. Subkategori ini terus menurun dari tahun 2012 sampai 2014.

Secara keseluruhan pada tahun 2014, kategori Pertambangan dan Penggalian menunjukkan laju pertumbuhan yang cepat sebesar 14,49 persen, dimana laju pertumbuhan kategori ini selalu meningkat selama tahun 2010 sampai 2014. Seperti yang terlihat pada Gambar, untuk masingmasing subkategori Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi serta Pertambangan dan Penggalian Lainnyajugamengalamipercepatanpertumbuhandi tahun2014.

Tabel 3.14

Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kategori Pertambangan dan Penggalian(Persen),

2010-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi

60,84 64,09 63,33 65,20 68,31 2 Pertambangan dan Penggalian

Lainnya 39,16 35,91 36,67 34,80 31,69

Pertambangan dan Pengalian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

C. Industri Pengolahan

Pada Kategori Industri Pengolahan, subkategori yang menyumbang peranan terbesar adalah Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 53,18 persen pada tahun 2014, kemudian diikuti oleh Industri Batubara dan Pengilangan Migas, dan Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik yaitu sebesar 34,91 persen dan 6,19 persen. Sedangkan peranan subkategori yang lain berada di bawah 5

(56)

persen, berturut-turut mulai dari yang terbesar hingga terkecil adalah subkategori Industri Logam Dasar 1,29 persen, subkategori Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan sejenisnya 1,28 persen, subkategori Industri Barang Galian Bukan Logam 1,26 persen, Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 1,22 persen, Industri Alat Angkutan 0,39 persen, Industri Furnitur 0,18 persen, Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman beserta Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan berkontribusi sama besar yaitu 0,04 persen, Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 0,01 persen, dan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 0,004 persen.

Tabel 3.15

Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kategori Industri Pengolahan (Persen), 2010-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Industri Batubara dan Migas 50,20 45,26 39,41 37,20 34,91 2 Industri Makanan dan Minuman 36,54 42,41 47,04 49,76 53,18 3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 4 Industri Kayu, Barang dari Kayu,

Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

1,58 1,37 1,46 1,38 1,28

5 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

0,04 0,04 0,05 0,04 0,04

6 Industri Kimia, Farmasi dan Obat 0,004 0,004 0,005 0,005 0,004 7 Industri Karet, Barang dari Karet dan

Plastik 7,08 6,56 7,50 6,95 6,19

8 Industri Barang Galian bukan Logam 1,21 1,20 1,35 1,34 1,26

9 Industri Logam Dasar 1,55 1,48 1,42 1,38 1,29

10 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik

1,10 1,04 1,10 1,28 1,22

11 Industri Alat Angkutan 0,40 0,37 0,40 0,40 0,39

12 Industri Furnitur 0,24 0,22 0,21 0,20 0,18

13 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan

0,05 0,04 0,05 0,04 0,04

Industri Pengolahan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

(57)

tahun 2012. Subkategori yang mencatatkan laju pertumbuhan terbesar adalah subkategori Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional yaitu sebesar 11,95 persen pada tahun 2014, kemudian diikuti oleh subkategori Industri Makanan dan Minuman, dan subkategori Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik yaitu sebesar 8,91 persen dan 7,93 persen.

D. Pengadaan Listrik dan Gas

Kategori Pengadaan Listrik dan Gas berkontribusi sebesar 0,07 persen terhadap perekonomian Kabupaten Banyuasin pada tahun 2014. Dari kontribusi tersebut, sebanyak 58,39 persennya disumbangkan oleh subkategori Ketenagalistrikan, dan 41,61 persen oleh subkategori Pengadaan Gas dan Produksi Es. Laju pertumbuhan ekonomi kategori ini pada tahun 2014 adalah sebesar 10,29 persen yang mengalami percepatan dari tahun sebelumnya. Subkategori yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi adalah subkategori Ketenagalistrikan yaitu sebesar 11,61 persen namun mengalami perlambatan dari tahun 2013. Subkategori Pengadaan Gas dan Produksi Es sebesar menunjukkan laju pertumbuhan yang cepat dari tahun 2013 sebesar 7,67 persen.

Tabel 3.16

Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kategori Pengadaan Listrik dan Gas

(Persen), 2010-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Ketenagalistrikan 58,66 58,03 59,85 58,50 58,39

2 Pengadaan Gas dan Produksi 41,34 41,97 40,15 41,50 41,61 Pengadaan Listrik dan Gas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

Gambar 3.20

Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Pengadaan Listrik dan Gas (Persen), 2010-2014

(58)

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang mencakup kegiatan ekonomi pengumpulan, pengolahan dan penditribusian air melalui berbagai saluran pipa untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Termasuk juga kegiatan pengumpulan, penjernihan dan pengolahan air dan sungai, danau, mata air, hujan dll. Tidak termasuk pengoperasian peralatan irigasi untuk keperluan pertanian. Peranan kategori ini terhadap perekonomian di Kabupaten Banyuasin berkisar 0.01 persen selama tahun 2010 sampai 2014. Sedangkan laju pertumbuhannya di tahun 2014 adalah 6,63 persen yang mengalami percepatan dari tahun 2013. Pada tahun 2011 lajupertumbuhan kategori ini menunjukkan angka negatif sebesar -0,43 persen yang berarti laju menurun dari tahun 2010.

F. Konstruksi

Kategori Konstruksi menyumbang sebesar 13,18 persen terhadap total perekonomianKabupaten Banyuasin, meskipun selalu menurun dari tahun 2012 dimana peranannya sebesar 13,31 persen di tahun

(59)

Banyuasin mengalami perlambatan dari 10,87 persen pada tahun 2013 menjadi 4,01 persen pada tahun 2014. Begitu juga pada tahun 2013 yangjuga melambat dari 12,10 persen di tahun 2012.

G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Selama 5 tahun terakhir, kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor selalu memberikan kontribusi di atas 9 persen terhadap perekonomian Kabupaten Banyuasin meskipun selalu menurun selama tahun 2010 sampai 2014. Pada tahun 2014, kontribusi kategori ini sebesar 9,48 persen. Subkategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor memberikan sumbangan terbesar terhadap kategori ini yaitu sebesar 81,59 persen, dan subkategori Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya berperan sebesar 18,41 persen.

Gambar di bawah ini menunjukkan laju pertumbuhan kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Secara total laju pertumbuhan kategori ini melambat dari dari 6,06 persen di tahun 2013 menjadi 4,25 persen di tahun 2014. Begitu juga untuk subkategori Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya dan subkategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor masing-masing mengalami perlambatan dari tahun 2013 menjadi 2,11 persen dan 4,78 persen.

Tabel 3.17

Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kategori Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (Persen), 2010-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan

Reparasinya

21,43 20,27 19,55 18,77 19,41 2 Perdagangan Besar dan Eceran,

Bukan Mobil dan Sepeda Motor 78,57 79,73 80,45 81,23 81,59 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2015

Gambar

Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Banyuasin Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

bahwa kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi.. merupakan daerah tangkapan air sungai, yaitu sungai Cimaja,

Bertitik tolak pada data tabel di samping dapat dipahami bahwa keadaan sarana dan prasarana SD Negeri 9 Banyuasin III Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Secara garis besar, informasi yang terdapat pada Sistem Informasi Hidrologi-Daerah Aliran Sungai (SIH-DAS) yang nantinya akan dikembangkan ini terbagi atas

Kondisi sungai-sungai di Kota Bandar Lampung dilewati 23 sungai kecil, semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada di wilayah Kota Bandar Lampung dan

Data hidrologi diperoleh dari pengoperasian stasiun hujan dan debit yang tersebar dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Wilayah Sungai (WS) yang membentuk suatu jaringan

DAS merupakan suatu kawasan yang dibatasi oleh batasan-batasan topografi secara alami merupakan wilayah hidrologi dengan sungai dan anak-anak

Perubahan kondisi hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah

Kawasan Taman Nasional Baluran memiliki dua buah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Bajulmati dan Sungai Klokoran yang membentuk batas Taman Nasional di sebelah Selatan dan