• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nama botani Nama daerah Asal Kode contoh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nama botani Nama daerah Asal Kode contoh"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

X I X - METODOLOGI PENELXTXAN A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan rotan

Bahan penelitian yang digunakan adalah 9 jenis rotan dan berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Contoh

jenis rotan adalah seperti T a b e l 9.

Tabel 9. Contoh jenis rotan untuk penelitian

Nama botani

Nama daerah

Asal

Kode contoh

1 . Calamus manan

Miq.

2 . C.scipionum

Burr.

3. C.ornatus

01.

4 . C

.

burckianus

Becc

.

5 . Daemnorops heteroides

Burr.

6 . Khorthalsia tysmani i

Jungh.

7 . Ca7anws inops

Becc.

8. C.zo1ingeri

Becc.

9 . C a l a w s

sp

Manau

Semambu

Seuti

Balukbuk

Tretes

Sampang

Tohiti

Batang

Galaka

Lampung

Lampung

Jawa Barat

Jawa Barat

Jawa Barat

Jawa Barat

Sulawes

i

Tengah

Sulawesi tengah

Su lawes

i

Tengah

Berdasarkan pemanfaatan dalam perdagangan, rotan manau dan tohiti termasuk ke dalam kelompok rotan elit, semaxbu, batang dan seuti termpasuk jenis-jenis yang sudah diperdagangkan sedangkan sisanya adalah jenis-jenis yang belum diperdagangkan.

▸ Baca selengkapnya: kode atau nama ut daerah

(2)

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meli- puti alat pemungutan, alat pengolahan dan alat pengujian rotan. Alat pengolahan rotan terdiri dari unit penggoreng rotan untuk mengolah rotan segar menjadi rotan bahan mentah; rak pengering untuk menjemur rotan mencapai kadar air kering udara: moisture tester untuk mendet'eksi kadar air rotan dan gergaji tangan untuk memotong rotan menjadi ukuran yang sesuai dengan ukuran contoh uji.

Adapun alat pengujian rotan yang digunakan terdiri dari tinbangan, gelas ukur dan oven untuk mengukur berat jenis; mesin uji universal dan mesin uji torsi untuk mengukur sifat mekanis statis; aZat uji rangkak, deflek- tometer dan stop watch untuk mengukur sifat mekanis dinamis. Untuk pengukuran dimensi serat dan persentase sel serta jaringan penyusun rotan digunakan alat-alat seperti pisau mikrotom, peralatan maserasi dan mikroskop cahaya

.

Selanjutnya alat-alat gelas-kaca yang digunakan untuk isolasi selulosa-alpa dan lignin serta menetapkan kandungan komponen kimia rotan adalah autoclave dengan oil bath, tabung stainless steel, sokhlet, pendingin tegak, labu takar gelas arloji, pipet, cawan porselen dan lain-lain. Sedangkan alat defraktometer sinar-x digunakan untuk penetapan persentase kristalit dalam selulosa-alpa

(3)

dan alat kromatografi gas digunakan untuk analisa sifat- sifat lignin.

1. Pengumpulan dan persiapan contoh

Pengambilan contoh rotan disertai oleh tenaga bota- nis untuk melaksanakan identifikasi jenis rotan berda- sarkan pedoman identifikasi menurut Dransfield (1979). Contoh rotan yang dikumpulkan adalah dari tanaman yang sudah berumur cukup tua. Rotan ditebang pada bagian pangkal kemudian dibersihkan dari kelopak dan duri. Pengambilan bahan contoh rotan dimulai dari awal bagian nbatang-normalm dengan cara memotongnya dalam kelipatan satu meter s/d bagian akhir bagian 88batang-normalN, maksimal 10 potong. Bagian ujung yang muda/lunak dibuang. Untuk tiap jenis rotan yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) jumalah potongan tiap jenis tidak boleh kurang dari 20 Poton9

2) panjang tiap potongan 1 meter dengan diameter berkisar antara 25

-

30 nun

3) tiap potongan bebas cacat secara fisis (kulit ter- gores, retak, pecah dll) maupun biologis (lubang gerek/pinhole, lubang api-api, jamur dll).

(4)

Potongan-potongan contoh ini selanjutnya dikering- anginkan dalam selang waktu secukupnya (2

-

3 hari) kemu- dian diikat dan dibungkus dengan baik untuk dikirimkan ke Puslitbang Hasil Hutan, Bogor.

Setelah sampai di Bogor contoh rotan dibersihkan lalu digoreng dengan campuran minyak tanah (kerosene) dan minyak kelapa dalam perbandingan volume 9:l selama 30 menit. Selanjutnya contoh rotan digosok, dicuci dan dikeringkan sampai mencapai kadar air kering udara (lebih kurang 15 % k-a). Akhirnya contoh rotan dipotong-potong menurut keperluan pengujian dan pengukuran sifat-sifat yang diteliti.

2. Pengujian dan pengukuran

Sifat fisikomekanik rotan yang akan diukur meliputi: 1) Berat Jenis (specific gravity)

2) Rasio Berat Jenis bagian dalam dan luar

3) Modulus Elastisitas (modulus of elasticity)

4) Keteguhan Lentur Maksimum (maximum bending strength) 5) Daya lenting (elastic resilience)

6) Tegangan Lentur Elastis (stress at proportional

limit)

7) Modulus Kaku (modulus of rigidity)

8) Keteguhan Torsi Elastis (elastic shear stress) 9) Keteguhan Torsi Maksimum (ultimate shear stress)

(5)

10) Rasio deformasi elastis dan plastis 11) Rangkak (creeps)

Untuk mengidentifikasi indikator mutu rotan maka dipilih secara selektif dari beberapa sifat fisik mekanik seperti tersebut di atas. Sifat-sifat yang terpilih akan ditetapkan sebagai indikator mutu rekayasa rotan.

Secara regresi nasing-masing indikator tersebut akan dijadikan peubah bebas yang nilainya bergantung kepada semua sifat fisik-mekanik lainnya sebagai peubah tak bebas. Dengan demikian terdapat beberapa hubungan fung- sional antara masing-masing indikator mutu dengan sifat fisik mekanik rotan. Hubungan indikator yang paling kuat dengan sifat fisik-mekanik rotan akan dijadikan persya- ratan untuk penentuan mutu rotan.

Langkah selanjutnya ialah menentukan hubungan fung- sional antara indikator mutu dengan sifat-sifat dasar anatomi dan kimia rotan. Dalam ha1 ini indikator mutu merupakan peubah tak bebas dan sifat-sifat dasar, anatomi-kimia merupakan peubah bebas. Adapun peubah bebas sifat-sifat dasar rotan yang diukur adalah:

1) Kerapatan ikatan pembuluh

2) Persentase serat pada penampang lintang 3) Persentase pori pada penampang lintang 4) Panjang sel serat

(6)

6) Rasio panjang dan diameter sel serat 7) Tebal dinding sel serat

8) Kadar komponen holoselulosa 9) Kadar selulosa-alpa

10) Kadar lignin 11) Kadar silika

12) Kristalinitas selulosa 13) Kadar prazat lignin

3. Prosedur pengujian

a. Berat jenis

Pengujian berat jenis rotan mengacu kepada Pedo- man Pengujian Sifat Fisik-Mekanik Kayu LPHH (Lenbaga Penelitian Hasil Hutan, 1974) dengan modifikasi yang disesuaikan dengan contoh bahan yang digunakan, yaitu rotan. Ukuran contoh uji adalah panjang 2

cm

sedangkan lebar dan tebalnya disesuaikan dengan diameter contoh rotan. Pengukuran berat jenis dilakukan pada contoh rotan utuh (bagian kulit dan bagian dalam) kemudian dilanjutkan pada bagian dalam setelah contoh dikupas bagian kulitnya setebal 1-2

ma.

Berat jenis rotan utuh, bagian dalam dan bagian kulit dihitung berdasarkan berat kering tanur dengan rumus sebagai berikut:

(7)

dimana: BJ = Berat Jenis

B = Berat contoh utuh kering tanur V = Volume contoh utuh kering tanur,

dengan metoda celup (water displace- ment)

b. Lentur statis

Pengujian lentur statis rotan mengacu kepada Pedoman Pengujian Sifat Fisik-Mekanik Kayu LPHH

(Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1974) dengan modifi-

kasi yang disesuaikan dengan contoh bahan yang diguna- kan, yaitu rotan. Ukuran contoh uji yang dibuat adalah panjang 35 cm sedangkan lebar dan tebalnya disesuaikan dengan diameter rotan. Jarak antara penyangga diatur sepanjang 30 cm. Beban dan defleksi dilakukan sampai maksimum. Pada pengujian rotan nilai maksimum ditandai oleh kenaikan beban yang konstan. Bahan rotan dalam uji lentur statis ini dipandang sebagai bahan berben- tuk bulat panjang yang masif.

Dari hasil uji lentur statis ini dihitung Modulus Elastisitas (MOE), Tegangan pada Batas Elastis, Daya

(8)

Lenting dan Tegangan Maksimum dengan rumus, masing- masing sebagai berikut:

..

dimana: MOE = Modulus Elastisitas

o, = Tegangan pada batas elastis

U = Daya lenting/enersi potensial

3 Beban pada batas elastis

= Jarak sangga D = ~iameter rotan

fe = defleksi/lendutan pada batas elastis 'max = Beban maksimum

Omax = Tegangan maksimum c. Torsi

Pengujian keteguhan torsi mengacu kepada Pedoman Torsee8s Torsion Testing, Tokyo Testing Machine MFG,

CO., LTD., dengan modifikasi sesuai dengan bahan rotan

yang digunakan.

Contoh Uji berukuran panjang 28 cm dipasang pada mesin uji torsi tipe AT-6. Salah satu ujung contoh uji diberi gaya puntir dan ujung lainnya menahan putaran (- 5).

(9)

1

Ketemngan : 1 . Ro tan

2. Pendulum

3. Gaya putar

Garbar 5. Alat u ji torsi

Pada pengujian torsi akan diperoleh parameter yaitu :

Besarnya modulus rigiditi (MRG) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

te L

MRG =

Besarnya tegangan torsi pada batas elastisitas (te) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Besarnya keteguhan torsi maksimum (haax) dapat dihitung dengan rmenggunakan rumus :

16 Tmax

tmax =

(10)

Dimana :

MRG = Modulus regiditi

te = Tegangan elastisitas torsi tmax = Keteguhan torsi maksimum r = Jari-jari

D = Diameter

L = Jarak bentang

8 = Sudut torsi (radian)

Te = Momen torsi pada batas elastis Tmax = Momen torsi maksimum

d. Uji Rangkak

,-.. Uji rangkak (creep test)'dilakukan

untuk menentu- kan besaran defleksi elastis (elastisitas), rangkak

(creeps), dan plastisitas (permanent set). Prosedur pengujian disusun berdasarkan teori reologi kayu (Kollman and Cbt&,1968). Sedangkan alat pengujian dirancang dan dibuat oleh Puslitbang Hasil Hutan, Bogor (lihat G a r b a r 6).

Contoh uji rotan panjang 30 cm disangga pada kedua ujungnya. Pada bagian tengah diberi beban- rangkak yang besarnya 60 % dari beban pada batas proporsi dan dilengkapi dengan alat deflektometer. Lama pembebanan adalah satu jam dan pengukuran plasti- sitas dflakukan setelah 30 menit pelepasan beban.

(11)

Garbar 6. Alat uji rangkak

(Sumber: Puslitbang Hasil Hutan, 1994) 1

2 e

Besarnya beban-rangkak (=P) diperoleh melalui tegangan rata-rata batas elastis tiap jenis rotan

I

dengan menggunakan rumus:

dimana ;

=4</fl//4/L/c/4//<///t/t4/t4/I/~/c/t5

I

1

3

a, = Tegangan rata-rata pada batas elastis D = Diameter rotan

L = Jarak sangga

4

Besarnya elastisitas (E) dapat diperoleh dari besarnya defleksi yang terjadi seketika pada saat pembebanan awal ( = YtO)

.

Adapun besarnya plastisitas (P) diperoleh dari defleksi yang tersisa setelah 30 menit pelepasan beban ( = Yt2). Dengan demikian rasio E/P adalah; Keterangan : 1

,

Ro tan 2. Deflektometer 3. Beban 4. Penyangga

(12)

Yt2 Rasio E/P =

YtO

Besarnya rangkak diperoleh dari selisih defleksi setelah pembebanan satu jam (Ytl) dan defleksi awal

(YtO), yaitu;

Mulur = Ytl

-

YtO e. Dimensi serat

Untuk mengukur dimensi serat beberapa potong contoh rotan berukuran sekitar 0,5 x 0,5 x 3,O cm dibuat preparat melalui proses maserasi dengan metoda Schlutze (Pandit, 1991). Dimensi serat yang diukur dengan bantuan mikroskop cahaya meliputi panjang, diameter dan tebal dinding. Pengukuran dilakukan dengan mistar-gelas yang diletakkan pada lensa okuler. Setiap strip pada mistar-gelas tersebut ditera pan- jangnya melalui mikrometer gelas yang dipasang pada bidang objek mikroskop pada pembesaran tertentu. Mikrometer gelas digunakan ~ b a g a i dasar untuk nilai tera. Dengan demikian setiap strip pada lensa okuler dapat diketahui panjang sebenarnya. Selanjutnya nilai dimensi serat ditentukan oleh jumlah strip pada mistar-gelas.

Panjang serat diukur pada pembesaran 100 kali dengan jumlah serat sekurang-kurangnya 100 serat.

(13)

Sedangkan diameter serat diukur pada pembesaran 450 kali dengan jumlah serat sekurang-kurangnya 50 serat. Adapun tebal dinding diperoleh dengan rumus:

dimana, TB = tebal dinding d = diameter serat 1 = diameter lumen

f. Persentase sel penyusun rotan

Contoh rotan yang utuh dan sehat mula-mula dire- bus dalam air sekitar 10 jam kemudian dibiarkan dingin selama satu malam. Selanjutnya pada contoh dibuat sayatan penampang lintang dan longitudinal setipis mungkin dengan pisau mikrotom. Sayatan dibuat menjadi preparat mikrotom dan untuk pewarnaan digunakan saf ranin.

Sel-sel (jaringan) penyusun yang dihitung melipu- ti sel serat dan pori. Prosedur pengukuran persentase sel penyusun rotan mengikuti metoda seperti dilakukan oleh Indrawati, 1992. Penampang lintang rotan pada preparat mikrotom dipotret dengan camera merk ~ a s h i c a dengan lensa 55 mm dan tipe FX-3. Hasil pernotretan dipotong-potong dan dikelompokkan menurut sel penyusun

(14)

yang diukur. Masing-masing kelompok sel penyusun ditimbang dan dihitung persentasenya berdasarkan berat dengan rumus;

Berat kelompok sel penyusun

x 100 % Berat total

g. Kerapatan Berkas pembuluh

Penetapan kerapatan berkas pembuluh dilakukan pada penampang lintang contoh uji berukuran panjang 5 cm dengan bantuan loupe. Pengukuran dilakukan secara sampling untuk area seluas 4 mm2 masing-masing pada bagian tepi, tengah dan pusat rotan. Hasil pengukuran ketiga lokasi sampel dijumlahkan dan kerapatan berkas pembuluh ditetapkan per ma2 dengan rumus;

dimana :

Kb = Kerapatan ikatan pembuluh tiap mm2

Pi = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pinggir Te = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian tengah Pu = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pusat

h. Kadar holoselulosa

Selulosa termasuk hemiselulosa atau disebut juga holoselulosa adalah fraksi polisakarida total dalam rotan yang bebas zat ekstraktif dan lignin. Penetuan kadar selulosa mengikuti prosedur SII.1657-85. Prinsip

(15)

penentuan kadar selulosa yaitu dengan mengisolasinya dari rotan melalui dua tahap, yaitu:

-

penghilangan zat ekstraktif dengan melarutkannya dalam alkohol-benzen menurut SII.1293-85.

-

penghilangan lignin dengan klorinasi kemudian diek- straksi dengan monoetilamin.

Residu yang diperoleh setelah pengeringan oven 105 f 3 ' ~ adalah selulosa yang dihitung dengan rumus :

dimana :

S = kadar holoselulosa

C = berat endapan selulosa kering tanur B = berat

i. Kadar lignin

Lignin yang merupakan senyawa aromatik berbentuk amorf, adalah bagian dari rotan yang bebas zat ek- straktif dan bukan karbohidrat. Prosedur penentuan lignin mengikuti SII.0528-81. Prinsip kerjanya yaitu: mengisolasi zat ekstraktif dengan alkohol-benzen 1 : 2 selama 8 jam, kemudian dihidrolisa dengan asam sulfat 72 % selama 2 3 menit dan hidrolisa disempurnakan dengan asam sulfat 3 %. Hasil residu setelah penya- ringan dan pengeringan pada oven 105 f 3 'C adalah lignin (Klason) yang dihitung dengan rumus :

(16)

L 3=

-

x

100 %

B

dimana: L = kadar lignin

C = berat endapan lignin kering tanur B = berat contoh kering tanur

j. Kandungan Prazat Lignin

Prazat lignin diperoleh melalui oxidasi polimer lignin dengan nitrobenzen. Prosedur kerjanya mengi- kuti : Lin dan Dence, 1992. dengan prinsip ker ja mengoksidasi serbuk kayu bebas ekstraktip dalam tabung baja anti karat dengan larutan nitrobenzen dan KOH selama 2 jam pada suhu 170 OC lalu dilan jutkan dengan

pemisahaan.

Pemisahan prazat lignin dalam hasil oxsidasi dikerjakan melalui penyaringan, ekstraksi dengan choloroform, dehidrasi dan evaporasi. Selanjutnya, prazat dilarutkan dengan metanol dan diinjeksikan kedalam chromatografi gas untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Prazat yang dianalisis adalah kan- dungan persentase guayasil, syringil dan para-hydroksi benzaldehide dalam sampel yang diinjeksikan. Kondisi chromatografi gas yang dipakai untuk analisis adalah sebagai berikut:

Merek : Skimatzu GC

-

14A

Kolom : Kapiler, Silika, CPB-10 Gas pembawa : UHP Nitrogen

(17)

Detektor : FID

Temperatur : 3 0 0 ~ ~

k. Kadar selulosa-alpa

Kadar selulosa-alpa adalah bagian selulosa yang mempunyai berat molekul tinggi, DP > 200 unit glukosa, dan merupakan bagian yang tinggal setelah bagian selulosa lainnya larut pada perlakuan dengan natrium hidroksida 8,3 %

.

Pelamtan terjadi setelah pengem- bangan dengan natrium hidroksida 17,5 %.

Penetapan kadar selulosa-alpa mengikuti prosedur SII.0443-81. Endapan selulosa-alpa yang diperoleh setelah kering tanur ditimbang sampai beratnya kon- stan. Kadar selulosa-alpa dihitung dengan rumus:

dimana : Sa = Kadar selulosa-alpa

C = Berat endapan kering tanur B = Berat contoh kering tanur

1. Kadar silika

Silika (5102) adalah salah satu bagian dari komponen abu anorganik yang tersisa setelah seluruh kgmponen organik diisolasi melalui pengabuan pada suhu 575 It 25

'c.

Pemisahan silika dari abu dilakukan dengan melarutkannya dalant asam klorida pekat, 65 %. Penentuan kadar silika mengikuti prosedur SII.1292-85.

(18)

Hasil residu dalam miligrara yang diperoleh setelah pengeringan oven 105 f 3 'C dihitung berdasarkan berat contoh rotan kering, dengan rumus :

dimana : Si = kadar silika

C = berat silika dalam m g B = berat contoh kering tanur

m. Kristalinitas selulosa

Sebelum menjadi bagian dinding sel molekul- molekul selulosa yang berbentuk seperti rantai panjang meapbentuk berkas-berkas molekul selulosa yang diletak- kan ssjajar satu sama lain. Berkas-berkas ini kemudian diselubungi oleh hemiselulosa untuk membentuk unit yang lebih besar yang disebut mikrofibril. Mikrofibril ini dalam dinding sel telrletak berlapis-lapis. Di dalam tiap mikrofibril ada bagian berkas molekul selulosa yang tersusun rapi disebut daerah kristalin atau nisel dan lain disebut daerah amorf.

Kristalinitas adalah bagian kristalin yang ter- dapat dalam dinding sel rotan. Untuk penetapan krista- linitas selulosa digunakan instrumen X-ray difraction PHILLIPS pw.1130. Contoh yang dianalisa adalah selulosa-alpa yang sudah dipisahkan dari rotan. Contoh dijadikan preparat aunorientedn pada lempeng aluminium

(19)

dan dimasukkan ke dalam usample holdere8 untuk disi- nari. Penyinaran dilakukan pada kondisi:

Sudut penyinaran : 4 - 3 Z 0 c Kecepatan sudut : 1°/menit Kecepatan kertas grafik : 1 cm/menit Konstanta waktu : 1 x 1 ~ 3 c p s Tenaga listrik : 20 mA, 35 kV

Dari hasil penyinaran diperoleh difragtogram yang menunjukkan adanya selulosa amorf dan puncak-puncak selulosa kristalin. Persentase selulosa kristalin ditentukan dari perbandingan luas puncak-puncak difragtogram selulosa kristalin dan luas total difrag- togram menurut metoda Hendayani (1983).

C . MALISIS DATA

Pertama, kumpulan data primer yang telah diperoleh diuji normalitasnya lalu ditabulasi. Pengolahan selanjutnya pada data adalah mendapatkan ukuran gejala pemusatan (esti- masi nilai tengah) dan dispersi masing-masing peubah. Berdasarkan nilai tengah peubah dilakukan rangking mengguna- kan skala pengukuran ordinal. Data kualitatif ini selanjut- nya diolah dengan analisis gerombol untuk pengelompokan jenis-jenis rotan yang diteliti. Metoda analisis yang digunakan adalah adalah metoda gerombol berhirarki. Untuk mengetahui perbedaan sifat-sifat kelompok jenis dilakukan

(20)

uji perbedaan beberapa rata-rata dengan menggunakan statis- tik F, yang dilanjutkan dengan uji Duncan.

Selanjutnya, data yang diperoleh digunakan sebagai basis data untuk perhitungan-perhitungan teknik regresi, korelasi dan seleksi faktor (lihat Galbar 7). Model-model regresi, yaitu formula matematis yang menunjukkan b e n t u k hubungan fungsional antara peubah bebas dengan peubah tak bebas, yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai

Tabel 10.

Tabel 10. Model-model regresi untuk analisis

No.

Persamaan regresi

Nama Model

1. Y

=

BO+BlXl+B2X2+.

.

.+BkXk+ei

2. Y

=

B O + R ~ X + E ~

3. Y

= B O + B I X + B ~ X ~ + E ~

4.

Y

=

B O + B ~ X + + B ~ X ~ + B ~ X ~ + E ~

5.

Y

=

~ / ( B O + B ~ X ) + E ~

6.

Y

=

BOeBlx+ei

atau lnY=lnBO+BIX+ei

7.

Y

=

BOxB1+ei

atau lnY=lnBO+Bl lnX+ei

8.

Y

-

1/(~001~)+e~ atau ln(l/Y)=lnBO+(lnB1)X+ei

9.

eY= BOxb+ei

atau Y=lnBO+BllnX+ei

10.

Y

=

eBo-BIX+e

i

atau lnY=BO-B1/X+ei

linier multipel

linier sederhana

kuadrat

i

k

polinomial

hiperbola

eksponensial

geometr

i

k

logistik

logar

i

tmi k

logaritmik

resiprokal

Tahapan pembuatan model dimulai dengan model regresi berganda dengan salah satu sifat fisik-mekanik sebagai peubah terikat dan sifat fisik-mekanik lainnya sebagai

(21)

peubah bebas. Peubah terikat yang berkaitan erat dengan semua sifat fisik-mekanik akan dijadikan sebagai peubah indicator sifat fisik-mekanik rotan. Peubah indikator ini selanjutnya akan dicarikan hubunganya dengan masing-masing sifat fisik-mekanik lainnya melalui model regresi linier sederhana dan non linier.

Peranan sifat anatomi dan kimia terhadap indikator sifat fisik-mekanik akan dianalisa melalui model regresi berganda dan sederhana (linier dan non linier) dengan indikator fisik-mekanik sebagai peubah terikat dan sifat fisik-mekanik sebagai peubah bebas.

Selanjutnya dilakukan pemilihan model terbaik dan seleksi faktor pada model-model yang terbentuk dengan mela- kukan keabsahan atau kehandalan model. Tolok ukur yang dipakai untuk penilaian kehandalan model ialah sebagai berikut :

1. Uji F

2. Koef isien determinasi

,

R2.

3. Koef isien determinasi terkoreksi

,

Ra2 4. Koefisien korelasi, R

5. Koefisien regresi, bi

6. Koefisien regresi parsial baku, b t i

Uji F dilakukan untuk mengetahui kontribusi yang nyata dari peubah-peubah bebas terhadap peubah terikat. Nilai F

(22)

hitung diperoleh dari hasil bagi kuadrat tengah regresi d m kuadrat tengah sisa dari daftar sidik ragam. Untuk ini dikembangkan hipotesa, Ho : 01=02=....=Bk=O melawan Ha :

minimum salah satu dari Bi $0. Kriteria pengujian adalah apabila F hitung > F tabel pada tingkat a tertentu maka Ha diterima atau berarti peubah bebas mempunyai kontribusi yang nyata terhadap peubah terikat dalam model regresi yang diperoleh.

Koef isien determinasi

,

R2 adalah hasil bagi jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total kemudian dikalikan dengan 100 %

.

Nilai R2 menunjukkan derajat ketepatan atau kecocokan garis regresi yang terbentuk berdasarkan nilai- nilai penduga terhadap himpunan data hasil observasi. Apabila R2 mendekati 100 % berarti senua data hasil obser- vasi terletak semakin dekat dengan garis regresi atau model semakin handal.

Koef ieien determinasi terkoreksi

,

Ra2 adalah koef isien yang sudah dikoreksi oleh derajat bebas sisa, derajat bebas total, jumlah kuadrat sisa dan jumlah kuadrat sisa. Kriteria uji kehandalan model dengan ~a~ sama separti R2.

Dalam model regresi linier multipel, koefisien- koef isien determinasi

,

Ri2, dapat digunakan untuk seleksi peubah bebas yang berperanan nyata dalam model dengan meng- gunakan teknik maju bertahap (forward step wise regression). Kriteria pengujiannya adalah apabila F hitung < F tabel pada

(23)

taraf a maka peubah yang bersangkutan dapat diabaikan. Nilai F hitung diperoleh dari;

Model regresi yang diperoleh akan diuji koefisien- koefisien regresinya agar peubah bebas Xi dapat digunakan untuk menduga peubah respon Y. Untuk menguji koefisien tersebut satu persatu digunakan statistik tstudent dan ttabel pada taraf a tertentu. Apabila thitung > ttabel maka peubah bebas Xi dengan koefisien Bi yang bersangkutan dapat digunakan untuk menduga peubah respon, Y.

Koefisien regresi parsial baku, b p i digunakan untuk mengidentifikasi peubah bebas Xi yang paling berpengaruh di antara peubah-peubah bebas lainnya dalam model regresi. Koefisien ini diperoleh dengan rumus :

b p i = bij(wi2/JK(y))

dimana, bi = koefisien regresi parsial Xi dengan Y wi2 = jumlah kuadrat peubah Xi

Peubah bebas Xi dengan bi yang menghasilkan b p tertinggi merupakan peubah terpenting atau yang paling berpengaruh terhadap Y di dalam model regresi yang bersangkutan (Sudja- na,1983: Prajitno,l981 dan Sugiarto,l992)

Adapun pola umum analisa data dapat dilihat seperti diagram alir pada Garbar 7 di bawah ini.

(24)

G a r b a r 7. Diagram alir deskriptif prosedur analisis data

Input 1

-

Data fisiko-kimia, anatomi dan mekanik rotan

-

Data fisik selulosa Uji normalitas data

\I/ Output 1 Deskripsi peubah

-

nilai tengah

-

simpangan baku

-

nilai minimum-maksimum Input 2

Rangking nilai tengah sifat dasar

I

Analisis gerombol/ Analisis gugus

Output 2

Kelompok jenis rotan

-

Kelompok I

-

Kelompok I1

-

Kelompok I11

-

Deskripsi peubah penciri Kelompok

(25)

Data sifat fisikomekanis

Analisis :

Korelasi, regresi dan seleksi faktor

(linier sederhana dan multiple)

Output 3

\

indikator mutu rekayasa rotan

\

/

Input 4 Data fisiko-mekanik,anatomis-

kimia & struktur lignin \I/

.-

Analisis :

Korelasi,regresi & seleksi faktor (linier,non linier sederhana & multipel)

(26)

+

O u t p u t 4

Model-model matematis

-

hubungan indikator mutu dan anatomi kimia

-

pendugaan keteguhan maks

-

hubungan keteguhan maks dan anatomi kimia

I n p u t 5

-

data indikator mutu

-

model hubungan indikator mutu

dan keteguhan

-

deskripsi peubah penciri rotan

/

Kel.1 (elite), If dan I11

/

V

Analisis mutu Rotan

tidak

Klasifikasi mutu peng- gunaan dan spesifikasi

Gambar

Tabel  9.  Contoh jenis rotan untuk penelitian
Tabel  10.  Model-model  regresi untuk analisis

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa suplementasi kolin klorida dalam pakan sebanyak 30 g/ekor/hari tidak mempengaruhi konsumsi TDN dan efisiensi energi

1) Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. 2) Perdarahan

[r]

Adaptasi nelayan terhadap lingkungan kawasan perbatasan dalam mengatasi kesulitan hidup dilakukan dengan cara menerapkan nilai-nilai budaya, me- manfaatkan sumber daya

Bersama ini diumumkan daftar nama peserta yang dinyatakan memenuhi syarat tes fisik dan berhak mengikuti tes laboratorium dan penunjang Rekrutmen Umum Lokasi :

Latar belakang seorang presiden mempengaruhi dinamika politik luar negeri Iran yang tidak bisa terlepas dengan hubungan Iran dengan negara-negara barat ataupun negara

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa wisatawan merasa kurang puas terhadap kualitas pelayanan pemandu wisata di desa wisata pinge, dengan tingkat kesesuaian

Penelitian ini menggunakan teori Belajar Sosial ( Social Learning Theory ) yang menjelaskan dalam proses belajar sosial, individu selalu mengumpulkan informasi dan