• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Lahan Praktik D.III Okupasi Terapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Lahan Praktik D.III Okupasi Terapi"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PPSDM KESEHATAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2012

(2)
(3)

Standar Lahan Praktik D.III Okupasi Terapi i

KATA PENGANTAR

Untuk melaksanakan proses pendidikan tenaga kesehatan dengan baik, khususnya tenaga okupasi terapi sangat diperlukan lahan praktik. Dengan adanya lahan praktik mahasiswa dapat belajar menerapkan teori yang diperolehnya di ruang kelas dan di ruang laboratorium dalam situasi nyata sehingga dapat mencapai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan mencoba menyusun suatu standar lahan praktik D III Okupasi terapi untuk memberi rambu – rambu mengingat semakin berkembangnya ilmu okupasi terapi dan kebutuhan okupasi terapi di lapangan. Diharapkan hal ini akan dapat mendukung tercapainya lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dan pada saatnya nanti dapat memberi kontribusi pada pembangunan kesehatan.

Standar lahan praktik ini merupakan standar minimal yang dapat dikembangkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Diharapkan standar lahan praktik ini dapat dijadikan acuan bagi penyelenggara pendidikan dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan praktik klinik okupasi terapi di institusi pendidikan Diploma III Okupasi terapi yang sesuai dengan peran dan fungsi serta kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum inti program pendidikan Diploma III Okupasi terapi tahun 2012.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim kelompok kerja dan kami mengharapkan masukan-masukan dari semua pihak pengguna standar lahan praktik ini agar di masa depan kualitas pendidikan Diploma III Okupasi Terapi dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat baik pada tingkat nasional maupun Internasional.

Jakarta, 2 Nopember 2012 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Tenaga Kesehatan,

Dr. Donald Pardede, MPPM NIP. 195804021986111001

(4)

Standar Lahan Praktik D.III Okupasi Terapi ii

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Dalam era globalisasi dewasa ini dituntut tersedianya sumber daya manusia yang mampu bekerja secara profesional dalam segala bidang termasuk upaya pelayanan kesehatan. Peranan tenaga kesehatan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan. Guna menghasilkan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan baik dari segi kuantitas dan kualitas diperlukan pengelolaan pendidikan yang profesional.

Saya menyambut baik terbitnya Standar Lahan Praktik D.III Okupasi Terapi ini, karena standar ini akan merupakan rambu-rambu bagi institusi pendidikan dalam mengelola penyelenggaraan pembelajaran di lahan praktik. Selain itu perlu disadari bahwa dalam pendidikan tenaga kesehatan hampir 60% dari proses pembelajaran adalah pembelajaran praktik.

Semoga Tuhan Yang maha Kuasa senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

(5)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN

Jl.Hang Jebat III/F.3 Kebayoran Baru Kotak Pos No. 6015/JKS/GN Jakarta 12120 Telepon : (021) 7245517 – 72797302 Fax : (021) 72797508 Website : www.bppsdmk.depkes.go.id

Telepon : Pusdiknakes (021) 7256720 Pusrengun SDM Kes (021) 7258830 Puspronakes LN (021) 7257822 Pusdiklat SDM Kes (021) 7262977

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.05/III/3/02104.2/2012

TENTANG

STANDAR LAHAN PRAKTIK PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN UNTUK DIPLOMA III OKUPASI TERAPI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Kementerian Kesehatan bertanggungjawab melakukan pembinaan teknis penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan dalam rangka pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan; b. bahwa dalam rangka pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan Kementerian Kesehatan

perlu membuat Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi dalam rangka pencapaian kompetensi lulusan perlu dilakukan penilaian terhadap peserta didik; c. bahwa agar penilaian hasil belajar peserta didik dapat dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkesinambungan yang dikemas secara komprehensif dan dilaksanakan sesuai kebutuhan mengacu pada program pembelajaran dan kurikulum;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Peraturan Pemerintahan Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157); 7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum

Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;

8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi; 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : OT.02.03/I/4/03440.1 Tahun 2008 tentang Pedoman

Organisasi dan tatalaksana Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan;

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Kesehatan;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 890/Menkes/Per/VIII/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1988/Menkes/Per/IX/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan;

13. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Nomor HK.02.05/I/III/2/04933/2011 tentang Kurikulum Program Pendidikan Diploma III Okupasi Terapi.

(6)

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR LAHAN PRAKTIK PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN UNTUK DIPLOMA III OKUPASI TERAPI;

Kedua : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu, tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini;

Ketiga : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan untuk Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Jenjang Pendidikan Diploma III Okupasi Terapi;

Keempat : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi terdiri dari Standar Lahan Praktik Pendidikan Diploma III Okupasi Terapi dan Standar Praktik Berdasarkan Kompetensi Pendidikan Diploma III Okupasi Terapi

Kelima : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi sebagaimana dimaksud dalam Diktum Keempat, terdiri dari :

a. Tenaga Pembimbing;

b. Prasarana dan Sarana Laha Praktik; c. Sasaran/Target;

Keenam : Standar Lahan Praktik Berdasarkan Kompetensi Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi, berisi tentang Kompetensi, Sub Kompetensi, Lahan Praktik dan Kriteria Lahan Praktik.

Kutujuh : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Okupasi Terapi sebagaimana dimaksud dilakukan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal diperlukan penatalaksanaan pembelajaran baik teori maupun parktik yang efektif dan efisien.

Kedelapan : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada Tanggal : 2 NOPEMBER 2012

Tembusan :

1. Menteri Kesehatan;

2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan; 4. Para Dirjen di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

5. Para eselon II di Lingkungan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;

6. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan; 7. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi seluruh Indonesia;

8. Para Direktur Politeknik Kesehatan Seluruh Indonesia;

(7)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i SAMBUTAN ... ii DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... B. Tujuan ... C. Dasar Hukum ... D. Pengertian ... 1 1 4 4 6 BAB II STANDAR LAHAN PRAKTIK DIPLOMA III OKUPASI

TERAPI

A. Tenaga Pembimbing ... B. Prasarana Dan Sarana Lahan Praktik ... C. Sasaran/Target ...

8 8 10 21 BAB III STANDAR LAHAN PRAKTIK BERDASARKAN

KOMPETENSI PENDIDIKAN DIPLOMA III OKUPASI TERAPI 26

BAB IV PENUTUP 39

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal ini merupakan perwujudan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Upaya pelayanan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang semula berupa upaya penyembuhan (kuratif) saja, berangsur-angsur berkembang sehingga mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), dan pemulihan (rehabilitatif). Pelayanan kesehatan tersebut bersifat menyeluruh, terpadu, berkesinambungan dan tuntas, yang diarahkan kepada pelayanan kesehatan perorangan/individu, keluarga maupun masyarakat. Program-program pokok kesehatan diarahkan untuk mencapai “masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”, sehingga mampu membentuk manusia Indonesia yang hidup aktif dan berkualitas.

Tenaga kesehatan yang profesional dan bermutu dihasilkan oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan yang bermutu. Dimana tenaga kesehatan memiliki spesifikasi tertentu karena kesalahan dalam pelayanan dapat berdampak kematian atau kecacatan yang bersifat irrevesibel. Untuk itu

(9)

2

diperlukan pengaturan dalam rangka meningkatkan mutu lulusan dan mutu institusi pendidikan tenaga kesehatan. Peningkatan mutu lulusan diperoleh melalui pengaturan seleksi, proses pembelajaran, evaluasi/ujian akhir, dan penataan ijazah sedangkan peningkatan mutu institusi melalui pengaturan perizinan pendirian institusi, sarana dan prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, pengelola, akreditasi, dan SIPTK.

Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan yang meliputi perencanaan dan pengadaan dan pendayagunaan baik jumlah, jenis, dan mutu SDM Kesehatan

Sesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 91 bahwa setiap satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan dapat dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana. Sekaitan hal tersebut perlu disiapkan Standar-standar Diknakes yang meliputi Standar Penyusunan Kurikulum, Standar Proses Pembelajaran, Standar Lahan Praktik, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pendidik dan Kependidikan, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan yang dapat digunakan oleh penyelenggara institusi Diknakes sebagai acuan dalam rangka memenuhi penjaminan mutu pendidikan.

Okupasi terapi sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembalikan kemampuan fungsional individu yang mengalami gangguan fisik dan atau mental yang

(10)

3

bersifat sementara dan atau menetap pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktifitas dan leisure/pemanfaatan waktu luang. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan okupasi terapi ini terus meningkat sehubungan dengan adanya interrelasi antara faktor-faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Pada Kurikulum Inti Program Pendidikan Diploma III Okupasi terapi tahun 2011 pembelajaran praktik terdiri pembelajaran praktik laboratorium dan pembelajaran praktik klinik/lapangan. Pembelajaran praktik klinik/lapangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Dalam pengelolaan pendidikan okupasi terapi masih ditemukan berbagai kendala terutama dalam pengelolaan praktik klinik antara lain; belum adanya kesamaan persepsi tentang proses pembelajaran praktik antara institusi pendidikan dengan pengelola lahan praktik, kuantitas maupun kualitas clinical teacher dan clinical instructor

kurang memadai, serta jumlah institusi pendidikan okupasi terapi yang tidak sesuai dengan ketersediaan lahan praktik sehingga pembelajaran praktik kurang efektif yang akhirnya kompetensi mahasiswa tidak tercapai. Untuk itu, diperlukan standar lahan praktik sebagai acuan bagi institusi pendidikan maupun lahan praktik dalam mengelola praktik klinik okupasi terapi bagi mahasiswa.

(11)

4

B. Tujuan

Standar lahan praktik Pendidikan DIII Okupasi terapi ini bertujuan untuk: 1. Memberikan pedoman bagi institusi pendidikan dalam pengelolaan

praktik klinik okupasi terapi sesuai dengan kompetensi yang diisyaratkan dalam kurikulum.

2. Memberikan acuan bagi institusi pendidikan dalam memilih lahan praktik yang menunjang pencapaian kompetensi

3. Membantu institusi pendidikan dan pengelola lahan praktik dalam meningkatkan mutu pembelajaran praktik klinik okupasi terapi.

C. Dasar Hukum

Standar lahan praktik ini disusun mengacu pada landasan hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 No.78, Tambahan Lembaran Negara No.4301).

2. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Tahun 2005 No.157, Tambahan Lembaran Negara No.4586).

(12)

5

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 No.144, Tambahan Lembaran Negara Tahun No.5063).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2010 No. 23, Tambahan Lembaran Negara No.5105).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan atas PP Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran Negara No.3637).

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2005 No.41, Tambahan Lembaran Negara No.4496)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Tahun 2009 No.6, Tambahan Lembaran Negara No. 5007)

9. Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. 10. Kepmendiknas Nomor 045/U/2002, tentang Kurikulum Inti Perguruan

(13)

6

11. Keputusan Ka Badan PPSDM Nomor HK.02.05/I/III/2/05032/2011, Tentang Kurikulum Inti Program Pendidikan Diploma III Okupasi terapi.

D. Pengertian

1. Kompetensi adalah kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat kemampuan untuk mengerjakan tugas – tugas di bidang pekerjaan tertentu.

2. Standar praktik adalah Kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pembelajaran praktik untuk mencapai kompetensi mahasiswa.

3. Lahan praktik adalah tempat yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan yang berada di luar institusi pendidikan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat mahasiswa di institusi dalam pencapaian kompetensi okupasi terapi yang diharapkan di dalam kurikulum Pendidikan D-III Okupasi terapi. 4. Praktik klinik adalah kegiatan pembelajaran praktik dengan

menggunakan target kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa pada situasi nyata sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

5. Clinical Instructor adalah okupasi terapis yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, bekerja di lahan praktik dan

(14)

7

memiliki tugas dan tanggung jawab memfasilitasi dan membimbing serta mengevaluasi mahasiswa dalam melaksanakan praktik klinik. 6. Clinical Teacher adalah dosen dari institusi pendidikan yang

bertanggungjawab dalam pengajaran/ praktik klinik mahasiswa. 7. Briefing adalah merupakan proses awal sebelum mahasiswa

mengelola pasien/klien dimana pembimbing mengevaluasi kesiapan mahasiswa dalam mengelola pasien/klien di lahan praktik untuk mencapai kompetensi.

8. Clinical Practice adalah Proses interaksi mahasiswa dengan pasien/klien dibawah bimbingan dan supervisi yang dilakukan oleh

clinical instructor atau clinical teacher.

9. Presentasi kasus adalah kegiatan akhir dari proses praktik klinik berupa penyajian laporan salah satu kasus yang ditangani selama praktik.

10. Supervisi adalah Metode pembelajaran praktik yang dilakukan dengan cara pembimbing mengontrol dan mengawasi kegiatan praktik klinik mahasiswa.

11. Sarana lahan praktik adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan pada kegiatan praktik klinik. 12. Prasarana lahan praktik adalah segala sesuatu yang merupakan

penunjang utama terselenggaranya kegiatan praktik klinik.

13. Nota kesepahaman (MOU) adalah dokumen yang memuat saling pengertian dan kerjasama antara institusi pendidikan dan lahan praktik dalam penyelenggaraan kegiatan praktik klinik.

(15)

8

BAB II

STANDAR LAHAN PRAKTIK DIPLOMA III OKUPASI TERAPI

A. Tenaga Pembimbing 1. Clinical Teacher

a. Pengertian

Clinical teacher adalah dosen dari institusi pendidikan Okupasi terapi yang bertanggung jawab dalam pengajaran/praktik mahasiswa di lahan praktik. Fungsi utama dari clinical teacher

adalah melaksanakan supervisi, pembimbingan dan menguji mahasiswa sehingga dapat mencapai kompetensi sesuai tuntutan kurikulum.

b. Kriteria clinical teacher

1) Okupasi terapis berkualifikasi pendidikan minimal D-IV/S1 Okupasi terapi dengan masa kerja di institusi pendidikan minimal 3 (tiga) tahun

2) Memiliki sertifikat program AKTA/PEKERTI/AA mengajar, pelatihan Pembimbing Praktik dan atau pelatihan sesuai bidangnya.

3) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Okupasi terapi

4) Dosen atau dosen tim mata ajar yang terlibat dalam pembelajaran di kelas atau laboratorium.

(16)

9

5) Memiliki SK clinical teacher

6) Memahami dan menguasai peran fungsinya sebagai clinical teacher

2. Clinical Instructor

a. Pengertian

Clinical instructor adalah Okupasi terapis yang bekerja di lahan praktik dan memiliki tugas dan tanggung jawab memfasilitasi dan membimbing mahasiswa dalam melaksanakan praktik. Fungsi utama dari instruktur klinik adalah memfasilitasi, melaksanakan bimbingan praktik, supervisi dan menguji pada mahasiswa sehingga dapat mencapai kompetensi sesuai tuntutan kurikulum D-III Okupasi terapi.

b. Kriteria

1) Mempunyai latar belakang pendidikan minimal D-III Okupasi terapi dengan pengalaman kerja sebagai okupasi Terapis di lahan tersebut minimal 3 (tiga) tahun.

2) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan SIPOT (Surat Ijin Praktek Okupasi terapi)

3) Memiliki sertifikat pelatihan pembimbing praktek dan pelatihan lain sesuai bidangnya

4) Memiliki SK pengangkatan sebagai Clinical Instructor

5) Memahami dan menguasai peran fungsinya sebagai clinical

(17)

10

B. Prasarana Dan Sarana Lahan Praktik

1. Prasarana lahan praktik a. Pengertian

Prasarana lahan praktik adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya kegiatan praktik klinik. Dalam hal ini lahan praktik secara garis besar terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: lahan praktik fisik (dewasa dan anak), lahan praktik psikososial/mental, lahan praktik Rehabilitasi Bersumber daya Masyarakat (RBM).

b.Kriteria prasarana lahan praktik adalah sebagai berikut : 1) Rumah Sakit

RS yang digunakan sebagai lahan praktik meliputi RS Pendidikan dan Non Pendidikan baik Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Khusus yang bertipe A, B dan C. Adapun Rumah sakit khusus antara lain rumah sakit jantung, RS Jiwa, rumah sakit anak, rumah sakit ortopedi, rumah sakit paru, rumah sakit kusta, rumah sakit stroke, rumah sakit kanker, dan rumah sakit khusus lainnya.

a) Memiliki unit pelayanan okupasi terapi

b) Memiliki Clinical Instructor (CI) yang memenuhi kriteria dengan jumlah yang memadai (Rasio CI dan mahasiswa adalah 1: 4).

(18)

11

c) Tersedianya berbagai jenis kasus okupasi terapi dan jumlah pasien/klien yang memadai untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.

d) Tersedianya tempat/ruangan untuk pelaksanaan bimbingan, yang meliputi kegiatan briefing, presentasi kasus, clinical practice, dan evaluasi.

e) Memiliki nota kesepahaman (MoU) f) Tersedia fasilitas media pembelajaran

g) Tersedia sarana hygiene sanitasi dan pelindung diri untuk menjamin keselamatan pasien, okupasi terapis, dan mahasiswa

h) Tersedianya ruang dan peralatan okupasi terapi sesuai dengan standar minimal untuk melakukan proses okupasi terapi.

2) Institusi Khusus: YPAC, Panti Wredha, klinik tumbuh kembang, pusat rehabilitasi, klinik/pelayanan kesehatan umum atau khusus (misalnya balai pengobatan, klinik stroke, fitness centre, dll)

a) Memiliki unit pelayanan okupasi terapi

b) Memiliki Clinical Instructor (CI) yang memenuhi kriteria dengan jumlah yang memadai (Rasio CI dan mahasiswa adalah 1:4).

(19)

12

c) Tersedianya berbagai jenis kasus okupasi terapi serta jumlah pasien/klien yang memadai untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.

d) Tersedianya tempat/ruangan untuk pelaksanaan bimbingan, yang meliputi kegiatan briefing, presentasi kasus, clinical practice, dan evaluasi

e) Memiliki nota kesepahaman (MoU) f) Tersedia fasilitas media pembelajaran

g) Tersedia sarana hygiene sanitasi dan pelindung diri untuk menjamin keselamatan pasien, okupasi terapis, dan mahasiswa

h) Tersedianya ruang dan peralatan okupasi terapi sesuai dengan standar minimal untuk melakukan proses okupasi terapi.

3) Sekolah anak berkebutuhan khusus/ABK (Sekolah Luar Biasa, Sekolah terpadu, sekolah inklusi)

a)Memiliki pelayanan okupasi terapi atau membutuhkan layanan okupasi terapi

b)Tersedia Clinical Instructor (CI) dan atau Clinical Teacher (CT) yang memenuhi kriteria dengan jumlah yang memadai (Rasio CI dan atau CT dengan mahasiswa adalah 1:4).

(20)

13

c) Tersedianya berbagai jenis pelayanan okupasi terapi serta jumlah pasien/klien yang memadai untuk mencapai kompetensi yang diinginkan ( meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif).

d)Tersedianya tempat/ruangan untuk pelaksanaan bimbingan, yang meliputi kegiatan briefing, presentasi kasus, clinical practice, presentasi kasus, dan evaluasi

e) Memiliki nota kesepahaman (MoU) f) Tersedia fasilitas media pembelajaran

g)Tersedia sarana hygiene sanitasi dan pelindung diri untuk menjamin keselamatan pasien/klien, okupasi terapis, dan mahasiswa

h)Tersedianya ruang dan peralatan okupasi terapi sesuai

dengan standar minimal untuk melakukan proses okupasi terapi

4) Industri

a) Memiliki unit pelayanan okupasi terapi atau membutuhkan layanan okupasi terapi

b) Tersedia Clinical Instructor (CI) dan atau Clinical Teacher (CT) yang memenuhi kriteria dengan jumlah yang memadai (Rasio CI dan atau CT dengan mahasiswa adalah 1:4).

(21)

14

c) Tersedianya berbagai jenis pelayanan okupasi terapi serta jumlah pasien/klien yang memadai untuk mencapai kompetensi yang diinginkan terutama menekankan pada aspek promotif, kuratif, preventif, dan rehabilitatif

d) Tersedianya tempat/ruangan untuk pelaksanaan bimbingan, yang meliputi kegiatan briefing, presentasi kasus, clinical practice, presentasi kasus, dan evaluasi

e) Memiliki nota kesepahaman (MoU) f) Tersedia fasilitas media pembelajaran

g) Tersedia sarana hygiene sanitasi dan pelindung diri untuk menjamin keselamatan pasien/klien, okupasi terapis, dan mahasiswa

h) Tersedianya ruang dan peralatan okupasi terapi sesuai dengan standar minimal untuk melakukan proses okupasi terapi

5) Institusi Khusus Masyarakat yang berbasis RBM

a) Institusi di masyarakat yang membutuhkan pelayanan okupasi terapi (Posyandu lansia, posyandu anak, PKD, dll)

b) Tersedia Clinical Teacher (CT) yang memenuhi kriteria dengan jumlah yang memadai (Rasio CT dengan mahasiswa adalah 1: 4)

(22)

15

c) Tersedianya berbagai jenis pelayanan okupasi terapi untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) terutama menekankan pada aspek promotif dan preventif.

d) Tersedianyan berbagai jenis kasus okupasi terapi

e) Tersedianya tempat/ruangan untuk pelaksanaan bimbingan, yang meliputi kegiatan briefing, presentasi kasus, clinical practice, presentasi kasus, penyuluhan, dan evaluasi

f) Memiliki nota kesepahaman (MoU) atau memiliki ijin pelaksanaan kegiatan

g) Tersedia fasilitas media pembelajaran

h) Tersedia sarana hygiene sanitasi dan pelindung diri untuk menjamin keselamatan pasien/klien/masyarakat, okupasi terapis dan mahasiswa

i) Tersedianya ruang dan peralatan okupasi terapi sesuai dengan standar minimal untuk melakukan proses okupasi terapi kesehatan masyarakat.

6) Klinik Okupasi terapi

(23)

16

b) Memiliki Clinical Instructor (CI) yang memenuhi kriteria dengan

jumlah yang memadai (Rasio CI dan mahasiswa adalah 1: 4).

c) Tersedianya berbagai jenis kasus okupasi terapi dan jumlah

pasien/klien yang memadai untuk mencapai kompetensi yang diinginkan

d) Tersedianya tempat/ruangan untuk pelaksanaan bimbingan,

yang meliputi kegiatan briefing, presentasi kasus, clinical practice, dan evaluasi

e) Memiliki nota kesepahaman (MoU) f) Tersedia fasilitas media pembelajaran

g) Tersedia sarana hygiene sanitasi dan pelindung diri untuk

menjamin keselamatan pasien, okupasi terapis, dan mahasiswa

h) Tersedianya ruang dan peralatan okupasi terapi sesuai

dengan standar minimal untuk melakukan proses okupasi terapi.

7) Puskesmas

a) Memiliki unit pelayanan okupasi terapi

b) Memiliki Clinical Instructor (CI) yang memenuhi kriteria dengan jumlah yang memadai (Rasio CI dan mahasiswa adalah 1: 4).

(24)

17

c) Tersedianya berbagai jenis kasus okupasi terapi dan jumlah pasien/klien yang memadai untuk mencapai kompetensi yang diinginkan

d) Tersedianya tempat/ruangan untuk pelaksanaan bimbingan, yang meliputi kegiatan briefing, presentasi kasus, clinical practice, dan evaluasi

e) Memiliki nota kesepahaman (MoU) f) Tersedia fasilitas media pembelajaran

g) Tersedia sarana hygiene sanitasi dan pelindung diri untuk menjamin keselamatan pasien, okupasi terapis, dan mahasiswa h) Tersedianya ruang dan peralatan okupasi terapi sesuai dengan

standar minimal untuk melakukan proses okupasi terapi. 2. Sarana lahan praktik

a. Pengertian

Sarana lahan praktik adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan pada kegiatan praktik klinik b. Kelengkapan Sarana Lahan Praktik

1) Sarana Pemeriksaan

N

o Jenis

Rumah Sakit *Inst.

Khus

us Sekolah ABK Industri Masya-rakat (RBM)

*Klinik OT

Puskes mas Tipe A Tipe B Tipe C *Khusus

(25)

18

N

o Jenis

Rumah Sakit *Inst.

Khus

us Sekolah ABK Industri Masya-rakat (RBM)

*Klinik OT Puskesmas Tipe A Tipe B Tipe C

1. Form Pemeriksaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2. Stetoskop √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3. Tensimeter √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4. Hammer reflek √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5. Goniometer √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6. Pita ukur/midline √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7. Antropometer √ √ √ √ √ √ √ 8. Fat Caliper √ √ √ √ √ √ √ 9. Dinamometer √ √ √ √ √ √ 10. Timbangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

11. Form Tes Nyeri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

12. Form MMT/KO √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

13. Form LGS/ROM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

14. Form DDST/GMFM √ √ √ √ √ √

15. Form Deteksi Dini √ √ √ √ √ √ √

16. Form ADL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

17. Form visual persepsi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

18. Form GARS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

19. Form Screening test √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

20. Form IADL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

21. Form GDS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

(26)

19

N

o Jenis

Rumah Sakit *Inst.

Khus

us Sekolah ABK Industri Masya-rakat (RBM)

*Klinik OT Puskesmas Tipe A Tipe B Tipe C

22. Form Directive

Group √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

23. Form BaFPE √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

24. Minnesota √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

25. Stopwatch √ √ √ √ √ √ √

26. Form Bobath chart √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

27. Alat tes Respirasi √ √ √ √ √

28. Alat tes sensorik √ √ √ √ √ √ √ √ √

29. Alat tes koordinasi

dan keseimbangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

30. Alat tes kognitif √ √ √ √ √ √ √

31. Form pemeriksaan

Spesifik sesuai kasus √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Keterangan : * disesuaikan dengan jenis layanan terapi 2) Sarana Terapi No Jenis Rumah Sakit Inst. khusus Sekolah ABK Industri Masya-rakat (RBM) Klinik OT Puskes mas Type A Type B Type C 1. Set Matras/bed √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2. Ambulatory aid √ √ √ √ √ √ √ - √ √ 3. Elastic Bandage √ √ √ √ √ - √ - √ √ *Khusus Khusus

(27)

20 No Jenis Rumah Sakit Inst. khusus Sekolah ABK Industri Masya-rakat (RBM) Klinik OT Puskesmas Type A Type B Type C 4. Corset/splint √ √ √ √ √ - √ - √ √ 5. Finger Exercise √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6. Puzzle -puzzle √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7. Gym ball √ √ √ √ √ √ √ - √ √

8. Media terapi fine

motor √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9. Media terapi gross motor

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

10. Media terapi kognitif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11. Media terapi ADL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12. Media terapi

produktivitas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

13. Media terapi leisure √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14. Media terapi IADL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 15. Media latihan

sensorik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

16. Alat bantu & adaptasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 17. Set meja kursi terapi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

18. Gypsum √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

19. Set gunting splint √ √ √ √ 20. Treadmill √ √ √ √ 21. Sepeda statik √ √ √ √ 22. Set white/black

board √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

(28)

21 No Jenis Rumah Sakit Inst. khusus Sekolah ABK Industri Masya-rakat (RBM) Klinik OT Puskesmas Type A Type B Type C 23. Thera band √ √ √ √ 24. AVA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ C. Sasaran/Target

Tersedianya pasien/klien pada berbagai jenis gangguan fisik dan atau mental yang bersifat menetap dan atau sementara pada area aktifitas kehidupan sehari-hari, produktifitas dan leisure / pemanfaatan waktu luang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai setiap mahasiswa, dengan target pencapaian keterampilan minimal sebagai berikut :

NO KOMPETENSI TARGET MINIMAL

1 Menerapkan konsep analisis aktifitas pada okupasi/ aktifitas

a.mampu melakukan analisis aktifitas

berdasarkan konsep Model of Human Occupation

b.Menerapkan Model of Human Occupation dalam assessment Okupasi Terapi.

2 Menerapkan komunikasi

terapetik dalam praktek OT

a. mampu melakukan interview pasien untuk mendapatkan data subyektif b. mampu menjelaskan atau member

informasi kepada pasien terkait kondisi penyakit atau diagnosis pasien

c. mampu memberikan instruksi Khusus

(29)

22

NO KOMPETENSI TARGET MINIMAL

secara jelas dan dapat dipahami pasien

d. mampu mendengarkan secara

empati pada pasien dan

menunjukkan sikap suportif

3 Mampu melakukan

pemeriksaan dasar

terstandar dan non standar

mampu melakukan pemeriksaan dasar terstandar dan non standar : LGS, KO, reflex primitive, tanda vital, motorik kasar & halus, ADL & IADL 4 Mampu menentukan aset

dan limitasi klien a.subyektif dan obyektif pasien mampu menggali informasi berdasarkan screening test & task,

wawancara, observasi dan

pemeriksaan

b. mampu mengidentifikasi asset dan limitasi pasien melalui screening test & task, wawancara, observasi dan pemeriksaan

5 Mampu menentukan

diagnosis gangguan area dan komponen kinerja okupasional

a. Mampu menentukan masalah yang dialami pasien pada area ADL/self care, produktifitas,dan leisure

b. Mampu menentukan masalah yang dialami pasien berdasarkan komponen kinerja okupasional (sensomotorik, kognitif, psikososial) 6 Mampu menyusun rencana

tujuan intervensi okupasi terapi

a. Mampu mengidentifikasi masalah yang diprioritaskan untuk dilakukan terapi

(30)

23

NO KOMPETENSI TARGET MINIMAL

(jangka panjang dan jangka pendek) berdasarkan prinsip ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree)

7 Mampu melakukan

pemeriksaan terstandar dan non standar sesuai kondisi

Mampu melakukan pemeriksaan dengan instrument terstandar dan non standar untuk kondisi neurologi, ortopedi, pediatri, kesehatan jiwa/psikososial

8 Mampu menerapkan

kerangka acuan sesuai kebutuhan dan kondisi klien/pasien

Mampu menerapkan kerangka acuan perkembangan, perilaku, integrasi sensori, NDT, Biomekanik, MRP, Rehabilitatif, Kognitif, Kognitif perilaku, psikodinamika, MOHO, Recovery approach, sesuai kondisi (neurologi, ortopedi, pediatri, kesehatan jiwa/psikososial)

9 Mampu memilih

okupasi/aktivitas fungsional

sesuai kondisi dan

kebutuhan klien/pasien

a. Mampu mengidentifikasi aset dan limitasi pasien/klien

b. Mampu menganalisis aktifitas fungsional sesuai kondisi

10 Mampu menerapkan

okupasi/aktivitas fungsional sesuai kondisi dan

kebutuhan klien/pasien

a. Mampu memberikan aktifitas secara bertahap /gradasi sesuai kondisi pasien

b. Mampu menerapkan continuum paradigm (adjunctive, enabling, purposefull, occupation)

c. Mampu menerapkan tahapan terapi kelompok

11 Mampu membimbing klien/pasien melakukan okupasi/aktivitas fungsional

Mampu memberikan instruksi, edukasi, demonstrasi pelaksanaan aktifitas kepada pasien

(31)

24

NO KOMPETENSI TARGET MINIMAL

12 Mampu melakukan evaluasi

intervensi okupasi terapi Mampu mengidentifikasi ketepatan pendekatan/teknik, media, frekuensi dan durasi terapi, aktifitas/okupasi yang diberikan kepada pasien

13 Menerapkan prinsip

ergonomi pada aktifitas, lingkungan dan tempat kerja

a. Mampu menerapkan prinsip Proper body mechanic (PBM) saat melakukan aktifitas

b. mampu memberikan edukasi kepada pasien tentang prinsip PBM 14 Membuat splint, alat bantu

dan alat adaptasi fungsional

a. Mampu mengidentifikasi splint/alat bantu/ alat adaptasi fungsional yang dibutuhkan sesuai kondisi pasien b. Mampu membuat splint/alat

bantu/alat adaptasi fungsional

15 Mampu melakukan

reevaluasi a. Mampu melakukan pemeriksaan ulang setelah seluruh proses terapi selesai dilakukan

b. mengidentifikasi efektifitas terapi berdasarkan hasil reevaluasi (pemeriksaan ulang)

16 Mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan area dan

komponen kinerja

okupasional

a. mampu menuliskan hasil

pemeriksaan pada blangko yang sesuai

b. mampu mendokumentasikan

informasi subyektif dan obyektif yang diperoleh sesuai metode SOAP

17 Menerapkan proses

intervensi OT

bersumberdaya masyarakat

a. Mampu memberikan instruksi, edukasi, demonstrasi pelaksanaan aktifitas kepada pasien dan keluarga

(32)

25

NO KOMPETENSI TARGET MINIMAL

b. mampu membuat dan atau

memodifikasi alat bantu / lingkungan sesuai kebutuhan pasien

c. mampu memberikan penyuluhan kesehatan (promosi kesehatan) kepada masyarakat

18 Menerapkan proses

intervensi OT pada kondisi pediatri, dewasa dan psikososial

a. mampu menerapkan treatment planning process

b. Mampu menerapkan continuum paradigm (adjunctive, enabling, purposefull, occupation) sesuai kondisi pasien

c. Mampu menerapkan tahapan terapi kelompok

19 Menerapkan proses

manajemen OT pada kondisi pediatri, dewasa dan psikososial:

a. mampu merujuk klien/pasien ke profesi lain yang terkait

b. mampu menerima rujukan klien/pasien dari profesi lain yang terkait.

20 Menerapkan prinsip proses penelitian atau pengambilan studi kasus dan penulisan laporan

a. mampu menyusun proposal

penelitian dan atau studi kasus b. mampu melakukan penelitian atau

studi kasus yang sudah

direncanakan

c. mampu menulis hasil penelitian atau studi kasus yang telah dilakukan sesuai metodologi

penelitian atau pedoman

(33)

26

BAB III

STANDAR LAHAN PRAKTIK BERDASARKAN KOMPETENSI PENDIDIKAN DIPLOMA III OKUPASI TERAPI

Standar lahan praktik Diploma III okupasi terapi mengacu kepada kompetensi kurikulum inti pendidikan D III okupasi terapi tahun 2011. Untuk pencapaian kompetensi sesuai dengan kurikulum dibutuhkan standar tenaga pembimbing yang memenuhi kualifikasi akademik, sarana prasarana lahan praktik, jumlah dan variasi kasus/pasien/klien. Secara spesifik standar tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK 1 Menerapkan konsep analisis aktifitas pada okupasi/ aktifitas a. mampu melakukan analisis aktifitas berdasarkan konsep Model of Human Occupation b. Menerapkan Model of Human Occupation dalam assessment Okupasi Terapi. RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Klinik OT  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyai

pelayanan/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar

(34)

27

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 2 Menerapkan komunikasi terapetik dalam praktek OT a. mampu melakukan

interview pasien untuk mendapatkan data subyektif

b. mampu menjelaskan

atau member informasi kepada pasien terkait kondisi penyakit atau diagnosis pasien

c. mampu memberikan

instruksi secara jelas dan dapat dipahami pasien

d. mampu mendengarkan

secara empati pada pasien dan menunjukkan sikap suportif RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Klinik OT  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyai

pelayanan/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 3 Mampu melakukan pemeriksaan dasar terstandar dan non standar mampu melakukan pemeriksaan dasar

terstandar dan non standar : LGS, KO, reflex primitive, tanda vital, motorik kasar & halus, ADL & IADL

RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Klinik OT  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyai

pelayanan/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga,

(35)

28

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 4 Mampu menentukan aset dan limitasi klien a. mampu menggali

informasi subyektif dan obyektif pasien

berdasarkan screening test & task, wawancara, observasi dan

pemeriksaan

b. mampu mengidentifikasi

asset dan limitasi pasien melalui

screening test & task, wawancara, observasi dan pemeriksaan RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Klinik OT  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyai

pelayanan/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP

(36)

29

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK 5 Mampu menentukan diagnosis gangguan area dan komponen kinerja okupasional c. Mampu menentukan

masalah yang dialami pasien pada area ADL/self care,

produktifitas,dan leisure

d. Mampu menentukan

masalah yang dialami pasien berdasarkan komponen kinerja okupasional (sensomotorik, kognitif, psikososial) RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Klinik OT  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyai

pelayanan/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 6 Mampu menyusun rencana tujuan intervensi okupasi terapi a. Mampu mengidentifikasi masalah yang diprioritaskan untuk dilakukan terapi

b. Mampu menyusun tujuan terapi (jangka panjang dan jangka pendek) berdasarkan prinsip ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree) RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Klinik OT  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai

(37)

30

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 7 Mampu melakukan pemeriksaan terstandar dan non standar sesuai kondisi Mampu melakukan pemeriksaan dengan instrument terstandar dan non standar untuk kondisi neurologi, ortopedi, pediatri, kesehatan jiwa/psikososial RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 8 Mampu menerapkan kerangka acuan sesuai kebutuhan dan kondisi Mampu menerapkan kerangka acuan perkembangan, perilaku, integrasi sensori, NDT, Biomekanik, MRP, Rehabilitatif, Kognitif, RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

(38)

31

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK

KRITERIA LAHAN PRAKTIK klien/pasien Kognitif perilaku,

psikodinamika, MOHO, Recovery approach, sesuai kondisi (neurologi, ortopedi, pediatri, kesehatan jiwa/psikososial) yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 9 Mampu memilih okupasi/aktivit as fungsional sesuai kondisi dan kebutuhan klien/pasien a. Mampu mengidentifikasi asset dan limitasi pasien/klien b. Mampu menganalisis aktifitas fungsional sesuai kondisi RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi

(39)

32

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK dengan pendekatan SOAP 10 Mampu menerapkan okupasi/aktivit as fungsional sesuai kondisi dan kebutuhan klien/pasien a. Mampu memberikan

aktifitas secara bertahap /gradasi sesuai kondisi pasien b. Mampu menerapkan continuum paradigm (adjunctive, enabling, purposefull, occupation) c. Mampu menerapkan

tahapan terapi kelompok

RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 11 Mampu membimbing klien/pasien melakukan okupasi/aktivit as fungsional Mampu memberikan instruksi, edukasi, demonstrasi pelaksanaan aktifitas kepada pasien

RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik

(40)

33

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAPSOAP 12 Mampu melakukan evaluasi intervensi okupasi terapi Mampu mengidentifikasi ketepatan pendekatan/teknik, media, frekuensi dan durasi terapi, aktifitas/okupasi yang diberikan kepada pasien

RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 13 Menerapkan prinsip ergonomi pada aktifitas, a. Mampu menerapkan

prinsip Proper body mechanic (PBM) saat melakukan aktifitas RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK,  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti

(41)

34

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK lingkungan dan tempat kerja b. mampu memberikan

edukasi kepada pasien tentang prinsip PBM Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas tersebut di BAB II  Mempunyapelayana n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 14 Membuat splint, alat bantu dan alat adaptasi fungsional

a. Mampu mengidentifikasi splint/alat bantu/ alat adaptasi fungsional yang dibutuhkan sesuai kondisi pasien b. Mampu membuat splint/alat bantu/alat adaptasi fungsional RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyai

pelayanan/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif

(42)

35

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 15 Mampu melakukan reevaluasi a. Mampu melakukan pemeriksaan ulang

setelah seluruh proses terapi selesai dilakukan b. mengidentifikasi efektifitas terapi berdasarkan hasil reevaluasi (pemeriksaan ulang) RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 16 Mampu mendokument asikan hasil pemeriksaan area dan komponen kinerja okupasional

a. mampu menuliskan hasil pemeriksaan pada blangko yang sesuai

b. mampu

mendokumentasikan informasi subyektif dan obyektif yang diperoleh sesuai metode SOAP

RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik

(43)

36

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 17 Menerapkan proses intervensi OT bersumberday a masyarakat a.Mampu memberikan instruksi, edukasi, demonstrasi pelaksanaan aktifitas kepada pasien dan keluarga

b.mampu membuat dan

atau memodifikasi alat bantu / lingkungan sesuai kebutuhan pasien c.mampu memberikan penyuluhan kesehatan (promosi kesehatan) kepada masyarakat Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 18 Menerapkan proses a. mampu menerapkan treatment planning RS (Umum atau khusus),  Memiliki tenaga pembimbing, sarana

(44)

37

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK intervensi OT pada kondisi pediatri, dewasa dan psikososial process b. b.Mampu menerapkan continuum paradigm (adjunctive, enabling, purposefull, occupation) sesuai kondisi pasien

c. Mampu menerapkan

tahapan terapi kelompok

Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas

dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 19 Menerapkan proses manajemen OT pada kondisi pediatri, dewasa dan psikososial a. mampu merujuk klien/pasien ke profesi lain yang terkait

b. mampu menerima

rujukan klien/pasien dari profesi lain yang terkait.

RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan

praktik seperti

tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien,

klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi

(45)

38

NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI LAHAN

PRAKTIK KRITERIA LAHAN PRAKTIK terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP 20 Menerapkan prinsip proses penelitian atau pengambilan studi kasus dan penulisan laporan a. mampu menyusun

proposal penelitian dan atau studi kasus

b. mampu melakukan

penelitian atau studi

kasus yang sudah

direncanakan

c. mampu menulis hasil

penelitian atau studi

kasus yang telah

dilakukan sesuai

metodologi penelitian

atau pedoman

penulisan studi kasus

RS (Umum atau khusus), Institusi Khusus, Sekolah ABK, Industri, Institusi masyarakat yang berbasis RBM, Klinik OT, Puskesmas  Memiliki tenaga pembimbing, sarana dan prasarana lahan praktik seperti tersebut di BAB II

 Mempunyapelayana

n/ program okupasi terapi untuk pasien, klien, keluarga, masyarakat baik secara keseluruhan atau spesifik  Pelayanan okupasi terapi sesuai dengan standar proses okupasi terapi  Suasana kondusif untuk belajar  Menerapkan dokumentasi dengan pendekatan SOAP

(46)

39

BAB IV PENUTUP

Standar lahan praktik Diploma III okupasi terapi ini merupakan acuan bagi pengelola program Diploma III okupasi terapi termasuk clinical teacher yang bertanggung jawab terhadap praktik klinik okupasi terapi. Disamping itu, buku ini juga sebagai acuan bagi institusi lahan praktik dan para clinical instructor

di lahan praktik dalam upaya meningkatkan kualitas praktik klinik okupasi terapi secara optimal yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kompetensi lulusan.

Buku standar lahan praktik pendidikan DIII okupasi terapi ini digunakan sebagai acuan yang bersifat umum dalam mengelola praktik klinik okupasi terapi. Dalam implementasinya masih dimungkinkan mengadakan pengaturan sesuai kebutuhan praktik klinik program DIII okupasi terapi dan kondisi setempat yang tidak bertentangan dengan standar lahan praktik okupasi terapi ini serta tidak mengabaikan kompetensi lulusan.

Selanjutnya, bagi pengelola institusi pendidikan terutama pengelola praktik klinik okupasi terapi hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu okupasi terapi di setiap area klinik yang digunakan sebagai lahan praktik.

(47)
(48)

KONTRIBUTOR

Standar Lahan Praktik D.III Okupasi Terapi ini berhasil disusun atas partisipasi aktif dan kontribusi positif dari berbagai pihak, antara lain:

Tingkat Pusat:

Dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA, Dra. Trini Nurwati, M.Kes, Ismawiningsih, SKM, MKM, Yuyun Widyaningsih, S.Kep, MKM, Asep Fithri Hilman, S.Si, M.Pd, Eric Irawati, S.SiT, Ns I Ratnah, S.Kep, Dora Handyka, S.St, Matadih, S.Sos, Anjung Trisnawati, A.Md,

Tingkat Daerah:

Kontributor dari Program Studi DIII Okupasi Terapi Poltekkes Kementerian Kesehatan Surakarta : Khomarun, M.OT; Wawan Ridwan Mutaqin M.Kes; Ninik Nurhidayah, S.Pd; Rita Untari, S.Psi.

Dan semua individu/pihak yang telah membantu penyusunan Standar Lahan Praktik Diploma III Okupasi Terapi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(49)

Referensi

Dokumen terkait

Kepentingan yang berbeda-beda itu pada saat tertentu dapat menjadi faktor yang menyebabkan konflik antar anggota suatu komunitas. Untuk menghindari konflik itu diperlukan

Ketika membangun Masjid atau Mushalla dimana sudut kiblatnya ada yang berpedoman kepada arah matahari tenggelam, ada pula dengan bantuan kompas untuk menunjuk ketitik barat dan ke

ini diharapkan memperoleh informasi tentang senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam jeroan Holothuria atra yang dapat menjadi acuan sebagai biota yang

b. mahasiswa yang bersangkutan kehadirannya kurang dari 65%, walaupun dengan alasan yang sah. 2) Mahasiswa tidak boleh mengikuti kuliah dalam jangka waktu tertentu

Dengan semakin meningkatnya penugasan audit akan semakin meningkat juga beban kerja seorang auditor, oleh karena itu dibutuhkan sebu ah pemahaman terhadap sistem

Berkaitan dengan hal tersebut, memperhatikan surat edaran dari Menteri Pendidikan dan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:36952/MPK.A/HK/2020 tentang pencegahan penyebaran

Perusahaan membutuhkan perencanaan strategik untuk pengembangan sumber daya teknologi informasinya dengan beberapa alasan (Jogiyanto, 2006) diantaranya adalah (1)

Hal-hal yang datangnya dari dalam individu yaitu hormon seks.Hormon seks tersebut dapat sangat besar pengaruhnya dalam menimbulkan dorongan seksual karena hormon seksual itu baru