• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

31

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Husein Umar (2005:303) mendefinisikan, “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian.” Sedangkan Arikunto (2006:5) menyatakan, “Objek penelitian merupakan ruang lingkup atau hal-hal yang menjadi pokok persoalan dalam suatu penelitian.”

Penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun buku 2013, 2014, dan 2015. Alasan penulis menggunakan data tersebut karena mudah didapat, telah diaudit dan diawasi oleh badan yang berwenang (BAPEPAM) sehingga dinilai cukup representatif.

Penelitian ini akan mengukur besarnya profitabilitas dengan alat ukur return on assets, struktur modal diukur dengan menggunakan debt to equity ratio dan pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan perubahan aset dalam perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi tahun 2013, 2014, dan 2015. Pemilihan perusahaan manufaktur dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini dengan maksud agar penelitian ini lebih fokus pada satu jenis industri (homogen) yaitu perusahaan sejenis yang bergerak dalam sektor industri barang konsumsi.

(2)

32

3.2 Metode Penelitian

I Made Wirartha (2006:68) menjelaskan metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.”

Metode penelitian yang diginakan dalam penelitian ini adalah metode ekplanatory dengan pendekatan kuantitatif. Supriyanto dan Machfudz (2010:287) mendefinisikan, “Penelitian Eksplanatori adalah untuk menguji hipotesis antar variabel yang dihipotesiskan.” Sedangkan Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2008: 13) menyatakan bahwa :

“Penelitian eksplanatif adalah suatu jenis penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena yang diteliti berdasarkan data atau fakta dilapangan penelitian. Penelitian eksplanatif menjelaskan berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya suatu peristiwa, dengan ciri yaitu menjelaskan antar hubungan atau pengaruh antar variabel independen (bebas) dan dependen (terikat).”

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto 2006) yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, mulai dari

(3)

33 pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan data sekunder. Murti dan Salamah (2006) menjelaskan bahwa data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalkan melalui dokumen atau arsip. Data yang didapatkan dengan teknik dokumentasi, karena data tersebut telah diolah terlebih dahulu pihak lain. Penelitian ini tidak secara langsung mengumpulkan data dari perusahaan tersebut namun diperoleh dari lembaga yang kompeten yang menangani laporan keuangan perusahaan yaitu Bursa Efek Indonesia.

3.2.2 Penetapan Populasi dan Sampel 3.2.2.1 Populasi

Murti dan Salamah (2006) menyatakan populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finite) maupun tidak terbatas (infinite). Penelitian ini menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah go public di Indonesia dan terdaftar di BEI pada tahun 2013, 2014, dan 2015.

(4)

34

3.2.2.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2010) adalah bagian dari jumlah dan karakterisik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara tidak acak menggunakan purposive sampling. Arikunto (2006) menjelaskan, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel bertujuan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan Manufaktur, terdaftar di BEI mulai dari Januari 2013 sampai dengan Desember 2015.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada 31 Desember, untuk periode 2013, 2014, dan 2015.

3. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Adapun perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kategori yang disebutkan diatas dan dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 131 perusahaan.

(5)

35

Tabel 3.1

Sampel Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015

No Jenis Perusahaan Jumlah

1 Animal Feed 4

2 Automotive and Components 12

3 Cable 6

4 Cement 4

5 Ceramics, Glass, Porcelain 6

6 Chemicals 9

7 Cosmetics and Household 4

8 Electronics 1

9 Food and Beverages 14

10 Foot Wear 2

11 Houseware 3

12 Machinery and Heavy Equipment 1

13 Metal and Allied Products 15

14 Phamaceuticals 10

15 Plastics and Packaging 10

16 Pulp and Paper 8

17 Textile and Garment 16

18 Tobacco Manufacturers 4

19 Wood Industries 2

(6)

36

3.2.3 Operasionalisasi Variabel

Uma Sekaran (2009) menjelaskan bahwa variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Besarnya struktur modal sebagai variabel independen/ bebas pertama (X1).

2. Besarnya pertumbuhan perusahan sebagai variabel independen/ bebas kedua (X2).

3. Besarnya profitabilitas sebagai variabel dependen/ tidak bebas (Y).

Tabel 3.2 berikut ini memberikan perjelasan lebih rinci mengenai operasionalisasi variabel yang digunakan pada penelitian ini :

(7)

37

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi

Variabel Indikator Pengukuran

Sumber Data S k a l a Struktur Modal (X1) Perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. (Bambang Riyanto, 2008) Debt to Equity Ratio (DER)

(Sofyan Syafri Harahap, 2010)

DER = Total Utang Ekuitas Laporan Keuangan R a s i o Pertumbuhan Perusahaan (X2) Kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ukuran perusahaan melalui peningkatan aktiva. (Kallapur dan Trombley, 2001) Pertumbuh an aset

Growth = Asset t1-Asset t0 Asset t0 (Saidi, 2004) Laporan Keuangan R a s i o

(8)

38 Profitabilitas (Y) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. (Bambang Riyanto, 2008) Return on Asset (ROA).

ROA = Net Profit After Taxes

Total Assets (Bambang Riyanto, 2008) Laporan Keuangan R a s i o

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu dengan membaca dan mempelajari jurnal-jurnal ilmiah rujukan serta referensi lainnya, berupa buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas sebagai landasan teori penelitian lapangan

3.2.5 Metode Analisis Data 3.2.5.1 Pemilihan Model Penelitian

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data panel (pooled data) yaitu gabungan dari data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel menurut Gujarati dan Porter (2015) dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain :

(9)

39 1. Common Effect, merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi data panel dengan menggabungkan seluruh observasi pada masing-masing variabel. Intersep dari semua objek cross-section sama, dengan kata lain metode ini mengasumsikan tidak ada perbedaan setiap individu dalam berbagai kurun waktu (time-invariant). Metode ini bisa menggunakn pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.

2. Fixed Effect Model (FEM), merupakan metode yang mengasumsikan bahwa terdapat perbedaan intersep antarindividu, tetapi koefisien (slope) dari variabel independen tetap sama antar individu atau antar waktu. Intersep yang terdapat dalam FEM berbeda-beda pada setiap individu cross-section sehingga menunjukkan perbedaan setiap individu tersebut. Intersep yang berbeda-beda untuk masing-masing individu tersebut tidak berubah seiring dengan berjalannya waktu, dan hal tersebut dinamakan time-variant. Koefisien (slope) dari masing-masing variabel independen sama untuk setiap individual atau antar waktu. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik least Squares Dummy Variable (LDSV). Fixed Effect Model dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Model Fixed Effect Satu Arah, yaitu setiap individu mempunyai intersep yang berbeda-beda, tetapi tidak berubah dengan seiring berjalannya waktu.

(10)

40 b. Model Fixed Effect Dua Arah, yaitu dengan menambahkan efek waktu (time effect) pada setiap intersep dan efek waktu tersebut dapat dihitung dengan menggunakan dummy waktu. 3. Random Effect Model (REM). Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing individu. Keuntungan menggunakan model ini yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Squar (GLS).

Uji pemilihan teknik estimasi regresi dilakukan untuk memilih metode mana yang dianggap paling tepat dalam mengelola data panel yang telah disiapkan. Uji yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Uji Chow, merupakan pengujian untuk menentukan model fixed effect atau Common Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis nol ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Hipotesis yang dibentuk dalam uji Chow adalah sebagai berikut :

H0 : Common Effect Model H1 : Fixed Effect Model

(11)

41 2. Uji Hausman, merupakan pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan. Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test adalah sebagai berikut :

H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model

3. Uji Lagrange Multiplier, merupakan pengujian statistik untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dari pada metode commont effect. Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect. Hipotesis yang dibentuk dalam LM test adalah sebagai berikut :

H0 : Common Effect Model H1 : Random Effect Model

3.2.5.2 Uji Asumsi Klasik

Uji hipotesis dalam model regresi berganda, harus menghindari adanya kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi-asumsi klasik. Dalam penelitian ini, asumsi klasik yang dianggap paling penting adalah (Gujarati, 2004) :

(12)

42 2. Tidak terjadi Multikolinieritas antar variabel independen, 3. Tidak terjadi Heteroskedastisitas atau varian variabel

penggangu yang konstan (Homoskedastisitas),

4. Tidak terjadi Autokorelasi antar residual setiap variabel independen.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau kedua-duanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2001). Pada Uji Normalitas, yang dipakai pada penelitian ini adalah uji Jarque-Bera. Apabila Probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal, sebaliknya apabila Probabilitas Jarque-Bera lebih kecil dari 0.05, maka data tidak terdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Santoso, 2002). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Adanya Multikolinieritas dalam model persamaan regresi yang digunakan akan mengakibatkan ketidakpastian estimasi, sehingga mengarah pada kesimpulan yang menerima hipotesis nol. Hal ini menyebabkan koefisien

(13)

43 regresi menjadi tidak signifikan (Gujarati, 2004). Santoso (2001) mengatakan bahwa salah satu metode untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan melihat :

1. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Pedoman suatu model

regresi yang bebas multikolinieritas adalah: a. mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1

b. mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1. catatan: Tolerance = 1/ VIF atauVIF = 1/ Tolerance.

2. Besaran korelasi antar variabel independen.

Pedoman suatu model regresi yang bebas Multikolinieritas adalah Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (di bawah 0,5). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem Multikolinieritas l.

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu untuk menguji ada tidaknya Heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik. Dasar pengambilan keputusan menurut Imam Ghozali (2001) yaitu:

(14)

44 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada individu atau kelompok cenderung mempengaruhi individu atau kelompok pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya Autokorelasi ditentukan berdasarkan kriteria berikut (Ghozali, 2001):

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

(15)

45 2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.2.5.3 Uji Model (Uji F)

Uji signifikansi simultan (uji F) digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%). Pengujian hipotesis penelitian didasarkan pada kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: a. Jika sig F-hitung < 0,05 maka Ha diterima, berarti variabel

independen secara keseluruhan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

b. Jika sig F-hitung > 0,05 maka Ha ditolak, berarti variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

(16)

46 Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui berapa besar kepasitas model atau variabel independen untuk menjelaskan perubahan pada variabel dependen. Koefisien determinasi memiliki nilai antara 0 sampai 1. Semakin kecil nilainya, maka menandakan keterbatasan kemampuan model yang dibentuk untuk menjelaskan perubahan pada variabel bebas, sebaliknya, apabila nilai R2 mendekati 1, maka berarti model yang dibentuk mampu menjelaskan variasi pada variabel dependen secara sempurna.

3.2.5.4 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%). Pengujian hipotesis penelitian didasarkan pada kriteria pengambilan keputusan:

a. Jika sig < 0,05 maka Ha diterima, berarti variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

b. Jika sig > 0,05 maka Ha ditolak, berarti variabel independen secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen.

(17)

47

3.2.5.5 Analisis Goodness of Fit

Imam Ghozali (2013) mengatakan bahwa ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi. Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

3.2.5.6 Persamaan Regresi Panel

Penelitian ini menggunakan model regresi data panel untuk menguji pengaruh variabel struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap variabel profitabilitas. Persamaan yang dihasilkan dari model regresi pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas adalah sebagai berikut:

Y = 0 + 1X1 + 2X2 + Dimana : Y = Profitabilitas X1 = Struktur modal X2 =Pertumbuhan perusahaan β0 = Konstanta 1, 2 = Koefisien Regresi

Gambar

Tabel  3.2  berikut  ini  memberikan  perjelasan  lebih  rinci  mengenai  operasionalisasi  variabel  yang  digunakan  pada  penelitian ini :

Referensi

Dokumen terkait

Management perubahan secara sederhana adalah sebuah proses yang dilakukan untuk membantu orang lain, sekelompok orang, atau organisasi untuk melakukan perubahan.. Perubahan

Nilai rata-rata rasio Deposit Risk bank umum konvensional dan bank syariah menunjukkan bahwa bank umum konvensional mempunyai tingkat risiko kegagalan yang lebih tinggi

KEDUA : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

Jenis batuan yang berbentuk dari batuan beku yang tererosi atau terkikis lalu mengalami proses pengangkutan dan diendapkan di tempat lain disebut.....

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman ekstrak daun eceng gondok dengan level yang berbeda berpengaruh (P&lt;0,05) terhadap haugh unit telur pada level 20%

Dapat dikatakan bahwa sebelum terjadi perubahan pada struktur kementerian pertahanan Jepang, bentuk dari subjective ci- vilian control tersebut adalah Civilian Control by

Posisi simpanan masyarakat terendah terdapat pada bank perkreditan rakyat (BPR) dengan rata-rata simpanan sebesar Rp 616.669 juta sedangkan pertumbuhannya tertinggi

Bupati sebagai alat birokrasi negara modern dan di sisi lain juga sebagai ketua LAD yang menjalankan fungsi Sombayya dapat dengan mudah menguasai segala macam gaukang