• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANUSIA DAN DUNIANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANUSIA DAN DUNIANYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MANUSIA DAN DUNIANYA

Suryowati

Sekolah Tinggi Teologi Excelsius suryowatiwang@sttexcelsius.ac.id

Abstract

General theory: Humans are special creatures of God with their true nature as guardians of the earth. The purpose of this research are to find answers about the meaning of human, the world, and how relationships between them.The study used qualitative methods with a philology approach. And the results of the study was: (1) man was not just a creation, he was also a person. Being a person meant be able to made decisions, setted goals, and moved towards those goals. Humans were not robots whose actions determined by forces outside themselves. To be one person meant to be a "creation that has a choice". (2) the world was: First, in the perspective of the Bible was "creation", the whole existence of a place in which humans live with all the good blessings of God. Second, from a perspective outside the Bible, the world was identified with all sources of evil, contained: evil, bad, negative and imperfections. (3) the relationship between humans and the world were that humans must be missionaries in a Christological framework that has the duty to serve in the world which was source of evil. Humans became the "salt" and "light" of Christ to fighted the source of evil.

Keywords: people; world; perspective; essence.

Abstrak

Teori umum: Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang istimewa dengan hakekat sejatinya sebagai pemelihara bumi. Tujuan penulisan menemukan jawaban tentang makna manusia, makna dunia, dan bagaimanakah hubungan manusia dan dunianya? Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan filologi. Hasil penelitian adalah: (1) manusia adalah bukan sekedar hanya ciptaan, ia juga satu pribadi. Menjadi suatu pribadi berarti mampu membuat keputusan, menetapkan tujuan, dan bergerak ke arah tujuan-tujuan itu. Manusia bukan robot yang tindakannya ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya. Menjadi satu pribadi berarti menjadi “ciptaan yang memiliki pilihan”. (2) dunia adalah: Pertama, dalam perspektif Alkitab adalah “tata cipta”, seluruh keberadaan tempat yang di dalamnya manusia hidup dengan segala berkat yang baik dari Allah. Kedua, dalam perspektif di luar Alkitab, dunia adalah diidentikkan segala sumber kejahatan, berisi: hal-hal yang jahat, buruk, negatif dan ketidaksempurnaan. (3) hubungan manusia dan dunia adalah manusia mesti menjadi misioner dalam kerangka pikir Kristologi yang mempunyai tugas untuk melayani di dunia sebagai tempat sumber kejahatan. Manusia menjadi “garam” dan “terang” Kristus memerangi sumber kejahatan.

(2)

PENDAHULUAN

Kekristenan yang telah mencapai usia lebih dari dua ribu tahun, tidak terlepas dari tantangan peletakan kebenaran yang mutlak akan hakikat ideologi kehidupan, yang mungkin sampai kapanpun juga akan tetap masih menjadi masalah dan pertanyaan. Peradaban Kristen pernah mengalami masa-masa kegelapan yang karena keadaan tersebut menyebabkan gereja ditinggalkan.

Seiring berkembangnya zaman, dengan berkembangnya kebudayaan bangsa-bangsa yang dipengaruhi oleh banyaknya ajaran agama yang bermunculan, cara pandang manusia kepada dunia, yang semula baik kini perlahan terkikis dan membuat manusia meragukan hakikatnya yang sejati yaitu diciptakan baik dan sempurna sebagaimana Alkitab katakan dalam kitab Kejadian pasal pertama, mengenai peristiwa penciptaan manusia oleh Allah di taman Eden.

Penulis Perjanjian Baru menerima keyakinan secara penuh bahwa Allah adalah Pencipta, dan alam semesta dengan isinya adalah hasil ciptaan-Nya. Hal ini sejalan dengan Perjanjian Lama dan dengan keyakinan bangsa Yahudi. Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang istimewa mewarnai seluruh konsepsi mengenai manusia.

Haruslah diingat bahwa Perjanjian Baru adalah catatan mengenai manusia dan dunianya yang bersifat religius dan bukan bersifat ilmiah. Memang perhatian Perjanjian Baru pada hal-hal yang bersifat religius begitu kuat sehingga hanya sedikit perhatian yang diberikan pada aspek-aspek yang bersifat psikologis dan sama sekali tidak menaruh perhatian pada hubungan antara manusia dengan semua ciptaan yang bernyawa lainnya.

Tidak dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan atau sains bertentangan dengan pandangan Alkitabiah tentang penciptaan, karena walaupun beberapa orang berpendapat demikian, namun yang lain berpendapat sebaliknya. Jadi, secara

ringkasnya, tidak ada pendapat yang menentukan. Karena itu kita perlu menilai apa yang dikatakan Perjanjian Baru mengenai manusia dan dunianya, dari sudut pandang yang pada dasarnya bersifat religious.1

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menemukan menjawab tentang apakah makna manusia, dunia, dan bagaimanakah tuntutan Alkitab terkait dengan hubungan manusia dan dunianya?

METODE PENELITIAN

Penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan filologi. Pendekatan filologi untuk mengetahui informasi mengenai masa lampau suatu masyarakat, yang meliputi berbagai segi kehidupan dapat diketahui oleh masyarakat masa kini melalui peninggalan-peninggalan, baik yang berupa benda maupun karya-karya tulisan.2

Dalam Kamus Istilah Filologi, filologi didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya.3 Darusuprapta menambahkan pengertian filologi, yaitu suatu disiplin ilmu yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaannya.4

Secara etimologis, filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang arti asliya ”kegemaran berbincang-bincang”. Makna filologi berkembang lagi menjadi

1Donald Guthrie, Teologi PB I (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2005), 111–112.

2Karsono Saputra, Pengantar Filologi Jawa

(Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2008), 79.

3Ibid.

4Darusuprapta, Ajaran Moral Dalam

Susastra Suluk (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990), 3.

(3)

”cinta kepada kata sebagai pengejawantahan pikiran, kemudian menjadi ”perhatian terhadap sastra” dan akhirnya ”studi ilmu sastra”. Menurut Saputra, pengertian ”kata” pada ”cinta kepada kata” dapat diperluas lagi menjadi bahasa dan berkembang lagi menjadi ”kebudayaan”, sehingga studi filologi berarti studi tentang kebudayaan masa lalu melalui naskah dan teks.5

PEMBAHASAN Makna Manusia

Dalam PB tidak terdapat ajaran yang sistematik dan formal mengenai manusia. Perhatian penulis PB ditujukan pada hubungan manusia dengan Allah. Lingkungan kehidupan manusia modern pada dasarnya sangat berbeda dengan lingkungan kehidupan manusia pada abad pertama, tetapi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan manusia dengan Allah tetap sama. Pengertian manusia dalam PB akan diawali dengan ulasan singkat berdasar PL, Yudaisme, serta para pemikir Yunani.6

Perjanjian Lama

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Manusia diciptakan memiliki tubuh secara fisik. Ia digambarkan sebagai debu tanah (Kej. 2:7; 3:19), dan apabila dianalisa secara kimia tubuh manusia terdiri dari karbon, kalsium, fosfor, besi, air, dan lain- lain.7 Ia menerima hidupnya dari hembusan nafas Allah (Kej. 2:7). Perjanjian Lama yakin keunggulan manusia daripada

5Sutrisno, Relevansi Studi Filologi

(Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Filologi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, 1981), 1.

6Guthrie, Teologi PB I, 148–198.

7James Houston, The Lion Handbook of the

Bible (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 25–26.

binatang. Manusia diciptakan sesuai dengan “gambar (tselem) dan rupa (demuth)”8 Allah

(Kej. 1:26), yang menjadikan manusia satu-satunya diantara ciptaan yang lain yang dapat memasuki hubungan persekutuan dengan Allah Pencipta. Manusia dipandang sebagai ciptaan yang memiliki tubuh dan “jiwa” (Ibr. nefesy), artinya ia dipandang sebagai suatu pribadi. Tubuh itu berbeda dengan jiwa (Mzm. 63:2; 73:26). Karena itu PL dapat berbicara mengenai nefesy atau “jiwa” orang yang mati atau “mayat orang” (Im. 21:11; Bil. 6:6; 19:13) untuk

membedakan orang dengan mayat secara fisik. Tubuh itu pada dasarnya bersifat fana. Kematian tidak dapat dielakkan, dan hanya Allah yang kekal adanya (Yes. 44:6; 45:5- 7).

Segi lain dalam pandangan PL mengenai manusia adalah hubungan manusia sebagai suatu kesatuan antara seorang dengan yang lainnya. Perempuan merupakan satu-satunya teman hidup yang layak bagi laki-laki. Konsep keluarga perkembangan bangsa. Vriezen menjelaskan bahwa catatan dalam Kitab Kejadian mendukung monogamy. Perjanjian Lama tidak mendukung pandangan yang dipegang luas oleh orang- orang yang tidak mengenal Allah bahwa orang tua berhak menentukan anak-anak mereka.9

Fakta utama yang terungkap dari PL adalah bahwa semua manusia berdosa. Kejadian 3 memperlihatkan bahwa dosa adalah pelanggaran terhadap Firman Allah. Pada dasarnya itu adalah konsep religius yang sangat dalam. Kisah tentang kejatuhan

8Teks bahasa Ibrani tidak menggunakan

‘dan’; tetapi Septuaginta dan Vulgata memasukkan kata ‘dan’ (Alkitab terjemahan Latin disususn oleh Jerome dari tahun 382 sampai 404).

9Theodorus C . Vriezen, Outline of Old

Testament Theology, 2nd ed. (Newton , Massachusetts: Branford, 1970), 411.

(4)

Adam dan akibat-akibatnya merupakan suatu bentuk ringkasan kisah tentang pengalaman hidup manusia pada umumnya.10 Secara terus menerus PL menunjukkan ketidaksanggupan manusia untuk mengatasi masalah ini. Walaupun disediakan jalan pendamaian bagi manusia melalui persembahan korban, tetapi hal itu tidak menghilangkan kesadaran manusia akan kesalahannya. Persoalan dasarnya masih belum terselesaikan sampai diadakan cara yang lebih baik dalam PB yang mengambil alih konsep religius PL mengenai dosa. Pernyataan-pernyataan PB sering mengambil latar belakang PL, meskipun acapkali terdapat pengembangan arti dari pengertian-pengertian kuncinya, khususnya dalam surat-surat Paulus.

Perjanjian Baru

Kitab-kitab Injil Sinoptik

PB ingin memperlihatkan tentang gambaran yang sempurna mengenai manusia sebagaimana mestinya melalui diri Yesus. Kemanusiaan-Nya yang sempurna itu selalu dilihat dalam hubungan dengan Allah. Pokok-pokok ajaran tentang manusia dalam keempat injil sinoptik sebagai berikut:

Pertama, keunggulan manusia atas binatang (Mat. 10:31; 12:10-11). Kedua, nilai manusia yang sangat besar di hadapan Allah (Mat. 10:30; 16:26; Mrk. 8:37; Luk. 9:25). Ketiga, pandangan Yesus mengenai “daging”. Teladan Yesus tidak tampak adanya sikap asketik (Mat. 11:19), apa yang

10Perjanjian Lama tidak mendukung

pandangan bahwa pada waktu manusia berbuat dosa, ia kehilangan “gambar Allah”, namun kalau pengertian itu berkaitan denagn hubungan antara Allah dengan manusia, maka hubungan itu tentu saja dirusak oleh dosa manusia. Dengan menghendaki suatu yang lain daripada kehendak Allah, manusia niscaya tidak dapat meneruskan untuk tetap bertindak sebagai wakil Allah yang sejati.

menajiskan seseorang adalah apa yang keluar darinya dan bukan yang dari luar dirinya (Mrk. 7:14 dst.). Kenajisan itu berasal dari pikiran manusia, bukan dari dagingnya, tetapi daging itu dipandang sebagai suatu yang rela melayani pikiran manusia karena daging itu lemah (Mat. 26:41; Mrk. 14:38). Keempat, pandangan Yesus mengenai manusia dalam masyarakat. Yesus sepenuhnya mendukung pandangan PL tentang solidaritas di antara sesama manusia. Yesus merasa prihatin terhadap orang-orang yang terendah dalam masyarakat, terhadap orang-orang miskin dan melarat, terhadap orang-orang tuli, buta, lumpuh (Mat. 11:4). Dia bergaul dengan orang-orang tercela, seperti pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Mat. 11:19). Khotbah di bukit berisi banyak perintah yang tidak akan berarti sama sekali jika manusia itu hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Kelima, tanggung jawab manusia secara pribadi. Dalam pandangan Yesus, diri manusia sejati terdapat dalam kehidupan yang taat kepada Allah (Mat. 10:38; 16:24), karena Allah mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Tidak ada kesempatan bagi manusia untuk membanggakan keberhasilannya sendiri, karena orang yang lemah lembut yang memiliki bumi (Mat. 5:5). Pandangan ini mungkin tidak dapat diterima pada zaman ilmu pengetahuan sekarang ini. Prestasi manusia telah membuat manusia berpikir bahwa tidak ada hal apapun yang tidak mampu dia lakukan. Tetapi perkataan Yesus tidak ditujukan dalam hal kemampuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, melainkan pada kedudukannya di hadapan Allah. Dengan segala kepintarannya manusia belum mampu menciptakan dunia. Sesungguhnya, tidak adanya kelemahlembutan itulah yang menyebabkan pemberontakan pertama

(5)

terhadap Allah, dan yang terus menyebabkan terjadinya pemberontakan selanjutnya. Keenam, hubungan laki-laki dan perempuan. Yudaisme jelas didominasi oleh kaum laki-laki yang kurang menghormati kaum perempuan. Ajaran Yesus akan memberikan pengertian menyeluruh tentang kedudukan yang benar mengenai perbedaan seks dalam ajaran PB mengenai manusia. Dalam kitab-kitab Injil Sinoptik banyak keterangan yang memperlihatkan apa yang mungkin dapat disebut memanusiakan sikap laki-laki terhadap perempuan. Kelahiran Yesus, menempatkan Maria pada kedudukan paling terhormat (Luk. 1:28). Ketujuh, pendekatan Yesus terhadap anak-anak. Dibandingkan dengan orang-orang sezaman-Nya, Yesus memperlihatkan pendekatan yang bersifat manusiawi dan lemah lembut terhadap anak-anak (Mat. 19:13 dst; 18:6, 10,14). Yesus memperlihatkan betapa pentingnya seorang anak.

Tulisan-tulisan Yohanes

Gagasan utama dalam kitab Injil Yohanes adalah bahwa manusia itu makhluk yang diciptakan Allah. Allah adalah terang dan sumber kehidupan manusia (Yoh. 1:4), hanya ada satu terang yang sesungguhnya (Yoh. 1:9), dan orang- orang yang tidak memiliki terang itu tidak diterangi.

Yesus adalah gambaran kemanusiaan yang sempurna. Yesus merasa letih (Yoh 4:6), haus (Yoh. 4:7;19:28), terharu dan menangis (Yoh. 11:33). Karena itu ajaran Yesus tentang sifat dan tujuan akhir manusia merupakan hal yang sangat penting untuk dapat memahami manusia secara benar. Jika seseorang menerima Yesus sebagai pola kemanusiaan yang sempurna, maka itu menunjukkan kemanusiaan yang ideal, dan sekaligus lawannya, yaitu kekurangan manusia. Ada ketergantungan Yesus secara

mutlak kepada Bapa (Yoh. 3:16,34; 5:17,19; 5:43;

10:25; 6:38; 7:17; 8:28). Dengan demikian bahwa suatu prinsip mutlak, yaitu, bahwa menusia hanya dapat disebut manusia yang sesungguhnya apabila ia hidup sepenuhnya dalam persekutuan dengan Allah, sama seperti yang dilakukan oleh Yesus.

Kisah Para Rasul

Manusia dipandang sebagai makhluk yang harus taat kepada Allah (5:29,32). Kegagalan pada masa lampau maupun masa kini untuk mencapai ketaatan yang sempurna justru lebih menonjolkanpola nyata, dan manusia diciptakan untuk hidup menurut pola itu. Segi paling istimewa ialah kesadaran bahwa semua orang, Yahudi dan bukan Yahudi, sama kedudukannya dihadapan Allah. Kesadaran ini tidak mudah diterima oleh orang Yahudi. Untuk meyakinkan Petrus, diperlukan penglihatan yang datangnya langsung dari Allah (Kis 10, 11).

Surat Ibrani

Seperti dalam surat-surat Paulus, manusia digambarkan dengan istilah anthropos. Walaupun manusia mempunyai kedudukan yang tinggi di antara semua ciptaan, tetapi manusia itu fana. Manusia diciptakan untuk mati (Ibr. 9:27), dan hidup dalam ketakutan akan maut (Ibr. 2:15). Inti surat Ibrani adalah bahwa manusia tidak mampu datang kepada Allah dan tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Inilah sifat dasar dari kelemahannya, dan merupakan kebutuhan dasar pula bahwa di antara Allah dan manusia diperlukan seorang pengantara yang memadai.

Agama Yahudi

Dalam kitab-kitab Apokrif, dosa dipandang sebagai suatu kecenderungan untuk berbuat jahat (yetser hara) yang sudah

(6)

ada dalam diri manusia sejak semula (Sir. 15:14-15). Tetapi manusia dapat melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupannya jika ia memiliki kemauan untuk itu. Kebebasan kemauan itu memampukan manusia mengalahkan pengaruh yang merugikan dari yetser hara tersebut. Nampaknya Ben Sira (penulis kitab Sirakh) menganggap bahwa kecenderungan untuk berbuat jahat itu diciptakan Tuhan (Sir. 37:3). Hal ini dikemukakan kemudian dalam tulisan Midrasyim. Dalam tulisan tersebut Allah dipandang sebagai pencipta yetser hara dan hukum Taurat dipandang sebagai jalan keluar untuk melepaskan diri dari kuasa itu (Talmud Babel). Dalam bagian lain, nampaknya Ben Sira ingin menyamakan iblis dengan manusia itu sendiri (Sir. 21:27), dengan demikian ia berpendapat bahwa asal dari dosa manusia adalah manusia itu sendiri.

Dalam tulisan-tulisan Tannaim ditegaskan bahwa manusia diciptakan dengan memiliki dorongan yang baik (yetser hattov) maupun yang jahat, dan diantara keduanya terjadi ketegangan. Ketegangan seperti inilah yang terjadi di dalam pergumulan Paulus sehubungan dengan masalah dosa, sebagaimana yang dikemukakan dalam Roma 7. Dalam naskah-naskah Laut Mati, dosa digambarkan secara simbolis sebagai malaikat kegelapan, dan dianggap bertentangan sama sekali dengan roh kebenaran. Di situ digambarkan secara jelas mengenai kuasa kerajaan kegelapan yang merupakan kebencian bagi Tuhan.11 Juga terdapat beberapa keterangan yang menceritakan tentang pertolongan yang

11Gagasan mengenai dua macam roh, Belial

(malaikat kegelapan bersama roh-roh jahat) melawan Roh Kebenaran dan Terang, secara khusus diungkapkan dalam naskah Laut Mati. Jelas ada kesejajaran antara gagasan ini dengan gagasan “dua macam dorongan” dalam tulisan-tulisan para nabi.

dapat melepaskan manusia dari pengaruh yang sangat kuat itu dengan dijanjikannya Roh yang Kudus.12

Helenisme dan Filsafat

Pandangan Yunani tentang manusia adalah berbentuk dualisme yang berbeda sama sekali. Kunci mengenai hal ini terdapat dalam teori Plato, yang masih sangat berpengaruh dalam pikiran orang- orang Yunani pada masa didirikannya jemaat Kristen, dan merupakan faktor utama dalam perkembangan bentuk-bentuk gnostisisme pada abad ke-2 SM. Dualisme Plato terlihat jelas dalam gagasannya mengenai dua dunia, yaitu: dunia yang kelihatan dan dunia yang tidak kelihatan atau dunia rohani. Dunia yang nyata adalah dunia yang tidak kelihatan, dan hanya dalam dunia ini manusia dapat menemukan dirinya yang sesungguhnya. Karena itu tubuh fisik dianggap sebagai rintangan atau penjara. Menurut Plato, jiwa manusia terdiri dari tiga bagian, hanya bagian yang tertinggi saja yang bersifat kekal dan telah ada sebelum tubuh ada. Karena itu pergumulan manusia bisa dianggap sebagai pergumulan antara akal budinya dengan bagian tubuh jasmaninya yang lain. Baginya, keselamatan adalah proses meningkatkan akal budi. Plutarkus mengemukakan pandangan yang sangat dekat dengan pandangan Plato; ia berpendapat bahwa akal budi adalah satu-satunya bagian manusia yang bersifat kekal, tetapi setelah kematian, akal budi itu harus dibersihkan dari pencemaran yang diakibatkan oleh tubuh. Karena proses pembersihan ini tidak selalu berhasil baik,

12Perlu diperhatikan bahwa meskipun

perhimpunan umat di Qumran jelas berpandangan dualistic, namun pandangan ini tidak melampaui pandangan monoteis tentang Allah – “Allah lah yang memberikan kemenangan akhir Yang Baik mengalahkan Yang Jahat”.

(7)

maka Plato mengemukakan teori kembalinya manusia ke bumi untuk dilahirkan kembali. Hanya jika seseorang dapat luput dari lingkaran kelahiran itu maka ia akan aman. Mereka yang telah berhasil membersihkan akal budi mereka dari pencemaran tubuh akan menjadi makhluk-makhluk roh yang murni. Filo, seorang tokoh terkemuka yang menggabungkan gagasan-gagasan Yunani dan Yahudi, berangkat dari teori Plato. Sebetulnya ia adalah seorang sinkretik yang berusaha untuk memasukkan ajaran-ajaran agama Yahudi ke dalam dunia Yunani. Filo, dalam usahanya mencapai tujuan ini, menggunakan alegori untuk menunjukkan bahwa dualisme antara akal budi dan tubuh dapat ditelusuri pada hukum Taurat Musa. Ia berpendapat bahwa jiwa sudah ada sebelumnya dan bersifat kekal, namun setelah tubuh diciptakan, jiwa itu memiliki suatu bagian yang lebih rendah yang tidak bersifat akali. Sama seperti Plato, dia juga menganggap tubuh sebagai penjara untuk jiwa, tetapi ia tidak menyatakan bahwa semua materi bersifat jahat. Karena begitu jelas bahwa ada kaitan antara jiwa dengan akal budi, maka keselamatan merupakan suatu masalah menambah pengetahuan.

Marxisme, tidak mengenal imperatif etis atau tanggung jawab seseorang kepada Allah, manusia hanya sebuah produk alam dan tidak diciptakan menurut gambar Allah. Maka manusia sebagai individu tidaklah penting, yang penting adalah manusia sebagai bagian dari masyarakat.13

B. F. Skinner, juga sepaham dengan Marxisme, mengatakan bahwa, di dalam manusia tidak ada kebebasan atau martabat. Aktifias manusia seluruhnya ditentukan oleh lingkungan. Jika lingkungan itu bisa

13Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan

Menurut Gambar Allah (Surabaya: Momentum, 2003), 3.

diketahui secara sempurna, perilaku manusia bisa diperkirakan seluruhnya.14 Antropologi Marx dan Skinner, memutlakkan sisi fisik manusia dan menyangkal keberadaan sisi mental atau spiritual.

Berdasarkan uraian di atas, maka makna manusia adalah bukan sekedar hanya ciptaan, ia juga satu pribadi. Menjadi satu pribadi berarti memiliki suatu bentuk kemandirian – bukan mutlak tetapi relatif. Menjadi satu pribadi berarti mampu membuat keputusan, menetapkan tujuan, dan bergerak ke arah tujuan-tujuan itu. Manusia bukan robot yang tindakannya sama sekali ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya. Menjadi satu pribadi berarti menjadi “ciptaan yang memiliki pilihan”.

Makna Dunia

Perjanjian Baru

Kitab-kitab Injil Sinoptik

Dalam kitab-kitab Injil Sinoptik, kata kosmos digunakan dalam pengertian “Planet bumi” disebut “bumi secara materi” (Mat. 24:21) atau dalam pengertian dunia manusia (Mat. 4:8) atau bangsa- bangsa dunia (Luk. 12:30). Dikatakan juga bahwa dunia ini merupakan tantangan sasaran pemberitaan Injil (Mat. 28:19 bnd. Mrk. 16:15). Karena itu kata “dunia” berarti suatu kebutuhan yang bersifat universal dan dengan demikian merupakan suatu tantangan yang bersifat universal juga.

Yohanes

Konsep “dunia”, bahasa Yunani “kosmos”. Injil Yohanes memegang peranan yang lebih penting dalam menyajikan berita tentang Yesus dibandingkan dengan kitab-kitab Injil Sinoptik. Dalam beberapa ayat, kata “dunia” mengandung arti “tata cipta” (Yoh. 17:5

14B. F. Skinner, Beyond Freedom and

(8)

1:10). Tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan kata “dunia” lebih dari sekedar ciptaan saja, sehingga dunia memiliki arti seluruh keberadaan tempat yang di dalamnya manusia dilahirkan (Yoh. 6:14). Yesus berbicara mengenai kedatangan-Nya sebagai manusia dengan istilah datang ke dalam dunia (Yoh. 9:39; 18:37). Dalam Yohanes 18:37, pengertian datang ke dalam dunia disejajarkan dengan pengertian dilahirkan. Karena itu ada dua faktor yang dapat diselidiki adalah: Pertama, dunia diciptakan oleh Allah dan masih tetap dianggap milik-Nya. Kedua, Yesus sebagai manusia datang ke dalam dunia yang diciptakan ini (Yoh. 1:9).

Hal yang lebih khusus ialah penggunaan kata kosmos dalam arti dunia yang penuh dosa yang bertentangan dengan Allah. Yohanes 1:10 menyatakan tentang “Firman yang telah ada di dalam dunia” diikuti oleh penegasan yang menekankan bahwa “dunia tidak mengenal-Nya”. Terdapat antithesis antara terang dan gelap, yang berhubungan dengan pernyataan Yesus bahwa Dialah Terang Dunia (Yoh. 8:12; 9:5 bnd. 12:46). Di luar Yesus kosmos mengalami kegelapan rohani. Kosmos memang berlawanan dengan Yesus (7:7). Ia masuk dalam lingkungan yang asing (Yoh. 8:23), asing bukan karena hakekatnya jahat, melainkan karena dikuasai oleh kuasa- kuasa jahat. Masa sengsara Yesus merupakan konfrontasi Yesus dengan penguasa dunia (Yoh. 14:30), yang akibatnya ialah bahwa si jahat ini dihukum (Yoh. 16:11). Dengan demikian bahwa kosmos berarti suatu sistem yang menentang Allah secara langsung, tetapi yang telah dikalahkan oleh Kristus (Yoh. 16:33).

Kisah Para Rasul

Kisah Para Rasul 17:24 merupakan satu-satunya ayat yang menggunakan kata kosmos. Paulus mengartikan kosmos dengan adalah: “Allah yang tidak dikenal” dari orang Athena itu dengan Sang Pencipta dan

menamakan-Nya “Tuhan atas langit dan bumi”, segala sesuatu berasal dari Dia. Ia adalah sumber hidup dan napas manusia.15 Dunia menurut Paulus

Paulus sangat berpegang pada PL. Kosmos diartikan sebagai bumi seperti dalam Roma 1:20 yang menyebutkan tentang penciptaan dunia. Pandangan Paulus tentang penciptaan ialah bahwa Allah sendiri yang menciptakan segala sesuatu (Rm. 1:25; Ef. 3:9). Tetapi lebih lanjut ia menghubungkan Kristus juga dalam penciptaan yaitu sebagai pelaku dalam penciptaan (Kol. 1:15). Sesungguhnya ciptaan itu bukan saja sebagai sesuatu yang diciptakan oleh Kristus tetapi juga diciptakan untuk Dia, dalam Yunani en auto; eis auton berarti sasaran penciptaan (Kol. 1:16). Paulus memandang bumi berpusat kepada Kristus, bukan pada manusia. Karena itu kosmos sering diartikan lingkungan hidup manusia (I Tim. 6:7). Penggunaan kosmos dalam arti “dunia manusia” ini merupakan ciri khas PB (I Kor. 14:10; 2 Kor.1:12; Rm. 5:12).

Kosmos dalam surat-surat Paulus lebih sering berarti dunia yang tidak sejalan dengan Allah. Dengan demikian hikmat dunia dipertentangkan dengan hikmat Allah (I Kor. 1:20; 3:19) roh dunia berlawanan dengan Roh yang berasal dari Allah (I Kor. 2:12). Dunia itu sendiri tanpa pengharapan dan tanpa Allah (Ef. 2:12). Tetapi Paulus tidak mendukung pendapat bahwa dunia pada dasarnya adalah jahat. Ada suatu kekuatan asing yang bekerja di dunia ini –

15Disini Paulus mencerminkan bahasa

Perjanjian Lama, meskipun ia tidak langsung mengutipnya. Pandangan mengenai alam semesta yang ia paparkan disini benar-benar bersifat Alkitabiah dan tidak dapat dikatakan berasal dari paham Helenistik, walaupun dia jg mengutip kata-kata Epimenides.

(9)

“jalan dunia ini” disamakan dengan “menaati penguasa kerajaan angkasa” (Ef. 2:2). Walaupun demikian, masih ada harapan karena Kristus telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya (2 Kor. 5:19). Hal ini membawa orang Kristen pada suatu cara hidup yang sama sekali baru di dalam dunia, yaitu hidup dalam dunia tetapi bukan milik dunia (Kol. 2:20). Sesungguhnya, orang Kristen itu dianggap memiliki dunia (I Kor. 3:21-22), walaupun demikian jangan sekali-kali ia lupa bahwa dunia ini akan berlalu (1Kor. 7:31).

Surat Ibrani

Penulis surat ini mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap ajaran PL tentang penciptaan. Dia menggunakan dua kata yang berbeda untuk menggambarkan penciptaan itu, yaitu kosmos dan aion (dalam bentuk jamak). Kata kosmos kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan dunia manusia, seperti ketika dikatakan bahwa Kristus masuk ke dunia (Ibr. 10:5). Dalam Ibrani 4:3 dan 9:26, ditemukan bahwa kata kosmos dipakai secara khusus dalam arti dunia yang dijadikan. Sebaliknya kata kosmos juga dipakai untuk pengertian dunia yang melawan Allah (Ibr. 11:7). Kata aion (zaman) terdapat dalam dua bagian yang menyebutkan tentang penciptaan. Penulis mulai dengan konsep luhur tentang Kristus sebagai Pencipta (Ibr. 1:2) yang menopang segala yang ada dengan Firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibr. 1:3). Inilah yang dapat disebut sebagai “kosmologi yang Kristologis”.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kosmos adalah “tata cipta”, seluruh keberadaan tempat yang di dalamnya manusia dilahirkan, dunia yang tidak sejalan dengan Allah, orang yang

bukan Kristen, jahat, dan semua hal yang berlawanan dengan Allah. Dengan demikian dunia disebut tempat pelayanan Yesus sehingga disebut “kosmologi yang Kristologi”.

Di luar Alkitab

Kebudayaan Mesir dan Mesopotamia yang menyembah berhala mencerminkan alam lingkungan mereka. Agama mereka, sama seperti agama para tetangga mereka – orang Het dan orang Kanaan – dipusatkan pada alam. Mereka tidak mempunyai konsep mengenai Allah Pencipta yang esa dan maha kuasa. Jadi mereka mencoba menjelaskan gejala keanehan iklim, hal-hal yang berkaitan dengan pertanian, dan geografi di dunia sekitar mereka itu dengan menggunakan bermacam-macam dewa.16 Deisme, menerima Allah yang menciptakan alam semesta, tetapi ia percaya tidak lagi terlibat dengan ciptaan-ciptaan-Nya. Ateisme, menolak sepenuhnya kepercayaan kepada Allah. Panteisme, percaya alam semesta adalah Allah, tempat Politeisme percaya kepada banyak allah.17 Sedangkan orang Ibrani tidak mempunyai kata lain untuk menerangkan alam selain gambaran dari aktifitas Allah sendiri. Allah-lah yang berbicara dalam badai. Hujan turun berarti Allah memberkati. Musim kering berarti Dia mengutuk. Allah bernafas dalam angin, menghakimi dalam gempa bumi, dan menyatakan kemulian-Nya dalam cakrawala.18

Selanjutnya dalam agama-agama, pertama, dalam Budhism. Siddhartha

16Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut

Gambar Allah, 3.

17Rick Cornish, 5 Menit Apologetika

(Bandung: Pionir Jaya, 2007), 82.

18Houston, The Lion Handbook of the Bible,

(10)

Gautama menyimpulkan kehidupan dan dunia dengan istilah ‘dukkha’ yang artinya selama manusia hidup di dunia dan kedagingan, hanya akan ada suatu penderitaan, ketidakpuasan, kesedihan, kemalangan dan keputusasaan. Ketidakpuasan adalah proses perubahan yang ditangkap oleh indera, seperti ketika seseorang mendapatkan kekayaan dan mungkin suatu saat kekayaannya akan hilang. Perasaan tidak puas karena kehilangan itulah yang disebut dukkha.19 Jalan untuk terlepas dari siklus reinkarnasi hanya dapat diperoleh melalui “Jalan Utama Berunsur Delapan” yang berorientasi pada “moksa” yang dicapai dengan meninggalkan segala keterikatan dengan nafsu duniawi dan keinginan jasmani. Moksa berarti kebebasan sang diri (roh) dari segala ikatan duniawi.20 Kedua, dalam teologi Islam mengenai dunia. Imam Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa dunia seperti ular. Hasan Al - Bashri yang mengatakan bahwa dengan zuhudlah manusia dapat meninggalkan kehidupan dunia, karena dunia ini tidak ubahnya seperti ular, licin apabila dipegang, tetapi racunnya dapat membunuh.21 Dikatakan olehnya, bahwa sama seperti seseorang yang takut akan seekor ular, karena bisanya yang beracun dan mematikan, seperti itulah hendaknya seseorang harus berhati-hati terhadap dunia, sebab hal duniawi yang memikat dapat membuat seseorang tergelincir pada keserakahan sehingga lupa akan tujuan hidupnya yang harusnya bukan mencari kenikmatan semata, melainkan juga mencari kesejahteraan dan kebahagiaan

19Willy Yandi Wijaya, Pandangan Benar

(Yogyakarta: AB, 2008), 14.

20Raditya (Denpasar: Kantor Pusat Yayasan

Manikgeni Dharma Sastra, 2005), 4.

21M. Solihin, Kamus tasawuf (Remaja

Rosdakarya, 2002), 270.

yang belum tentu dapat diperoleh dengan hal material, maksudnya kekayaan finansial belum tentu menjamin kebahagiaan manusia.

Pengertian zuhud menurut bahasa yaitu menjauhi, menghindari, meninggalkan, atau tidak menyukai. Adapun pengertian zuhud menurut istilah yaitu pola hidup menjaga diri dari pengaruh harta, atau masalah keduniawian (materi) atau tidak terlalu menyibukkan diri terhadap hal-hal yang bersifat materi, melainkan lebih memfokuskan pada kehidupan akhirat (Q.S. al-'Ala 87:17).22

Dari beberapa pemaparan tersebut tampak bahwa di luar kekristenan banyak ajaran yang mengajarkan bahwa dalam dunia ini terdapat segala sumber kejahatan.23 Atau dapat dikatakan bahwa dunia diidentikkan dengan hal-hal yang jahat, buruk, negative dan ketidaksempurnaan.

Tuntutan Alkitab Terkait Hubungan Manusia dan Dunia

Konsekuensi praktis dari cara pandang semesta dapat teramati di sepanjang spektrum kehidupan manusia, paradigma manusia tentang dunia menentukan nilai-nilai, dan menjadi kompas kehidupan manusia itu sendiri. Dari makna manusia dan dunia, tidak dapat dielakkan adanya suatu kesan dualisme terhadap pandangan tentang “dunia”, tetapi dulaisme itu tidak pernah bersifat metafisik, melainkan hanya bersifat etis saja. Karl Marx, Vladimir Lenin, Joseph Stalin membagikan paradigma yang

22Tuti Yustiani, Be Smart PAI (Bandung: PT

Grafindo Media Pratama, 2008), 17.

23Karel Phil Erari, Tanah Kita, Hidup Kita:

Hubungan Manusia Dan Tanah Di Irian Jaya Sebagai Persoalan Teologis: Eko Teologi Dalam Perspektif Melanesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), 39.

(11)

sama tentang dunia, yang menyebabkan terbantainya puluhan juta manusia dan kehancuran peradaban umat manusia di sejumlah besar bagian dunia.24

Pandangan kekristenan bersumber pada perkataan Yesus dalam Khotbah di Bukit, tidak ditujukan dalam hal kemampuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan jasmani, melainkan pada kedudukannya di hadapan Allah. Dengan segala kepintarannya manusia belum mampu menciptakan dunia. Sesungguhnya, tidk adanya kelemah-lembutan itulah yang menyebabkan pemberontakan pertama terhadap Allah, dan yang terus menyebabkan terjadinya pemberontakan selanjutnya. Kristus, dan penebusan yang dibawa-Nya sebagai Karya Keselamatan dari Allah, menginsyafkan manusia akan dosa dan pemberontakannya terhadap Allah.25 Karena itu, keberadaan dunia ini bukan suatu fakta yang tidak berasalan, dunia ini juga bukan mesin yang tanpa tujuan. Karena ada keteraturan berdasarkan kehendak Allah bagi dunia dan ciptaan, manusia dapat menemukan keteraturan itu.26 Dunia bukan berarti hakekatnya yang jahat, tetapi dikuasai oleh kuasa-kuasa jahat. Dengan Karya Keselamatan Kristus, manusia kembali kepada hakekatnya, dunia kembali kepada hakekatnya pula. Bukan lagi di bawah penguasaan “si jahat” tetapi di dalam kuasa Kristus yang menyelamatkan.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia semestinya menjadi misioner dalam kerangka pikir

24Cornish, 5 Menit Apologetika, 83.

25Herman Bavinck, Dogmatika Reformed:

Dosa Dan Keselamatan Di Dalam Kristus, 3 (Surabaya: Momentum, 2016), 608.

26Ronald H. Nash, Konflik Wawasan Dunia

(Surabaya: Momentum, 2012), 50.

Kristologi yang mempunyai tugas untuk melayani di dunia yang adalah tempat sumber kejahatan. Manusia dalam Kristus menjadi “garam” dan “terang” yang memerangi sumber kejahatan tersebut, sehingga keselamatan oleh Kristus membawa manusia untuk menjaga dunia ini dalam hakekat keteraturannya kembali.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas penulis dapat menyimpukan sebagai berikut: Pertama, manusia adalah bukan sekedar hanya ciptaan, ia juga satu pribadi. Menjadi satu pribadi berarti memiliki suatu bentuk kemandirian – bukan mutlak tetapi relatif. Menjadi satu pribadi berarti mampu membuat keputusan, menetapkan tujuan, dan bergerak ke arah tujuan-tujuan itu. Manusia bukan robot yang tindakannya sama sekali ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya. Menjadi satu pribadi berarti menjadi “ciptaan yang memiliki pilihan”.

Kedua, dunia adalah: (1) dalam perspektif Alkitab adalah “tata cipta”, seluruh keberadaan tempat yang di dalamnya manusia dilahirkan. Alkitab khususnya dalam Injil Yohanes menjelaskan bahwa hakekat dunia bukanlah kejahatan, tetapi dunia di kuasai oleh kuasa-kuasa jahat. Dengan demikian dunia disebut tempat pelayanan Yesus Kristus, disebut “kosmologi yang Kristologi”. (2) dalam perspektif di luar Alkitab, dunia diidentikkan segala sumber kejahatan, berisi: hal-hal yang jahat, buruk, negatif dan ketidaksempurnaan.

Ketiga, hubungan manusia dan dunia

adalah manusia Kristen mesti menjadikan dirinya sebagai misioner dalam kerangka pikir Kristologi yang mempunyai tugas untuk melayani di dunia yang adalah tempat sumber kejahatan. Manusia dalam Kristus menjadi

(12)

“garam” dan “terang” Kristus memerangi sumber kejahatan tersebut, sehingga keselamatan oleh Kristus membawa manusia untuk menjaga dunia ini dalam hakekat “tata cipta” dan keteraturannya kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Bavinck, Herman. Dogmatika Reformed: Dosa Dan Keselamatan Di Dalam Kristus. 3. Surabaya: Momentum, 2016.

Cornish, Rick. 5 Menit Apologetika. Bandung: Pionir Jaya, 2007.

Darusuprapta. Ajaran Moral Dalam Susastra Suluk. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Erari, Karel Phil. Tanah Kita, Hidup Kita:

Hubungan Manusia Dan Tanah Di Irian Jaya Sebagai Persoalan Teologis: Eko Teologi Dalam Perspektif Melanesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999.

Guthrie, Donald. Teologi PB I. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.

Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya: Momentum, 2003.

Houston, James. The Lion Handbook of the Bible. Bandung: Kalam Hidup, 2004. Nash, Ronald H. Konflik Wawasan Dunia.

Surabaya: Momentum, 2012.

Saputra, Karsono. Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2008.

Skinner, B. F. Beyond Freedom and Dignity. New York: Alfred A. Knopf, 1972. Solihin, M. Kamus tasawuf. Remaja

Rosdakarya, 2002.

Sutrisno. Relevansi Studi Filologi. Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Filologi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, 1981.

Vriezen, Theodorus C . Outline of Old Testament Theology. 2nd ed. Newton , Massachusetts: Branford, 1970. Wijaya, Willy Yandi. Pandangan Benar.

Yogyakarta: AB, 2008.

Yustiani, Tuti. Be Smart PAI. Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2008. Raditya. Denpasar: Kantor Pusat Yayasan

Referensi

Dokumen terkait

Responden yang mengatakan setuju dengan butir pertanyaan MDH1, MDH2, MDH3, dan MDH4 sangat besar jumlahnya mencapai 359 orang namun masih terletak ketidak mudahan

Teknik penyambungan jaring selain digunakan untuk membuat alat tangakap, teknik ini juga digunakan untuk memperbaiki jaring. Yang perlu kita perhatikan.. dalam perbaikan pada jaring

Fitri Hartanto,Hen driani Selina 3 Tahun: 2009 ( Paediatrica Indonesiana, vol.51,no.4 (suppl),Juli 2011) Siswa SMP di Kota Semarang Prevalensi Masalah Mental Emosional

Tingkat pendapatan rumahtangga (household income) merupakan indikator yang tidak bisa diandalkan untuk mengukur tinggi atau rendahnya kesejahteraan seseorang karena

Pertama-tama, atas nama Keluarga Besar Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) mengucapkan Selamat Datang kepada seluruh undangan baik kepada Bapak Menteri

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, banyak faktor yang mempengaruhi nilai informasi pelaporan keuangan antara lain : kompetensi sumber daya manusia, sistem

Oleh karena Gapoktan Harjo Kinasih telah mampu membuat chip berkualitas baik maka pembuatan tepung mocaf hanya dimulai dari proses penepungan sampai

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah