• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

TERHADAP KINERJA NETWORKER

7.1 Kinerja Networker

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada definisi operasional, kinerja

networker PT Singa Langit Jaya diukur dengan berdasarkan beberapa komponen

yang meliputi kualitas kerja, motivasi, komunikasi, pelatihan, dan tanggungjawab. Tabel 5 menyajikan distribusi responden networker PT Singa Langit Jaya yang menilai kinerja mereka sendiri berdasarkan beberapa indikator di atas.

Tabel 5. Distribusi Responden Networker PT Singa Langit Jaya Menurut Kinerjanya Berdasarkan Penilaian Networker yang Bersangkutan

Kinerja Pegawai Jumlah Networker

Orang %

Kinerja Tinggi 18 90

Kinerja Sedang 2 10

Kinerja Rendah 0 0

Jumlah 20 100

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa 90 persen networker memiliki kinerja yang tinggi dan 10 persen memiliki kinerja yang sedang. Sejalan dengan itu,

leader networker CH (36 tahun) mengungkapkan sebagai berikut.

“ Menurut saya, jaringan yang memiliki kinerja tinggi adalah mereka yang mengikuti sistem Unicore sehingga perkembangan jaringan dan bonus mereka setiap bulan selalu terjaga dan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari berapa banyak grup mereka yang datang ke pertemuan, jaringan yang mengkonsumsi produk secara rutin, dan jumlah grup yang baru bergabung setiap bulannya.“

(2)

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang responden MH (25 tahun). “Saya merasasistem telah bekerja pada grup saya sehingga grup saya terus berkembang dibuktikan dengan pertambahan anggota baru setiap bulan yang berjumlah puluhan sampai ratusan orang. Tentunya ini berkat kerja keras dan kerja sama grup. Mereka memiliki motivasi yang luar biasa untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi, untuk mengejar impian-impian mereka. Mereka pun rutin mengikuti pertemuan-pertemuan Unicore sehingga memiliki kualitas kerja yang baik.”

Responden HD (17 tahun) menyatakan hal yang sama:

“Saya merasa gaya kepemimpinan konsultatif yang diterapkan Pak CH sangat membantu perkembangan jaringan di grup saya. Mereka memiliki kualitas kerja yang dan tanggung jawab yang baik serta motivasi kerja yang tinggi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan Unicore. Komunikasi yang terjalin antara jaringan pun berlangsung dengan lancar.” Sama halnya dengan pernyataan di atas, ST (27 tahun) menyatakan:

“Saya merasa gaya kepemimpinan yang diterapkan Pak CH sudah sangat baik. Saya dan grup saya merasa nyaman dengan kepemimpinan dari Pak CH. Komunikasi yang terjalin dengan Pak CH juga berlangsung baik sehingga berkat bimbingan, masukan dan saran dari Pak CH saya selalu termotivasi untuk meningkatkan kualitas kerja saya dengan mengikuti standar Peta Aset Unicore.”

7.2 Pengaruh Penerapan Gaya Kepemimpinan Leader Networker terhadap Kinerja Networker

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker dapat mempengaruhi pada kinerja networker. Pengaruh yang terjadi pada kinerja networker dapat berupa peningkatan atau penurunan kinerja networker. Pengaruh gaya kepemimpinan leader networker terhadap kinerja networker dianalisis dalam beberapa bidang kegiatan, yaitu pada kegiatan yang berkaitan dengan penentuan jadwal (presentasi, follow up, home meeting), pelaksanaan tugas (tiket pertemuan, pembicara, omset bulanan, prospek, net-P, dream book), pemberian konsultasi, pemakai produk, serta kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan.

(3)

7.2.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang berkaitan dengan penentuan jadwal memiliki pengaruh terhadap kinerja networker tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan leader

networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan penentuan

jadwal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan Leader

Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan

Penentuan Jadwal

Gaya Kepemimpinan

Kinerja Networker Berkaitan dengan Penentuan Jadwal

Tinggi Rendah Jumlah

Direktif 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Konsultatif 13 (65%) 0 (0%) 13 (100%)

Partisipatif 6 (30%) 0 (0%) 6 (100%)

Delegatif 1 (5%) 0 (0%) 1 (100%)

Dari Tabel 6 dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif yang diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif oleh leader networker berpengaruh terhadap kinerja networker. Berkenaan dengan hal ini, seorang networker HT (26 tahun) menuturkan sebagai berikut.

“Keterlibatan upline dalam menentukan jadwal presentasi dan follow up

sangat membantu perkembangan jaringan saya. Biasanya prospek yang saya undang akan lebih percaya apabila upline yang presentasi karena

(4)

7.2.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanan tugas memiliki pengaruh terhadap kinerja networker tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan leader

networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pelaksaaan

tugas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan Leader

Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan

Pelaksanaan Tugas

Gaya Kepemimpinan

Kinerja Networker Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas

Tinggi Rendah Jumlah

Direktif 2 (10%) 0 (0%) 2 (100%)

Konsultatif 10 (50%) 0 (0%) 10 (100%)

Partisipatif 4 (20%) 0 (0%) 4 (100%)

Delegatif 4 (20%) 0 (0%) 4 (100%)

Dari Tabel 7 dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan konsultatif, partisipatif, dan delegatif yang diterapkan leader networker menghasilkan kinerja

networker yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa

penggunaan gaya kepemimpinan konsultatif, partisipatif, dan delegatif oleh leader

networker berpengaruh terhadap kinerja networker.

Penerapan gaya kepemimpinan konsultatif leader networker berdampak pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat dalam hal pembagian tiket pertemuan, seperti diungkapkan oleh SR (37 tahun).

“Dalam hal pembagian tiket Vision Seminar biasanya Pak CH selalu menerima masukan terlebih dahulu dari saya mengenai perkembangan dan kondisi grup saya baru kemudian beliau mengambil keputusan untuk membagikan berapa banyak tiket yang harus terjual di grup saya. Hal

(5)

tersebut membuat saya menjadi semangat dan fokus untuk mengejar target tersebut sesuai dengan kemampuan dan kerjasama grup saya.”

Penerapan gaya kepemimpinan partisipatif leader networker juga

berdampak pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat dalam hal menentukan target omset bulanan, seperti diungkapkan oleh WL (28 tahun) berikut ini.

“Biasanya saya dan upline selalu berdiskusi bersama untuk menentukan

target omset setiap bulannya.”

Penerapan gaya kepemimpinan delegatif leader networker juga berdampak pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat dalam hal membuat dream book, seperti diungkapkan oleh GF (28 tahun).

“Membuat dream book merupakan salah satu dari tujuh langkah kerja

Unicore. Dalam membuat dream book, upline memberikan kebebasan sepenuhnya kepada jaringannya. Tidak ada aturan-aturan khusus untuk membuat dream book. Setiap orang mempunyai impian yang berbeda-beda tentunya. Hal inilah yang akan membuat orang tersebut akan bekerja keras guna mencapai impiannya tersebut.”

Penerapan gaya kepemimpinan direktif leader networker juga berdampak pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat dalam hal penentuan petugas (misalnya menjadi pembicara pertemuan) seperti yang diungkapkan oleh leader networker CH (36 tahun).

“Terkadang apabila dalam situasi mendesak, pernah terjadi pembicara OPP tidak bisa hadir karena sakit dan baru memberikan kabar sesaat menjelang pertemuan dimulai, maka saya akan menujuk secara sepihak pembicara pengganti yang biasanya dari leader-leader Bintang 5 ke atas. Bintang 5 ke atas biasanya sudah teruji kinerjanya dalam hal penyampaian materi presentasi bisnis.”

(6)

7.2.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pemberian konsultasi memiliki pengaruh terhadap kinerja

networker tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan leader networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan

pemberian konsultasi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan Leader

Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan

Pemberian Konsultasi

Gaya Kepemimpinan

Kinerja Networker Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi

Tinggi Rendah Jumlah

Direktif 16 (80%) 0 (0%) 16 (100%)

Konsultatif 2 (10%) 0 (0%) 2 (100%)

Partisipatif 0 (0%) 0 (0%) 0 (100%)

Delegatif 2 (10%) 0 (0%) 2 (100%)

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan direktif yang dominan diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya kepemimpinan direktif oleh leader networker berpengaruh terhadap kinerja

networker. Sehubungan dengan hal ini, salah seorang networker DI (23 tahun)

mengatakan.

“Dalam hal memberikan konsultasi upline selalu bersikap tegas dan

mengajak semua jaringannya mengikuti sistem Unicore. Sikap upline yang tegas ini menuntut jaringannya agar bekerja dengan maksimal. Hal ini tentu berdampak pada kinerja jaringannya yang mengikuti sistem akan memiliki kinerja yang tinggi.”

(7)

7.2.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemakai Produk

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pemakai produk memiliki pengaruh terhadap kinerja networker tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan leader

networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pemakai

produk dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan Leader

Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan

Pemakai Produk

Gaya Kepemimpinan

Kinerja Networker Berkaitan dengan Pemakai Produk

Tinggi Rendah Jumlah

Direktif 0 (0%) 0 (0%) 0 (100%)

Konsultatif 5 (25%) 0 (0%) 5 (100%)

Partisipatif 5 (25%) 0 (0%) 5 (100%)

Delegatif 10 (50%) 0 (0%) 10 (100%)

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan delegatif yang dominan diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya kepemimpinan delegatif oleh leader networker berpengaruh terhadap kinerja

networker. Sehubungan dengan hal ini, salah seorang networker DI (23 tahun)

mengatakan.

Upline saya memberikan kebebasan sepenuhnya kepada saya dan grup

saya untuk membeli atau mengkonsumsi produk apapun sesuai dengan kebutuhan. Tidak ada paksaan untuk mengkonsumsi suatu produk tertentu.

(8)

7.2.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atau Konflik yang Terjadi dalam Jaringan

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan memiliki pengaruh terhadap kinerja networker tersebut. Distribusi responden

networker menurut gaya kepemimpinan leader networker dan kinerja networker

pada kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10.Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan Leader

Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan

Penyelesaian Masalah atau Konflik yang Terjadi dalam Jaringan

Gaya Kepemimpinan

Kinerja Networker Berkaitan dengan Penyelesian Masalah

Tinggi Rendah Jumlah

Direktif 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Konsultatif 8 (40%) 0 (0%) 8 (100%)

Partisipatif 12 (60%) 0 (0%) 12 (100%)

Delegatif 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan partisipatif yang dominan diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya kepemimpinan partisipatif oleh leader networker berpengaruh terhadap kinerja

networker. Sehubungan dengan hal ini, leader networker CH (36 tahun)

mengatakan.

”Biasanya apabila terjadi konflik dalam jaringan, misalnya hubungan

upline-downline, saya akan memanggil kedua belah pihak untuk

musyawarah mencari penyelesaian masalah yang terjadi. Saya hanya sebagai mediator atau pihak penengah untuk mereka. Pernah juga terjadi

(9)

konflik perebutan jaringan antar crossline, saya pun memanggil upline bersangkutanuntuk diajak musyawarah guna mencari jalan keluarnya.”

7.3 Ikhtisar

Secara keseluruhan, kinerja networker PT Singa Langit Jaya tergolong berkinerja tinggi yaitu sebesar 90 persen. Penerapan gaya kepemimpinan leader

networker dapat berpengaruh terhadap kinerja networker. Semua penerapan gaya

kepemimpinan leader networker menghasilkan kinerja yang tinggi di bidang kegiatan yang berkaitan dengan penentuan jadwal (presentasi, follow up, home

meeting), pelaksanaan tugas (tiket pertemuan, pembicara, omset bulanan, prospek,

net-P, dream book), pemberian konsultasi, pemakai produk, serta kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan.

Gambar

Tabel  6.  Distribusi  Responden Networker menurut  Gaya  Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi hal-hal: Pemahaman wawasan atau landasan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dan bakteri asam laktat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan lemak kasar pada ayam kedu

Proses pengembangan instrumen penelitian terdiri dari dua bagian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas yang digunakan untuk menguji tiap item pernyataan yang terdapat

Termasuk di dalamnya adalah mentaati peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan, bekerja sesuai dengan standar operasional perusahaan, selain itu karyawan juga

Tercapainya pengelolaan dan pemeliharaan sarana rumah sakit dengan baik, bermutu, profesional dan memuaskan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku

Kawasan hutan mangrove di stasiun riset Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai tempat penelitian karena

Sementara, untuk analisa data secara kuantitaif akan membahas mengenai pengaruh variasi penelitian yaitu tekanan inlet, putaran poros, panjang pitch dan tinggi rongga terhadap

Justaman Arifin Karo Karo, Seri Bima Sembiring, Nimpan Bangun, Tjahjono Herawan, Adsorpsi dan Desorpsi Karotenoida dari Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil/CPO)