• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALITIK KEKAKUAN ELASTIS PADA METALLIC STEEL DAMPER BERBENTUK X DENGAN SISI LENGKUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ANALITIK KEKAKUAN ELASTIS PADA METALLIC STEEL DAMPER BERBENTUK X DENGAN SISI LENGKUNG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ANALITIK KEKAKUAN ELASTIS PADA

METALLIC STEEL DAMPER BERBENTUK X DENGAN

SISI LENGKUNG

Deni Hermawan1. Torang Sitorus2 dan Daniel Rumbi Teruna3

1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email : lord_rioudenz@yahoo.com

2Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email : torang02@gmail.com

3Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email : danielteruna@yahoo.com

ABSTRACT

Amount of energy subjected to the structure during the earthquake damages the building. Since the last 20 years, a new protection system has been developed to increase safety and reduce the damage in the structure when earthquake occured, it known as seismic device, equipped by active and passive control system. The most practical and suitable method in reducing seismic response in the structure is by using a passive control system. Passive control system based on the procedure of installation consist of viscous damper, viscoelastic damper, friction damper and yielding damper. Yielding Metallic Device is usually known as Metallic Steel Damper. The shape of this device which is often used was damper with X-shaped (ADAS) or V-Shaped (TADAS). Metallic Yielding Damper can be classified into 2 types in restraining shear force from earthquake, those are bending towards strong axis and weak axis. If the installation is towards strong axis, damper will reduce energy of the earthquake through bending mechanism and inelastic shearing. Analytical structure calculation in strong axis for approximately elastic stiffness which will be used without doing an experiment in the laboratory. To determine the elastic stiffness, deflection at damper will be defined by using strain energy method. Both deflection contributed by bending and shear deformation were considered in the analysis. The result of the deflection by using analytical of strain energy method will be compared with experimental results in the laboratory.

Keywords : metallic yielding damper, energy method, Stiffness, deflection

ABSTRAK

Banyaknya energi yang masuk pada struktur selama getaran gempa berlangsung mengakibatkan kerusakan pada struktur. Pada 20 tahun terakhir ini, sistem perlindungan baru telah dikembangkan untuk memperbesar tingkat keamanan dan memperkecil kehancuran pada struktur saat terjadi gempa yang bernama seismic device yang berupa sistem kontrol aktif dan pasif. Metode yang paling praktis dan cocok dalam mereduksi respon seismik pada struktur adalah dengan menggunakan sistem kontrol pasif. Sistem kontrol pasif berdasarkan cara pemasangan dampernya terdiri dari viscous damper, viscoelastic damper, friction damper dan yielding damper. Yielding Metallic Device biasanya disebut juga dengan Metallic Steel damper. Bentuk – bentuk dari alat ini yang sering digunakan adalah damper berbentuk X (ADAS) atau bentuk V (TADAS). metallic yielding damper dapat digolongkan atas dua jenis dalam memikul gaya geser akibat gempa, yaitu melentur dalam arah sumbu kuat dan melentur dalam arah sumbu lemah. Apabila dipasang pada sumbu kuatnya, damper akan menyerap energi gempa melalui mekanisme lentur dan geser inelastis. Perhitungan secara analisis struktur pada arah sumbu kuat untuk dapat memperkirakan kekakuan elastis yang akan didapat tanpa harus melakukan eksperimen di laboratorium. Untuk mencari kekakuan elastis suatu damper, besarnya lendutan pada suatu bentuk damper dicari dengan menggunakan metode energi regangan. Pengaruh lendutan akibat lentur dan geser diperhitungkan. Hasil lendutan yang didapat melalui analisis metode energi akan dibandingkan dengan hasil eksperimen yang dilakukan di laboratorium.

(2)

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan gedung-gedung tinggi seperti apartemen merupakan salah satu solusi dari perkembangan jumlah penduduk di Indonesia. Pada umumnya bangunan tinggi memiliki sistem penahan gaya lateral yang lebih lemah daripada sistem penahan gaya vertikal, sehingga akibat gaya lateral tambahan tersebut, struktur bangunan akan mengalami kerusakan dan keruntuhan. Cara yang digunakan untuk mengurangi kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi adalah dengan memperkaku struktur bangunan agar bagian lateral bangunan tersebut menjadi lebih kuat. Cara ini kurang efektif karena dapat memperbesar gaya gempa yang bekerja pada bangunan ketika gempa bumi terjadi.

Beberapa tahun terakhir ini para ilmuwan mengemukakan hasil penelitian mereka dengan memberikan beberapa alternatif dalam mengurangi kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi tersebut. Hasil penelitian para ilmuwan tersebut berupa penambahan suatu alat peredam pada elemen struktur yang bernama Seismic Devices. Alat ini meredam energi gempa sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan. Seismic device dipasang pada bangunan agar energi gempa yang masuk dalam bangunan dapat didissipasi. Seismic device bekerja dengan mengubah kekakuan dan menambah massa ke struktur sehingga bangunan yang terkena gempa besar dapat dikontrol dan direncanakan dalam keadaan elastis.

Seismic device dapat digolongkan dalam 3 sistem yaitu : 1. Sistem base isolator

2. Sistem kontrol aktif 3. Sistem kontrol pasif

Base isolator merupakan bantalan karet berkekuatan tinggi yang dipasang diantara pondasi dan bangunan untuk menjaga kesatuan struktur diatasnya. Pada saat terjadi gempa, Jika bangunan dipasang base isolator, getaran yang terjadi akan memasuki base isolator terlebih dahulu sebelum memasuki struktur bangunan. Karena karet bersifat elastis, maka arah getaran yang bersifat acak tersebut akan mempengaruhi base isolator, sedangkan struktur diatasnya akan bergerak sebagai satu kesatuan struktur.

Sistem kontrol aktif bekerja dengan memberi gaya untuk melawan gaya gempa yang diinduksi pada struktur bangunan, dikontrol dengan menggunakan komputer yang memiliki sensor dalam mengukur respon struktur. Sensor mengirim respon struktur ke komputer, kemudian komputer akan menentukan besar gaya yang diperlukan berdasarkan respon struktur tersebut. Kelebihan sistem kontrol aktif adalah menghasilkan respon struktur yang sesuai dengan besar gaya gempa yang terjadi pada bangunan, sedangkan kekurangannya adalah biaya yang tinggi karena membutuhkan energi luar yang cukup besar untuk meredam gaya gempa.

Sistem kontrol pasif bekerja setelah energi gempa masuk ke struktur, sistem ini tidak memerlukan sumber energi untuk melawan gaya gempa, Sistem ini didesain untuk menyerap sebagian besar energi gempa yang masuk dengan menggunakan damper yang dipasang di bangunan. Tujuan pemasangan damper ini ialah sebagai media untuk meredam energi tambahan akibat respon dari gempa yang signifikan tersebut melalui deformasi inelastis atau gesekan yang terjadi tergantung pada jenis damper, seperti : metallic yielding damper.

Metallic yielding damper adalah material baja yang digunakan sebagai alat dissipator energi pasif dalam perencanaan suatu bangunan tahan gempa. Alat ini lebih murah jika dibandingkan alat lain dan konsep pemasangannya cukup sederhana. Alat ini dipasang di bangunan untuk mereduksi besarnya deformasi akibat gaya gempa melalui deformasi inelastis damper dimana alat ini mempunyai kekakuan elastisnya sendiri. Penggunaan damper ini berfungsi memperkecil respon simpangan struktur dan menghentikan getaran, agar simpangan antar tingkat dapat diperkecil sehingga gaya lateral kolom menjadi kecil.

Pada dasarnya, metallic yielding damper dapat digolongkan atas dua jenis dalam memikul gaya geser akibat gempa, yaitu melentur dalam arah sumbu kuat dan melentur dalam arah sumbu lemah. apabila dipasang pada sumbu kuatnya, damper akan menyerap energi gempa melalui mekanisme lentur dan geser inelastis sedangkan jika dipasang pada sumbu lemahnya, damper akan menyerap energi gempa melalui mekanisme lentur inelastis dan biasanya membutuhkan lebih banyak damper sehingga lebih mahal jika dibandingkan dengan pemasangan pada sumbu kuatnya. Damper yang dipasang searah gaya geser mempunyai kekakuan yang jauh lebih besar. Sehingga muncul suatu ide untuk melakukan perhitungan secara analisis struktur pada arah sumbu kuat untuk dapat memperkirakan kekakuan elastis yang akan didapat tanpa harus melakukan eksperimen di laboratorium.

(3)

Pembelajaran dari eksperimen yang dilakukan C.X.Wu, dkk (2012) tentang ADAS berbentuk X-damper. Hasil uji tes menunjukkan bahwa hysteretic curve pada X-damper akan terus stabil karena damper mememiliki kapasitas energy dissipasi gempa yang baik. X-damper mengalami leleh hampir seluruhnya sepanjang deformasi geser jika di desain dengan tepat, sehingga X-damper lebih efisien untuk melindungi bagian struktur utama dalam gempa besar. Kajian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Teruna (2013) tentang damper leleh baja. Dalam penggunaan ADAS yang dipasang di bangunan, pemasangan damper diikuti dengan perletakan bracing yang digabung dengan menggunakan sambungan rigid diatas dan dibawahnya. Damper mendissipasi energi gempa dengan membentuk hysterestic loop yang terjadi dari perubahan kekuatan damper dari keadaan elastis menjadi plastis. Hysteretic loop tersebut terbentuk dari grafik hubungan antara gaya leleh dan perpindahan yang terjadi pada damper. Faktor yang mempengaruhi damper adalah kekakuan elastis (Ke), Perpindahan leleh (dy) dan gaya leleh (Py). Perbandingan antara kekakuan damper saat plastis dengan kekakuan damper ketika masih elastis disebut dengan ratio post yield stiffness (∝). Nilai ini menunjukkan kemampuan akhir suatu damper dalam menahan beban gempa. Model bilinier yang menunjukkan kekakuan inelastic damper dapat dilihat pada gambar 1.1.

PERUMUSAN MASALAH

bagaimana cara mencari kekakuan elastis pada pelat damper dengan pemodelan seperti pada gambar 1.2, menganalisis bentuk damper tersebut dan selanjutnya akan dikontrol dengan eksperimen yang dilakukan di laboratorium.

Gambar 1.1 : Model Bilinier Hysteretic Loop elemen damper

Gambar 3.1: Metallic Steel Damper double X Gambar 1.2 : Pemodelan Metallic Steel Damper

(4)

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan penulisan tugas akhir ini adalah melakukan analisis perhitungan untuk mencari besar lendutan pada metallic steel damper dengan menggunakan metode energi, serta dari lendutan tersebut akan didapatkan besarnya kekakuan elastis metallic steel damper, yang selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil eksperimen di laboratorium.

PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah yang diambil dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Asumsi lendutan awal diabaikan.

2. Pengaruh akibat tekuk diabaikan.

3. Metallic steel damper dihitung berdasarkan arah sumbu kuat. 4. Metallic steel damper hanya dihitung dalam kondisi elastis. 5. Ketebalan pelat damper dianggap konstan.

6. Pangkal dianggap jepit sempurna.

7. kelengkungan pada pangkal memiliki jari-jari sebesar . 8. Perhitungan menggunakan metode energi.

9. Pembebanan P merupakan beban konsentrik.

10. Menggunakan Program Maple18 pada integral yang rumit.

11. Hasil Eksperimen diambil dari percobaan yang dilakukan oleh Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T. 2. TINJAUAN PUSTAKA

METODE ENERGI REGANGAN

Energi regangan akibat lentur : ∫2

Energi regangan akibat geser : ∫2 TEOREMA CASTIGLIANO

Lendutan akibat lentur : ∫ ( ) Lendutan akibat geser : ∫ ( ) 3. METODE ENERGI UNTUK KEKAKUAN

𝐵

0

𝐵

1

𝐿

𝑡

𝐵

𝑥

𝑟

𝑟

𝑃

(5)

Defleksi pada batang nonprismatik akibat lentur

Inersia penampang di titik 0 : 0 1 12 0

3 Inersia penampang pada titik sejauh x : 1

12 3 ( ( )) 0 0( ( )) 3 1 0 Maka: ∫ 0 ∫ 0( ( ))3 0 ( )

Maka defleksi akibat lentur pada bagian batang nonprismatik ( 1) adalah : 1

3 2( ) 0( )3 2

Defleksi pada batang nonprismatik akibat geser Luas penampang pada titik 0 : 0 0 Luas penampang pada titik sejauh x :

0( ( )) Maka : ∫ 0 ∫ 0( ( )) 0

Maka defleksi akibat geser pada bagian batang nonprismatik ( 3) adalah : 3 0( ) ( )

𝐵

0

𝐵

1

𝐿

𝑡

𝐵

𝑥

𝑃

𝑥

𝐵

𝑥

(6)

Defleksi pada bagian lengkung akibat lentur

Untuk persamaaan lengkungan ( ) Inersia penampang di titik 1 : 1 121 13

Inersia penampang pada titik sejauh x : 121 3 1 ( ) ( 2) 1 1( 2)3 1 Maka : ∫ 0 ∫ 0 1( 2)3 0 ( )

Dengan menggunakan program Maple18 maka didapat : 1( ( 2 )2 (√ ) ( 3 ) 32 5 2( 2 )2 ] 0

Karena sudut rotasi memberikan konstribusi tambahan terhadap defleksi maka dihitung : ∫ 0 ∫ 0 1( 2)3 0 ( )

Dengan menggunakan program Maple18 maka didapat : 1( ( 2 )2 (√ ) 52 3 32 3 2( 2 )2 ] 0 Maka defleksi akibat lentur pada bagian lengkung ( 2) adalah:

2

Defleksi pada bagian lengkung akibat geser Luas penampang pada titik 1 : 1 1 Luas penampang pada titik sejauh x :

1( 2) Maka :

𝐵

1

𝑡

𝐵

𝑥

𝑟

𝑃

𝑀

0

𝑥

𝑓(𝑥)

𝑟

(7)

∫ 0 ∫ 1( 2) 0

Maka defleksi akibat geser pada bagian lengkung ( 4) adalah: 4

1√

( √ )

Lendutan damper total

( 1 2 3 4)

Dengan hasil defleksi atau lendutan yang didapat akan dihitung besarnya kekakuan damper pada keadaan elastis linier dalam 1 bentuk X yaitu :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian dilakukan dengan beberapa variable awal berupa 0 satuan untuk panjang dalam mm dan untuk gaya dalam kN.

Berikut adalah beberapa hasil dari perhitungan : Tabel 4.2.1: Lendutan Akibat Lentur pada Damper

Z ( ) ( ) ( ) ( ) (P/E) ( ) ( ) (P/E) ( ) (P/E) 1.001 20 20.02 13333.33 13373.37 199.551 16.862 216.412 1.5 20 30 13333.33 45000 79.566 5.812 85.378 2 20 40 13333.33 106666.7 40.888 2.684 43.572 2.5 20 50 13333.33 208333.3 24.229 1.461 25.690 3 20 60 13333.33 360000 15.729 0.884 16.613 3.5 20 70 13333.33 571666.7 10.882 0.575 11.457 4 20 80 13333.33 853333.3 7.890 0.396 8.286 1.001 10 10.01 1666.67 1671.672 1596.406 99.905 1696.311 1.5 10 15 1666.67 5625 636.527 35.589 672.116 2 10 20 1666.67 13333.33 327.106 16.906 344.012 2.5 10 25 1666.67 26041.67 193.836 9.421 203.257 3 10 30 1666.67 45000 125.834 5.812 131.646 3.5 10 35 1666.67 71458.33 87.053 3.848 90.901 4 10 40 1666.67 106666.7 63.119 2.684 65.803

(8)

Tabel 4.2.2: Lendutan Akibat Geser pada Damper Z ( ) ( ) ( ) ( ) (P/E) ( ) ( ) (P/E) ( ) (P/E) 1.001 20 20.02 400 400.4 1.299 0.051 1.350 1.5 20 30 400 600 1.054 0.036 1.091 2 20 40 400 800 0.901 0.028 0.929 2.5 20 50 400 1000 0.794 0.023 0.817 3 20 60 400 1200 0.714 0.020 0.734 3.5 20 70 400 1400 0.651 0.017 0.668 4 20 80 400 1600 0.601 0.015 0.616 1.001 10 10.01 200 200.2 2.599 0.088 2.686 1.5 10 15 200 300 2.108 0.064 2.173 2 10 20 200 400 1.802 0.051 1.853 2.5 10 25 200 500 1.588 0.042 1.631 3 10 30 200 600 1.428 0.036 1.465 3.5 10 35 200 700 1.303 0.032 1.335 4 10 40 200 800 1.201 0.028 1.230

Tabel 4.3.1: Kekakuan Elastis Akibat Lentur pada Damper

Z K (E/P) ( ) 1.001 0.0046 1.5 0.0117 2 0.0230 2.5 0.0389 3 0.0602 3.5 0.0873 4 0.1207 1.001 0.0006 1.5 0.0015 2 0.0029 2.5 0.0049 3 0.0076 3.5 0.0110 4 0.0152

Tabel 4.3.2: Kekakuan Elastis Akibat Geser pada Damper

Z (𝒎𝒎) K (E/P) 1.001 0.7405 1.5 0.9170 2 1.0760 2.5 1.2235 3 1.3629 3.5 1.4959 4 1.6239 1.001 0.3722 1.5 0.4602 2 0.5396 2.5 0.6132 3 0.6828 3.5 0.7492 4 0.8132 0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 1.001 1.5 2 2.5 3 3.5 4 K (E/P) Z

Grafik Perbandingan antara

Kekakuan Elastis akibat Lentur

terhadap Variasi Z

20 mm 10 mm

(9)

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 1.001 1.5 2 2.5 3 3.5 4 K (E/P) Z

Grafik Perbandingan antara

Kekakuan Elastis Akibat Geser

terhadap Variasi Z

20 mm 10 mm

Gambar 4.4.2: Grafik Kekakuan Elastis Akibat Geser pada Damper

Gambar 4.5.1: Grafik Lendutan Akibat Lentur dan Geser Digabung

0.000 500.000 1000.000 1500.000 2000.000 1.001 1.5 2 2.5 3 3.5 4 (P/E) Z

Lendutan Akibat Lentur dan Geser

Digabung

20 mm 10 mm

Gambar 4.5.2: Grafik Lendutan Akibat Lentur dan Geser Dipisah

0.000 500.000 1000.000 1500.000 2000.000 1.001 1.5 2 2.5 3 3.5 4 (P/E) Z

Lendutan Akibat Lentur dan Geser

Dipisah

(10)

Dari uji laboratorium yang dilakukan oleh Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T.

Nama Spesimen (mm) (kN) (kN/mm)

HSD 1 2.5 114.408 45.763

Nama Spesimen (mm) (kN) (kN/mm)

HSD-1 2.075 114.408 110.268

Sehingga rasio yang didapat berdasarkan perbandingan antara hasil eksperimen dan hasil analisis :

Jadi, untuk menghitung besarnya Kekakuan Elastis suatu damper berbentuk X jika menggunakan analisis perhitungan dengan metode energi hasilnya haruslah dikalikan koefisien C.

Gambar 4.6.1 : Hasil Eksperimen laboratorium sampel HSD-1 Tabel 4.6.1 : Hasil Uji Laboratorium

(11)

5. KESIMPULAN

 Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dengan membandingkan hasil uji damper di laboratorium dengan hasil analisis metode energi regangan didapatkan besarnya koefisien pengali sebesar 0.415.

 Dari grafik perbandingan antara kekakuan elastis damper akibat lentur terhadap variasi Z. Dapat dilihat bahwa semakin besar variasi Z, semakin besar kekakuan elastis yang akan dimiliki damper tersebut. Sedangkan dari grafik perbandingan antara kekakuan elastis damper akibat geser terhadap variasi Z. terlihat bahwa semakin besar variasi Z tidak memperlihatkan peningkatan drastis yang mempengaruhi kekakuan damper.

 Dari grafik lendutan akibat lentur dan geser yang digabung jika dibandingkan dengan grafik lendutan akibat lentur dan geser yang terpisah, terlihat bahwa pengaruh geser pada penampang damper tidak berdampak besar terhadap kekakuan yang dimiliki oleh damper tersebut. Karena damper yang mengalami deformasi akibat lentur memiliki besaran yang jauh lebih besar daripada deformasi akibat geser. Sehingga akibat geser pada suatu penampang damper dapat diabaikan dalam perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdollahzadeh, G.R., and Bayat, M. 2010. “The Influences of the Different PGA’s and Heigths of Structures on Steel Braced Frame Systems Equipped with ADAS Dampers”. Journal.

Alehashem, S.M.S., Keyhani, Ali and Pourmohammad, Hassan. 2008. “Behavior and Performance of Structures Equipped with ADAS & TADAS Dampers (a Comparison with Conventional Structures)”. Journal. The 14th

World conference on Earthquake Engineering, Beijing. China.

Ambarita, Jathendra. 2013. “Pendekatan Model Hysteretic Steel Damper Berdasarkan Hasil Eksperimental”. Jurnal. Universitas Sumatera Utara.

Bergman, David M., dan Goel, Subhash C. 1987. “Evaluation of Cyclic Testing of Steel-Plate Devices for Added Damping and Stiffness”. Research. The University of Michigan, Ann Arbor, Michigan 48109-2125.

Constantinou, M.C., et al. 1998. Passive Energy Dissipation Systems for Structural Design and Retrofit. New York: MCEER.

Chan, Ricky W.K., dan Albermani, Faris. 2007. “Experimental Study of Steel Slit Damper for Passive Energy Dissipation”. Journal. Engineering Structures.

Dargush, G.F., and Soong, T.T. 1995. “Behavior of Metallic Plate Dampers in Seismic Passive Energy Dissipation Systems”. Journal. State University of New York, Buffalo, NY 14260.

Dickens, J.M., and Wilson, E.L. 1980. “Numerical Method for Dynamic Substructure Analysis”. Research. University of California, Berkeley. California.

Gere, James M. dan Timoshenko, Stephen P. 2000. Mekanika Bahan jilid II. Jakarta : Erlangga. Hibbeler, R.C. 2011. Mechanics of Materials eighth edition. U.S.A : Pearson Prentice Hall.

Keten, Sinan., et al. 2006. “A Performance Based Approach for Seismic Design with Hysteretic Dampers”. Tesis. Massachusetts Institute of Technology. U.S.A

Lee, Myung Ho, et al. 2002. “Ultimate Energy Absorption Capacity of Steel Plate Slit Dampers Subjected to Shear Force”. Journal. Steel Structures.

Moreschi, Luis M., et al. 2000. “Seismic Design of Energy Dissipation Systems for Optimal Structural Performance”. Dissertation. The Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg. Virginia.

Ong, Mahadianto. 2008. “Pendekatan Analisa Linier Metallic Damper”. Tesis Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pratiwi, Eka Desy, dan Teruna, Ir. Daniel Rumbi. 2013. “Kajian Pengaruh Karakteristik Mekanik Damper Leleh Baja terhadap Respon Bangunan Akibat Gaya Gempa dengan Menggunakan Analisis Riwayat Waktu”. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Medan.

Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Semarang : Erlangga.

Sitepu, Adrian Yossiarta, dan Teruna, Ir. Daniel Rumbi. 2013. “Kajian Kekakuan Elastis dan Tegangan pada Metallic Damper”. Jurnal. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Stroud, K.A., dan Booth, Dexter J. 2003. Matematika Teknik Jilid II. Jakarta : Erlangga.

(12)

Ujianto, Muhammad. 2006. “Lendutan dan Kekakuan Balok Beton Bertulang Dengan Lubang Segi Empat di Badan”. Jurnal eco Rekayasa (Vol 2.No 2).

Whittaker, A., et al. 1989. “Earthquake Simulator Testing of Steel Plate Added Damping and Stiffness Elements”. Research. University of California. Berkeley.

Whittaker, A., Bertero, Vitelmo V., Thompson, Christopher L., and Alonso, L.javier. 1991. “Seismic Testing of Steel Plate Energy Dissipation Devices”. Earthquake Spectra, vol.7, No.4 , 1991.

Wu, C.X., Zhou, Y., Tong, J.G., and Han, J.J. 2012. “Study on the Seismic Performance of X-Added Damping and Stiffness Energy Dissipation Device”. Journal of 15 WCEE, Lisboa

Xia, Chuan, and Hanson, Robert D. 2010. “Influence of ADAS Element Parameters on Building Seismic Response”. Journal. ASCE.

Gambar

Gambar 1.1 : Model Bilinier Hysteretic Loop elemen damper
Gambar 3.2: Bentuk ilustrasi setengah bentang damper berbentuk X
Tabel  4.3.2:  Kekakuan  Elastis  Akibat  Geser pada Damper
Grafik Perbandingan antara  Kekakuan Elastis Akibat Geser
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dan Perancangan

Hukum Pidana ( RUU KUHP) 2015 dapat dijadikan sebagai acuan dalam kebijakan formulasi pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana pajak yang diatur dalam

Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara tingkat stress kerja perawat terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap RS PKU

indonesia sudah memasuki pasar bebas AEC ( Asean Economic Community ) yang akan semakin memperketat persaingan dalam bidang ekonomi pemasaran dengan online akan sangat efektif

Hasil Penelitian: Hasil penelitian bivariat memperlihatkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pleret

Dalam pengelolaan database spasial kita akan mengenal istilah SIG (Sistem Informasi Geografis). Dalam pembahasan sebelumnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga.. TESIS PENGARUH

berkah dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul ”Perencanaan Peningkatan Jalan Sidoarjo – Krian ( Link 172 ) Sta 6+650 – 12+100 Dengan