• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR UMU ROSIDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR UMU ROSIDAH"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI

ANAK PADA KELUARGA

BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR

(Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)

UMU ROSIDAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

ABSTRACT

UMU ROSIDAH. Study on Family Coping Strategy and Investment Behavior on

Children of Jasmine Officinale Labor Families (Case at Gelang Village, Rakit Subdistrict, Banjarnegara District, Central Java). Supervised by HARTOYO and

ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

The objectives of this research were to investigate family coping strategy and the investment behavior on children of Jasmine Officinale labor families. Research location was selected purposively base on the wide of Jasmine Officinale area. Data collection carried out from 18th of April until 15th of May 2011. Sixty six families were selected randomly. The result of this research showed that Jasmine Officinale labor gave important contribution to family income. The amount of poor family which measured by Poverty Line indicator was greater than a qualitative poverty measure. Family welfare was influenced by father’s side job and father’s job (agricultural and non-agricultural) for Poverty Line; father’s education, father’s job (agricultural and non-agricultural), and family income for a qualitative poverty measure. Coping strategy done by labor family was classified as low category. Family size, family tipe, father’s side job, and family welfare has significant relationship to coping strategy. Investing in children included investment behavior and allocation of expenditure. Mother’s education and family income have significant relationship to investment behavior; family size, number of school-age child, father’s education and family income have significant relationship to allocation of expenditure.

Key words: family welfare, coping strategy, investment behavior on children

ABSTRAK

UMU ROSIDAH. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Dibimbing oleh HARTOYO dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan luas lahan melati gambir. Pengambilan data penelitian dilakukan pada 18 April sampai 15 Mei 2011. Terdapat sebanyak 66 keluarga yang terpilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buruk pemetik melati gambir memberikan kontribusi yang penting terhadap pendapatan keluarga. Jumlah keluarga miskin yang diukur menggunakan indikator Garis Kemiskinan (GK) lebih besar dibandingkan dengan 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan tambahan suami dan mata pencaharian suami (pertanian dan bukan pertanian) untuk Garis Kemiskinan, pendidikan suami, mata pencaharian suami (pertanian dan bukan pertanian) dan pendapatan keluarga untuk indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Strategi koping yang dilakukan oleh keluarga contoh termasuk dalam kategori rendah. Jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan kesejahteraan keluarga berpengaruh signifikan terhadap jumlah strategi koping. Pendidikan istri dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku investasi anak; jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga, dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap alokasi pengeluaran uang untuk anak.

(3)

RINGKASAN

UMU ROSIDAH. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Dibimbing oleh HARTOYO dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) menganalisis kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga, (2) menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir, (3) menganalisis strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir, (4) menganalisis perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir, (5)menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan, strategi koping dan investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir.

Desain penelitian adalah cross sectional study. Pengambilan data dilaksanakan pada 18 April-15 Mei 2011. Lokasi penelitian ditentukan secara

purposive yaitu Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa

Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga buruh pemetik melati gambir yang memiliki anak sekolah (3-18 tahun). Metode penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling. Data keluarga buruh pemetik melati gambir diacak dan diambil sebanyak 66 contoh. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik keluarga, status kesejahteraan, strategi koping dan investasi anak yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Desa Gelang, Kantor Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statisik Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statistik Indonesia.

Besar keluarga contoh pada umumnya termasuk keluarga sedang (5-6 orang), rata usia suami dan istri adalah 44,05 tahun dan 39,38 tahun, rata-rata lama pendidikan suami dan istri adalah 6,08 tahun dan 6,09 tahun, rata-rata-rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp 649.090,91/bulan, dan rata-rata jumlah anak sekolah adalah 1,52 orang/keluarga. Sebagian besar keluarga contoh memiliki suami yang bekerja di bidang pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Istri yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir memilki kontribusi sebesar 20,65 persen terhadap pendapatan keluarga. Selain bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir, terdapat beberapa keluarga dengan istri yang memiliki pekerjaan tambahan. Secara total, pendapatan istri baik dari pekerjaan utama maupun tambahan memiliki kontibusi sebesar 26,25 persen terhadap pendapatan keluarga. Selain istri, anak yang bekerja juga memiliki kontibusi cukup penting terhadap pendapatan keluarga. Adanya anak yang bekerja menyumbang sebesar 27,10 persen pendapatan keluarga. Namun demikian, suami masih memiliki kontribusi terbesar pendapatan keluarga.

Berdasarkan indikator Garis Kemiskinan BPS, terdapat sebesar 71,21 persen keluarga yang termasuk miskin (memiliki pendapatan perkapita ≤Rp179.982/bulan). Sementara itu, berdasarkan indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), hanya terdapat sebesar 18,18 persen keluarga yang tergolong hampir miskin. Selebihnya, yaitu 81,82 persen keluarga tergolong sebagai keluarga tidak miskin dan tidak terdapat keluarga yang miskin. Penelitian ini mencoba membuat indikator baru dari

(4)

indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima BLT yaitu indikator BLT dengan 5 skor yang diambil berdasarkan item pernyataan yang dipenuhi oleh sebagian besar keluarga contoh. Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan tambahan suami, mata pencaharian suami, pendidikan suami, dan pendapatan keluarga

Strategi koping yang dijalankan keluarga ketika mengalami masalah ekonomi yaitu penurunan pendapatan terdiri atas dua kegiatan yaitu strategi mengurangi pengeluaran (cutting back) dan strategi menambah pendapatan (generating income). Baik cutting back maupun generating income terdiri atas kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya. Secara keseluruhan, lebih dari separuh keluarga contoh (sebanyak 60,61%) melakukan

cutting back dalam kategori sedikit. Artinya, keluarga contoh hanya melakukan

sedikit kegiatan mengurangi pengeluaran ketika pendapatan keluarga mengalami penurunan. Kegiatan cutting back yang paling banyak dilakukan oleh keluarga contoh untuk kebutuhan pangan adalah mengurangi pembelian kebutuhan pangan baik jenis maupun jumlah, untuk kebutuhan kesehatan berupa mencari tempat pengobatan gratis yaitu dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Asuransi Kesehatan untuk Orang Miskin (Askeskin), untuk kebutuhan pendidikan berupa mengurangi pembelian buku pelajaran, dan untuk kebutuhan lain-lain berupa menunda pembelian barang elektronik. Sama halnya dengan cutting back, lebih dari separuh keluarga contoh (sebanyak 63,63%) melakukan kegiatan generating income pada kategori sedikit. Keluarga contoh hanya melakukan sedikit kegiatan untuk menambah pendapatan keluarga. Kegiatan generating income yang paling banyak dilakukan oleh keluarga contoh untuk kebutuhan pangan adalah dengan sengaja menerima makanan dari tetangga atau saudara, untuk kebutuhan kesehatan adalah dengan memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami tanaman obat, untuk kebutuhan pendidikan adalah dengan meminta seragam bekas ke saudara/tetangga, dan untuk kebutuhan lain-lain adalah anak bekerja membantu orang tua. Berdasarkan uji regresi linear berganda, jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan kesejahteraan keluarga berpengaruh signifikan terhadap jumlah strategi koping keluarga buruh pemetik melati gambir.

Investasi anak terdiri atas perilaku investasi (pendidikan dan kesehatan) dan alokasi uang (pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya). Secara keseluruhan, perilaku inevestasi yang dilakukan oleh lebih dari satu per tiga keluarga contoh termasuk dalam kategori sedang dengan kecenderungan perilaku investasi pendidikan lebih baik dibandingkan perilaku investasi kesehatan. Akan tetapi, alokasi uang yang dikeluarkan oleh lebih dari separuh keluarga contoh termasuk dalam kategori rendah dengan proporsi terbanyak pada keluarga dengan anak Sekolah Dasar (SD). Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa pendidikan istri dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap perilaku investasi anak, sedangkan jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi uang untuk anak. Hasil uji regresi linear berganda, tidak menunjukkan bahwa perilaku investasi berpengaruh signifikan terhadap alokasi uang. Pada dasarnya semua orang tua menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anaknya. Akan tetapi, keadaan keuangan yang tidak mencukupi membuat orang tua kurang memberikan fasilitas terhadap anak untuk membantu meningkatkan kualitas sumberdayanya.

(5)

KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI

ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK

MELATI GAMBIR

(Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)

UMU ROSIDAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2011

Umu Rosidah

(7)

©

Hak Cipta millik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)

Judul Skripsi : Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)

Nama : Umu Rosidah

NIM : I24070028

Disetujui

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Pembimbing I

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Stategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains setelah penulis menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyususan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas kesediaan dan kesabaran beliau dalam membimbing penulis dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik atas segala masukan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi, nasehat serta kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

3. Ibu Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan Bapak Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc selaku dosen penguji skripsi atas saran yang telah diberikan, dan seluruh staf pengajar dan komisi pendidikan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

4. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah memfasilitas penulis dalam kegiatan penelitian berupa dana penelitian dan dana beasiswa regular selama satu tahun.

5. Orang tua tersayang, Bapak Sudirman dan Ibu Widiarti, atas segala curahan kasih sayang, bimbingan dan doa demi kebaikan penulis serta semangat membimbing penulis untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan agama. Serta untuk adikku tersayang, Laela Hidayati, yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

6. Pemerintah Kecamatan Rakit, Pengurus Desa Gelang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa Gelang, dan warga Desa Gelang khususnya ibu-ibu buruh pemetik melati gambir yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Nur Rochimah, Herti Herniati, Karnila Sari dan Puspita Herawati yang telah menjadi sahabat tersayang dan mau mendengarkan suka dan duka penulis dan teman-teman Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 44; teman-teman

(10)

satu bimbingan (Astari Sukmaningtyas, Agus Surachman, Karimah Alatas, Nadia Naomi, Herti Herniati, Fauziah Fajrin, Elmanora, Gilar Cahya N, dan Robi Rizkianto) yang telah saling membantu dan berbagi pengalaman dan sahabat AGGS Sabrina (Rizky Agnestia A, Khusnul Khotimah, Alchemi P.J.K., Rina Ristyawati (Alm), Rima Rahmawati, Noor Zuhaidha, Sitti Sa‟adah dan Azizah Purwitasari) atas kebahagiaan yang telah menemani hari-hari penulis selama di kostan dan atas persahabatan selama ini.

8. Untuk pihak-pihak yang belum penulis sebutkan, terimakasih atas segala bimbingan dan kasih sayangnya.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 3 Tujuan ... 4 Manfaat Penellitian ... 5 TINJAUAN PUSTAKA ... 7 KERANGKA PEMIKIRAN ... 17 METODE PENELITIAN... 21

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 21

Contoh dan Metode Penarikan Contoh ... 21

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 21

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Definisi Operasional ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Karakteristik Lokasi Penelitian ... 29

Karakteristik Demografi Keluarga ... 30

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ... 32

Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga ... 35

Kesejahteraan Keluarga ... 37

Strategi Koping ... 41

Investasi Anak ... 48

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga ... 51

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping ... 55

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi Anak ... 57

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alokasi Uang untuk Anak ... 58

Pembahasan ... 60 Keterbatasan Penelitian ... 71 SIMPULAN ... 73 Simpulan ... 73 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN ... 83 RIWAYAT HIDUP... 87

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Variabel, definisi, dan skala pengukuran data……….. 22

2 Kategori variabel penelitian………. 23

3 Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga……….. 30

4 Sebaran keluarga berdasarkan tipe keluarga……….. 30

5 Sebaran keluarga berdasarkan usia suami dan istri……… 31

6 Sebaran anak keluarga contoh berdasarkan usia…..……… 32

7 Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anak sekolah………. 32

8 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan suami dan istri….. 33

9 Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan utama suami……….. 33

10 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga……… 34

11 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita………. 35

12 Kontribusi anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga per bulan……… 36

13 Penggunaan pendapatan buruh pemetik melati gambir………. 36

14 Sebaran keluarga berdasarkan indikator kesejahteraan Garis Kemiskinan………. 37

15 Sebaran keluarga berdasarkan kriteria rumah tangga miskin menurut Indikator BPS untuk penerima BLT……… 38

16 Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator BPS untuk penerima BLT……… 40

17 Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator BPS untuk penerima BLT (cut off point 5)……… 41

18 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi kebutuhan pangan……… 42

19 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi kebutuhan kesehatan……….. 43

20 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi pengeluaran pendidikan……….. 44

21 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi pengeluaran lain-lain……… 44

22 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan pangan………. 45

23 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan pendidikan……… 46

24 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan lain-lain………. 47

25 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping secara keseluruhan……… 48

(13)

26 Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan dan

kesehatan ………. 49

27 Alokasi uang untuk anak per bulan berdasarkan tingkat pendidikan

anak………. 50

28 Alokasi pengeluaran berdasarkan tingkat pendidikan anak…………... 51 29 Nilai koefisien regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan ……….. 52

30 Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

strategi koping……… 55

31 Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku invetasi anak……….. 57 32 Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi

alokasi uang untuk anak……….. 59

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian……… 19 2 Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping mengurangi

pengeluaran secara keseluruhan……… 45 3 Sebaran keluarga berdasarkan strategi menambah pendapatan

secara keseluruhan……….. 47 4 Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan……….. 48 5 Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi kesehatan………… 49

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Koefisien korelasi antar variabel penelitian………... 84

2 Dokumentasi penelitian……… 85

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggambarkan kemampuan manusia dalam meningkatkan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Berdasarkan data United Nation for

Development Programme (UNDP), IPM Negara Indonesia pada Tahun 2010

menempati urutan ke-108 dari 169 negara di dunia, jauh di bawah Singapura (ke-27) dan Malaysia (ke-57).

Rendahnya kualitas SDM akan berdampak terhadap pembangunan suatu bangsa. Pembanguan diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, masih banyak masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dilihat dari segi ekonomi, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen), menurun sebesar 1,51 juta jiwa dari tahun sebelumnya. Walaupun terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, proporsi penduduk miskin paling banyak tetap berada pada wilayah perdesaan yaitu sekitar 64,23 persen dengan proporsi keluarga miskin terbesar berasal dari keluarga petani (BPS 2010a). Termasuk dalam kelompok ini adalah keluarga buruh pemetik melati yang memiliki pendapatan rendah serta rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan musim.

Banyak keluarga miskin yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaan yang tidak tetap, upah atau gaji yang rendah, tidak sehat, tidak aman dan memiliki kesempatan yang rendah untuk memperbaiki kondisi hidup mereka (CPRC 2009). Ketika menghadapi masalah ekonomi, keluarga melakukan suatu upaya agar kebutuhan anggota keluarga tetap terpenuhi. Dalam keadaan seperti ini, keluarga miskin cenderung lebih suka melakukan penghematan dibandingkan menambah pendapatan dimana strategi penghematan erat kaitannya dengan kemiskinan (Puspitawati 1998). Strategi lain yang dapat digunakan adalah dengan mengandalkan sumberdaya manusia yang ada, seperti anak-anak. Menurut Todaro dan Smith (2006), tingkat pendapatan yang rendah akan mendorong keluarga miskin untuk menambah anak. Hal ini karena anak dianggap sebagai tenaga kerja yang murah dan dapat dijadikan sandaran hidup di hari tua. Selain itu, akibat imbalan kerja yang rendah akan memunculkan peran ganda bagi istri yaitu bekerja di sektor domestik dan sektor publik.

(15)

Hartoyo (1998) mengatakan bahwa anak adalah sumber daya berharga dan tahan lama. Pada golongan keluarga miskin dan menengah, anak diharapkan dapat membantu orang tua di masa yang akan datang. Selain itu, anak adalah sumber daya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan (uang). Hasil penelitian terhadap Suku Jawa dan Minang menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi waktu dan uang. Keluarga dengan penghasilan tinggi akan mencurahkan lebih banyak sumberdaya untuk meningkatkan kualitas anak.

Keluarga yang besar dan pendapatan yang rendah akan mempersempit peluang keluarga miskin untuk menyekolahkan anak sebagai investasi jangka panjang. Hasil penelitian Susanto dan Elfindri (1996) di Mentawai yang diacu dalam Ali (2009) menunjukkan bahwa orang tua menganggap anak sebagai barang ekonomi yang nantinya dapat digunakan sebagai input tenaga kerja dalam kegiatan rumah tangga untuk anak perempuan dan input tenaga kerja lahan pertanian berpindah untuk anak laki-laki. Akibatnya, anak-anak dari keluarga miskin sering tidak terdaftar di Sekolah Dasar, tidak menyelesaikan Sekolah Dasar atau hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai Sekolah Dasar. Berdasarkan data Kemendiknas, terdapat 1,62 persen anak Sekolah Dasar tahun 2008-2009 yang putus sekolah. Hasil ini belum sesuai dengan tujuan kedua dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menjamin bahwa sampai tahun 2015, semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar.

Menurut penelitian Edwards dan Grossman (1979) diacu dalam Bryant dan Zick (2006), status kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak, sehingga dapat dikatakan bahwa kesehatan berhubungan dengan pendidikan. Orang yang memiliki kesehatan baik akan memiliki waktu produktif yang lebih tinggi dan orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang kesehatan. Pada dasarnya, tujuan dari investasi sumber daya manusia adalah sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

(16)

Perumusan Masalah

Data BPS menunjukkan bahwa masih terdapat sebesar 5,36 juta orang atau 16,56 persen penduduk Jawa Tengah yang tergolong sebagai penduduk miskin baik di perdesaan maupun perkotaan. Kabupaten Banjarnegara merupakan kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskin sebesar 27,18 persen dari total penduduk Jawa Tengah dan merupakan kabupaten dengan persentase penduduk miskin terbanyak kelima di Jawa Tengah (BPS 2010b). Berdasarkan data BPS Kabupaten Banjarnegara (2008) salah satu kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang memiliki penduduk miskin lebih dari satu per tiga dari total jumlah penduduk (32,27%) adalah Kecamatan Rakit. Penduduk di Kecamatan Rakit memiliki tingkat pendidikan yang didominasi oleh tamatan Sekolah Dasar/sederajat dan Sekolah Menengah Pertama/sederajat serta memiliki pekerjaan sebagai petani (45,97%).

Kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat, sementara lahan dan kemampuan petani yang terbatas, mengakibatkan banyak keluarga petani dan buruh mengalami berbagai masalah, khususnya masalah finansial atau keuangan. Sebagian besar penduduk di Desa Gelang memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, termasuk dalam golongan ini adalah buruh pemetik melati gambir. Melati gambir merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak ditanam oleh masyarakat di Desa Gelang karena melati merupakan tanaman yang bebas dimiliki oleh siapa saja yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti salah satu bahan baku teh, minyak melati, parfum, kostmetik, obat, dan lain-lain.

Kegiatan memetik melati gambir biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Penghasilan para buruh pemetik melati gambir sangat tergantung pada banyaknya bunga melati yang diperoleh, harga bunga melati, dan musim. Beberapa kondisi, yaitu keadaan harga melati yang dikendalikan oleh pasar dan rentannya hasil yang diperoleh terhadap perubahan musim mengharuskan buruh melati untuk mampu melakukan adaptasi agar kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk anak-anak seperti pendidikan dan kesehatan. Perannya sebagai buruh pemetik melati gambir, menjadikan perempuan memiliki peran ganda yaitu di sektor domestik (sebagai ibu rumah tangga) dan sektor umum (sebagai pencari nafkah). Akibatnya, kegiatan ibu rumah tangga tidak hanya fokus dalam mengasuh anak, akan tetapi juga fokus dalam kegiatan mencari nafkah.

(17)

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dilihat beberapa rumusan masalah yang muncul, yaitu:

1. Bagaimana kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga?

2. Bagaimana status kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir? 3. Bagaimana strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik

melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir murah)?

4. Bagaimana perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir?

5. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak keluarga buruh pemetik melati gambir?

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga.

2. Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir.

3. Menganalisis strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir murah).

4. Menganalisis perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir.

5. Menganalisis faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak keluarga buruh pemetik melati gambir.

(18)

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain:

a. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan berfikir logis dan sistematis, mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan, dan sebagai media pengembangan keilmuan sesuai dengan bidang keilmuan peneliti.

b. Bagi civitas akademika (IPB), dapat menyumbang referensi baru dalam khasanah penelitian tentang kajian strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir.

c. Bagi masyarakat, penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi kesejahteraan, strategi koping, dan perilaku investasi anak yang dilakukan oleh buruh pemetik melati gambir.

d. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Banjarnegara adalah untuk memberikan informasi terkait kesejahteraan dan kualitas SDM di wilayah penelitian. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memecahkan permasalahan dan pengambilan keputusan penentu kebijakan bagi masyarakat, khususnya masalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Kesejahteraan Keluarga

Undang-undang No 10 Tahun 1992 mendefinisikan keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Sunarti (2008) membagi kesejahteraan keluarga menjadi kesejahteraan ekonomi (family

well-being) dan kesejahteraan material (family material well-being).

Kesejahteraan ekonomi diukur melalui kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga seperti pendapatan, upah, aset, dan pengeluaran keluarga, sedangkan kesejahteraan material diukur dari jumlah barang dan jasa yang dapat di akses oleh keluarga.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga. Martinez et al (2003) telah menelaah sebanyak 36 laporan dan hasil penelitian mengenai kesejahteraan keluarga. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga berhubungan dengan aspek kesehatan (health), ekonomi (economics factor), kehidupan keluarga yang sehat (healthy family life), pendidikan (education), kehidupan bermasyarakat (community life and community support) serta budaya dan keberagaman (culture

and diversity).

Beberapa indikator kesejahteraan keluarga yang telah digunakan dalam penelitian antara lain: indikator garis kemiskinan yang dikemukakan oleh world bank yaitu pendapatan US$ 1per hari dan US$ 2 per hari (Muladsih 2011), garis kemiskinan Badan Pusat Statistik atau BPS (Muladsih 2011 & Elmanora 2011), indikator BPS untuk menentukan sasaran program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yaitu 14 kriteria rumah tangga miskin (Muflikhati 2010), indikator kesejahteraan keluarga Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasonal atau BKKBN (Iskandar 2007 & Aniri 2008), indikator kemiskinan karena alasan ekonomi yang dikeluarkan BKKBN (Aniri 2008), indikator FINCA untuk menentukan sasaran program social metric matrix (Muflikhati 2010, Utami 2010 & Aniri 2008), indikator CBMS atau Community Based Monitoring System (Suryadarma et all 2005) dan Scorecard Poverty for Indonesia (Elmanora 2011).

(20)

Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan (GK) BPS dan 14 kriteria rumah tangga miskin sasaran program BLT sebagai indikator kesejahteraan keluarga. Indikator Garis Kemiskinan mengukur jumlah penduduk miskin bergasarkan Garis Kemiskinan dengan nilai yang berbeda-beda berdasarkan wilayah yaitu untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Menurut BPS, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan (jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan). Sampai bulan Maret 2010, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa (13,33 %). Jumlah ini telah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (14,15%). Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan perdesaan sebagai indikator yaitu untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp 179.982,00/kapita/bulan.

Indikator penerima BLT muncul sebagai akibat kebijakan kenaikan harga BBM. Kriteria ini dilihat dari kondisi rumah tinggal dan pemenuhan kebutuhan dasar lain seperti pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Keluarga yang berhak mendapatkan BLT adalah keluarga yang memenuhi sembilan kriteria atau lebih. Sedangkan keluarga yang memenuhi kriteria kurang dari sembilan butir dinyatakan tidak miskin (BPS diacu dalam Muflikhati 2010).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga

Menurut Syarief dan Hartoyo (1993) kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, budaya, teknologi, keamanan, kehidupan agama, dan kepastian hukum. Penelitian-penelitian mengenai kesejahteraan dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator, seperti hasil penelitian Iskandar (2007) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga menurut kriteria BPS antara lain pendidikan istri, pendapatan, pekerjaan suami (bukan buruh), kepemilikan aset, dan perencanaan. Penelitian Rambe (2004) menunjukkan kesejahteraan keluarga menurut Garis Kemiskinan BPS dipengaruhi oleh pendidikan suami, semakin tinggi pendidikan suami maka peluang untuk sejahtera juga akan semakin meningkat. Kondisi sosial ekonomi keluarga seperti besar keluarga, pendidikan, aset, pendapatan dan pengeluaran perkapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir (Muflikhati et al 2010).

(21)

Strategi koping

Menurut Voydanoff (1987), strategi koping adalah proses yang dilakukan oleh individu dan keluarga dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Upaya strategi koping bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan mengatur emosi dalam menghadapi tekanan ekonomi yang dialami oleh keluarga. Beberapa strategi koping yang dapat dilakukan untuk mengatasi tekanan ekonomi keluarga antara lain:

1. Family Work Effort atau pengupayaan kerja bagi anggota keluarga yang dilakukan ketika pencari nafkah utama sudah tidak bekerja lagi.

2. Informal Economy. Kegiatan ini berupa penukaran antara barang dan jasa dengan uang (barter). Keterampilan melalui hobi yang dimiliki seperti pekerja kayu dapat memperoleh tambahan pendapatan dari kegiatan ini. Selain itu, terdapat juga keluarga yang menukarkan barang dan jasa dalam bentuk lain seperti peralatan rumah tangga, merawat anak dan transportasi. Penggunaan informal economy ini diasosiasikan dengan keluarga yang memiliki tekanan ekonomi dan kepuasan pernikahan yang rendah.

3. Financial Management atau manajemen keuangan. Hal ini dilakukan melalui pembuatan anggaran dan pembayaran tagihan. Strategi koping seperti penghematan dalam pengeluaran lebih sering dilakukan oleh keluarga saat menghadapi kesulitan ekonomi.

Menurut McCubbin (1979) diacu dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003), koping keluarga adalah proses aktif yang dilakukan oleh keluarga dengan menggunakan sumber daya keluarga yang dimiliki dan mengembangkan perilaku baru untuk meningkatkan kekuatan keluarga dan mengurangi dampak stres terhadap anggota keluarga. Selanjutnya Friedman, Bowden, dan Jones (2003), mengumpulkan dua tipe strategi koping yang dapat dilakukan keluarga yaitu internal (internal family coping strategies) dan eksternal (external family coping

strategis). Termasuk internal family coping strategies adalah strategi hubungan

keluarga (resiliensi keluarga, berbagi/bercerita kepada seluruh anggota keluarga, dan fleksibilitas peran) strategi kognitif (normalisasi, mengartikan masalah, menyelesaikan masalah bersama, dan memperoleh informasi dan pengetahuan), dan strategi komunikasi (terbuka dan jujur, dan menggunakan humor). External

family coping strategis terdiri atas strategi komunitas (memanfaatkan jejaring),

(22)

dukungan sosial lainnya), strategi spiritual (nasehat, terlibat dalam kegiatan keagamaan, memiliki keyakinan terhadap Tuhan, dan berdoa).

Menurut Puspitawati (1998), keluarga yang hidup di bawah tekanan akan mengalami stres ketika terjadi masalah, khusunya masalah keuangan. Lebih lanjut Puspitawati mengatakan bahwa terdapat dua tipe strategi koping yang dilakukan oleh keluarga ketika mengalami kesulitan keuangan yaitu menambah pendapatan (generating income) dan mengurangi pengeluaran (cutting back).

Generating income adalah strategi untuk meningkatkan ketersediaan sumber

daya uang di dalam keluarga yang dapat dilakukan dengan cara: anggota keluarga memiliki pekerjaan sampingan, menambah jam kerja atau menambah jumlah anggota keluarga yang bekerja. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan waktu tambahan orang tua untuk bekerja adalah berkurangnya waktu orang tua untuk anak.

Cutting back adalah strategi yang digunakan untuk merespon rendahnya

keterbatasan sumber daya uang melalui pola pengeluaran yang berbeda sehingga dapat mengurangi pengeluaran. Biasanya keluarga mengurangi pengeluaran yang kurang penting, seperti rencana jalan-jalan. Akibatnya, keluarga mengalami penurunan standar hidup. Strategi penghematan ini lebih sering dilakukan oleh keluarga. Selain itu, tingkat kemiskinan berhubungan erat dengan strategi penghematan dibandingkan dengan strategi menambah pendapatan.

Sunarti dan Khomsan (2006) diacu dalam Kusumo (2009) mengatakan bahwa keluarga petani memiliki strategi koping untuk memperoleh ketahanan pangan diawali dari mengurangi pangan sumber protein dengan harga mahal. Selanjutnya mengurangi frekuensi makan dan mencari bahan konvensional yang dalam situasi normal jarang dimakan, menerjunkan anggota keluarga yang selama ini tidak bekerja (anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan) untuk bekerja mencari upah tunai. Jika hal ini belum berhasil, maka keluarga akan menjual aset yang dimiliki. Langkah terakhir yang dilakukan adalah sebagain anggota keluarga akan melakukan migrasi mencari nafkah ke luar daerah.

Secara tradisional, tanggung jawab ekonomi atau pencari nafkah utama dalam keluarga dilakukan oleh suami. Akan tetapi, saat ini tidak hanya suami saja yang berperan dalam ekonomi keluarga. Banyak wanita yang memiliki peran ganda, yaitu di sektor domestik (ibu rumah tangga) dan sektor umum (wanita bekerja). Menurut Hayghe (1984) diacu dalam Voydanoff (1987) Amerika

(23)

mengalami kenaikan jumlah istri yang bekerja di sektor umum yaitu sebanyak 40 persen pada tahun 1970 meningkat menjadi 59 persen pada tahun 1984. Semua itu dilakukan istri agar pendapatan keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggotanya sehingga tercipta kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga. Suryocondro (1987) dalam Suryawati (2002) menyatakan bahwa setiap wanita bekerja di luar rumah dapat membawa dampat positif terhadap pendapatan keluarga, yaitu dengan membantu atau menambah biaya hidup keluarga dan rata-rata wanita yang bekerja menyumbang 49% dari pendapatan keluarga. Selain itu, jumlah anak yang banyak bukan dijadikan sebagai aset (investasi) akan tetapi sebagai sumber tenaga kerja untuk menambah pendapatan (Rusastra & Napitupulu 2008).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping

Hasil peneltian Firdaus dan Sunarti (2009) terhadap buruh pemetik teh menunjukkan bahwa usia suami istri memiliki hubungan negatif dengan strategi koping. Semakin tinggi usia istri dan suami memungkinkan jumlah tanggungan yang semakin besar dan atau memungkinkan keluarga memiliki tabungan dan aset, dan atau semakin mapannya pendapatan dan pengeluaran keluarga, sehingga koping yang dilakukan tidak dinamis. Selain itu, strategi koping tidak berhubungan dengan kesejahteraan keluarga. Lebih lanjut Firdaus (2008) menyatakan bahwa strategi yang paling efektif dipilih keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah mengurangi pengeluaran untuk makanan dan non makanan serta meningkatkan produktivitas usaha. Koping pendidikan kurang karena biaya pendidikan sudah ada standarnya.

Penelitian Rachmawati (2010) menunjukkan bahwa besar anggota keluarga dan umur istri memiliki pengaruh positif terhadap strategi koping. Besarnya anggota keluarga akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga baik kebutuhan pangan maupun non pangan. Hukum Engel mengatakan bahwa semakin besar persentase pengeluaran pangan diasumsikan dengan semakin tidak sejahtera suatu keluarga. Sementara itu, hasil penelitian Simanjuntak (2010), strategi koping fungsi ekonomi terhadap keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH) berhubungan signifikan dengan besar keluarga, jumlah utang, rasio utang dan aset, tekanan ekonomi, dan lama pendidikan ibu.

(24)

Investasi Sumber Daya Manusia

Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), modal manusia/sumberdaya manusia adalah jumlah total dari kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh manusia dan cara penggunaan sumberdaya manusia yang berpengaruh terhadap sumberdaya di masa yang akan datang. Agar manusia dapat menggunakan sumberdaya yang dimilikinya, diperlukan suatu upaya berupa investasi sumberdaya manusia. Investasi sumber daya manusia merupakan perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi (Steuerle & Reynolds 2007).

Investasi untuk anggota keluarga dapat berarti sebagai investasi sumberdaya manusia yang dapat dilakukan melaui pendidikan, pengalaman, dan kesehatan. Investasi sumberdaya manusia diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Bryant dan Zick (2006), investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu nilai uang dari jasa (seperti makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan) dan nilai waktu (merupakan waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik melalui perawatan maupun pemeliharaan).

Anak merupakan sumberdaya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan atau uang (Hartoyo 1998). Melalui investasi ini diharapkan anak dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Orang tua menginginkan peningkatan kesejahteraan bagi anak-anaknya sehingga orang tua akan melakukan apa saja yang mereka butuhkan untuk memaksimalkan pendapatan mereka dengan harapan pengeluaran orang tua dalam investasi anak akan sama dengan biaya tambahan yang mereka keluarkan (Becker 1993).

Investasi Pendidikan

Termasuk dalam investasi pendidikan anak antara lain pembayaran Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP), transportasi, buku pelajaran, les/kursus, seragam sekolah, uang saku, tas sekolah, sepatu, dan buku pendamping belajar (Suryawati 2002). Alasan seseorang menginvestasikan pendidikan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan di masa yang akan datang dan semakin lama pendidikan maka akan semakin meningkat kesempatan seseorang dalam mengganti biaya pendidikannya (Bryant & Zick 2006).

(25)

Pendidikan merupakan jalan menuju produktivitas yang tinggi bagi masyarakat, sehingga diharapkan melalui pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Akan tetapi, Mulatsih et al (2002) mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah menganggap pendidikan sebagi suatu pilihan dan bukan keharusan. Hal ini dikarenakan besarnya pengeluaran untuk biaya pendidikan. Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi tidak diimbangi dengan adanya pemanfaatan kelulusan dalam dunia kerja. Menurut Barro dan Lee (2000), pada negara berkembang masih terdapat sebanyak 37 persen masyarakat dengan umur 25 ke atas yang tidak memiliki pendidikan formal, dan hanya sekitar 27 persen yang mencapai Sekolah Menengah Atas (SMA).

Beberapa golongan masyarakat masih memiliki persepsi gender yang berbeda dalam investasi anak. Hasil penelitian Mulatsih et al (2003) di Kabupaten dan Kota Bogor menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menganggap pendidikan anak laki-laki lebih diutamakan dibandingkan dengan anak perempuan. Perempuan memiliki peluang yang lebih kecil (hanya 50%) dibandingkan laki-laki untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang sama. Hal ini diperkuat dengan nilai kesediaan orang tua untuk membayar (willingness to pay) waktu perjalanan pergi dan pulang dari sekolah untuk anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Artinya, orang tua menginginkan kualitas pendidikan yang lebih baik bagi anak laki-laki.

Selain faktor jenis kelamin, perbedaan investasi sekolah juga disebabkan oleh jumlah anggota keluarga. Penambahan jumlah anggota keluarga akan mengurangi dukungan keluarga terhadap anak dalam penentuan sekolah karena adanya kesulitan keuangan dan hal ini mengindikasikan tingkatan yang rendah dalam investasi keluarga, tetapi tingkat akhir pendidikan tidak tergantung pada jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga (Leibowitz 1982).

Investasi Kesehatan

Cara lain yang dapat digunakan untuk investasi sumber daya manusia adalah melalui pengeluaran waktu dan uang dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Kelas aerobik, joging, pemeriksaan fisik, pemeriksaan gigi secara rutin dan pemberian nutrisi yang baik merupakan cara-cara yang dapat digunakan sebagai investasi dalam kesehatan. Investasi dalam bidang kesehatan tentunya berbeda dengan investasi dalam bidang pendidikan yang memiliki tujuan agar manusia memiliki produktivitas dan pendapatan yang tinggi dikemudian hari. Melalui investasi kesehatan, akan dapat memperpanjang umur

(26)

harapan hidup dan terhindar dari penyakit sehingga akan menghasilkan waktu produktif yang lebih tinggi. Akan tetapi, investasi kesehatan memiliki biaya tambahan yang lebih rumit dibandingkan dengan investasi pendidikan (Bryant & Zick 2006).

Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Hasil penemuan BPS (2009) menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan masih tergolong rendah. Sampai tahun 2009, masih terdapat sebesar 33,68 persen penduduk Indonesia yang mengalami keluhan kesehatan. Pendidikan secara positif berhubungan dengan investasi kesehatan. Selain itu, hasil penelitian Edwards dan Grossman (1979) diacu dalam Bryant dan Zick (2006) menunjukkan bahwa kesehatan juga berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pendidikan dan kesehatan saling berkaitan.

Alokasi Pendapatan (uang)

Investasi dalam bentuk uang merupakan pendapatan keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak. Sumber pendapatan berupa uang dapat berasal dari pekerjaan dan diluar pekerjaan. Pendapatan yang akan digunakan untuk investasi anak akan tergantung kepada empat sumber utama yaitu aset keluarga, kemampuan atau ketrampilan yang dimilik oleh keluarga, tingkat pendidikan akhir orang tua, dan investasi paska sekolah (Leibowitz 1982).

Latar belakang sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi sumber daya orang tua yang diberikan terhadap anak dan kualitas anak (Woodhouse 1999). Jumlah anak akan mempengaruhi pembagian pendapatan orang tua untuk anak. Menurut Behrman, Pollak, dan Taubman (1988) diacu dalam Taubman (1996), peningkatan jumlah anak akan cenderung menurunkan pendapatan orang tua dan biasanya anak dihadapkan pada perbedaan alokasi uang. Pengeluaran orang tua dengan satu anak memiliki persentase yang lebih besar yaitu sekitar 25 persen, sedangkan untuk orang tua yang memiliki tiga anak atau lebih memberikan alokasi pengeluaran yang lebih sedikit yaitu sekitar 22 persen untuk masing-masing anak. Selain itu, biaya tahunan yang dikeluarkan untuk anak secara umum meningkat sesuai dengan bertambahnya umur anak (Lino 2009). Status sekolah anak juga berpengaruh terhadap alokasi pengeluaran untuk pendidikan. Anak yang bersekolah di sekolah swasta memiliki

(27)

alokasi pengeluaran pendidikan yang lebih besar dari pada anak yang sekolah di sekolah negeri (Suryawati 2002).

Hasil penelitian Hartoyo (1998) di Agam (Sumatera Utara) dan Wonogiri (Jawa Tengah) menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah dan kelompok suku memiliki hubungan yang signifikan dengan pengeluaran perkapita untuk pendidikan. Keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih besar akan memiliki alokasi pengeluaran perkapita pendidikan yang lebih kecil. Jumlah anggota keluarga memiliki hubungan positif dengan alokasi pengeluaran perkapita pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan telah dirasa penting oleh sebagian keluarga. Keluarga mungkin mengorbankan biaya lain seperti biaya pangan untuk menutupi biaya pendidikan

Jumlah pekerja dalam keluarga akan memberikan kontribusi berbeda terhadap alokasi pengeluaran. Menurut Lino (2009), di Amerika, keluarga dengan orang tua ganda (suami dan istri) memiliki alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak sebesar 31 persen untuk keluarga dengan pendapatan rendah dan sebanyak 45 persen dan 56 persen untuk keluarga dengan pendapatan sedang dan tinggi. Orang tua tunggal memiliki pengeluaran untuk pendidikan anak adalah sebesar 34 persen dan 44 persen untuk keluarga dengan pendapatan rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk perawatan kesehatan berada pada rentang 16-25 persen untuk keluarga dengan dua anak pada keluarga pada orang tua ganda dan sebesar 24-33 persen untuk keluarga dengan dua anak pada keluarga orang tua tunggal. Secara umum, pengeluaran untuk perawatan kesehatan akan meningkat sesuai dengan umur anak dan tidak terlalu berbeda untuk setiap tingkat pendapatan.

Pendapatan juga mempengaruhi investasi dan kesejahteraan psikologi ibu. Kesejahteraan psikologi ibu akan mempengaruhi perilaku ibu terhadap anak dan berhubungan dengan perilaku bermasalah anak. Menurut hasil penelitian Yeung, Linver, dan Brooks-Gunn (2002), tingkat dan stabilitas pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang jelas terhadap fungsi keluarga dan kesejahteraan anak. Selain pendapatan, keluarga dapat memanfaatkan aset yang dimiliki untuk membantu pemenuhan kebutuhan anggotanya. Aset merupakan segala sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga dan dapat diturunkan kepada anak. Aset dapat berupa uang tunai, tabungan, mobil, perhiasan, dll. Menurut Becker dan Tomes (2006), keluarga miskin akan lebih sulit memberikan

(28)

invetasi berupa uang untuk anak karena pinjaman yang digunakan untuk menambah kekurangan sumber daya tidak selalu tersedia.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sumber Daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia yang baik merupakan output dari investasi sumber daya manusia yang dilakukan orang tua sejak dini terhadap anak. Berbagai penelitian mengenai kualitas sumber daya manusia telah dilakukan sebelumnya. Penelitian Muflikhati (2010) yang dilakukan di wilayah pesisir menunjukkan bahwa wilayah, mata pencaharian, besar keluarga, dan pendidikan istri berpengaruh terhadap kualitas sumber daya keluarga. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan dipengaruhi oleh strata, kondisi, jumlah anggota keluarga yang bekerja, jumlah anak bersekolah, dan jenjang pendidikan anak yang sekolah (Zuraidah 1999).

Hasil penelitian Hartoyo (1998) di Agam (Sumatera Utara) dan Wonogiri (Jawa Tengah) menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, dan kelompok suku berpengaruh terhadap pengeluaran uang untuk anak (pangan, pendidikan, dan kesehatan).

Pendapatan dan pendidikan ayah berpengaruh terhadap besarnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak (Permatasari 2010). Sementara itu, hasil penelitian Suryawati (2002) mengenai alokasi pengeluaran uang untuk anak pada keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja menunjukkan bahwa karakteristik keluarga (pendidikan istri, pendidikan suami, besar keluarga, jumlah anak usia sekolah, pendapatan keluarga, struktur keluarga, etnik dan status bekerja istri) akan mempengaruhi pengeluaran pendidikan untuk anak.

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keluarga memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan anggota keluarganya sehingga tercipta kepuasan bagi masing-masing anggota keluarga. Setiap keluarga memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang masing-masing keluarga. Karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga, usia orang tua, usia anak, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua akan mempengaruhi keadaan keluarga. Karakteristik keluarga juga akan mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran keluarga baik pengeluaran pangan maupun non-pangan yang akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga.

Selain mempengaruhi status kesejahteraan, karakteristik keluarga juga akan mempengaruhi kegiatan yang akan dijalankan ketika mengalami kesulitan ekonomi. Upaya ini disebut sebagai strategi koping. Strategi koping yang diukur adalah ketika keluarga mengalami penurunan pendapatan. Pada keluarga buruh pemetik melati gambir terjadi saat terjadi penurunan harga melati gambir. Strategi koping dapat dilakukan cara mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan keluarga. Mengurangi pengeluaran merupakan cara yang umumnya dilakukan oleh keluarga. Strategi koping ini akan membantu mempertahankan kesejahteraan keluarga.

Anak merupakan aset masa depan bangsa, sehingga diperlukan suatu pengembangan kualitas anak agar dapat meningkatkan kualitas bangsa yang tercermin dari etos kerja bangsa yang tinggi. Peningkatan kualitas ini dapat terlihat dari perilaku investasi sumber daya manusia yang diberikan oleh orang tua untuk anak. Investasi sumber daya manusia dapat berupa investasi pendidikan dan investasi kesehatan yang dapat dilihat dari perilaku orang tua dan alokasi uang (pengeluaran) terhadap anak. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas anak atau sumber daya manusia di masa mendatang agar sumber daya dan alternatif sumber daya keluarga dapat dimanfaatkan dengan tepat dan dapat menata sumber daya materi dengan lebih baik.

Orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi, khususnya ibu, akan mempengaruhi bagaimana sebuah keluarga memberikan perlakuan terhadap anak-anaknya. Pendidikan anggota keluarga akan berpengaruh positif terhadap sumber daya manusia dan kesehatan seseorang (Bryant & Zick 2006). Semakin tinggi pendapatan keluarga maka akan semakin besar kemungkinan orang tua menyekolahkan anaknya dan memenuhi kebutuhan dasar anak lainnya, dan

(30)

sebaliknya. Menurut Ali (2009), kaum perempuan yang mengikuti pendidikan dengan lebih baik akan lebih mampu menjaga kesehatan diri dan anak-anaknya, bahkan dapat mengurangi laju pertumbuhan penduduk sehingga menghasilkan generasi yang lebih berkualitas. Semakin banyaknya jumlah saudara, maka besar pengeluaran untuk masing-masing anggota keluarga akan semakin kecil. Latar belakang sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi sumber daya orang tua yang diberikan untuk anak dan kualitas anak (Woodhouse 1999). Secara lebih jelas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(31)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang diteliti Hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik keluarga  Karakteristik demografi keluarga - Jumlah anggota keluarga - Usia suami - Usia istri - Usia anak  Karakteristik sosial ekonomi keluarga: - Pendidikan suami - Pendidikan istri - Jenjang pendidikan anak - Pekerjaan ayah - Pendapatan keluarga Status kesejahteraan Perilaku investasi (pendidikan dan kesehatan) Strategi koping (generating income dan cutting back) Peningkatan kualitas SDM 19

(32)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian adalah Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive karena Desa Gelang memiliki lahan melati gambir terbanyak di Kabupaten Banjarnegara. Waktu pengambilan data dilakukan selama empat minggu yaitu 18 April hingga 15 Mei 2011.

Contoh dan Metode Penarikan Contoh

Populasi dalam penelitian adalah keluarga buruh pemetik melati gambir yang memiliki anak sekolah (3-18 tahun) di Desa Gelang dengan jumlah populasi sebanyak 283 keluarga. Metode penarikan contoh dilakukan secara simple

random sampling. Data keluarga buruh pemetik melati yang memiliki anak

sekolah (3-18 tahun) di Desa Gelang diacak dan diambil sebanyak 66 contoh. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari contoh, seperti data karakteristik keluarga buruh pemetik melati gambir, status kesejahteraan, strategi koping dan investasi anak yang dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan alat bantu kuesioner sebagai panduan pertanyaan. Karakteristik keluarga buruh pemetik melati gambir terdiri atas jumlah anggota keluarga, usia suami istri, jumlah anak sekolah, usia anak, pendidikan suami istri, jenjang pendidikan anak, pekerjaan ayah, pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diolah oleh pihak lain, meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Desa Gelang, Kantor Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statisik Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statistik Indonesia.

(33)

Tabel 1 Variabel, definisi, dan skala pengukuran data

Variabel Definisi Skala

pengukuran 1. Karakteristik demografi keluarga

a. Jumlah anggota keluarga Banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua

Rasio b. Usia ayah Ulang tahun terakhir ayah pada saat

dilakukan penelitian

Rasio

c. Usia ibu Ulang tahun terakhir ibu pada saat

dilakukan penelitian

Rasio d. Usia anak Ulang tahun terakhir anak pada saat

dilakukan penelitian

Rasio e. Jumlah anak sekolah Banyaknya anak sekolah dalam satu

keluarga

Rasio 2. Karakateristik sosial ekonomi keluarga

a. Pendidikan ayah Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh ayah (suami)

Rasio b. Pendidikan ibu Lama pendidikan yang telah ditempuh

oleh ibu

Rasio c. Jenjang pendidikan anak Tingkat pendidikan yang sedang

ditempuh oleh anak

Ordinal

d. Pekerjaan suami Jenis pekerjaan utama suami Nominal

e. Pendapatan keluarga Jumlah uang yang diterima oleh seluruh anggota keluarga dari pekerjaan utama dan tambahan

Rasio

f. Pendapatan perkapita Pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga

Rasio 3. Kontribusi pendapatan Persentase pendapatan anggota

keluarga

Rasio 4. Status kesejahteraan Status kesejahteraan keluarga

berdasarkan Garis Kemiskinan dan 14 kriteria rumah tangga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Rasio

5. Strategi koping

a. Menambah pendapatan Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga untuk menambah pendapatan

Rasio b. Mengurangi pengeluaran Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk

mengurangi pengeluaran

Rasio 6. Perilaku investasi anak

a. Investasi pendidikan Tindakan/perilaku yang dilakukan orang tua untuk menunjang pendidikan anak

Rasio b. Investasi kesehatan Tindakan/perilaku yang dilakukan orang

tua untuk menunjang kesehatan anak

Rasio 7. Alokasi pengeluaran anak Uang yang diberikan orang tua untuk

menunjang pendidikan dan kesehatan anak

Rasio

Pengolahan dan Analisis Data

Instrumen yang telah disusun, diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah instrumen dapat memperoleh data yang sesungguhnya. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji apakah hasil yang diperoleh instrumen memiliki nilai yang konsisten di setiap penggunaan instrumen. Nilai Cronbach's Alpha dari perilaku investasi pendidikan adalah

(34)

sebesar 0,861 dari 13 item pernyataan dan perilaku investasi kesehatan sebesar 0,791 dari 10 item pernyataan. Kuesioner untuk strategi koping merupakan modifikasi dari penelitian Kusumo (2009). Data yang telah dikumpulkan, diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analyzing. Tabel 2 menunjukkan pengkategorian variabel penelitian.

Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian

Variabel Kategori

1. Karakteristik demografi keluarga

a. Jumlah anggota keluarga [1] Keluarga kecil (≤4 orang) [2] Keluarga sedang (5-6 orang) [3] Keluarga besar (≥7 orang)

b. Usia suami [1] Dewasa muda (18-40 tahun)

[2] Dewasa tengah (41-60 tahun) [3] Dewasa tua (>60 tahun) c. Usia istri

d. Usia anak [1] Pra sekolah (0-5tahun)

[2] Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) [3] Remaja (13-15 tahun)

[4] Dewasa awal (16-18 tahun) e. Jumlah anak sekolah [1] Satu orang [3] Tiga orang

[2] Dua orang [4] Empat orang 2. Karakateristik sosial ekonomi keluarga

a. Pendidikan suami [1] Tidak tamat SD (<6 tahun)

[2] Tamat SD/sederajat (6 tahun) [3] Tamat SMP/sederajat (9 tahun) [4] Tamat SMA/sederajat (12 tahun) b. Pendidikan istri

c. Jenjang pendidikan anak [1] PAUD/TK [2] Sekolah Dasar (SD)

[3] Sekolah Menengah Pertama (SMP) [4] Sekolah Menengah Atas (SMA)

d. Pekerjaan suami [1] Tidak bekerja [5] Buruh non-tani

[2] Wirausaha [6] Buruh tani [3] Pedagang [7] Jasa [4]Petani [8] Lain-lain e. Pendapatan keluarga [1] <Rp 500.000,00 [2] Rp 500.000,00-999.999,00 [3] Rp 1.000.000,00-1.499.999,00 [4] Rp 1.500.000,00-2.000.000,00 [5[ >Rp 2.000.000,00 f. Pendapatan perkapita [1]≤ Rp 179.982,00 [2] Rp179.982-224.977,50 [3] Rp 224.977,60-269.9730 [4] >Rp 269.973,00

3 . Strategi koping [1] Sedikit (≤14 kegiatan); [2] sedang

(15-28 kegiatan); [3] banyak (≥29 kegiatan) a. Mengurangi pengeluaran (cutting

back)

[1] Sedikit (≤9 kegiatan); [2] sedang (10-17 kegiatan); [3] banyak (≥18 kegiatan) b. Menambah pendapatan (generating

income)

[1] Sedikit (≤5 kegiatan); [2] sedang (6-10 kegiatan); [3] banyak (≥11 kegiatan)

4.Status kesejahteraan [1] Tidak sejahtera; [2] Sejahtera

5.Perilaku investasi anak [1] Rendah (≤33,33%); [2] Sedang

(33,34%-66,66%); [3] Tinggi (≥66,67%) a. Investasi pendidikan

b. Investasi kesehatan

6.Alokasi pengeluaran anak [1] Rendah (≤33,33%); [2] Sedang

(35)

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisis inferensia. Analisis deskriptif dilakukan dengan tabulasi sederhana yang digunakan untuk menggambarkan atau menginterpretasikan data. Analisis deskriptif yang digunakan antara lain nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, dan standar deviasi, sedangkan analisis inferensia yang digunakan adalah uji regresi logistik dan uji regresi linier berganda. Analisis data sesuai dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kontribusi pendapatan buruh pemetik melati gambir terhadap pendapatan keluarga dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Y= 𝑥𝑖

𝑥 x 100

Keterangan :

Y = kontribusi pendapatan buruh pemetik melati (%)

𝑥𝑖 = pendapatan buruh pemetik melati (rupiah)

𝑥 = total pendapatan keluarga (rupiah)

2. Tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir dianalisis secara deskriptif berdasarkan indikator Garis Kemiskinan (GK) dan 14 kriteria penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Berdasarkan indikator Garis Kemiskinan (GK), keluarga yang memiliki penghasilan ≤GK termasuk dalam keluarga miskin dan keluarga yang memiliki penghasilan >GK termasuk dalam keluarga tidak miskin. Garis Kemiskinan yang digunakan adalah Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah untuk Daerah Perdesaan Tahun 2010 yaitu sebesar Rp 179.982,00. Berdasarkan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT), keluarga yang memenuhi ≥11 kriteria termasuk dalam kelompok miskin, keluarga yang memenuhi 9-10 kriteria termasuk dalam kategori hampir miskin, dan keluarga yang memenuhi <9 kriteria termasuk dalam kategori tidak miskin.

3. Strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir terjadi ketika terjadi penurunan pendapatan, terdiri atas dua kegiatan yaitu strategi menambah pendapatan dan strategi mengurangi pengeluaran. Data strategi koping diberi skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Strategi koping menambah pendapatan, mengurangi pengeluaran, dan strategi koping secara keseluruhan dikelompokkan menjadi tiga yaitu sedikit, sedang dan banyak.

4. Perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir dianalisis menggunakan analisis deskripstif, dihitung melalui perilaku

(36)

investasi pendidikan, perilaku investasi kesehatan, dan alokasi pengeluaran (uang). Selanjutnya dilakukan transformasi skor komposit dalam bentuk skala 0-100 dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Y= 𝑥−Nilai minimum 𝑥

(Nilai maksimum 𝑥−Nilai minimum 𝑥

x100

Keterangan :

Y=skor dalam persen

𝑥 =skor yang diperoleh untuk setiap contoh

Setelah dilakukan tranformasi skor komposit, perilaku investasi dikategorikan menjadi tiga yaitu sedikit (≤33,33%), sedang (33,34%-66,66%) dan banyak (≥66,66%).

5. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan menggunakan indikator Garis Kemiskinan (GK) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Persamaan regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝑙𝑛 𝑝

1−𝑝 = α +β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + 1D1 + 2D2 + 3D3 + 

Keterangan:

p = peluang untuk sejahtera (sejahtera=1, tidak sejahtera=0) α = Konstanta regresi

β = koefisien regresi X1 = umur suami (tahun)

X2 = jumlah anggota keluarga (orang)

X3 = pendidikan suami (tahun)

X4 = pendidikan istri (tahun)

X5 = pendapatan keluarga (rupiah)

1-3 = koefisien dummy

D1 = pekerjaan tambahan suami (0=tidak memiliki, 1=memiliki)

D2 = mata pencaharian suami (0=pertanian, 1=bukan pertanian)

D3 = tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas)

 = Eror

6. Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang bepengaruh terhadap jumlah strategi koping, perilaku investasi anak dan alokasi pengeluaran untuk anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Strategi Koping Y=α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6 + β7X7 +  Keterangan: α = kontstanta regresi β = koefisien regresi

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1 Variabel, definisi, dan skala pengukuran data
Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian
Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan usia suami dan istri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai wakil teman – teman, pada pesta perpisahan ini, kami menyampaikan terima kasih atas perhatian ibu, bapak dan adik – adik yang telah sudi meluangkan

Musik yang mengiringi aktivitas dalam iklan ini hanya berupa musik intrumentalia bergenre ritmix. Jenis musik ritmixn yang digunakan dalam iklan ini untuk

perilaku prososial anak usi 4-5 tahun, (2) menghasilkan buku panduan yang layak menurut ahli materi dan ahli media mengenai penerapan model cooperative learning untuk

[r]

KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset bersih dari Entitas-entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung oleh Perusahaan, yang

Malah kami memohon daripada-Mu Ya Allah dengan penuh ketaakulan agar majlis anugerah ini akan menjadi katalis dan sumber inspirasi kepada pelajar-pelajar lain supaya

Urutan Boot memungkinkan Anda untuk mmelewati urutan perangkat boot yang telah ditentukan Pengaturan Sistem dan melakukan boot secara langsung dari perangkat tertentu (misalnya:

Sesuai dengan konsep JD-R Bakker dan Demerouti (2010, dalam Bakker &amp; Leiter, 2010) bahwa salah satu faktor pendorong work engagement adalah personal resources , dimana