• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPARASI PERILAKU PENGHUNI RUMAH SUSUN DENGAN PENGHUNI PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS: RUSUNAWA MARISO KOTA MAKASSAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPARASI PERILAKU PENGHUNI RUMAH SUSUN DENGAN PENGHUNI PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS: RUSUNAWA MARISO KOTA MAKASSAR)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI PERILAKU PENGHUNI RUMAH SUSUN DENGAN PENGHUNI PERMUKIMAN KUMUH

(STUDI KASUS: RUSUNAWA MARISO KOTA MAKASSAR)

A COMPARISON BETWEEN THE BEHAVIOUS OF PEOPLE LIVING IN FLATS AND SLUMS

(CASE STUDY AT MARISO RUSUNAWA, MAKASSAR CITY)

Abdul Fattaah Mustafa, Slamet Trisutomo, Baharuddin Hamzah Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi:

Abdul Fattaah Mustafa ST Kendari

HP: 085255851375

(2)

Abstrak

Rusunawa Mariso dibangun bagi masyarakat penghuni permukiman kumuh Mariso, untuk mengatasi kepadatan dan kekumuhan di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskusikan perubahan perilaku penghuni rumah susun dibandingkan dengan penghuni permukiman kumuh Mariso, dilihat dari tiga karakteristik perilaku, yaitu perilaku domestik, perilaku ekonomi, dan perilaku sosial. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Lette Kota Makassar. Data dikumpulkan secara acak dari 50 sampel di rumah susun dan 50 sampel di permukiman Mariso. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan tematik eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku domestik pada penghuni rumah susun. Hal ini disebabkan karena hadirnya ruang-ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di hunian rumah susun. Untuk perilaku ekonomi terjadi peningkatan pemanfaatan ruang untuk aktivitas ekonomi di rumah susun. Perubahan juga terjadi pada lokus perilaku ekonomi di rumah susun yang memanfaatkan fasilitas bersama. Sementara itu untuk perilaku sosial perubahan terjadi dalam bentuk semakin kecilnya intensitas penggunaan unit hunian sebagai sarana interaksi sosial warga.

Kata kunci: perbandingan perilaku, rumah susun, permukiman kumuh.

Abstract

Mariso's Rusunawa constructed for Mariso slum dwellers, to overcome the density and slums in the region. This study aims to discuss the changes in behavior compared to flat dwellers dan Mariso slum dwellers, from the three characteristics of behavior, namely domestic behavior, economic behavior, and social behavior. The research was conducted in the Village Lette Makassar. Data were collected in random from the 50 samples of flats and 50 samples of Mariso dwellers. Data analysis was performed by descriptive and explorative thematic. The results showed that there is a change in the behavior of domestic residents. This is because the presence of spaces to accommodate domestic behavior in residential flats. For economic behavior increased utilization of space for economic activity in flats. Changes also occur in the locus of economic behavior in flats that utilize shared facilities. Meanwhile, for the social behavior occurs in the form of changes in the intensity of use of increasingly smaller dwelling units as a means of social interaction of residents.

(3)

PENDAHULUAN

Pada perancangan sebuah bangunan, arsitek mempunyai prediksi terhadap bagaimana pengguna nantinya menggunakan fasilitas-fasilitas bangunan tersebut. Namun pada kenyataannya, apa yang diprediksikan oleh arsitek sering kali menghasilkan akibat berbeda setelah proses penggunaannya. Rancangan lingkungan yang dilakukan oleh arsitek mungkin saja diinterpretasikan secara berbeda oleh penggunanya. Menurut Deasy, dkk., (1985), perancang hanya sering membuat asumsi-asumsi tentang perilaku manusia daripada mempelajarinya lebih jauh.

Laurens (2005), mengatakan bahwa perancang umumnya lebih menekankan pentingnya activity setting (penataan aktivitas). Sementara itu, pemakai lebih mempertimbangkan siapa saja orang yang memakai fasilitas itu, atau dengan siapa mereka akan bersosialisasi dalam penggunaan fasilitas itu. Kurangnya model manusia sebagai dasar bagi praktisi arsitektur mengakibatkan munculnya kesalahpahaman mengenai hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Fenomena maraknya pembangunan rumah susun terutama di kota-kota besar mendapat korelasi yang pas dengan masalah desain dan perilaku manusia. Haryadi dan Setiawan (2010) mengungkapkan bahwa perubahan pola permukiman dari menyebar ke samping menjadi menumpuk ke atas akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Kontoversi ini sayangnya belum didukung oleh hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan pegangan.

Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh memiliki karakteristik perilaku yang khas. Menurut Soebroto dalam Budihardjo (2004), karena taraf hidup masyarakat di permukiman kumuh masih rendah, sehingga faktor ekonomi adalah faktor dominan yang membentuk karakteristik perilakunya. Hal ini menyebabkan ruang-ruang yang hadir di dalam rumah yang biasanya digunakan untuk istirahat ditambah dengan fungsi ekonomi, seperti tempat berjualan atau sebagai tempat kerja. Mereka tinggal di dalam hunian yang sempit yang sering kali tidak dilengkapi dengan sarana domestik, seperti WC, kamar mandi, atau dapur, sehingga mereka harus menggunakan sarana umum (MCK umum) secara bersama-sama. Karena kondisi seperti itu dapat diduga bahwa hubungan sosial antarmasyarakat sangat erat. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat tiga karakteristik perilaku masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, yaitu perilaku ekonomi, domestik, dan sosial.

Rumah Susun Mariso yang diresmikan dan dihuni sejak tahun 2007, dibangun di kawasan kumuh dan padat penduduk untuk mengatasi masalah kekumuhan. Masyarakat penghuni rumah susun Mariso dulunya adalah penghuni permukiman kumuh di Mariso.

(4)

Masyarakat yang berdasarkan penjelasan sebelumnya memiliki tiga karakteristik perilaku yang khas kini tinggal di rumah susun yang didesain secara modern. Hal tersebut kemungkinan menimbulkan disharmoni antara perilakunya di permukiman kumuh dengan lingkungan rumah susun yang baru ditempatinya. Sehingga menjadi menarik untuk dikaji bagaimana perilaku penghuni rumah susun dibandingkan dengan perilaku penghuni permukiman Mariso ditinjau dari tiga karakteristik perilaku, yaitu perilaku ekonomi, domestik, dan sosial.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Untuk mengetahui perubahan perilaku dilakukan perbandingan antara perilaku sebelum dan sesudah. Dalam desain penelitian ini, data sebelum diwakili oleh perilaku penghuni permukiman Mariso saat ini. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari bias data, karena kemungkinan penghuni rumah susun terpengaruh oleh kondisi rumah susun sangat besar.

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian campuran, yaitu penggunaan teknik analisis kuantitatif dan kalitatif secara berurutan atau sekuensial (Janice M. Morse dalam Tashakkori, dkk. (eds.), 2010). Penelitian ini menggunakan metode campuran karena memungkinkan peneliti untuk memanfaatkan kekuatan teknik analisis kuantitatif sekaligus kualitatif sehingga bisa memahami fenomena dengan lebih baik, serta kemampuan untuk menggali lebih banyak hal dari data dan memberikan peluang untuk menciptakan lebih banyak makna, sehingga meningkatkan kualitas interpretasi data.

Objek Penelitian

Objek penelitian adalah perilaku penghuni, yang secara spesifik terbagi atas tiga kategori perilaku, yaitu perilaku domestik, ekonomi, dan sosial.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga penghuni rumah susun Mariso yang dulu bermukim di permukiman Mariso dan penghuni permukiman Mariso Kelurahan Lette. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan random sampling atau pengambilan sampling secara acak dari populasi yang ada, yaitu teknik pengambilan sampel di mana setiap elemen dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Arikunto, 2002). Jumlah diambil dengan pertimbangan bahwa jumlah sampel minimal yang disarankan untuk jenis penelitian perbandingan adalah

(5)

sebanyak 30 sampel untuk setiap grupnya (Fraenkel, dkk., 1993). Untuk menambah tingkat akurasi data, maka peneliti mengambil sebanyak 50 sampel dari 30 sampel minimal yang disarankan.

Instrumen Pengambilan Data

Intrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil data di lapangan. Intrumen pengumpulan data tersebut adalah: (1) lembar observasi, berupa panduan peneliti selama melakukan observasi di lapangan terkait masalah data-data yang akan dibutuhkan untuk penelitian; (2) kamera digital, untuk mengambil foto eksisting bangunan dan perilaku penghuni bangunan; (3) pedoman wawancara, untuk mengumpulkan data-data perilaku beruang penghuni sebelum dan sesudah menghuni rumah susun dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Kuesioner bentuknya kuesioner terbuka, yang memberikan peluang kepada responden terhadap alternatif pilihan-pilihan jawaban yang lebih luas.

Sumber Data Penelitian Observasi

Jenis observasi yang dilakukan adalah pengamat tidak berperan serta, yaitu peneliti mengamati dari luar tanpa ada intervensi apapun terhadap objek penelitian yang sedang diamati (Moleong, 2001).

Wawancara

Menurut Moss dan Tubss dalam Sutrisno (2000), wawancara adalah suatu percakapan dengan suatu maksud tertentu. Tujuan wawancara dari penelitian ini adalah mengumpulkan fakta, pendapat, atau sikap dari responden. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

Teknik Analisis Data

Data kuantitatif dilakukan analisis dengan metode statistika deskriptif, sementara untuk data kualitatif dilakukan dengan metode analisis tematik eksploratoris.

Definisi Operasional

Perilaku dalam penelitian ini dipandang sebagai latar belakang terbentuknya sebuah ruang. Sebagaimana Marpaung (2010) menjelaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi latar belakang untuk terjadinya ruang yang konkrit. Dari pendekatan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka pemanfaatan suatu ruang, sehingga perilaku secara konkrit terwujud dalam bentuk ruang. Selanjutnya, berdasarkan latar belakang penelitian bahwa terdapat tiga karakteristik

(6)

perilaku yang khas pada masyarakat pemukiman kumuh, maka ketiga karakteristik perilaku tersebut sekaligus menjadi batasan perilaku dalam penelitian ini.

HASIL

Perilaku Domestik Penghuni di Permukiman Mariso dan Rumah Susun

Di permukiman Mariso pada umumnya perilaku domestik terjadi pada dapur, tempat cuci, serta wc/kamar mandi. Karakteristik perilaku domestik di permukiman mariso dapat teridentifikasi dari ruang-ruang yang ada pada unit huniannya. Perubahan perilaku domestik penghuni rumah susun dapat dilihat dalam tabel 1.

Berdasarkan pengumpulan data di lapangan ditemukan bahwa sebagian besar hunian di permukiman Mariso memiliki ruang domestik yang lengkap, terdiri dari wc/kamar mandi, dapur, dan tempat cuci, yaitu sebanyak 38% (19 responden) dan yang terdiri dari wc/kamar mandi dan dapur sebanyak 30% (15 responden), sementara itu 32% tidak memiliki ruang domestik yang lengkap, yaitu yang terdiri dari dapur dan tempat cuci sebanyak 18% (9 responden), yang hanya terdiri dari dapur saja sebanyak 8% (4 responden), dan tanpa ruang domestik sebanyak 6% (3 responden).

Perilaku Ekonomi Penghuni di Permukiman Mariso dan di Rumah Susun

Sebagian penghuni di permukiman Mariso memanfaatkan rumahnya sebagai sarana ekonomi yang sebagian besar menjadi sumber ekonomi utama bagi keluarga. Berbagai jenis aktivitas ekonomi yang dilakukan di dalam rumah, dari beberapa responden di lapangan antara lain kegiatan ekonomi tersebut adalah berjualan makanan, berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, tempat penampungan sampah, dan memelihara ternak. Perubahan perilaku ekonomi penghuni rumah susun dapat dilihat dalam tabel 2.

Dari 50 responden, 14 responden atau 28% memanfaatkan bagian ruang dari huniannya sebagai area ekonomi untuk menambah penghasilan keluarga ataupun sebagai mata pencaharian utama keluarga. Secara lebih detail pemanfaatan ruang sebagai ruang ekonomi dari 30% responden yang memanfaatkan ruang di rumahnya sebagai untuk fungsi ekonomi adalah adalah 6 responden atau 40% memanfaatkan sebagai kios atau warung yang menjual bahan-bahan kebutuhan pokok atau makanan ringan, sebanyak 3 responden atau 20% memanfaatkan sebagai warung makan, sebanyak 3 responden atau 20% memanfaatkan sebagai tempat penampungan sampah, sebanyak 1 responden atau 6,67 % memanfaatkan sebagai kamar kos, dan sebanyak 1 responden atau 6,67% yang memanfaatkan sebagian area huniannya untuk kandang ayam.

(7)

Perilaku Sosial Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun

Masyarakat berpenghasilan rendah dikenal sebagai masyarakat komunal yang disebabkan rendahnya tingkat kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga dengan bantuan tetangganya kesulitan-kesulitan hidup dapat diatasi bersama. Perubahan perilaku sosial penghuni rumah susun dapat dilihat dalam tabel 3.

Intensitas perilaku sosial yang cukup tinggi ini juga didukung dengan hadirnya ruang-ruang dalam mengakomodasi perilaku tersebut. Sebanyak 96% (48 responden) menyatakan imelakukan interaksi sosial dengan tetangganya setiap hari, sementara 4% (2 responden) tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan tetangganya karena aktivitas pekerjaan. Ruang-ruang yang digunakan dalam mengakomodasi perilaku sosial warga tersebut adalah teras yang digunakan sebanyak 26% (13 responden), area depan rumah yang digunakan sebanyak 38% (19 responden), dan bale-bale yang digunakan sebanyak 36% (18 responden).

Interaksi sosial dengan tetangga pada rumah susun sedikit berkurang, yakni sebanyak 92% (46 responden) menyatakan melakukan interaksi sosial dengan tetangganya setiap hari, sementara 8% (4 responden) tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan tetangganya karena aktivitas pekerjaan. Kondisi rumah susun yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan hadirnya fasilitas bersama, menimbulkan efek terhadap perubahan perilaku sosial penghuni rumah susun. Selain di unit huniannya, penghuni rumah susun memanfaatkan fasilitas bersama dengan mengubah setting lingkungannya menjadi ruang yang dapat mengakomodasi perilaku sosialnya. Hanya sebanyak 48% yang memanfaatkan area di unit huniannya, yaitu selasar di depan unit hunian. Sementara itu 44% sisanya memanfaatkan fasilitas bersama pada rumah susun untuk mengakomodasi perilaku sosialnya. Sebanyak 26% (13 responden) menggunakan bale-bale yang dibuat pada area selasar depan tangga atau pada area ruang bersama di lantai dasar rumah susun, sebanyak 4% (2 responden) memanfaatkan bale-bale di lantai dasar rumah susun untuk berinteraksi dengan penghuni lain, dan sebanyak 14% (7 responden) menggunakan area landscape bangunan untuk melakukan interaksi sosial dengan penghuni lain.

PEMBAHASAN

Terjadi perubahan yang signifikan pada perilaku domestik di rumah susun. Hal ini disebabkan karena di rumah susun fasilitas ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik tersebut telah tersedia. Di permukiman Mariso ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik tidak terakomodasi dengan baik, yaitu hanya terdapat dapur tanpa wc/kamar mandi, atau sebaliknya hanya dapur saja tanpa wc/kamar mandi, malah ada yang tidak memiliki

(8)

ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik. Sedangkan di rumah susun sudah lengkap terdiri dari dapur, wc/kamar mandi yang juga sekaligus sebagai tempat cuci.

Hadirnya ruang-ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di hunian rumah susun secara langsung mengubah perilaku penghuni permukiman Mariso, yang sebelumnya sebagian melakukan aktivitas domestik di luar unit huniannya seperti memasak, mencuci, mandi, dan buang air, setelah menghuni rumah susun aktivitas domestik tersebut dapat dilakukan di dalam unit hunian. Perubahan perilaku domestik ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Halim (2008), bahwa perilaku terbentuk karena adanya stimulus yang diterima. Hadirnya ruang-ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di rumah susun menjadi faktor utama terjadinya perubahan perilaku.

Sementara itu, perilaku ekonomi dan sosial penghuni rumah susun tidak hilang, perubahan yang terjadi adalah pada perubahan lokasi aktivitas ekonomi tersebut. Konsep ini sesuai dengan konsep affordances yang dikemukakan oleh Laurens (2005), yaitu mengenai kemanfaatan ruang, di mana pada rumah susun terdapat ruang-ruang yang mampu mengakomodasi perilaku ekonomi penghuni rumah susun yang merupakan perilaku bawaan dari hunian lamanya. Peluang tersebut akhirnya terjadi pada fasilitas bersama yang ada di rumah susun, yaitu pada area tangga, area bersama, dan selasar rumah susun.

Karena keterbatasan luasan unit hunian pada rumah susun sehingga menyebakan ruang ekonomi yang memungkinkan untuk dimanfaatkan pada unit hunian adalah hanya sebagai area jualan. Sementara untuk fungsi ekonomi lain di manfaatkan area bersama dengan beragam variasi fungsi ekonomi, dan yang menarik ternyata area tangga utama juga dimanfaatkan sebagai ruang ekonomi penghuni di rumah susun. Area bersama banyak dimanfaatkan untuk fungsi ekonomi karena dimensi ruangnya yang cukup lapang sehingga memungkinkan untuk aktivitas ekonomi yang beragam, sementara area tangga dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi karena alasan lokasi yang strategis, sebagai jalur utama sirkulasi di rumah susun. Perbedaan karakteristik ruang antara rumah susun dengan hunian di permukiman Mariso juga menyebabkan perbedaan perilaku ekonomi. Rumah susun memiliki fasilitas bersama yang tidak dimiliki pada hunian di permukiman Mariso. Karena keterbatasan luas hunian pada unit hunian rumah susun dan potensi yang ada pada fasilitas bersama, sehingga sebagian penghuni atau sebanyak 20% responden memanfaatkannya sebagai ruang untuk mengakomodasi perilaku ekonominya.

Perilaku sosial di rumah susun cenderung terbatas, karena di rumah susun warga hanya lebih sering untuk berhubungan dengan tetangga terdekatnya yang satu lantai sementara hubungan dengan warga yang berbeda lantai cenderung berkurang, berbeda

(9)

dengan kondisi di permukiman Mariso yang akrab dengan tetangga-tetangganya yang cukup jauh sekalipun. Tempat melakukan aktivitas sosial oleh warga rumah susun memanfaatkan ruang-ruang kosong yang memungkinkan, seperti selasar dan area tangga utama. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak lebih banyak memanfaatkan area rumah susun sebagai area sosial mereka untuk bermain dengan teman sebanyanya, antara lain, selasar, tangga utama, tangga darurat, dan area bersama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku domestik terjadi pada penghuni rumah susun. Hal ini disebabkan karena hadirnya ruang-ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di hunian rumah susun. Sementara itu, untuk perilaku ekonomi terjadi peningkatan pemanfaatan ruang untuk aktivitas ekonomi di rumah susun. Perubahan juga terjadi pada lokus perilaku ekonomi di rumah susun yang memanfaatkan fasilitas bersama serta semakin kecilnya intensitas penggunaan unit hunian sebagai sarana interaksi sosial warga. Dari hasil penelitian, disarankan kepada pihak pengelola dan pemerintah terkait mengenai perlunya pendampingan sosial terhadap warga rumah susun untuk mengenalkan perilaku tinggal di rumah susun sehingga dapat melakukan adaptasi yang lebih baik setelah tinggal di rumah susun dan pada proses perencanaan rumah susun di masa mendatang perlunya mempertimbangkan perilaku asal penghuni rumah susun untuk memahami karakteristik dan mampu mengakomodasi model perilaku mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Balai Pustaka.

Budihardjo, Eko. (2004). Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung: Alumni.

Deasy, C. M. dan Thomas E. Lasswell. 1985. Designing Places for People. New York: Whitney Library of Design.

Fraenkel, J. dan Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Halim, DK, (2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta: Bumi Aksara.

(10)

Marpaung, Beny O.Y. (2010). Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pembentukan Makna Sebuah Tempat. (Online).

(http://beny-oy-marpaung.blogspot.com/2012/04/pengaruh-sosial-budaya-terhadap.html, akses tanggal 20 Mei 2012).

Moleong, Lexy, J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Setiawan, Haryadi B. (2010). Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Tashakkori, Abbas dan Charles Teddlie (Eds.). (2010). Handbook of Mixed Methods in Social and Behavioral Research. Terj. Daryanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

LAMPIRAN

Tabel 1 Perubahan Perilaku Domestik Warga Penghuni Permukiman Mariso dan Rumah Susun Perilaku

Domestik Permukiman Mariso Rumah Susun Perubahan Mencuci Aktivitas mencuci sebagian besar

dilakukan penghuni di dalam unit hunian, yaitu sebesar 86%.

Sedangkan sebanyak 14% melakukan aktivitas mencuci di luar unit hunian pada sarana atau fasilitas MCK umum yang ada

di lingkungan hunian.

Aktivitas cuci sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian.

Terdapat perubahan pada perilaku mencuci warga, yang sebelumnya sebagian

penghuni di permukiman Mariso melakukan aktivitas

cuci di luar unit hunian. Setelah menghuni rumah susun, aktivitas mencuci dilakukan di dalam unit

hunian.

Memasak Aktivitas memasak sebagian besar dilakukan penghuni di dalam unit hunian,

yaitu sebesar 94%. Sebagian kecil atau sebanyak 6% penghuni permukiman Mariso melakukan

aktivitas memasak di depan unit hunian.

Aktivitas memasak sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian.

Di rumah susun, aktivitas memasak sepenuhnya dilakukan di dalam unit

hunian.

Mandi dan buang air

Aktivitas mandi dan buang air sebagian besar dilakukan penghuni di dalam unit

hunian, yaitu sebesar 68%. Sebanyak 32% melakukan aktivitas mandi

dan buang air di luar unit hunian pada sarana atau fasilitas MCK umum yang ada

di lingkungan hunian.

Aktivitas mandi dan buang air sepenuhnya dilakukan di

dalam unit hunian.

Aktivitas mandi dan buang air di rumah susun

seluruhnya dilakukan di dalam unit hunian.

Menjemur Sebanyak 42% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas jemur pada area keliling unit hunian. Sebanyak 10% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas jemur pada area kosong di dekat unit hunian. Sebanyak 48% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas

jemur pada area balkon lantai dua unit huniannya.

Sebanyak 72% penghuni rumah susun melakukan aktivitas jemur pada area selasar depan

unit hunian. 24% penghuni rumah susun melakukan aktivitas jemur pada area balkon, dan 4% memanfaatkan area tangga darurat sebagai area

jemur.

Aktivitas jemur cenderung tidak berubah.

(11)

Tabel 2 Perilaku Ekonomi Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun Perilaku Ekonomi Permukiman Mariso Rumah Susun Perubahan

Bedagang kebutuhan pokok

Sebanyak 12% penghuni permukiman Mariso melakukan

aktivitas dagang pada unit huniannya. Area berdagang terletak

di area depan unit hunian.

Sebanyak 12% penghuni rumah susun memanfaatkan area di depan unit huniannya, sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area tangga, dan sebanyak 6% penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama.

Perubahan perilaku ekonomi penghuni rumah susun adalah memanfaatkan

fasilitas bersama sebagai sarana untuk mengakomodasi aktivitas

berdagangnya. Menjual Makanan Sebanyak 6% penghuni permukiman

Mariso memanfaatkan sebagian area huniannya untuk aktivitas berdagang

makanan.

Sebanyak 4% penghuni rumah susun memanfaatkan

sebagian area huniannya untuk bedagang makanan dan sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area

bersama untuk aktivitas berjualan makanan.

Perubahannya terletak pada lokasi aktivitas, sebanyak

2% memanfaatkan area bersama sebagai sarana aktivitas ekonominya.

Menyimpan barang

Sebanyak 6% penghuni rumah susun memanfaatkan area di dalam

unit hunianya sebagai area tempat penampungan sampah hasil memulung yang terkait erat dengan

profesi penghuni rumah sebagai pemulung.

Sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan

area tangga sebagai tempat penampungan sampah. Sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama sebagai tempat

penampungan sampah.

Terdapat perubahan pada perilaku menyimpan barang, di rumah susun

dilakukan di luar unit hunian.

Bengkel kerja Tidak terdapat aktivitas kerja pada unit hunian di permukiman Mariso.

Sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama di rumah susun sebagai bengkel kerjanya.

Aktivitas ini sebelumnya tidak ditemukan di permukiman Mariso. Di rumah susun aktivitas ini

berlangsung dengan memanfaatkan area bersama

rumah susun. Memelihara ternak Sebanyak 2% penghuni

permukiman Mariso melakukan aktivitas memelihara ternak pada

area hunian.

Seperti halnya kondisi di permukiman Mariso, sebanyak 2% penghuni rumah

susun juga melakukan aktivitas memelihara ternak

pada area bersama rumah susun.

Perilaku memelihara ternak juga berubah bagi masyarakat penghuni rumah

susun, karena kondisi unit hunian yang tidak memungkinkan untuk memelihara ternak maka aktivitas tersebut dilakukan

pada area bersama rumah susun.

(12)

Tabel 3 Perilaku Sosial Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun Perilaku

Sosial Permukiman Mariso Rumah Susun Perubahan Bersenda

gurau

Sebanyak 38% penghuni permukiman Mariso menyatakan

memanfaatkan area bale-bale sebagai sarana interaksi sosialnya

sehari-hari.

Sebanyak 36% penghuni permukiman Mariso menyatakan

memanfaatkan area depan rumahnya sebagai sarana interaksi

sosialnya sehari-hari.

Bale-bale dibuat pada fasilitas bersama, yaitu area tangga untuk mengakomodasi perilaku sosial penghuni rumah susun. Sebanyak 26%

responden menyatakan melakukan interaksi sosial sehari-hari pada area ini.

Sebanyak 48% responden menyatakan menyatakan memanfaatkan area selasar

rumah susun sebagai sarana interaksi sosialnya setiap hari.

Tidak terjadi perubahan pada aktivitas senda

gurau warga, yang berubah adalah setting lingkungannya. Di mana

rumah susun, aktivitas ini juga terjadi pada tempat yang lokasinya cenderung agak jauh dari

unit huniannya yang dilakukan oleh 44% responden, yaitu pada

area tangga, ruang bersama dan landscape

rumah susun.

Olahraga bersama

Sebanyak 24% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas olahraga bersama setiap

minggu.

Akitivas olahraga bersama tidak dilakukan di rumah susun.

Aktivitas olahraga bersama tidak dilakukan

di rumah susun. Minum

kopi bersama

Sebanyak 14% penghuni di permukiman Mariso melakukan

aktivitas interaksi sosial pada warung kopi di kawasan

permukiman.

Sebanyak 10% penghuni rumah susun melakukan aktivitas interaksi sosial pada warung kopi di kawasan rumah

susun.

Perilaku minum kopi bersama sambil berbincang-bincang

Gambar

Tabel 1 Perubahan Perilaku Domestik Warga Penghuni Permukiman Mariso dan Rumah Susun
Tabel 2 Perilaku Ekonomi Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun
Tabel 3 Perilaku Sosial Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis regresi berat terhadap panjang benih, dapat diperoleh hasil bahwa nilai-p pada uji-t sebesar (0.000)<alpha 5% maka tolak H0. Hal ini menunjukkan

Hasilnya menunjukan bahwa rata-rata kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat DDF yang diukur dari rasio PAD terhadap TPD di bawah 10% yang menunjukan kinerja

Pemberita masa kini yang percaya bahwa telah diselamatkan oleh salib Kristus juga mesti melaksanakan tujuan utama panggilannya yakni memberitakan misteri Allah

Pupuk organik dari limbah sampah rumah tangga dengan berbagai macam dekomposer dan bahan campuran lainnya yang telah dihasilkan dilakukan analisis kimia seperti yang disajikan

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui strategi nafkah rumah tangga petani kentang serta melihat sejauh mana pertanian kentang mampu

Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah belum memiliki ruang khusus untuk pengolahan. Pada saat pengadaan koleksi baru datang, koleksi baru tersebut

Berdasarkan permasalahan di atas, berkaitan dengan kinerja pegawai cenderung tidak sesuai dengan tata aturan,standar maupun tugas tanggung jawab yang di pengaruhi

Form output royalti pada gambar 4.18 digunakan untuk menampilkan data lengkap dari royalti, diantaranya nama pengarang, id buku, nama buku, harga buku jumlah terjual