• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep_Hiperpituitarisme_WOC.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep_Hiperpituitarisme_WOC.docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HIPERPITUITARISME

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Endokrin

OLEH

NAMA:

ASTIN A. SEU

APRIANTO TANONE

KELAS:

C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan limpahan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERPITUITARISME”. Makalah ini dibuat agar kami maupun pembaca dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan dan melakukannya dengan baik pada setiap pasien atau klien.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Terima kasih dan semoga Tuhan memberkati kita semua.

Kupang, April 2014

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. KOSEP DASAR PENYAKIT 2.1 PENGERTIAN

Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormon hipofisis anterior. Hiperpituitarisme biasanya mengenai hanya satu hormon hipofisis, sedangkan hormon lainnya sering disekresi dalam kadar yang lebih rendah (Corwin, 2009).

Hiperpituitarisme didefinisikan sebagai sekresi berlebihan satu atau lebih hormon yang disekresi oleh kelenjar pituitari (Polaski & Tatro, 1996).

Menurut Saputra (2012), hiperpituitarisme adalah penyakit kronik progresif yang ditandai oleh disfungsi hormonal yang mengakibatkan pertumbuhan skeletal yang berlebihan.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Sekitar 60-80% dari semua tumor pada kelenjar pituitary adalah prolactinoma (prolactine-secreting tumors). Berikutnya adalah tumor-tumor yang menyebabkan hipersekresi growth hormon dan yang ketiga adalah tumor-tumor yang mensekresi ACTH (Corticotroph tumors). Gonadotropin adenoma, TSH secreting hormon juga jarang ditemukan.

Klasifikasi hiperpituitari terjadi lebih sering pada wanita dari pada laki-laki. Pada adenoma gonadotropin, tidak ada factor penyebab yang dapat ditemukan pada 80%-90% anak perempuan dan 50% anak laki-laki. Rata-rata penderita hipertiroid dan chusing syndrome, biasanya sering pada usiadi atas 20 tahun dan di bawah 40-50 tahun.

2.3 ETIOLOGI

1) Tumor yang mensekresi GH

(4)

3) Adenoma hormon yang mensekresi prolaktin, LH, FSH, atau TSH 4) Malfungsi umpan balik organ target

5) Kehamilan 6) Adrenalektomi

2.4 PATOFISIOLOGI PATHWAY DAN RESPON MASALAH

KEPERAWATAN (WOC)

 Sekresi GH yang berlebihan terjadi sesudah penutupan epifise

 Sekresi GH yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan kartilago, tulang dan jaringan lunak yang berlebihan; dan melebarkan kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan gonad

 Hipermetabolisme yang diinduksi oleh GH menyebabkan perubahan hormon 2.5 KOMPLIKASI 1) Kebutaan/gangguan penglihatan 2) Diabetes melitus 3) Hipertensi 4) Gagal jantung 5) Arteriosklerosis 6) Kardiomiopati 7) Artritis

8) Carpal Tunnel Syndrome 9) Osteoporosis

2.6 GEJALA KLINIK

1) Gambaran wajah yang kasar

2) Lidah membesar 3) Rahang menonjol 4) Kelainan skeletal 5) Disfagia

6) Pertumbuhan kartilago dan jaringan ikat berlebihan

7) Jari-jari tangan mirip laba-laba

8) Tangan dan kaki lebar 9) Kelemahan

10) Impotensi 11) Infertilitas

12) Kulit dan kuku jari tebal dan berminyak

(5)

14) Nyeri pada sendi

15) Suara menjadi besar dan kasar

16) Diaforesis 17) Sakit kepala

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pemeriksaan hormon GH, ACTH, follicle-stimulating hormone, luteinizing hormone: peningkatan kadar hormon.

2) Pemeriksaan laboratorium: kadar glukosa, kalium, dan kalsium. 3) CT scan dan MRI: menunjukkan adanya tumor hipofisis.

4) Tes supresi glukosa: tidak mampu menekan kadar hormon hingga dibawah nilai normal 2 ng/mL yang bisa diterima.

5) Radiologi: penebalan tulang panjang dan tengkorak.

2.8 PENATALAKSANAAN

a. Terapi nonfarmakologi

- Monitoring TTV dan asupan cairan b. Terapi farmakologi

- Preparat analog somatostatin: oktreotid (Sandostatin).

- Preparat dopaminergik: levodopa (larodopa), bromokriptin (parlodel) - Hormon: somatotropin (Humatrope), etinil estradiol, testosteron

(AndroGel), levotiroksin (Synthroid), liotironin (Cytomel), dietilstilbestrol, kortison (jika seluruh hipofise diangkat).

- Antagonis GH: pegvisomant (Somavert).

c. Terapi pembedahan: terapi melalui implant transfenoidalis/hipofisektomi transfenoideus.

(6)

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Identitas: lebih sering pada wanita dari pada laki-laki, pasien dengan hipertiroid dan chusing syndrome, biasanya sering pada usia di atas 20-40 atau 50 tahun.

b. Keluhan utama: kelemahan, deformitas sendi, nyeri pada sendi, diaforesis, sakit kepala.

c. Riwayat penyakit sekarang: kelainan skeletal, impotensi, infertilitas, tumor.

d. Riwayat penyakit dahulu: gangguan penglihatan, diabetes melitus, hipertensi, arteriosklerosis, artritis.

e. Riwayat penyakit keluarga: kaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami hiperpituitarisme.

f. Pemeriksaan fisik persistem 1) B1 (Breathing)

2) B2 (Blood)

3) B3 (Brain): sakit kepala, 4) B4 (Bladder)

5) B5 (Bowel): lidah membesar, rahang menonjol, disfagia

6) B6 (Bone): kelemahan, deformitas sendi, kulit dan kuku jari tebal dan berminyak, diaforesis, tangan dan kaki lebar, kelainan skeletal, jari-jari tangan mirip laba-laba, gambaran wajah yang kasar.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ganguan citra tubuh b.d deformitas sendi dan kelainan skeletal. 2. Hambatan mobilitas fisik b.d kelainan bentuk dan kalemahan. 3. Disfungsi seksual b.d infertilitas dan impoten.

(7)

3. INTERVENSIKEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Goal, Objective,

Outcomes) Intervesi Rasional

Gangguan citra tubuh b.d deformitas sendi dan kelainan skeletal

Goal:

Klien tidak akan mengalami gangguan citra tubuh selama dalam perawatan.

Objective:

Klien tidak akan mengalami deformitas sendi dan kelainan skeletal.

Outcomes:

Dalam waktu 3x24 jam perawatan:

1. Klien menerima perubahan citra tubuh.

a. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.

b. Bantu klien menidentifikasi

kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat di kembangkan oleh klien.

c. Jelaskan kepada klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan

a. Agar perawat dapat mengetahui apa yang di rasakan oleh klien sehubungan dengan perubahan tubuhnya.

b. Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali

c. Membantu klien agar tetap optimis dan berpikir positif selama pengobatan.

(8)

2. Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan 3. Klien mengomunikasikan

perasaan terhadap perubahan citra tubuh 4. Klien mengatakan

perasaan positif terhadap dirinya sendiri

pengobatan.

d. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam kelompok pendukung, aktivitas sosial, atau dengan profesi kesehatan.

d. Membantu mendapatkan dukungan, pemahaman, kesempatan berinteraksi dan konseling tambahan.

Hambatan mobilitas fisik b.d kelainan bentuk dan kalemahan.

Goal:

Klien akan menurunkan hambatan mobilitas fisik selama dalam perawatan.

Objective:

Klien tidak akan Klien tidak akan mengalami kelainan bentuk dan kelemahan.

Outcomes:

a. Bantu klien menganti posisi.

b. Dorong pasien agar berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari/sosial c. Anjurkan klien a. Mengurangi tekanan kulit/jaringan dan menurunkan resiko iskemia jaringan/kerusakan

b. Meningkatkan harga diri; meningkatkan rasa kontrol dan kemandirian.

(9)

Dalam waktu 3x24 jam perawatan: 1. Klien dapat mempertahankan posisi fungsi 2. Menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi yang lemah

mengunakan kasur busa kulit/jaringan; membatasi perasaan kelelahan dan ketidaknyamanan umum.

Disfungsi seksual b.d infertilitas dan impoten

Goal:

Klien tidak akan mengalami disfungsi seksual selama dalam perawatan

Objective:

Klien tidak akan mengalami infertilitas dan impoten

Outcomes:

Dalam waktu 3x24 jam

a. Sediakan lingkungan yang tidak mengancam, dan dorong pasien untuk bertanya tentang seksualitas pribadi

b. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka dalam lingkungan yang tidak

a. Tindakan ini mendorong pasien untuk bertanya tentang hal khusus yang berkaitan dengan keadaan saat ini

b. Tindaka ini meningkatkan komunikasi dan pemahaman di antara pasien dan pemberi asuhan

(10)

perawatan:

1. Pasien menyatakan adanya masalah dalam fungsi seksual

2. Pasien menyatakan perasaan mengenai perubahan seksual

3. Pasien mengungkapkan pemahan tentang disfungsi seksual

mengancam

c. Berikan informasi tentang kondisi individu

d. Anjurkan klien untuk mendiskusikan

keluhannya dengan suami/istri atau pasangan. Sediakan waktu dan lingkungan yang kondusif untuk komunikasai antar klien dan suami/istri atau

c. Fungsi seksual di pengaruhi oleh faktor fisiologis/psikologis; informasi membantu klien memahami situasinya sendiri dan mengidentifikasi tindakan diekerjakan.

d. Untuk berbagai keluhan dan memperkuat hubungan.

(11)

pasangan.

e. Berikan edukasi kepada klien dan suami/istri atau pasangan tentang keterbatasan akibat kondisi klien saat ini.

f. Sarankan rujukan ke konselor seksual atau profesi lainnya dalam mendapatkan penduan selanjutnya.

e. Edukasi mengenai keterbatasan akibat penyakit yang berdampak pada aktivitas seksual dapat membantu klien menghindari komplikasi atau cedera

f. Untuk memberikan sumber-sumber penunjang kelanjutan terapi bagi klien

(12)

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagaian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

NANDA International. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Polaski & Tatro. 1996. Medical-Surgical Nursing. Phyladelphia: W.B. Saunders Company

Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara

(14)

Tumor

Disfungsi kelenjar hipofisis, adenoma hormon, malfungsi

umpan balik organ target, kehamilan, adrenalektomi

Kelainan hipotalamus

Penyebaran

suprasel tumor

Penekanan pd kiasma

optik

Nyeri kepala

bitemporal, gangguan

penglihatan

Hipersekresi

GH

Pertumbuhan longitudinal: pertumbuhan raksasa Pertumbuhan somatis: penebalan

tulang & jaringan lunak

Hipersekresi TSH

Hipertiroid

Hipersekresi prolaktin

Galaktorea & infertilitas

Hipersekresi ACTH

Obesitas, hipertensi, mudah lelah/lemah, osteoporosis, glukosuria

Hipersekresi FSH & LH

Tidak menstruasi, ↓ libido, infertilitas, disfungsi seksual, impotensi

(15)

HIPERPITUITARISME

B3

Rangsangan pd

nosiseptor

Pelepasan

mediator kimia

Nyeri kepala & nyeri sendi

Nyeri akut

B5

↑ pertumbuhan jaringan lunak

Lidah membesar, rahang menonjol, disfagia, penebalan

pita suara Kesulitan bicara, suara

menjadi lebih dalam

Ketidakseimbangan nutrisi: < kebutuhan tubuh Hambatan komunikasi verbal B6

Pembesaran tangan & kaki, menyerupai persegi empat, bulat & tumpul, pembesaran

sinus frontalis & paranasalis, wajah kasar, supraorbital menonjol, deformitas mandibula, deformitas/kelainan skeletal

Gangguan citra tubuh

Hambatan mobilitas fisik ↑ pertumbuhan jaringan lunak Kurang informasi Ansietas

Referensi

Dokumen terkait

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.... 9 Pilar

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemetaan analogi pada konsep listrik-magnet dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri menggunakan analogi agar

Pada gambar diagram temperatur konsentrasi tersebut, jika suatu larutan yang terletak pada titik A didinginkan tanpa kehilangan volume pelarut (garis ABC), maka pembentukkan

Muzara‟ah adalah transaksi antara penggarap (dengan pemilik tanah) untuk menggarap tanah dengan imbalan sebagian dari hasil yang keluar.. dari tanah tersebut

Acara FGD tersebut diselenggarakan oleh Komite Bersama Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Pendidikan yang merupakan gabungan dari pihak Kementerian Riset, Teknologi,

Sehingga perbedaan antara bank Islam (syari’ah) dan bank konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi

paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan/atau pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau

Islam membedakan antara sistem ekonomi dengan ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi, dalam Islam didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang produksi dan peningkatan kualitas