• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN AKHLAKULKARIMAH (DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB) MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI MTsN 6 KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBINAAN AKHLAKULKARIMAH (DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB) MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI MTsN 6 KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN

AKHLAKULKARIMAH

(DISIPLIN DAN

BERTANGGUNG JAWAB) MELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI MTsN 6 KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Mendapatakan Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanIAIN Batusangkar

Oleh :

IRSYAD HAMID

14 101 062

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pembinaan AkhlakulKarimah (Disiplin dan Bertanggung Jawab) Melalui Kegiatan Kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar”. Shalawat dan salam senantiasa dicurahkan oleh Allah SWT. kepada pemimpin umat sedunia yakni Nabi Muhammad SAW. sebagai uswatun hasanah dan pembawa kabar gembira bagi manusia di dunia.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Bapak Dr. H. Kasmuri, M.A yang telah memberikan segala fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Ibu Susi Herawati, S. Ag. M.Pd

4. Bapak Dr. Ridwal Trisoni, M. Pd selaku pembimbing I dan kepada Bapak Dr. David S, Ag, M. Pdselaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, masukan, support dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, tanpa bantuan dan jasa beliau mungkin skripsi ini tidaklah berarti apa-apa.

5. Bapak Dr. Ridwal Trisoni, M. Pd selaku Penasehat Akademik (PA) yang telah memberikan arahan dan membimbing penulis dari semester 1 sampai sekarang tanpa mengenal lelah dan letih untuk meluangkan waktunya dalam memperlancar konsultasi akademik penulis.

6. Bapak Dr .David S. Ag, M.Pd selaku pembina Gerakan Pramuka IAIN Batusangkar yang telah memberikan arahan dan membimbing penulis dalam berbagai hal sampai sekarang tanpa mengenal lelah dan letih untuk meluangkan waktunya dalam memperlancar konsultasi dengan penulis.

(5)

iv

7. Kepala dan staf perpustakaan IAIN Batusangkar yang telah menyediakan fasilitas dan meminjamkan buku-buku referensi yang penulis butuhkan.

8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama mengikuti proses perkuliahan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

9. Teristimewa kepada Kedua orang tua penulis Apak Lukman dan Amak Rosnidanis yang rela berkorban tanpa henti, memberikan, nasehat dan semangat kepada penulis supaya penulis meraih impian penulis.dan penulis mengucapkan terima kasih juga kepada kakek penulis yang telah menjadi pengganti orang tua penulis.

10. Kepada Uda penulis Irvan Luthfi S. Pd. I yang memberikan doa dan dukungan penulis baik dukungan materi dan non materi.

11. Kepada Uda dan Kakak penulis Dodi Rahman dan Asmira Wati yang memberikan doa dukungan penulis baik dukungan materi dan non materi.

12. Bapak Drs. Sabrimen, MA selaku Kepala Madrasah MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar yang telah bersedia menerima penulis dalam penelitian ini.

13. Ibuk Arnetti, S. Pd dan Bapak Borkat Permohonan, S. Th.I selaku pembina Gerapak Pramuka MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar telah bersedia menerima dan membimbing penulis dalam penelitian ini.

14. Keluarga besar Gerakan Pramuka Racana Mahmud Yunus-Rahmah El-Yunussiyah Salam Pramuka untuk kita bersama yang telah memberikan penulis arti kebersamaan dan tanggung jawab.

15. Keluarga besar Gerakan Pramuka MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar Salam Pramuka untuk kita bersama yang telah memberikan penulis arti kebersamaan dan tanggung jawab.

16. Keluarga besar Ikatan Uda Uni Kabupaten Tanah Datar Salam Wisata untuk kita bersama yang telah memberikan penulis arti kebersamaan dan tanggung jawab. 17. Keluarga besar GenRe Kabupaten Tanah Datar Salam GenRe untuk kita bersama

yang telah memberikan penulis arti kebersamaan dan berencana demi masa depan. 18. Kakak Elsadina Susandra selaku partner GenRe sejak tahun 2016 dan selaku

pembimbing Espede dalam penulisan skirpsi ini.

19. Teman-teman KKN C 15 Jorong Padang Ambacang serta mahasiswa PPL SMAN 1 Sungayang yang seperjuangan dengan penulis dan selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini

20. Teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2014, terkhusus lokal B yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(6)

v

Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala bantuan yang telah diberikan dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat kelemahan-kelemahan dan kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat terutama bagi calon guru dan praktisi pendidikan dalam upaya menyelenggarakan proses pembelajaran yang lebih baik. Akhir kata penulis ucapkan terima Kasih

Batusangkar, 1 Februari 2019 Penulis

IRSYAD HAMID NIM. 14 101 062

(7)

vi ABSTRAK

IRSYAD HAMID. NIM 14 101 062. Judul Skripsi : “PEMBINAAN

AKHLAKULKARIMAH (DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB)

MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI MTSN 6 KABUPATEN TANAH DATAR”. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar tahun 2019.

Pokok permasalah dalam penelitan ini adalah pembinaan akhlakulkarimah

(disiplin dan bertanggung jawab) melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar. Akhlak disiplin dan bertanggung jawab peserta didik yang berada di Gerakan Pramuka Gugus Depan 05.365-05.366 Pangkalan MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan aturan yang ada dalam Islam dan aturan Pramuka. Tujuan pembahasan ini untuk mengetahui pembinaan akhlakulkarimah

(disiplin dan bertanggung jawab) melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar yang dilakukan oleh pembina Pramuka terhadap peserta didik Pramuka yang sangat bagus.

Jenis penelitian yang ini adalah penelitian lapangan (field research),mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model Miles dan Huberman dan keabsahan data yaitu dengan cara Trigulasi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam pembinaan akhlakul karimah (disiplin dan bertanggung jawab) peserta didik di Gerakan Pramuka MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar memiliki 3 aspek yaitu: (1) metode pembinaan akhlak disiplin dan tanggung jawab peserta didik melalui kegiatan kepramukaan adalah (a) sistem beregu yaitu dibentuknya beberapa kelompok kecil agar mmperoleh kesempatan belajar memimpin dan dipimpin,(b) Pengamalan kode kehormatan pramuka yaitu ukuran tingkah laku seorang anggota pramuka, (c) Belajar sambil melakukan yaitu mempraktikan secara langsung, (d) Kegiatan yang menarik dan menantang yaitu kegiatan bersifat kreatif, inovatif,dan rekreatif,(e) Kegiatan di alam terbuka yaitu kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung serta membina tanggung jawab, (f) Sistem tanda kecakapan yaitu tanda yang menunjukkan kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki oleh peserta didik. (2) Proses pembinaan akhlak disiplin dan tanggung jawab peserta didik melalui kegiatan kepramukaan terjadi melalui, (a) kesepakatan peraturan yakni dengan adanya kesepakatan peraturan, (b) pemberian hukuman yakni bagi siapa saja yang melanggar tata tertib siap untuk menerima sanksi, (c) latihan terus-menerus yakni dengan latihan yang menjadi kebiasaan dalam kepribadiannya,(d) keteladanan Pembina yakni memberikan contoh nyata.(3) Teknik evaluasi pembinaan akhlak disiplin dan tanggung jawab peserta didik melalui kegiatan kepramukaan adalah (a) observasi (pembina mengamati setiap gerak gerik peserta didik dan mencatatnya dalam buku khusus tata tertib), (b) penilaian diri (pembina meminta peserta didik menilai perbuatan dirinya sendiri), (c) penilaian antar teman (pembina meminta peserta didik untuk memberikan penilaian kepada temannya dengan cara memberikan pengakuan kebaikan dan keburukan temannya).

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... .ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

KATA PENGANTAR ... ....iii

ABSTRAK ... .vi

DAFTAR ISI ... ...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 13

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 14

F. Defenisi Operasional ... 14

BAB IIKAJIAN TEORI A. Kajian Teori ...16

1. Pembinaan Akhlakul Karimah ... 16

a.Pengertian Pembinaan... 16

b.Pendekatan Pembinaan ... 17

c.Pengertian Akhlak... 18

d.Macam-Macam Akhlak ... 19

e.Ruang Lingkup Akhlak ... 23

f.Indikator AkhlakulKarimah ... 24

g.Disiplin ... 24

h.Bertanggung Jawab... 30

i.Perbedaan Akhlak dengan Karakter ... 32

2. Kegiatan Kepramukaan ... 33

a.Pengertian Kegiatan Kepramukaan ... 33

(9)

viii c.Tujuan dan Tugas Pokok Gerakan

Pramuka...... ...36

d.Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan (PDKMK) 37 e.Kode Kehormatan Pramuka ... 39

f.Program Kegiatan Kepramukaan ... 44

g.Pelaksanaan Prodik (Program Pendidikan) Dalam Pembinaan Karakter/Akhlak ... 43

h. Akhlakul Karimah Yang Terdapat Dalam Dasadarma ... 48

3. Pembinaan AkhlakulKarimah Melalui Kegiatan Kepramukaan... 57

B. Penelitian yang Relevan ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...66

B. Latar dan Waktu Penelitian ...67

C. Instrument Penelitian ...67

D. Sumber Data ...67

E. Teknik Pengumpulan Data ...67

F. Teknik Analisis Data ...68

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ...69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Temuan Penelitian...70

1. Temuan Umum ... 70

2. Temuan Khusus ... 72

a.Metode Pembinaan Akhlakul Karimah (disiplin dan Bertanggung Jawab) Peserta Didik Melalui Kegiatan Kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar ... 72

b.Proses Pembinaan Akhlakul Karimah (disiplin dan Bertanggung Jawab) Peserta Didik Melalui Kegiatan Kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar ... 92

c.Teknik Evaluasi Pembinaan Akhlakul Karimah (disiplin dan Bertanggung Jawab) Peserta Didik Melalui Kegiatan Kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar ... 97

(10)

ix BAB V PENUTUP A. Simpulan ...117 B. Saran...120 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu dan teknologi membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Sejalan dengan perubahan itu, untuk menghindari ketertinggalan dengan bangsa lain maka upaya tepat yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah melakukan pembangunan siaga fisik, mental, material, dan spiritual. Manusia memiliki sejumlah potensi atau kemampuan yang diberikan Allah SWT. Abdul Mujib menyebutkan tujuh macam potensi manusia yaitu al-Fitrah (cinta asli), ákl (akal) al-Hayyah (daya/tenaga), al-Khuluq (karakter), at-Tabhú (tabiat), al-Sajiyah (bakat), al-Sifāt (sifat-sifat), dan al-Ámal (perilaku). Potensi tersebut bisa dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan berusaha untuk menampakkan (aktualisasi) potensi-potensi tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik (Mujib, 2006: 43-48). Akhlak merupakan pondasi yang utama dalam pembentukkan pribadi manusia seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak, merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Pembinaan akhlak di sekolah harus dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor. 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengemban potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara(UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003).

Berdasarkan Undang-Undang di atas jelas tergambar bahwa salah satu dari tujuan pendidikan Nasional adalah agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

(12)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang tidak hanya diperlukan bagi dirinya tetapi juga untuk masyarakat, Bangsa dan Negara.

Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar dalam ajaran Islam. Aqidah, syariah dan akhlak merupakan hal yang saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan aqidah dan syari’ah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah pondasi dan bangunannya kuat. Maka tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syari’ah yang baik (Marzuki, 2009:13).

Nabi Muhammad SAW diutus ke muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia. Seperti dalam

haditsnya:

اَمَّنِإُتأثِعُبَمِّمَتُ ِلَِحِلاَصِق َلَأخَ ألْا

Artinya :Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik(H.R Bukhari, No 273).

Hadits di atas menjelaskan bahwa misi Nabi Muhammad SAW. ini bukan misi yang sederhana, melainkan misi yang agung dan untuk merealisasikannya diperlukan waktu kurang lebih22 tahun. Nabi Muhammad SAW. melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab selama 13 tahun, kemudian Nabi mengajak untuk menerapkan syari’ah

setelah aqidahnya mantap.Kedua sarana inilah (aqidah dan syari’ah), Nabi dapat merealisasikan akhlakulkarimahdi kalangan umat Islam (Marzuki, 2009:13).

Mengamalkan akhlakul karimah diperlukan pendalaman tentang konsep akhlak itu sendiri. Pemahaman yang jelas tentang konsep akhlak, akan membuat seseorang memiliki pijakan dan pedoman untuk mengarahkan tingkah laku sehari-hari, apakah yang dilakukan benar atau tidak, termasuk

(13)

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari khuluqun yang menurut bahasa diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khāliq dengan mākhluk dan antara mākhluk dengan mākhluk(Riwan dan Riki, 2009:3).

Ibn Miskawaih, Zahrudin dan Sinaga mendefinisikan “akhlak sebagai keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu(2004:37). Sedangkan menurut Imam Ghazali akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi, dengan kata lain merupakan perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan. Orang yang pemurah sudah biasa memberi, ia akan memberi tanpa pertimbangan panajng seolah-olah tangannya sudah terbuka lebar untuk senantiasa memberi. Hal ini bisa terjadi karena telah ada pembiasaan sebelumnya(Sinaga, 2004:37).

Secara umum akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak mulia dan akhlak tercela. Akhlak mulia diartikan sebagai perbuatan yang baik yang seharusnyaditerapkan setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari, sedang akhlak tercela diartikan sebagai perbuatan yang buruk dan hendaklah dijauhi serta tidak memprakktekannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ahmad Azhar Basyir menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dilihat dari ruang lingkupnya akhlak mulia dibagi menjadi 3 bagian yaitu akhlak terhadap AllahSWT., akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap lingkungan (Ridwan dan Riki, 2009:13-15).

Mengenai akhlak mulia, maka rujukan utamanya ialah Rasulullah SAW., karena beliau adalah the walking and the living Al-Qur’an, yaitu contoh nyata aktualisasi Qur’an”. Memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dengan merujuk pada konteks prilaku Rasulullah SAW. sebagai

(14)

teladan yang sempurna merupakan bagian dari upaya setiap muslim yang nyata, sehingga terciptalah kecerdasan ruhaniah dan jasmaniahnya. Berikut indikator akhlakul karimah yang ada pada diri Rasulullah SAW. berdasarkan Firman Allah dalam Q.S.Al-Ahzab ayat 21 diantaranya shidiq, fathanah, tabligh dan amanah (Deswita, 2012:36).

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa manusia dapat meneladani

akhlakul karimah Rasulullah SAW., karena Rasulullah SAW. diutus ke muka bumi membawa misi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Namun justru fenomena sekarang adalah krisis akhlak pada umat Islam, khususnya masyarakat Indonesia. Saat ini banyak anak-anak dan remaja yang tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini tergambar dari perilaku remaja dan anak-anak. Zaman sekarang banyak terjadi tawuran antar sekolah, tidak menghormati orang tua, kurang sopan kepada guru, dan lain sebagainya. Terlebih di era globalisasi kini, manusia berlomba-lomba dalam mencapai berbagai hal. Hal tersebut membuat manusia cendrung berperilaku keras demi mendapatkan yang diinnginkannya, terbiasa serba instan, dan manusia dipaksa hidup seperti robot, selalu berada pada persaingan tinggi (konflik) dengan sesamanya yang membuat manusia mengalami disorientasi meninggalkan norma-norma universal. Menggunakan konsep Machiavelli

(menghalalkan segala cara), mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki akhlak yang baik.

Tidak ada manusia yang menginginkan hal buruk seperti yang tergambar pada fenomena di atas terjadi. Maka perlu adanya upaya untuk merealisasikan akhlak mulia dalam kehidupan manusia, salah satu caranya berupa pembinaan yang diberikan secara terus menerus, tidak hanya dalam keluarga, melainkan perlu peran berbagai pihak. Lingkungan masyarakat, instansi pendidikan dan lainnya sangat berperan penting bagi pembentukkan akhlak mulia manusia. Pembinaan tersebut perlu dilakukan sejak dini pada setiap jenjang pendidikan yang merupakan tahapan terpenting dari perkembangan peserta didik bahkan menjadi hal yang sangat fundamental

(15)

bagi kesuksesan perkembangan pendidikan peserta didik selanjutnya, karena nasib suatu bangsa ditentukan oleh generasi muda sebagai penerusnya (Rumini, 2004:15).

Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan atau keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri (Simanjuntak dan Pasaribu, 1990:84).

Pembinaan akhlakulkarimah peserta didik merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap orang dalam proses pendidikan, sebab akhlakul karimah memiliki fungsi menjadikan perilaku manusia menjadi lebih beradab serta mampu mengidentifikasi berbagai persoalan kehidupan, baik atau buruk menurut norma yang berlaku (Asmaran, 2002:1).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pembinaan adalah aktivitas dalam upaya menjadikan sesuatu yang dibina menjadi baik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Begitu juga dengan pembinaan

akhlakulkarimah bisa dilakukan di jalur pendidikan formal, informal maupun non formal. Sebagaimana firman Allah SWT. yang mempertegas pentingnya melakukan pembinaan dalam upaya merubah dan melakukan perbaikan perbaikan menuju tujuan yag lebih baik dalam meraih ridha Allah SWT. yang terdapat dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 11 :

































Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas

(16)

perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia

(Kementrian Agama RI, 2010).

Berdasarkan penjelasan ayat diatas memberikan penjelasan tentang

berakhlakul karimah. Diperlukan berproses terus menerus (melakukan pembinaan) agar iman benar bermanisfestasikan karakter atau akhlak yang mulia. Salah satu bentuk pembinaan akhlak terhadap generasi muda ialah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya dan orang lain.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sistim Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003).

Terdapat tiga jalur pendidikan, diaantaranya pendidikan formal, merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal, banyak terdapat pada usia dini serta pendidikan dasar, Pramuka, TPA atau Taman Pendidikan Al-Quran, yang banyak terdapat di setiap masjid, dan Sekolah Mingguyang terdapat di semua gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Program-program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF), Pendidikan Kesetaraan A, B, C, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Magang, dan sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya. Pendidikan informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara

(17)

sadar dan bertanggung jawab (UU Sistim Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003).

Ketiga jalur pendidikan dapat berfungsi sebagai pembinaan bagi manusia. Seperti pendidikan nonformal, banyak cara yang dapat dilakukan sebagai peluang membina akhlak siswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendidik akhlak siswa adalah dengan menggunakan seluruh kesempatan, berbagai sarana termasuk dalam kegiatan-kegiatan yang mendorong terciptanya akhlak yang baik. Kegiatan baris-berbaris, upacara, pengembaraan, berkemah, perlombaan, dan kegiatan-kegiatan di alam terbuka yang saat ini semakin diminati dan dikaji oleh banyak kalangan, hal itu harus diterapkan sebagai peluang membina akhlak siswa.Pembinaan dapat dilakukan di alam terbuka sebagai media pembelajaran. Beberapa tokoh dunia yang melegenda, seperti Columbus, Marcopolo, dan Vasco da Gama menyebutkan bahwa alam telah memberikan mereka motivasi serta arahan untuk melakukan penjelajahan dunia agar dapat menemukan hal yang baru pada wilayah lain.

Kegiatan tersebut terdapat pada kegiatan pendidikan Pramuka. Pramuka menjadi ajang dan kekuatan non formal yang mampu bertahan secara politik dan ekonomi sehingga keberadaannya diperhitungkan sebagai institusi strategi yang dimiliki bangsa Indonesia. pendidikan Pramuka merupakan jenis pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pengelompokan usia yang berlaku dalam pendidikan Pramuka yang dibagi menjadi tiga penggolongan, yaitu Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Sehingga untuk membentuk watak akan lebih mudah melalui kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah dibiasakan dalam kegiatan Pramuka sesuai dengan usianya.

(18)

Pramuka sebagai Gerakan Kepanduan Praja Muda Karana adalah gerakan kaum muda yang didukung oleh orang dewasa, berfungsi sebagai lembaga pendidikan luar sekolah yakni sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda. Menggunakan prinsip dasar metodE pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia.

Berbagai nilai karakter dan akhlakul karimah juga tertuang ke dalam Dasadarma Pramuka yang lebih mengrucut kepada 3 ruang lingkup akhlakul karimah terhadap Allah SWT., terhadap sesama manusia dan terhadap lingkungan. Sepuluh Dasadarma terbut adalah; takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan dan kesatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, terampil dan gembira, hemat, cermat dan bersahaja, disiplin, berani dan setia, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011).

Gerakan kepanduan didirikan oleh Boden Powell dari Inggris pada tahun 1908 dan kemudian dilaksanakan di negara-negara, termasuk di Indonesia. Gerakan Pramuka disahkan oleh Kepres RI No. 238 Tahun 1961 tentang gerakan Pramuka sebagai satu-satunya gerakan yang boleh melaksanakan pendidikan kePramukaan, dan tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Ir. Juanda dan dikuatkan kembali pada UU No.12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Demikian Gerakan Pramuka memiliki legitimasi yang amat tinggi untuk memasuki institusi sekolah atau pendidikan tinggi tanpa mengundang rasa curiga dari pihak manapun. Bahkan, gerakan ini dapat dijadikan sebagai wadah kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang aktifitas kurikuler di berbagai jenjang dan satuan pendidikan. Gerakan Pramuka bertujuan membentuk manusia berkepribadian dan berwatak luhur, sehat jasmani dan rohani, serta menjadi warga negara Republik Indonesia, yang berjiwa Pancasila, setia, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik, berguna, dapat membangun diri, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk

(19)

mencapai tujuan itu, Gerakan Pramuka menghimpun anak-anak dan pemuda berbentuk satuan Pramuka, sesuai dengan golongan usia dan jenisnya.

Pendidikan kepramukaan melatih peserta didiknya untuk menjadi generasi penerus yang mandiri, memiliki sikap kedisiplinan dan tanggungjawab yang tinggi, budi pekerti yang luhur, mampu membangun masyarakat serta berguna bagi bangsa dan negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan pramuka pasal 4 menjelaskan bahwa:

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup (UU Gerakan Pramuka Nomor 12 tahun 2010)

Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwasannya pendidikan kepramukaan yang diajarkan di dalam Gerakan Pramuka menitikberatkan pada proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia yang diajarkan melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Nilai-nilai kepramukaan merupakan Nilai-nilai-Nilai-nilai positif yang diajarkan dan ditanamkan kepada para anggota pramuka.

Pelaksanaan kegiatan kepramukaan ada 3 hal yang dibina dalam pola pembinaan terhadap peserta didik Pramuka yakni bina diri, bina satuan dan bina masyarakat (Kwartir Nasional, 2011). Bina diri yang dimaksud adalah bagaimana peserta didik ditntut untuk mengamalkan Dasadarma dalam kehidupannaya sehari-hari baik dalam kegiatan kepramukaan maupun diluar kegiatan kepramukaan. Kegiatan kepramukaan yang dapat membina dirinya diantaranya baris-berbaris, upacara, pengembaraan, berkemah, perlombaan, dan kegiatan-kegiatan di alam terbuka, latihan rutin mingguan, permainan yang bersifat mendidik, kajian rutin, penempuhan SKU (Syarat Kecakapan Umum), penempuhan SKK (Syarat Kecakapan Khusus), penepuhan SKG (Syarat Kecakapan Garuda). Hal ini tidak terlepas dari dorongan dan dukungan dari seorang pembina. Kegiatan kepramukaan yang dapat membina satuan peserta didik diantara gladian pimpinan regu, gladian pimpinan satuan,

(20)

Lomba tingkat, jambore, kemah lomba dan lain-lain yang dilaksanan di tingkat Gudep hingga Internasional. Diantara kegiatan kepramukaan yang dapat membina masyarakat adalah kemah bhakti masyarakat, penyuluhan masyarakat dan lain-lain.

Pola pembinaan yang terdiri dari bina diri, bina satuan dan bina masyarakat tersebut harus sesuai dengan prinsip dan metode kepramukaan yang tertera dalam AD/ART Gerakan Pramuka. Pada penelitian ini penulis fokus meneliti mengenai bina diri yang dilaksanakan di Pramuka golongan penggalang. Pada sistem pendidikan yang ditetapkan di Pramuka ada sistem among yang ada di Pramuka golongan penggalang bahwa pembinaan terhadap Pramuka penggalang adalah 50% dari pembina dan 50% lagi dari inisiatif peserta didik itu sendiri. Melalui bina diri inilah pembinaan terhadap

akhlakul karimah peserta didik dapat dilakukan dalam kegiatan kepramukaan maupun diluar kegiatan kepramukaan.

Penjelasan di atas tampak bahwa tujuan Gerakan Pramuka dan Dasadarma Pramuka yaitu mendidik dan membina kaum muda guna mengembangkan mental, sosial, moral, spiritual, emosional intelektual dan fisik sehingga menjadi manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, menjadi Warga Negara Indonesia yang berjiwa Pancasila dan yang paling terpenting adalah untuk pembentukan dan pembinaan akhlakul karimah berdadarkan ruang lingkupnya. Menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama bertanggung jawab untuk bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam, lingkungan baik lokal, nasional dan internasional.

Kontemplasi atas uraian di atas bermuara pada pemahaman bahwaakhlakulkarimah, ruang lingkup akhlakul karimah, tujuan Gerakan Pramuka dan Dasadarma Pramuka itulah yang harus ditanamkan dalam kegiatan Kepramukaan. Demi terbentuknya insan yang berkarakter Islami dan

berakhlakul karimah. Maka sudah sepatutnya generasi muda perlu dididik dan dibiasakan dengan kegiatan positif sedari dini, agar terhindar dari banyak

(21)

hal yang bersifat negatif dalam kesehariannya. Hal ini dapat dilakukan terhadap generasi muda diusia remaja awal. Usia remaja di awal pendidikan peserta didik di tingkat SLTP yaitunya Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Islam mengajarkan kepada kita agar benar-benar memperhatikan dan mengaplikasikan nilai-nilai kedisiplinan dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu sikap disiplin dan tanggungjawab perlu dikembangkan pada diri siswa mengingat siswa sebagai generasi muda calon pemimpin yang merupakan ujung tombak kemajuan bangsa. Dalam Dasadarma ke delapan dan sembilan terdapat point disiplin dan bertanggung jawab yang inklud kaitannya dengan ruang lingkup akhlak terhadap Allah, terhadap sesama manusia dan terhadap lingkungan didalamnya. Melalui pendidikan kepramukaan, siswa dilatih untuk menumbuhkan kedisiplinan dan tanggungjawab yang baik. Rangkaian kegiatan kepramukaan, misalnya kegiatan upacara, PBB, PPGD, semaphore merupakan salah satu contoh kegiatan penanaman kedisiplinan dan tanggungjawab. Setiap kegiatan yang dijalani dapat melatih siswa untuk senantiasa mentaati peraturan dan menyelesaikan tugas yang telah disepakati bersama.

Jadi, kegiatan kepramukaan mempunyai peran penting dalam menata sikap disiplin dan tanggungjawab siswa melalui pembiasaan yang dilakukan pada setiap kesempatan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan kepramukaan merupakan salah satu pendidikan ekstrakurikuler yang sangat tepat untuk menanamkan kedisiplinan dan tanggungjawab siswa di sekolah.

Kegiatan Pramuka di Indonesia khususnya pada pendidikan tingkat SMP/MTs mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kegiatan Pramuka dijadikan salah satu kegiatan wajib yang harus diikuti oleh peserta didik khususnya kelas tujuh dalam kurikulum 2013. Hal ini membuktikan bahwa Pramuka memiliki peran yang cukup besar dalam memajukan pendidikan karakter di Indonesia.

(22)

Kegiatan kepramukaan yang dilakukan di tingkat SLTP/MTs dinamakan dengan tingkat Penggalang. Kegiatan Pramuka yang dilakukan di tingkat SLTP/MTs dinamakan dengan tingkat Penggalang. Penggalang adalah anggota muda Gerakan Pramuka berusia 11-15 tahun. Pada usia tersebut anak-anak memiliki sifat keingintahuan (Curiosity) yang tinggi, semangat yang kuat, sangat aktif, dan suka berkelompok. Oleh karena itu titik berat dari latihan Pasukan Penggalang terletak pada kegiatan Regu yang didasari oleh sistem beregu dalam seluruh pelaksanaan kegiatan Pasukan Penggalang. (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011)

Salah satu sekolah yang sudah mewajibkan Pramuka bagi peserta didik bagi siswa kelas tujuh pada semester pertama dan ekstrakurikuler pilihan pada semester kedua adalah MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan Pramuka di MTsN 6 Tanah Datar dilakukan setiap hari Sabtu mulai dari pukul 14.00 s.d 16.30 WIB.

Berdasarkan observasi peneliti pada 15 Desember 2018 melihat secara lansung pelaksanaan kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar. Penulis melihat kegiatan kepramukaan di sekolah meliputi kedisiplinan beribadah peserta didik melaksanakan sholat ‘asyar pada saat latihan berlansung dengan baik dan tertata pelaksanaanya mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasinya. Penulis juga melihat tata cara peserta didik saling bertegur sapa dan bersikap terhadap yang sama besar, terhadap junior, terhadap senior, terhadap pembina, terhadap pembantu pembina, dan terhadap guru-guru di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan nilai moral yang terdapat dalam Dasadarma. Di sisi lain penulis juga melihat cara peserta didik bersikap terhadap lingkungannya dengan menjaga fasilitas-fasilitas yang ada di lingkungan sekolah dan di sekitar mereka, setiap selesai latihan peserta didik selalu melakukan operasi semut atau mebersihkan tempat yang telah selesai mereka gunakan untuk latihan Pramuka. Hal tersebut merupakan tanggung jawab yang dilakukan mereka atas kepercayaan yang diamanahkan pembina Pramuka. Peneliti sempat berbincang-bincang dengan Kak Arnetti

(23)

selaku pembina Pramuka MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar mengatakan “hal demikian kita ajarkan kepada anak-anak agar mereka tetap memakai Dasadarma yang 10 kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun dalam kehidupan mereka sehari-hari” (Arnetti, wawancara pra-riset, 15 Desember 2018).

Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan peneltian pembinaan dengan judul “Pembinaan Akhlakul Karimah (Disiplin dan Bertanggung Jawab) Melalui Kegiatan Kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti jabarkan, maka peneliti menfokuskan penelitian ini pada pembinaan akhlakul karimah (disiplin dan bertanggung jawab)peserta didik melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode pembinaan akhlakul karimah disiplin dan bertanggung jawab melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar ?

2. Bagaimana proses pembinaan akhlakul karimah disiplin dan bertanggung jawab melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar ?

3. Bagaimana teknik evaluasi pembinaan akhlakul karimah disiplin dan bertanggung jawab melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahuibagaimana metode pembinaan akhlakul karimah disiplin dan bertanggung jawab melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar

(24)

2. Untuk mengetahuibagaimana proses pembinaan akhlakul karimah disiplin dan bertanggung jawab melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar

3. Untuk mengetahuibagaimana teknik evaluasi pembinaan akhlakul karimah

disiplin dan bertanggung jawab melalui kegiatan kepramukaan di MTsN 6 Kabupaten Tanah Datar

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

1. Manfaat Penelitian

a. Sebagai sarana pengembangan intelektual peneliti sesuai dengan latar belakang pendidikan yang peneliti jalani.

b. Sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1) di Institut Agama Islan Negeri (IAIN) Batusangkar.

2. Luaran Penelitian

a. Dapat diproyeksikan untuk mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

b. Dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah. F. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam memahami judul dan istilah yang dipaparkan dalam pembahasan ini, perlu penjelasan defenisi operasional yang berkenaan dengan penelitian ini, sebagai berikut:

Pembinaan adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang buruk menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana, sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

(25)

AkhlakulKarimah adalah semua perkataan, perbuatan dan pemikiran yang diperintahkan dalam islam yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Akhlakul karimah dalah sebgai bentuk perwujudan budi pekerti, tingkah laku, dan tabiat yang melekat apada diri seseorang yang menjadikan dia mudah bertindka tanpa banyak pertimbangan lagi atau spontanitas.

Displin adalah suatu pengendalian diri seseorang untuk mengembangkan sikap dan menghormati suatu sistem yang disitu terdapat sebuah aturan, perintah, tata tertib atau keputusan yang dilandasi atas dasar kesadaran diri tanpa adanya paksaan.

Bertanggung Jawab adalah sebuah perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu yang berdasarkan atas kewajiban maupun panggilan hati seseorang. Yaitu sikap yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut memiliki sifat kepedulian dan kejujuran yangg sangat tinggi.

Kegiatan Kepramukaan merupakan proses pendidikan dalam bentuk kognitif dan psikomotorik yang menyenangkan bagi anak-anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan keluarga, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka. Kegiatan kepramukaan yang penulis maksud kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan akhlakul karimah (disiplin dan bertanggung jawab)

Pembinaan akhlakulkarimah disiplin dan bertanggung jawab melalui kegiatan kepramukaan merupakan upaya yang dilakukan pembina Pramuka dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang buruk peserta didik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik untuk lebih meningkatkan kemampuannya terhadap disiplin dan tanggung jawabnya melalui kegiatan yang terprogram dan terencana di kegiatan Pramuka.

(26)

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Pembinaan AkhlakulKarimah

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan adalah proses, cara, pembuatan pembaharuan, penyempurnaa, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan berarti membina, memperbaharui, proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997). Pembinaan yang dimaksud di sini merupakan usaha kegiatan mengarahkan peserta didik dalam melaksanakan suatu kegiatan pendidikan baik secara teori maupun praktek agar kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan. Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan atau keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri (Simanjuntak dan Pasaribu, 1990:84).

(27)

Dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang buruk menjadi baik, dari yang baik menjdi lebih baik yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana, sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efisien dan efektif.Pembinaan dapat dilakukan oleh dan dimanapun berada. Pembinaan tidak hanya dilakukan dalam keluarga dan dalam lingkungan sekolah saja, tetapi di luar keduanya juga dapat dliakukan pembinaan. Pembinaan dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar.

b. Pendekatan Pembinaan

Menurut Mangunhardjana untuk melakukan pembinaan ada beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang Pembina, antara lain:

1) Pendekatan informative (informative approach), yaitu cara menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada peserta didik. Peserta didik dalam pendekatan ini dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman.

2) Pendekatan partisipasif (participative approach), di mana dalam pendekatan ini peserta didik dimanfaatkan sehingga lebih ke situasi belajar bersama.

3) Pendekatan eksperiansial (Experienciel approach), dalam pendekatan ini menempatkan bahwa peserta didik langsung terlibat di dalam pembinaan, ini disebut sebagai belajar yang sejati karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam situasi tersebut (A. Mangunhardjana, 1986:17).

(28)

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan oleh pembina mempengaruhi terhadap peserta didik. Mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembina perlu melalkukan pendekatan untuk mendapatkan kedekatan secara baik dengan peserta didik. Dalam proses pembinaanya pembina dan peserta didik sama-sama bertatap muka lansung supaya mendapatkan hasil yang dihaprkan. c. Pengertian Akhlak

Secara etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata Khuluqun (قلخ) yang berati (تيجسلا) perangai, (عبطلا) tabiat, (ةءورملا) budi (Zahruddin AR dan Hasanuddin, 2004:1). Senada dengan itu Mahmud Yunus mengemukakan bahwa akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun(قلخ) yang berati budi pekerti, perangai, tingakh laku dan tabiat (1972:120). Rahmat Djamika dalam bukunya Sistim Etika Islam menyatakan bahwa “menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab (قلخ) bentuk jamak dai Mufradnya

khuluk(قلخ) yang berati budi pekerti” (1992:26).

Melihat pengerian diatas, makna akhlak mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan Khalqun yang berati kejadian, serta erat hubungannay dengan :khaliq” yang berati pencipta dan “makhluk” yang berati yang diciptakan. Pola defenisi akhlak tersebut muncul sebagai mediataor yang mejembatani komunikasi antara sang Pencipta dengan makhluk secara timbal balik, yang disebut dengan hablumminallah.

Dari produk minallah yan verbal ini, biasanya muncullah pola hubungan antar sesama manusia atau lebih akrab dikenal dengan

hablumminannas.Jadi berdaskan sudut pandang kebahasaan, defenisi akhlak dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, moral, etika, karakter, kesusilaan, sopan santun dan tata krama.

Secara terminologi penegertian akhlak dapat dilihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

(29)

1) Menurut Ibnu Maskawaih, mengemukakan rumusan akhlak yaitu keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu. 2) Menurut Imam Al-Ghazali akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam

dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

3) Menurut Ahhmad Amin, akhlak adalah ilmu untuk menetapkan segala ukuran, segala perbuatan manusia yang abik atau buruk yang benar atau salah, yang hak dan yang bathil.

4) Menurut Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syaibany mengemukakan bahwa akhlak adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam jiwa dari mana tmbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang (Ridwan dan Riki, 2009:3-7).

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlak secara terminologi merupakan sifat-sifat yang melekat pada diri manusia tersebut dapat lahir berupa perbuatan-perbuatan terpuji atau akhlakul karimah, namun sifat-sifat yang melekat yang melekat pada diri manusia tersebut juga bisa lahir berupa perbuatan-perbuatan tercela, maka hal ini dapat disebut dengan akhlak tercela. Dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah budi pekerti, tingkah laku, dan tabiat yang melekat apada diri seseorang yang menjadikan dia mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi atau spontanitas.

d. Macam – Macam Akhlak 1) Akhlak Terpuji

Menurut Ridwan dan Riki “akhlakterpuji atau disebut dengan

akhlakul karimah adalah sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma ajaran Islam (2009:26). Sedangkan menurut Deswita dalam bukunya Akhlak Tasawuf menyebutkan "akhlak terpuji adalah menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri

(30)

dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya dan mencintainya (2012:35).

Dapat disimpulkan bahwa akhlak terpuji akhlakulkarimah

yang penulis maksud di sini adalah sikap, tabiat, budi pekerti dan tingkah laku baik yang terdapa pada diri seseorang dengan meninggalakn semua akhlak atau prilaku tercela sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Akhlak mulia dan terpuji ditandai dengan sejumlah ciri dari segi prinsip, sumber, tujuan, isi, dan kaidahnya. Islam memang menciptakan kaidah tersendiri dalam membina umatnya berdasarkan asas yang dapat memelihara eksistensi manusia dan dapat mencapai keseimbangan antarsemua unsur kekuatan. Yaitu dengan tidak memusnahkan salah satu unsure kekuatan mereka, tetapi bagaimana agar masing-masing unsur itu dapat bekerja secara harmonis tanpa ada yang dirugikan (Sa’aduddin, 2006: 99).

Terdapat sejumlah ciri yang menunjukkan akhlak mulia menurut Dr. Irman Abdul Mukmin (2006:45). Ciri itu beriringan dengan semangat Islam dan semangat bimbingannya. Ciri tersebut yaitu bersifat universal, selalu relevan, rasional, bertanggung jawab secara kolektif, dan setiap perbuatan ada ganjarannya. Akhlak dalam penelitian ini dispesifikasikan menjadi tiga yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada oranglain.

Akhlak terpuji dibagi menjadi 2 yaitu taat lahir dan taat bathin. a) Taat lahir

Taat lahir berati melalkukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk perbuatan baik terhadap sesama manusia dan lingkungan, dan dikerjakan oleh anggota lahir. Berikut perbuatan-perbuatan yang diketegorikan taat lahir : (1) Tobat

(2) Amar makruf nahi mungkar

(3) Syukur

Berikut cara-cara yang ditempuh untuk meningkatkan akhlak terpuji secara lahiriah adalah :

(31)

(2) Mentaati dan mengikuti peraturan dan undang-undang yang berlaku di masyarakat dan Negara

(3) Pembiasaan

(4) Memilih pergaulan yang baik (5) Melalui perjuangan dan usaha b) Taat bathin

Taat bathin adalah segala sifat baik, yang terpuji yang dilakukan oleh anggota bathin(hati). Taat bathin memilki tingkatan lebih tinggi dari taat lahir, karena bathin merupakan penggerak dan sebab bagi terciptanya ketaatan lahir. Dengan terciptanya ketaatan bathin (hati dan jiwa), maka pendekatan diri kepada Tuhan melalui perjalan rohani akan dapat terlaksana.

Berikut cara-cara meningkatkan taat bathin yaitu :

(1) Munasabah, yaitu menhitung-hitung perbuatan yang telah dilakukan selama hidup.

(2) Mu’aqadah, yaitu memberi hukuman terhadap perbuatan yang telah kita lakukan.

(3) Mu’ahadah, yaitu berjanji tidak akan mengulangi perbuatan buruk dan diganti dengan perbuatan baik. (4) Mujahadah, yaitu memaksimalkan perbuatan baik untuk

mencapat derajat ihsan (Ridwan dan Riki, 2009:20-30). 2) Akhlak Tercela

Hidup manusia mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesuciannya, tetapi juga mengarah kepada keburukan. Hal ini tergantung beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Ahmad Amin, keburukan akhlak muncul disebabkan karena kesempitan pandangan dan pengalamanya serta berdasrkan ego.

Menurut Imam Al-Ghazali “akhlak tercela yaitu tingkah laku manusia yang dpat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan (Mustofa, 1999:197).

Lebih lanjut Imam al-Ghazali menerangkan ada 4 hal yang mendorong manusia melakukan perbuatan tercela diantaranya : a) Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material

(harta dan kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam melansungkan hidupnya agar bahagia.

(32)

b) Manusia. Selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan keburukan, seperti istri dan anak. Karena kecintaan kepada mereka, misalnya dapat melalaikan manusia dari kewajibannya terhadap Allah dan terhadap sesama.

c) Setan/Iblis. Setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda manusia melalui bathinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan.

d) Nafsu. Nafsu adakalanya baik dan adakalanya buruk, akan tetapi nafsu cenderung mengarah kepada keburukan (Deswita, 2012:33)

Pada dasarnya sifat dan perbuatan yang tercela dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a) Maksiat Lahir

Maksiat berasal dari bahasa Arab, ma’siyah yang berati pelanggaran oleh orang yang baligh dan berakal, karena melakukan perbuatan yang dilarang, dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syari’at Islam. Maksiat lahir, karna dilakukan dengan alat-alat lahiriyah, akan mengakibatkan kekacauan pada masyarakat, seperti pencurian dan perampokan, pembunuhan dan perkelahian. Maksiat lahir ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

(1) Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang bathil, berdebat dan berbantah yang hanya menagnya sendir tanpa menghormati orang lain, berkata kotor, mencaci maki atau mengucapkan kata laknat, menghina, menertawakan atau merendahkan orang lain, berkata dusta dan sebagainya.

(2) Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang sedang mengupat, mendengarkan nyanyi-nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada ibadah kepada Allah SWT.

(3) Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang bukan muhrimnya, melihat orang lain dengan gaya hina, melihat kemungkaran tanpa beramar makruf nahi mungkar.

b) Maksiat Bathin

Maksiat bathin lebih berbahaya dibandingkan dengan maksiat lahir karena tidak terlihat dan lebih sulit untuk dihilangkan. Selama maksiat bathin belum dilenyapkan, maka maksiat lahir tidak bisa dihindarkan dari manusia. Bahkan para sufi menganggap maksiat bathin sebagai najis maknawi, yang karena adanya najis tersebut tidak memungkinkan mendekati Tuhan. Beberapa contoh maksiat bathin ini diantaranya marah,

(33)

dongkol, dengki, sombong, riya takabur dan lain-lain (Ridwan dan Riki, 2009:32-36).

e. Ruang Lingkup Akhlak

Azhar Basyir menyebutkan cakupan akhlakulmeliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, sosial, makhluk penghuni yang memperoleh bahan kehidupannya dari alam, serta sebagai makhluk ciptaan Allah. Ruang lingkup akhlak terdiri dari :

1) Akhlak Terhadap Allah SWT

Titik tolak akhlak kepada Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah SWT. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, Malaikat dan manusia pun tidak akan mampu menjangkaunya.

2) Akhlak Sesama Manusia

Islam mengingatkan manusia agar tidak merugikan hak-hak orang lain. Sebut saja berbohong akan merugikan orang lain dan sumber kekacauan di masyarakat. Islam juga melarang pencurian, perampokan, perampasan, pengkhianatan, judi dan lainnya yang berakibat pada kerugian dan kehancuran bagi orang lain.

3) Akhlak dengan Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tak bernyawa. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelummekar, karena tidak memberi kesmpatan kepada makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Hal ini berati bahwa manusia memiliki tanggung jawab terhadap alam. Sebagai khalifah manusi diberikan instrument ke khalifahan untuk menjaga dan melestarikan bumi beserta isinya (R.Malik dan R.Saputra, 2009:13-16).

(34)

Ketiga ruang lingkup akhlak tersebut perlu dibina untuk terus menjadi lebih baik maupun dari yang belum baik menuju arahnya yang lebih baik. Apabila ketiga akhlak tersebut bisa diterapkan dengan baik akan dapat membentuk insankamil sesuai dengan tuntunan ajaran Islam dan ajaran Rasulullah SAW.

f. Indikator Akhlakul Karimah

Berbicara mengenai akhlak mulia, maka rujukan utama adalah Rasulullah SAW, karena beliau adalah the walking and the living Al-Qur’an, contoh nyata aktualisasi Al-Qur’an. Memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dengan merujuk pada konteks prilaku Rasulullah sebagai teladan yang sempurna merupakan bagian dari upaya setiap muslim yang nyata, sehingga terciptalah kecerdasan ruhaniah dan jasmaniahnya. Dalam upaya mengasah kecerdasan ruhaniah dan jamaniah, berikut indikator akhlakul karimah yang ada pada diri Rasulullah SAW berdasarkan firman Allah dalam Q.S al-Ahzab ayat 21 diantaranya shidiq, fathanah, tabligh dan amanah

(Deswita, 2012:36).

Dengan upaya mengasah kecerdasan ruhani, diharapakan dapat menjadi kebutuhan dan kebiasaan prilaku yang menghujam di dalam hati sanubari. Karena merasakan kebahagiaan yang tiada tara bagi seorang muslim untuk meneladani sikap dan perilaku Rasulullah SAW. g. Disiplin

1) Pengertian Disiplin

Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun di luar diri baik dalam keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, bernegara maupun beragama. Disiplin juga merujuk pada kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang dianut. Disiplin sangat berkaitan dengan kualitas

(35)

hidup di masa dewasa kelak, oleh karena itu disiplin perlu dilatihkan kepada peserta didik. Untuk memahami tentang disiplin, berikut akan dikemukakan pengertian disiplin menurut pandangan beberapa ahli

Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “discipline”,

yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok (Elizabeth, 1976:82)

Menurut Daryanto dan Suryatri Darmiatun disiplin adalah perilaku sosial yang bertanggung jawab dan fungsi kemandirian yang optimal dalam suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar kemampuan mengelola atau mengendalikan, memotivasi dan indenpendensi diri (Daryanto, 2013:49)

Disiplin pribadi merupakan sifat dan sikap terpuji yang menyertai kesabaran, ketekunan dan lain-lain. Orang yang tidak mempunyai sikap disiplin pribadi sangat sulit untuk mencapai tujuan. Sikap disiplin pribadi seorang anak di dalam belajar, tercermin dalam kedisiplinan penggunaan waktu, baik waktu dalam belajar, ataupun waktu dalam mengerjakan tugas, serta mentaati tata tertib atau yang lainnya. Seseorang dalam hal ini, hendaknya memiliki self discipline, apabila dia berhasil memindahkan nilai-nilai moral yang bagi orang Islam terkandung dalam rukun iman. Iman berfungsi bukan hanya sebagai penggalak tingkah lakubila berhadapan dengan nilai-nilai positif yang membawa kepada nilai keharmonisan dan kebahagiaan masyarakat. Iman juga berfungsi sebagai pencegah dan pengawas bila berhadapan dengan nilai-nilai yang menyimpang, sehingga segala perbuatan seolah-olah ada yang mengawasi. Jadi kita akan dapat bertindak secara hati-hati.

(36)

Dari beberapa penjelasan di atas tentang disiplin tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu pengendalian diri seseorang untuk mengembangkan sikap dan menghormati suatu sistem yang disitu terdapat sebuah aturan, perintah, tata tertib atau keputusan yang dilandasi atas dasar kesadaran diri tanpa adanya paksaan.

2) Unsur-Unsur Disiplin a) Peraturan

Peraturan merupakan serangkaian pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Peraturan untuk anak dapat ditetapkan oleh orangtua, pendidik atau teman bermain. Menurut Elizabeth B. Hurlock menjelaskan tujuan dari peraturan adalah “membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu”. Dalam hal peraturan sekolah misalnya, peraturan ini memberikan pedoman tentang apa yang tidak boleh dilakukan anak di lingkungan sekolah (Elizabeth, 1976:43).

Dari penjelasan tersebut, agar dapat memenuhi fungsinya tersebut, maka peraturan harus dapat dimengerti, diingat dan diterima oleh anak. Peraturan yang harus ditaati anak, hendaknya dijelaskan terlebih dahulu baik secara teori maupun praktiknya agar lebih dapat dipahami oleh anak. Kemudian anak dibiasakan untuk mentaati peraturan tersebut secara bertahap sehingga anak dapat mengingat dan menerimanya sebagai kewajiban yang harus dipenuhi.

b) Hukuman

Unsur pokok disiplin yang kedua ialah hukuman. Elizabeth B. Hurlock berpendapat hukuman berasal dari kata kerja latin, “punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagi ganjaran, atau pembalasan”. Dalam pelaksanaan proses

(37)

pendidikan di sekolah khususnya sekolah menengah atau MTs, pendidik mempunyai hak untuk memberikan hukuman kepada peserta didiknya. Namun dalam memberikan hukuman kepada peserta didik, pendidik mempunyai pertimbangan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hukuman yang diberikan sebagai upaya mendisiplinkan peserta didik tidak berdampak buruk baik secara fisik maupun psikis. Hukuman harus bersifat mendidik peserta didik sehingga tidak menimbulkan trauma.

c) Penghargaan

Pokok ketiga dari disiplin adalah adanya penghargaan atas tindakan peserta didik. Penghargaan merupakan bentuk apresiasi untuk hasil suatu hasil yang baik. Elizabeth B. Hurlock berpendapat bahwa “penghargaan tidak harus berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung”. Dengan adanya penghargaan yang dilakukan oleh pendidik, maka peserta didik akan lebih termotivasi untuk berperilaku baik. Elizabeth B. Hurlock juga memberikan penjelasan lebih lanjut terkait dengan fungsi peghargaan norma maka orang tua menerangkan secara rasional dan obyektif dan meyakinkan perbuatannya, jika baik perlu dibiasakan dan jika tidak hendaknya tidak diulang kembali.

d) Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, dalam cara peraturan diajarkan dan dipaksakan, dalam memberikan hukuman bagi yang melanggar, dan pemberian penghargaan bagi mereka yang mentaati. Konsistensi dibutuhkan terutama dalam proses mendisiplinkan dan memberikan tindakan atas perilaku baik maupun perilaku

(38)

buruk anak. Dengan menerapkan konsistensi ini, disiplin yang diajarkan kepada anak dapat berfungsi dengan baik. Anak dapat belajar bagaimana menghormati aturan kapanpun dan dimanapun peghargaan (Elizabeth, 1976:43).

3) Cara Menanamkan Disiplin

Kehidupan manusia diatur oleh macan-macam aturan agar tidak timbul kekacauan dan kesewenangan dalam tingkah laku. Kelakuan-kelakuan yang diperlihatkan seseorang dibatasi oleh macam-macam tata cara agar dapat harmonis dengan lingkungannya di mana seseorang itu hidup di dalamnya. Tata cara kehidupan mengandung inti bahwa tingkah laku seseorang “diatur oleh keharusan-keharusan untuk memperlihatkan sesuatu tingkah laku dan batas-batas yang memberi petunjuk apa yang tidak boleh dan tidak baik dilakukan. Jadi seseorang diharapkan mengetahui dan dapat memperlihatkan sesuatu tingkahlaku sesuai dengan keharusan dan batas-batas yang digariskan dalam lingkungan hidupnya. Tingkah laku demikian harus mengakar sebagai kebiasaan dan tidak menekan atau menimbulkan ketegangan. Tingkah laku demikian harus sudah terbiasa sejak dini dan terbentuk melalui disiplin. Dalam menanamkan sikap disiplin kepada anak ada berbagai cara yaitu sebagai berikut: (a) Cara Otoriter

Pada cara ini seorang pendidik (orang tua, guru) menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak. Anak harus patuh dan tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau pendapatnya sendiri. Kalau anak tidak memenuhi tuntutan, ia akan diancam dan dihukum. Anak harus patuh dan menurut saja semua peraturan dan kebijaksanaan orangtua maupun guru sebagai pemimpin. Sikap keras dianggap sebagai sikap

(39)

yang harus dilakukan karena hanya dengan sikap demikian anak menjadi penurut.

(b) Cara Bebas

Orang tua maupun guru sebagai pemimpin membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggapnya “keterlaluan” orang tua baru bertindak. Pada cara bebas ini pengawasan menjadi longgar. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik.

(c) Cara Demokratis

Dalam usaha orang tua untuk menanamkan disiplin pada anak, cara demokratis memang paling ideal, sebab keinginan dan pendapat anak selalu diperhatikan dan kalau sesuai dengan norma yang diberikan orang tua maka disetujui. Sebaliknya jika keinginan dan pendapat anak tidak sesuai dengan norma maka orang tua menerangkan secara rasional dan obyektif dan meyakinkan perbuatannya, jika baik perlu dibiasakan dan jika tidak hendaknya tidak diulang kembali (Elizabeth, 1976:43).

h. Tanggung Jawab

1) Pengertian Tanggung Jawab

Joko Tri Prasetya menjelaskan bahwa tanggung jawab adalah “kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja” (Joko,1998:154). Dalam ajaran Islam, banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan disiplin dan tanggung jawab dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan Setiap orang harus memiliki sikap tanggung jawab terhadap setiap tindakan yang telah dilakukannya, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara seseorang harus memiliki tanggung jawab baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Gambar

Tabel 4.1 Prestasi Kegiatan yang Pernah Diikuti Gerakan Pramuka  MTsN  6 Kabupaten Tanah Datar

Referensi

Dokumen terkait

Ar-Ruzz Media, hal. Buku Pan- duan Internasional Pendidikan Karakter sekolah. Yogyakarta: Diva Press, hal. Desain Pendidikan Karak- ter: Konsep dan Aplikasinya dalam

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

Melalui kegiatan berdiskusi yang dilaksanakan melalui whatsapp, peserta didik mampu membandingkan contoh penerapan nila Pancasila sila pertama dan kedua

Melalui demonstrasi/praktek peserta didik mampu melaksanakan pembuatan contoh produk barang/jasa sesuai standar SNI dengan baik, disiplin, cermat dan bertanggung jawab..

Nilai Harapan Pelanggan digunakan untuk menggolongkan atribut kebutuhan menjadi atribut kuat dan lemah yang akan diintegrasikan dengan kategori Kano sehingga diperoleh

Pompa air Hitachi dengan teknologi mutakhir dibuat dari bahan anti korosi (tembaga, stainless steel, plastik, dan sebagainya) pada bagian-bagian yang bersentuhan langsung dengan

Jadi orang yang melakukan sex diluar nikah dan tidak taat hukum agama dan negara otomatis akan mendapat jiwa pemberontaknya karena melanggar hukum ketaatan, yang mana

Dari hasil analisa Bivariat pada factor predisposing yang berhubungan dengan pendokumentasian yaitu motivasi, dan persepsi, Hubungan antara motivasi dengan