• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA OLEH"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR –FAKTOR PENDORONG

MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN

SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA

OLEH

ANDY RISWAN RITONGA

080501013

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya.

(3)

ABSTRACT

This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS.

This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS.

The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Sofyan Suri Ritonga, SH dan ibunda Siti Onggol, S,pd. Saudara-saudara, abang, kakak, dan adik tercinta, beserta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan semangat dan dukungan beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis. 2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam menyempurnakan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Kepada Bapak DR. Saparuddin Siregar, SE, AK, SAS, M.Ag selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi

Pembangunan yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis. 7. Bapak dan Ibu staf administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya

Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada pimpinan BAZDASU Bapak Drs. H. Amansyah Nasution, MSP beserta pegawai-pegawai BAZDASU yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan. Wassalamualaikum Wr. Wb. Medan, 24 Juli 2012 Penulis

Andy Riswan Ritonga 080501013

(6)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ... i ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR SINGKATAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 11 1.3 Tujuan Penelitian ... 12 1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zakat………... 14

2.1.1. Pengertian Zakat………... 14

2.1.2. Klasifikasi Zakat………... 16

2.1.2.1. Zakat Fitrah………... 16

2.1.2.2. Zakat Maal (Harta)………... 17

2.1.2.3. Syarat-Syarat Zakat….………... 26

2.1.2.4. Penerima Zakat………... 27

2.1.3. Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat………... 28

2.2. Infaq……….………... 30

2.2.1. Pengertian Infaq………... 30

2.3. Sedekah………... 31

2.3.1 Pengertian Sedekah………. 31

2.4. Pelayanan Donatur/Muzakki………... 31

2.4.1 Pengertian Donatur Muzakki... 31

2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pelayanan………... 32

2.4.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan………. 33

2.5 Lokasi Lembaga Zakat……….34

2.6. Peranan Fundraising Zakat……… 35

2.6.1 Pengertian Fundraising Zakat……… 35

2.6.2 Metode Fundraising Zakat………. 35

2.6.3 Tujuan Fundraising Zakat……… 36

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian...38

3.2. Lokasi Penelitian………...38

3.3. Jenis dan Sumber Data...38

3.4. Teknik Pengumpulan Data...39

3.5. Populasi dan Pemilihan Sampel …….………..40

3.6. Metode Analisis dan Pengelolaan Data...40

3.7. Definisi Operasional...41

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara…43 4.1.1. Sejarah Singkat Perkembanagan BAZDASU. ……...43

4.1.2. Profil BAZDASU ………...45

4.1.3. Visi dan Misi BAZDASU …………...46

4.1.3.1. Visi………46

4.1.3.2. Misi………46.

4.1.4. Landasan Hukum Zakat………...47

4.1.4.1 Landasan Agama Islam………..47

4.1.4.2 Landasan Peraturan Perundang-undangan……….48

4.1.5. Kedudukan BAZDASU………...49

4.1.6. Tugas Pokok dab Fungsi BAZDASU…… ...49

4.1.6.1 Tugas Pokok………...49

4.1.6.2 Fungsi……….50

4.1.7. Tujuan dan Prinsif Pengelolaan BAZDASU………...51

4.1.8. Program Bantuan dan Pendayagunaan BAZDASU...52

4.1.9. Struktur Organisasi Pengurus BAZDASU……….53

4.2. Analisis Data dan Pembahasan………...55

4.2.1. Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin………... ………...56

4.2.2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……... .57

4.2.3. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan 59 4.2.4. Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU…………60

4.2.5. Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden………...62

4.2.6. Hasil Analisis Data dan Deskriftif Penelitian……….64

4.2.6.1.Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU65 4.2.6.2. Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU66 4.2.6.3. Jarak Tempat Tinggal Responden dengan Lokasi BAZDASU………..68

4.2.6.4. Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU………. 70.

4.2.6.5. Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU….. 72

4.2.6.6. Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU……….. 74

4.2.6.7. Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU……….. .. 76

(8)

4.3. Analisis Data Perkembangan Pengumpulan ZIS dan Deskriptif

Penelitian……….. 78

4.3.1. Perkembangan Jumlah Muzakki BAZDASU………… 78

4.3.2. Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS di BAZDASU………. 83

4.3.3. Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di BAZDASU………... 88

4.4. Kendala-kendala yang Dihadapi BAZDASU Dalam Menghimpun Dana Zakat, Infaq, Dan sedekah (ZIS)………. 94

4.4.1.Kendala Internal………... 94

4.4.2. Kendala Eksternal……… 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 97

5.2. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA... 101

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Halaman

1.1 Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan

Amil Zakat Daerah Sumatera Utara………... 8

1.2 Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara………. 8

2.1 Nishab Zakat Unta……….. ... 20

2.2 Nishab Zakat Sapi atau Kerbau………... 21

2.3 Zakat Kambing dan Domba……… 22

4.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 56

4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………. 58

4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Pendapatan 59 4.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..….. 60

4.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden………... 62

4.6 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU……… . 65

4.7 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU…………. .. 67

4.8 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU 69 4.9 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU………. .. 71

4.10 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU………. 73

4.11 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU 74

4.12 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU…….. 76

4.13 Jumlah Donatur/Muzakki BAZDASU Tahun 20012011…. ... 80

4.14 Jumlah Penerimaan Dana ZIS DAN Non ZIS BAZDASU Tahun 2001-2011……… .. 85

4.15 Jumlah Penyaluran Dana ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011……… …….. ………... 90

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul

Halaman

4.1 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..……. 62 4.2 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh

Responden……… ... 63 4.3 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU... 66 4.4 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU……….. 68 4.5 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU.. 70 4.6 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui

BAZDASU……….. 72 4.7 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden

di BAZDASU……….. 74 4.8 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU…. 76 4.9 Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU………. 78 4.10 Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS yang Terhimpun

Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011………. 88 4.11 Perbandingan Penerimaan dan Penyaluran ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-201……….………. 93

(11)

DAFTAR SINGKATAN

BAZDA = Badan Amil Zakat Daerah

BAZDASU = Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara BAZIS = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah

BAZNAS = Badan Amil Zakat Nasional

BAZ = Badan Amil Zakat

BPS = Badan Pusat Statistik

DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

LAZ = Lembaga Amil Zakat

LHAI = Lembaga Harta Agama Islam LPZ = Lembaga Pengelolaan Zakat OPZ = Organisasi Pengelolaan Zakat

SPSS = Statistic Product and Service Solution UPZ = Unit Pengumpulan Zakat

UU = Undang-Undang

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya.

(13)

ABSTRACT

This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS.

This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS.

The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusian yang bernilai sosial (Maliyah ijtimah‘iyyah). ZIS memiliki manfaat yang sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran Islam maupun dari aspek pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah perkembangan Islam yang diawali sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Zakat telah menjadi sumber pendapatan keuangan negara yang memiliki peranan sangat penting, antara lain sebagai sarana pengembangan agama Islam, pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan untuk kepentingan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang mampu seperti fakir miskin, serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1).

Peranan zakat di atas, sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat miskin di Indonesia yang masih membutuhkan berbagai macam layanan bantuan, namun masih kesulitan dalam memperoleh layanan bantuan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Di lihat dari fenomena itulah, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebenarnya memiliki potensi yang strategis dan sangat layak untuk dikembangkan dalam menggerakkan perekonomian negara. Melalui penggunaan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), di mana zakat, infaq,

(15)

dan sedekah selain sebagai ibadah dan kewajiban juga telah mengakar kuat sebagai tradisi dalam kehidupan masyarakat Islam.

Oleh karena itu, ibadah zakat, infaq, dan sedekah yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan Indonesia adalah negara yang memiliki potensi zakat yang cukup besar. Potensi ini merupakan sumber pendanaan yang dapat dijadikan kekuatan pemberdayaan ekonomi, pemerataan pendapatan, bahkan akan dapat menggerakkan roda perekonomian negara. Potensi ini sebelumnya hanya dikelola oleh individu-individu secara tradisional dan bersifat konsumtif, sehingga pemanfaatannya belum optimal. Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola masyarakat (Depag RI, 2007 a: 1).

Pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah oleh BAZ dan LAZ, seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap masalah kemiskinan dalam hal membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup miskin dan serba kekurangan dan belum tersentuh oleh hasil distribusi zakat, dikarenakan banyak program LPZ yang manfaatnya bagi umat belum dirasakan secara signifikan (Depag RI, 2008:3). Padahal potensi zakat Indonesia di atas kertas luar biasa besar. Secara matematis,

(16)

jika kesadaran berzakat telah tumbuh, maka akan didapat angka minimal sebesar Rp 19 Triliun per tahun, Angka akan bertambah jika diakumulasikan dengan pemasukan dari infaq, sedekah, serta wakaf tentunya akan didapat angka yang lebih besar lagi. Namun, angka di atas masih dalam hitungan kertas saja. Dalam kenyataannya pada tahun 2007 lalu hanya terkumpul lebih kurang Rp 250 milyar per tahun, itu artinya hanya 1,3% saja dana zakat yang dapat terkumpul dari jumlah dana potensial yang ada (Ibid). Di lihat dari persentase jumlah dana zakat yang berhasil dikumpul oleh BAZ dan LAZ tidak sebanding dengan besarnya potensi yang ada. Apalagi bila dilihat dari segi jumlah penduduk Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011 mencapai 30,01 juta jiwa, menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 31,02 juta jiwa. Sumatera Utara berada pada empat besar sebagai provinsi yang jumlah penduduk terbanyak dari 33 propinsi di Indonesia. Jumlah penduduk miskinnya mencapai 1,481 juta jiwa. Angka tersebut menurun sedikit dibanding tahun 2010 yang mencapai 1,490 juta jiwa (www.bps.go.id). Dengan status jumlah masyarakat Islam yang mayoritas, jelas yang paling banyak berada pada garis kemiskinan adalah masyarakat Islam, sehingga masalah ini menjadi masalah umat Islam yang harus ditanggung bersama.

Untuk membantu memecahkan masalah kemiskinan melalui institusi ZIS, diperlukan aturan hukum yang jelas melalui Undang-undang Pengelolaan Zakat. Dalam UU Pengelolaan Zakat dimaksud disebutkan bahwa tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat

(17)

sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Kemudian terjadi perkembangan yang cukup menarik, yang mendukung penghimpunan zakat dengan lahirnya UU Nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang antara lain mengatur tentang pembayaran zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak (Depag RI, 2007 a:2).

Pengurangan zakat dari laba atau pendapatan sisa kena pajak tersebut bertujuan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak, agar kesadaran membayar zakat diharapkan dapat memacu kesadaran membayar pajak. Zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak adalah yang dibayarkan kepada BAZ atau LAZ yang dikukuhkan oleh pemerintah untuk dapat mengurangkan zakat dari penghasilan kena pajak tersebut. Wajib pajak harus terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terlebih dahulu (Depag RI, 2007 b:64-65). Oleh karena itu, kewajiban membayar zakat dan pajak dapat lebih disinergikan, dimana keduanya merupakan sumber keuangan yang berpotensi besar dalam kegiatan pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, zakat yang memiliki peranan besar sebagai sumber keuangan syariah dalam membantu meningkatkan perbaikan kualitas kesejahteraan hidup masyarakat. Untuk itu diperlukan penguatan aturan hukum guna menempatkan kedudukan zakat yang lebih strategis lagi di Indonesia. Salah

(18)

satu alasan itulah yang mendukung dilakukannya revisi undang-undang dalam mengatur dan menguatkan kedudukan zakat, serta Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) di Indonesia. Pada akhirnya proses amandemen UU No 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat telah selesai diamandemen dan disahkan oleh DPR RI pada tanggal 27 Oktober 2011 lalu. UU hasil amandemen tersebut kemudian diberi nomor UU Nomor 23 Tahun 2011. Sebuah hasil perumusaan dan perjuangan panjang bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pengelolaan zakat di Indonesia, akibat dari ketidak setujuan atas UU Nomor 38 Tahun 1999 yang memberikan LAZ kesempatan yang sama besar dalam mengelola dana zakat. Terdapat bukti-bukti yang semakin menguat bahwa pada umumnya masyarakat telah gagal dalam melaksanakan pengelola zakat, dan seharusnya pengelolaan zakat ini dikembalikan kepada lembaga zakat pemerintah (BAZ). Peningkatan Pertumbuhan yang besar jumlah dana zakat, infaq, dan sedekah yang berhasil dikumpulkan oleh LAZ tidak diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan secara optimal. Oleh sebab itu ada anggapan bahwa lembaga zakat yang dikelola oleh masyarakat sendiri, belum dapat berjalan dengan baik serta masih syarat terhadap kepentingan individu dan kelompok.

Dengan adanya Undang-undang baru zakat ini, lebih menguatkan peran dan fungsi BAZ, yang menegaskan kewajiban LAZ yang di bentuk masyarakat untuk melaporkan kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat yang telah dilakukannya kepada BAZ (Pasal 19), tetapi bukan kewajiban untuk menyetorkan dana zakat kepada BAZ. Hal ini bertujuan agar koordinasi LPZ dapat diformalkan melalui Undang-undang.

(19)

Terwujudnya koordinasi Pengelolaan dana zakat yang baik antara BAZ dan LAZ melalui UU yang baru, menumbuhkan harapan besar dalam menghadapi tahun 2012, sehingga optimisme peningkatan penerimaan zakat secara nasional cukup beralasan. Pada tahun 2010, penerimaan zakat nasional mencapai sekitar Rp 1,5 triliun zakat, sedangkan tahun 2011 lalu mencapai Rp 1,8 triliun atau mengalami kenaikan 20% dibanding penerimaan tahun 2010. Untuk tahun 2012, jumlah penerimaan zakat Rp 3-4 triliun sangat mungkin terealisasi asal terpenuhi dua syarat, yaitu, (1) sistem pengelolaan zakat sesuai UU pengelolaan zakat yang baru berjalan efektif dipusat dan disemua daerah, dan (2) pelaksanaan pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan bruto bagi para wajib pajak orang pribadi yang beragama Islam dapat direalisasikan dengan berbasis sistem IT perpajakan dan perzakatan (Republika, 22 Desember 2011).

Sementara di Sumatera Utara, menurut Pimpinan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara telah mengumpulkan dana yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sekitar Rp1,4 miliar hingga pertengahan Agustus 2011 yang akan disalurkan untuk membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Dengan rincian sebanyak Rp 600 juta berasal dari zakat dan Rp800 juta dari infaq serta sedekah. Namun sedang diupayakan pengumpulan ZIS lebih banyak agar dapat membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Pada tahun 2010, Dana ZIS yang terkumpul oleh Bazda Sumatera Utara mencapai Rp.1,7 milyar dengan rincian Rp.1,2 milyar dari zakat dan sekitar Rp.450 juta dari infaq dan sedekah (www.waspadaonline.com). Dalam perkembangan LPZ setelah disahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang

(20)

Pengelolaan Zakat di Indonesia (kini telah di amandemen menjadi UU Nomor 23 tahun 2011, yang pelaksanaan masih dalam proses sosialisasi). Secara hukum menetapkan adanya proses pengesahan Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) (pasal 6) yakni pembentukan Badan Amil Zakat Daerah dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam rangka melaksanakan amanat UU Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1999 tersebutlah, Pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2001 telah membentuk Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU).

Keberadaan BAZDASU terasa memberikan peran dan tujuan penting bagi masyarakat dan pemerintah Sumatera Utara, antara lain yaitu (Khoiri, 2010:2): 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan syariat Islam, 2. Meningkatkan fungsi dan peranan norma keagamaan dalam upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, 3. Meningkatkan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah yang lebih produktif. Lembaga ini kemudian mulai menjadi lembaga yang dipercaya masyarakat dan amanah dalam mengelola dana umat. Walaupun demikian masih terdapat sejumlah permasalahan yang harus dihadapi seperti (Maratua Simanjuntak, 2006:37-38), masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat membayar zakat ke lembaga pemerintah, belum meratanya pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk membayar zakat khususnya zakat maal (harta), serta belum meratanya sosialisasi kebijakan peraturan pemerintah dan UU pengelolaan zakat, serta permasalahan lainnya yang juga harus dibenahi dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang amanah, profesional, dan transparan. Oleh karena itu

(21)

BAZDASU terus berusaha meningkatkan pelayanannya, mulai dari upaya penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS, serta pengembangan sumber daya yang ada terus menerus dilakukan.

Perwujudan usaha-usaha BAZDASU mulai terlihat perkembangannya dari jumlah penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir terkumpul dana ZIS sebagai berikut :

Tabel 1.1: Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara

Sumber: Hasil Wawancara Dengan Pengelola BAZDASU (2012).

Jumlah penerimaan di atas masih terbilang relatif kecil dibanding dengan potensi ZIS yang diyakini cukup besar yang ada di Sumatera Utara. Apabila dilihat dari perkembangan jumlah donatur/muzakki yang membayarkan zakat, infaq, dan sedekah dari tahun ke tahun melalui BAZDASU, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, maka dapat dilihat perkembangannya sebagai berikut :

Tabel 1.2 : Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.

Sumber: Data Muzakki BAZDASU. Tahun

Jumlah Dana Terhimpun

Zakat Infaq Sedekah

2007 Rp.1.646.540.450 Rp.433.545.700 Rp. 49.983.350 2008 Rp.1.721.948.800 Rp.140.364.970 Rp. 21.161.625 2009 Rp.1.079.985.288 Rp.228.222.495 Rp.107.701.920 2010 Rp.1.259.213.823 Rp.384.259.190 - Tahun Jumlah Donatur/Muzakki

Zakat Infaq Sedekah

2007 268 - -

2008 216 - -

2009 220 - -

(22)

Data pada tabel di atas, menunjukkan pada tahun 2007 jumlah muzakki yang menyalurkan zakatnya di BAZDASU sebanyak 268 orang, sedangkan pada tahun 2008 hanya sebanyak 216 orang atau mengalami penurunan sebesar 19,5%, dan pada tahun 2009 sebanyak 220 orang atau hanya meningkat sebesar 1,85%, begitu juga pada tahun 2010 sebanyak 224 orang, yang hanya mengalami peningkatan 1,8%. Data jumlah donatur yang mendonasikan dana infaq dan sedekah tidak tersaji pada tabel di atas, hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi dan sistematis. Salah satu alasannya ialah sebagian besar para donatur menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotak-kotak infaq yang tersedia di tempat-tempat tertentu yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU, sehingga sulit untuk mengetahui data identitas donatur secara terperinci.

Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Sumatera Utara, secara struktual hubungan birokrasi dan koordinasi tidak dapat dihindarkan. Apalagi proses operasional berjalannya BAZDASU dibantu dari APBD Provinsi Sumatera Utara, bukan menggunakan dana zakat sebagaimana pengelola zakat pada umumnya (Khoiri, 2010:2). Konsekuensinya BAZDASU semakin mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas dan transparansi. Untuk melengkapi itu pertanggung jawaban keuangan setiap tahunnya disampaikan kepada Gubernur Sumatera Utara dan Badan Inspektorat, yang sebelumnya telah diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik sejak tahun 2007, disamping itu juga pertanggung jawaban kepada umat, baik secara terbuka melalui media massa

(23)

maupun secara formal di depan anggota DPRD Tk 1 Sumatera Utara. Realitas ini menunjukkan bahwa mengelola harta zakat tidaklah sesederhana yang dibayangkan, pengawasan yang melekat serta sanksi pidana merupakan tolak ukur BAZDASU sebagai LPZ yang teraudit dan terawasi (www.bazdasumut.or.id).

BAZ juga harus memperhatikan kegiatan operasional pengelolaannya dengan baik, agar masyarakat lebih terpanggil untuk menyalurkan zakat, infaq dan sedekah tersebut. Untuk itu penulis meneliti apakah yang menjadi faktor-faktor pendorong masyarakat menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Faktor pendorong itu sendiri menurut penulis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pelayanan, lokasi, dan Teknik pengumpulan (Fundraising). Melalui pelayanan yang baik yang diperoleh seorang muzakki, maka diharapkan muzakki akan tetap menyalurkan dana ZIS kembali ke lembaga zakat tersebut. Faktor lokasi juga diyakini sebagai pendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS pada suatu lembaga zakat. Jarak dan akses menuju lokasi lembaga zakat dari tempat tinggal/kegiatan masyarakat dalam hal ini muzakki diyakini cukup berpengaruh dalam hal menyalurkan dana ZIS secara langsung pada kantor lembaga zakat tersebut. Begitu juga dengan metode pengumpulan dana ZIS sebagai faktor yang ikut mendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS tersebut. Teknik pengumpulan atau sering disebut dengan istilah fundraising zakat merupakan proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana ZIS ,sehingga masyarakat termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu masyarakat yang hidup dalam kekurangan melalui dana ZIS.

(24)

Oleh karena itulah BAZDASU ini merupakan LPZ resmi yang dimiliki pemerintah, sehingga diharapkan memiliki kelebihan dan keutamaan dibandingkan LAZ yang dikelola oleh masyarakat, baik dalam hal penghimpunan maupun pendayagunaan dana ZIS tersebut. Berdasarkan kedudukan dan status BAZDASU yang sangat potensial sebagai salah satu lembaga zakat yang dikelola oleh pihak pemerintah, diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan mampu membuat program-program pendayagunaan dana ZIS yang lebih tepat guna setiap tahunnya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih memberikan kepercayaan dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. Melihat kondisi dan fakta tersebut, sudah seharusnyalah masyarakat Muslim di Sumatera Utara sebagai muzakki, dan pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam membina dan mengawasi BAZDASU, untuk lebih tergerak lagi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat membayar zakat, infak, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. Oleh karena itu, dengan dilatar belakangi keadaan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan

Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang mendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU ?

(25)

2. Bagaimana perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU ?

3. Kendala apakah yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU.

2. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), yang ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU.

3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah pusat dan daerah, khususnya melalui Kementrian Agama dalam membuat peraturan dan kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan, pengumpulan, dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ke depan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat tentang perkembangan pelaksanaan pengumpulan dana

(26)

ZIS di BAZDASU, serta dapat berguna juga sebagai bahan masukan bagi BAZDASU ke depan.

3. Sebagai media pengaplikasian ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan, serta membandingkannya dengan kondisi sebenarnya di dunia nyata. Guna melatih kemampuan dalam menganalisis secara sistematis.

4. Hasil penelitian juga diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi, terutama mahasiswa program studi ekonomi pembangunan yang ingin memfokuskan penelitian ini dimasa yang akan datang.

5. Sebagai bahan studi tambahan terhadap penelitian mengenai zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang sudah ada sebelumnya.

(27)

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zakat

2.1.1 Pengertian zakat

Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik, sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu itu sendiri (Qardawi, 1996:35).

Menurut etimologi syari’at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah SWT, untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang–orang yang berhak menerimanya.

Dalam Al-Quran, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sebanyak 82 ayat (Al-Zuhayly, 2000:89). Dari sini dapat disimpulkan secara deduktif bahwa zakat merupakan rukun Islam yang terpenting setelah ibadah shalat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai lambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia (Shihab, 2000:135).

“Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya, begitu pula supaya mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat dan itulah agama yang lurus (Terjemahan QS. Al-Bayyinah: 5)”.

(28)

“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala dari sisi Allah, Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Terjemahan QS. Al-Baqarah: 10)”.

Dari ayat di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, Pertama, zakat adalah sebutan untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagi-bagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syari’at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip kepemilikan harta dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah (milik Allah yang dititipkan kepada manusia) dalam rangka pemerataan kekayaan. Ketiga, zakat adalah ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan hubungan ketuhanan saja tetapi juga mencakup dengan nilai sosial-kemanusiaan yang sering disebut sebagai ibadah Maliyah ijtima’iyyah (Qardawi, 1996:88-90).

Menurut sejumlah hadist dan laporan para sahabat, menerangkan keutamaan ibadah zakat setelah ibadah shalat, berdasarkan beberapa hadist shahih, misalnya seperti hadist dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ”Saya diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat dan memberikan zakat. Apabila mereka telah melakukan itu maka terpeliharalah dari padaku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan hisab mereka atas Allah” (HR. Bukhari: 25). Urutan ini tidak terlepas dari pentingnya kewajiban zakat (setelah shalat), di puji orang yang melaksanakannya dan diancam bagi orang yang meninggalkannya dengan

(29)

berbagai upaya dan cara (Qaradhawy, 2009:15).

Berdasarkan pengertian serta penjelasan tersebutlah bahwasanya perintah zakat termasuk salah satu kewajiban yang utama dalam Islam. Dikeluarkan oleh seorang muslim yang telah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta yang dimilikinya, serta dianggap telah mencapai dari segi jumlah dan waktu untuk dikeluarkan kewajibanya, demi kesejahteraan umat sesuai dengan syariat yang

berlaku.

2.1.2 Klasifikasi Zakat

Zakat dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, yaitu zakat fitrah dan zakat maal (harta). serta harta yang wajib di keluarkan zakatnya, syarat-syarat harta yang terkena zakat dan golongan yang berhak menerima zakat.

2.1.2.1 Zakat Fitrah

A. Pengertian

Zakat fitrah itu adalah zakat diri atau pribadi dari setiap muslim yang dikeluarkan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua hijriah yaitu pada bulan ramadhan diwajibkan untuk mensucikan diri dari orang yang berpuasa dari perbuatan dosa, Zakat fitrah itu diberikan kepada orang miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka agar tidak sampai meminta-minta

pada saat hari raya (Hasan, 2006:107). B. Syarat-Syarat Dan Nishab Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah kewajiban yang bersifat umum pada setiap pribadi dari kaum muslimin tanpa membedakan antara orang merdeka dengan hamba sahaya, antara laki-laki dan perempuan, antara anak-anak dan orang dewasa, dan antara

(30)

orang kaya dan orang miskin. Maka jelas zakat fitrah itu tidak terikat pada nishab. Ada dua saja yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Islam

2. Ukuran kewajiban zakat fitrah adalah kelebihan dari makanan orang yang bersangkutan dan makanan orang yang menjadi tanggungannya pada hari dan malam hari raya Idul Fitri tersebut.

Cara penyerahan zakat fitrah dapat ditempuh dengan dua cara, adalah sebagai berikut (Kartika, 2006:23) :

1. Zakat fitrah diserahkan langsung oleh yang bersangkutan kepada fakir miskin. Apabila ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya dan lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum shalat Idul Fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitrah itu lebih melapangkan kehidupan mereka.

2. Zakat fitrah diserahkan kepada amil (panitia) zakat. Apabila hal itu dilakukan maka sebaiknya diserahkan beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri agar panitia dapat mengatur distribusinya dengan baik dan tertib kepada mereka yang berhak menerimanya.

2.1.2.2 Zakat Maal (Harta)

A. Pengertian

Maal (Harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan, memiliki dan dimanfaatkan, sedangkan menurut syara’ adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut kebiasaannya (Kartika, 2006:24).

(31)

Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta atau kekayaan serta penghasilan yang dimiliki oleh seorang muslim yang telah mencapai nishab dan haulnya. Perhitungan zakat maal menurut nishab, kadar, dan haul yang dikeluarkan ditetapkan berdasarkan hukum agama. B. Harta yang wajib di keluarkan zakatnya

Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada pasal 4 ayat (2) harta yang wajib dikenakan zakat meliputi :

1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya. 2. Uang dan surat berharga lainnya. 3. Perniagaan.

4. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan. 5. Peternakan dan perikanan.

6. Pertambangan. 7. Perindustrian;.

8. Pendapatan dan jasa, dan 9. Rikaz

Dibawah ini akan dijelaskan harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya tersebut :

1. Zakat Emas, Perak dan logam Mulia lainnya

Zakat emas dan perak dipandang sebagai benda yang mempunyai nilai tersendiri oleh masyarakat. Emas dan perak dibuat untuk berbagai macam perhiasan, terutama emas yang dipakai kaum wanita selain sebagai perhiasan sehari-hari, juga dibuat untuk hiasan dalam rumah tangga. Disamping itu emas

(32)

dan perak juga dijadikan standar dalam menentukan nishab uang yang wajib dikeluarkan zakatnya (Hasan, 2006:38).

Nishab zakat emas adalah sebesar 20 dinar atau setara dengan 85 gram emas murni, sedangkan nishab zakat perak adalah sebesar 200 dirham atau setara dengan 672 gram perak. Apabila kepemilikan emas dan perak tersebut sudah mencapai satu tahun wajib dikeluarkan zakatnya sebasar 2,5 %.

2. Zakat Uang Dan Surat Berharga Lainnya

Uang dan segala jenis bentuk simpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, serta surat berharga seperti saham dan obiligasi termasuk ke dalam kekayaan wajib dikeluarkan zakatnya. Pendapat yang menyatakan bahwa uang wajib dikeluarkan zakatnya, sebab saat ini uang menjadi harta yang berharga, menggantikan kedudukan emas yang tidak lagi diperbolehkan sebagai alat tukar umum dalam jual beli dan lain sebagainya (Al-Zuhayly, 2000:144).

Nishab zakat uang dan surat berharga setara dengan besar nishab zakat emas dan perak. Apabila seseorang memiliki jenis harta yang bermacam-macam dan diakumulasikan jumlahnya telah mencapai atau setara dengan nishab emas, sebesar 85 gram atau perak 672 gram. Serta kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun, maka dikenakan kewajiban zakat sebesar 2,5 %.

3. Zakat Hasil Perniagaan

Zakat perniagaan ialah zakat yang dikeluarkan dari kekayaan yang diinvestasikan dan diperoleh dari kegiatan perdagangan, baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun secara kelompok yang wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebagai zakat uang.

(33)

Nishab zakat perniagaan atau perdagangan dikeluarkan zakatnya setelah sampai nishabnya senilai 93,6 gram (Yusuf Qardhahawi mengatakan 85 gram) dan zakatnya sebesar 2,5 %. Perhitungan dilaksanakan sampai satu tahun kegiatan dagang. Tidak mesti mulai dari bulan januari dan berakhir pada bulan desember, oleh karena itu kegiatan mulai berdagang harus dicatat (Hasan, 2006:49-50).

4. Zakat Hasil Peternakan dan Perikanan

Zakat peternakan meliputi hasil dari peternakan hewan baik yang berukuran besar seperti sapi, kerbau dan unta, yang berukuran sedang seperti kambing dan domba dan yang berukuran kecil seperti unggas, ikan dan lain-lain. Perhitungan zakat untuk masing-masing jenis hewan ternak, baik nishab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk setiap jenis hewan.

a. Zakat Unta

Sesuai dengan ijma ulama dan hadist-hadist Rasulullah SAW, maka nishab unta dan besar zakatnya mulai dari jumlah 5 ekor, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta. Nishab

Unta

Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan 5-9 Seekor kambing

10-14 2 ekor kambing 15-19 3 ekor kambing 20-24 4 ekorkambing

25-35 Seekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) 36-45 Seekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 46-60 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 61-75 Seekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih) 76-90 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 91-120 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 121-129 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

(34)

ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)

140-149 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) di tambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)

150-159 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 160-169 4 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

170-179 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih)

180-189 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih)

190-199 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)

200-209 4 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 5 ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)

Sumber: Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012). b. Zakat Sapi atau Kerbau

Sapi dan kerbau yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila jumlahnya telah mencapai 30 ekor, dapat dilihat ditabel berikut :

2.2 Tabel Nishab Sapi Atau Kerbau.

Nishab Sapi Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan 30-39 Seekor sapi jantan betina tabi’

40-59 Seekor sapi jantan/betina musinnah 60-69 2 ekor sapi jantan/betina tabi’

70-79 Seekor sapi musinah dan seekor tabi’ 80-89 2 ekor sapi musinnah

90-99 3 ekor tabi' (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun kedua)

100-109 2 ekor tabi' dan 1 ekor musinnah (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun ketiga)

110-119 2 ekor musinnah dan 1 ekor tabi' 120-129 3 ekor musinnah atau 4 ekor tabi'

130-160 s/d > setiap 30 ekor, 1 tabi' dan setiap 40 ekor, 1 musinnah Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'. Jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

keterangan : a. Tabi' : sapi berumur 1 tahun (masuk tahun ke-2) b. Musinnah : sapi berumur 2 tahun (masuk tahun ke-3)

(35)

c. Zakat Kambing dan Domba

Kambing dan domba yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila jumlahnya telah mencapai 40 ekor, dapat dilihat pada tabel berikut :

2.3 Tabel Nishab Kambing dan Domba. Nishab

Kambing

Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan 40-120 Seekor (berumur 2 tahun) atau domba (berumur 1 tahun) 121-200 2 ekor kambing/domba

201-399 3 ekor kambing/domba 400-499 4 ekor kambing/domba 500-599 5 ekor kambing/domba

Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).

Selanjutnya, setiap jumlah tersebut bertambah 100 ekor dan kelipatannya, maka zakatnya bertambah 1 ekor.

d. Zakat Unggas dan Ikan

Mengenai nishab zakat ialah pada peterrnakan unggas dan perikanan yang tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) seperti sapi, kambing dan domba, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab zakat ternak unggas dan perikanan ialah setara dengan 82 gram emas maka berkewajiban mengeluarkan zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian, usaha ternak unggas dan perikanan dapat digolongkan kedalam zakat perniagaan (Kartika, 2006:32).

5, Zakat Hasil Pertanian

Zakat hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti tanaman biji-bijian (padi, jagung, kedelai); umbi-umbian (ubi, kentang, dll); sayur-sayuran (bawang, cabai, bayam, dll); buah-buahan (kelapa, pisang, kelapa sawit, dll); tanaman hias (anggrek, cengkeh, dll);

(36)

rumput-rumputan (sere, bambu, tebu); daun-daunan (teh, tembakau, vanili); kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, kacang tanah) (Kartika, 2006:28).

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang beriman, nafkakanlah (ke jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (Terjemahan QS.Al-Baqarah:267).

Nishab zakat hasil pertanian adalah lima wasaq yang jumlahnya setara dengan 250 kg beras, jika hasil pertanian merupakan makanan pokok seperti beras, jagung, gandum dan lain-lain, maka nishabnya setara dengan 653 kg gabah atau 529 kg beras dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dan lainnya, maka nishab disetarakan dengan harga nishab makanan pokok yang paling utama di negara tersebut.

Sedangkan kadar zakat hasil pertanian ialah, jika menggunakan air dengan sistem irigasi dikarenakan menggunakan biaya tambahan, maka kadar zakatnya adalah 5%. Apabila menggunakan air atau sistem pengairan tanpa mengeluarkan pembiayaan seperti air hujan, maka kadar zakatnya adalah 10%. 6. Zakat Pertambangan

Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya (Hasbi Ash Shiddieqy, 2006:149).

Kewajiban untuk menunaikan zakat pada barang-barang tambang ialah setiap barang itu selesai diolah dan tidak perlu berlaku sampai satu tahun, asalkan

(37)

telah mencapai nishab. Nishab pada barang tambang sama dengan emas (85gram) dan perak (672), sedangkan kadarnya pun sama, yaitu 2,5%.

Di Indonesia sebagian besar barang hasil tambang yang bersifat vital dikelola langsung oleh pemerintah, dengan demikian sulit untuk memperhitungkan zakatnya, namun apabila ada pengusaha muslim yang mendapat kesempatan untuk mengelola tambang apapun jenisnya hendaknya memperhatikan masalah zakat hasil tambang yang sesuai dengan syariat Islam (Hasan, 2006:68).

7. Zakat Perindustrian

Dalam kamus bahasa Indonesia industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya dengan mesin, yaitu suatu proses pengolahan bahan baku dan yang sejenisnya menjadi produk atau menjadi jasa yang mempunyai manfaat dan nilai tambah.

Pada zaman sekarang, telah keluar fatwa-fatwa kontemporer (fatawa mu’ashirah) dan ketetapan dari beberapa ketetapan bersama para ahli fikih tentang masalah fikih (Majma’ Al-fiqh), yaitu tentang zakat industri. Fatwa-fatwa dan ketetapan tersebut menjadikan aktivitas perindustrian tunduk kepada zakat. Seperti, pada fatwa-fatwa seminar problematika zakat kontemporer yang pertama, yang diadakan oleh Lembaga Zakat Internasional, Bait Al-Zakat Kuwait pada bulan Rabi’ul Awal 1409 Hijriah atau bertepatan pada bulan Oktober 1988 tentang proyek-proyek industri (www.justanotherwordpress.com).

(38)

Para pakar zakat menyatakan zakat perindustrian dapat dianalogikan sama dengan zakat perniagaan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas yaitu 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 persen. Mencapai nishab pada setiap akhir tahun, atau setelah berakhirnya rapat umum pemegang saham bagi zakat para pemegang saham.

8. Zakat Pendapatan dan Jasa Profesi

Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesionalisme tertentu, baik yang dilakukan bersama dengan orang atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang telah memenuhi nishab (Hafidhuddin, 1998:103).

Zakat pendapatan dan jasa profesi ialah termasuk dikategorikan dalam zakat maal. Menurut Yusuf Al Qardhawi, merupakan Al Mal Al Mustafad ialah kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat Islam.

Selain yang disebutkan di atas, Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa harta hasil usaha, yaitu gaji pegawai negeri/swasta, upah karyawan, pendapatan dokter, insinyur, advokad, konsultan, desainer, pendakwah dan lain-lain, yang mengerjakan profesi tertentu dan juga pendapatan yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan. Di luar sektor perdagangan seperti mobil, kapal, percetakan, dan tempat-tempat hiburan dan lain-lain wajib terkena zakat, persyaratannya telah mencapai satu tahun dan sudah cukup nishabnya (Kartika, 2006:34). Oleh karena itu menurut pendapat sejumlah ulama dapat disimpulkan, besar nishab zakat

(39)

pendapatan atau profesi adalah setara dengan 85 gram emas dan jumlah zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5%.

9. Zakat Rikaz

Ibnu Athir menyebutkan dalam An-Nihaya bahwa ma’adin berarti tempat dari mana kekayaan bumi seperti emas, perak, tembaga dan lain-lainnya keluar, sedangkan Kanz adalah tempat tertimbunnya harta benda karena perbuatan manusia. Rikaz mencakup kedua hal di atas, karena rikaz berasal dari kata rakz yang berarti simpanan, yang kemudian disebut maruz yang berarti disimpan. Maksud dari benda-benda terpendam di sini ialah berbagai macam harta benda yang disimpan oleh orang-orang dulu di dalam tanah, seperti emas, perak, tembaga, dan barang berharga lainnya. Para ahli fikih telah menetapkan bahwa orang yang menemukan benda tersebut diwajibkan mengeluarkan zakatnya sebesar seperlima atau 20% (Qardawi, 1996:408-410).

2.1.2.3. Syarat-Syarat Zakat

Menurut pendapat para ulama, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah harta yang dimiliki seorang muslim yang baligh dan berakal yang dimiliki serta dapat dipergunakan hasil atau manfaatnya.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kewajiban zakat ialah : 1. pemilikan harta yang pasti dan kepemilkan penuh. yaitu harta benda yang akan dizakatkan berada dalam kekuasaan dan dimiliki oleh si pemberi zakat.

2. Berkembang, yaitu harta tersebut berkembang baik secara alami berdasarkan sunatullah maupun dikarena usaha manusia.

(40)

3. Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dizakatkan telah melebihi dari kebutuhan pokok seseorang atau keluarga yang mengeluarkan zakat tersebut 4. Bersih dari utang, yaitu harta yang akan dizakatkan harus bebas dari utang baik kepada Allah (nazar) maupun utang kepada manusia.

5. Mencapai nishab, yaitu harta tersebut telah mencapai batas jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya.

6. Mencapai haul, yaitu harta tersebut telah mencapai waktu tertentu untuk dikeluarkan zakatnya, biasanya berlaku setiap satu tahun.

2.1.2.4. Penerima Zakat

Terdapat delapan asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat (Mustahik), ialah sebagai berikut :

1. Fakir ialah orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

2. Miskin ialah orang yang memiliki penghasilan atau pekerjaan namun tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun keluarga yang ditanggungnya.

3. Amil ialah pengurus zakat baik yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat dalam melaksanakan penghimpunan zakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan.

4. Muallaf ialah orang yang baru memelum agama Islam yang diberikan zakat untuk memantapkan hati dan keimanan mereka untuk tetap memeluk agama Islam.

(41)

5. Hamba sahaya ialah orang yang diberikan zakat untuk membebaskan diri mereka dari perbudakan.

6 Gharim ialah orang yang memiliki utang pribadi yang bukan untuk keperluan maksiat dan tidak memiliki harta untuk melunasinya.

7. Fisabilillah ialah orang yang melakukan suatu kegiatan yang berada di jalan Allah, seperti kegiatan dakwah dan sejenisnya.

8. Ibnu sabil ialah orang yang berada dalam perjalanan (Musafir) yang mengalami kesusahan atau kehabisan bekal dalam perjalanan tersebut.

Adapun yang tidak termasuk ke dalam golongan delapan asnaf tersebut, termasuk ke dalam golongan yang tidak berhak menerima zakat. Adapun golongan yang tidak berhak menerima zakat, adalah sebagai berikut :

a. Keturunan atau kerabat keluarga Nabi Muhammad SAW.

b. Kelompok orang kaya yang memiliki harta dengan usaha dan penghasilan . c. Keluarga Muzakki yakni keluarga orang-orang yang berkewajiban membayar

zakat

d. Orang yang sibuk beribadah sunnah untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi melupakan kewajiban menafkahi keluarga dan orang-orang yang menjadi

tanggungannya.

e. Orang yang musyrik, tidak mempercayai adanya tuhan, dan menolak ajaran agama.

2.1.3 Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat

Zakat sebagai sumber dana yang potensial yang dapat digunakan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat, jelas memiliki manfaat dan hikmah

(42)

tersendiri. Menurut Heri Sudarsono (2003:135) dalam bukunya Bank dan lembaga Keuangan Syariah, manfaat dan hikmah zakat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menghindari kesenjangan antara aghniyah dan dhu’afa.

2. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakaan orang jahat.

3. Menjadi unsure penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi. harta (social distribution) dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

4. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsip-prinsif : ummat wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan takaful ijti’ma (tanggung jawab bersama).

5. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa dan menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir).

6. Zakat adalah ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi dan pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, dan pengikat kebersamaan umat dan bangsa sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.

(43)

2.2 Infaq

2.2.1 Pengertian Infaq

Berinfaq merupakan suatu kebiasaan bagi masyarakat muslim di Indonesia yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi saja, namun juga dilakukan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah bahkan masyarakat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Termasuk kedalam pengertian ini, infaq yang dikeluarkan orang-orang kafir untuk kepentingan agama. sedangkan menurut terminologi syariah, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam (Hafihuddin, 1998:14-15).

Infaq tidak memiliki nishab dan haul seperti zakat, sehingga tidak ada batasan baik dari segi besaran dan waktu bagi seseorang untuk menginfakkan hartanya, Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah menunaikan infaq dan sedekah dengan nilai berapapun juga.

Infaq bukanlah hibah, derma atau anugrah dari orang-orang kaya untuk orang-orang fakir, tetapi hak dan keutamaan yang besar bagi orang-orang fakir atas orang-orang kaya, karena mereka adalah sebab pahala yang di dapat oleh orang-orang kaya (Kartika, 2006:6).

Oleh karena itu, dana yang bersumber dari infaq juga memiliki potensi yang cukup besar dan dapat dioptimalkan lagi pengelolaannya baik dari segi

(44)

penghimpunan maupun pendayagunaannya untuk kegiatan-kegiatan yang produktif bagi pembangunan umat atau kesejahteraan masyarakat.

2.3 Sedekah

2.3.1 Pengertian Sedekah

Sedekah merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang dalam bertuk materi atau fisik maupun dalam bentuk non materi kepada pihak-pihak yang dianggap membutuhkan secara sukarela dengan mengharapkan keridhoan dari Allah SWT.

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja infaq berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti yang lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmaterial (Hafihuddin, 1998:15).

Oleh karena itu, sering zakat wajib itu dalam Al-Qur’an disebut sebagai sedekah, sehingga yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah dikenakan kewajiban untuk membayarkan zakat harta dan kekayaannya, tetapi masih diharapkan untuk melakukan sedekah dan berinfaq.

2.4 Pelayanan Donatur/Muzakki

2.4.1 Pengertian Donatur/Muzakki

Donatur/Muzakki adalah orang, organisasi atau perusahaan yang pernah, atau masih menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) kepada organisasi pengelola zakat (OPZ) untuk disampaikan kepada mustahik. Seseorang yang

(45)

dapat disebut donatur/muzakki apabila ia pernah mendonasikan dana zakat, infaq, dan sedekah kepada OPZ untuk digunakan dan disalurkan bagi pemberdayaan mustahik (Depag RI, 2007 A:82). Menurut UU No. 23 Tahun 2011, Muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.

2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pelayanan

Untuk dapat memuaskan donatur, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui profil dan harapan donatur. Pengetahuan profil donatur berhubungan dengan pengenalan OPZ kepada muzakki. Pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh muzakki, sehingga tidak melakukan kesalahan dalam memberikan pelayanan (Depag RI,2007 A:84). Alangkah baiknya lagi pelayanan yang dapat diberikan lebih dari apa yang diharapkan muzakki. Adapun profil muzakki pada umumnya adalah :

a. Berusia antara 25-60 tahun

b. Memiliki pemahaman tentang agama Islam yang baik c. Memiliki penghasilan atau pendapatan menengah keatas d. Memiliki kepedulian sosial dan kemanusiaan

Sedangkan kebutuhan muzakki adalah : a. Kesesuain dengan syariat Islam

b. Tanggung jawab dan transparansi pengelolaan c. Manfaat bagi golongan fakir miskin

e. Pelayanan yang berkualitas f. Silaturahmi dan komunikasi

(46)

2.4.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan

Untuk terus dapat meningkatkan pelayanan organisasi pengelolaan zakat kepada masyarakat terutama kepada para muzakki, maka harus dilaksanakan dan dikembangkan prinsip-prinsip pelayanan kepada muzakki pada OPZ, yaitu :

a. Memberikan kemudahan dan tidak dipersulit.

b. Memberikan informasi yang diperlukan sebagaimana yang diketahui. c. Tidak menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi, kecuali atas keinginan

muzakki.

d. Jangan mendesak muzakki dengan sesuatu yang tidak disukai. e. Jangan berjanji sesuatu yang diyakini tidak mudah untuk dipenuhi. f. Jangan lupa mengucapkan terima kasih.

g. Berikan kenangan berupa cendramata atau kartu ucapan terima kasih kepada muzakki.

h. Berikan fasilitas-fasilitas jika mampu disediakan buat muzakki. i. Jika berbuat kesalahan segeralah minta maaf.

j. Jika muzakki kecewa atau marah, maka tebuslah dengan sesuatu yang sangat menyenangkan.

2.5 Lokasi Lembaga Zakat

Masyarakat dalam melaksanakan suatu kegiatan ekonomi maupun sosial sering memperhatikan keamanan, kenyamanan, serta lokasi yang strategis dan mudah untuk dijangkau, apalagi kegiatan yang berhubungan dengan suatu transaksi, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Lokasi sering dijadikan sebagai

(47)

pertimbangan yang utama bagi masyarakat dalam menentukan tempat suatu kegiatan yang akan dilakukan.

Menurut Tjiptono (2005:147) baik perusahaan jasa maupun konsumen akan melakukan pertimbangan cermat dalam menetukan tempat atau lokasi. Bagi perusahaan jasa, lokasi berpengaruh terhadap dimensi-dimensi pemasaran strategis, sedangkan bagi konsumen sendiri pemilihan lokasi dimaksudkan untuk kemudahan akses dalam menjangkau perusahaan jasa tersebut. Faktor-faktor yang dianggap menjadi pertimbangan bagi kedua belah pihak, yaitu :

Akses, misalnya lokasi yang dilalui mudah dijangkau oleh transportasi umum. 1. Visibilitas, yaitu lokasi dan tempat dapat dilihat dengan jelas dari jarak

pandangan yang normal.

2. Lalu lintas (traffic), misalnya kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang menjadi hambatan seseorang untuk menjangkau lokasi perusahaan.

3. Tempat parkir yang luas, aman, dan nyaman baik untuk roda dua maupun roda empat.

4. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat untuk memperluas perusahaan. 5. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. 6. Kompetisi, yaitu kondisi pesaing.

Bagi lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat, seperti halnya lembaga zakat, semua point di atas sangat baik untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan lokasi perusahaan yang baik, sedangkan bagi masyarakat point 1 s/d 4 mungkin lebih sesuai dijadikan pertimbangan untuk menentukan lokasi lembaga zakat.

(48)

2.6 Peranan Fundraising Zakat

2.6.1 Pengertian Fundraising Zakat

Menurut bahasa fundraising berarti penggalangan dana atau penghimpunan dana, sedangkan pengertian menurut istilah fundraising merupakan suatu upaya dan proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) serta sumber daya lainnya yang diperoleh dari masyarakat baik secara individu, kelompok, organisasi maupun perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik (Depag RI, 2007 A:66).

Inti dari kegiatan fundraising ialah proses mempengaruhi masyarakat (Muzakki) agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang bernilai untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan (Mustahik). Karena fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan lembaga atau seseorang dalam mengajak dan mempengaruhi masyarakat sehingga termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu masyarakat yang hidup dalam kekurangan.

2.6.2 Metode Fundraising Zakat

Metode yaitu cara, bentuk, atau pola yang dilakukan sebuah lembaga dalam rangka memperoleh dana dari masyarakat, dalam hal ini metode fundraising zakat harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, dan manfaat lebih kepada masyarakat selaku muzakki yang menyalurkan dana melalui organisasi pengelolaan zakat.

Terdapat dua cara metode fundraising, yaitu sebagai berikut (Depag RI, 2007 A:69) :

(49)

a. Metode fundraising langsung ialah metode yang menggunakan cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung yaitu dalam bentuk dimana proses interaksi menghasilkan respon langsung oleh muzakki untuk menyalurkan dananya setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga zakat.

b. Metode fundraising tidak langsung ialah suatu metode yang menggunakan cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakki secara langsung, yaitu bentuk dimana tidak dilakukan dengan langsung mengharapkan respon donatur seketika, tetapi dilakukan dengan cara promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga zakat yang kuat.

2.6.3 Tujuan Fundraising Zakat

Fundraising zakat memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :

a. Menghimpun dana termasuk barang atau jasa yang memiliki nilai materil

b. Menghimpun dan memperbanyak muzakki

c. Membangun dan meningkatkan citra lembaga zakat d. Meningkatkan kepuasan muzakki e. Menghimpun simpatisan atau pendukung lembaga zakat

2.7 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2011) yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat,

(50)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang menunjukkan bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq dan shoddaqoh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi pengumpulan tersebut adalah moment bulan keagamaan, pendapatan dan usia muzakki. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq, dan shoddaqoh di BAZDA Sumatera Utara, karena BAZDA Sumatera Utara adalah institusi yang resmi atau legal milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bershoddaqoh, BAZDA Sumatera Utara harus terus melakukan sosialisasi zakat.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2012) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan

Jasa Bazis Dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan ”. Adapun desain

penelitian ini adalah studi deskriptif, dengan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengumpulan zakat tersebut adalah persepsi atau pemahaman agama, pelayanan. Alasan muzakki menggunakan BAZDA Sumatera Utara ini adalah karena banyak sekali kebaikan yang diperoleh dalam menggunakan BAZDA Sumatera Utara, serta mudahnya persyaratan menjadi muzakki pada BAZDA Sumatera Utara ini. Sebagian muzakki menyatakan puas terhadap pelayanan dan manfaat yang diperoleh, sehingga muzakki tetap menggunakan lembaga ini dalam penyaluran zakatnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat BAZDA Sumatera Utara harus terus melakukan sosialisasi zakat secara komprehenship melalui kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, ibadah zakat, infaq, dan sedekah yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya kekayaan sumber daya alam

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membangun sebuah sistem informasi akademik yang dapat dimanfaatkan oleh masing-masing guru dan siswa sebagai fasilitas

Sistem informasi akuntansi penggajian yang dijalankan perusahaan merupakan suatu sistem, prosedur dan catatan serta formulir-formulir yang digunakan untuk menetapkan

Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi program studi manajemen pada Fakultas Ekonomi dan

bersabda: “Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya” (Al-Bukhāri, n.d., hal. Hadis tersebut setidaknya menunjukkan, pada masa nabi sudah

a) Bagian pertama, (untuk Penilaian Empirikal), adalah bukti yang terkait dengan kualifikasi akademik dan angka kredit dosen, untuk kenaikan jabatan akademik sebagaimana

Dari hasil pengumpulan dan analisis data, diperoleh data yang menunjukkan bahwa Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Gorontalo belum menerapkan akuntansi zakat dan infak/sedekah

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di Tingkat SMP Aceh Barat yang menggunakan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajarnya