KONSEP NUR MUHAMMAD
Memahami Hakikat Nur Muhammad - Pada kajian yang lalu
tentang Hakikat Nur Muhammad telah disampaikan
bahwa Muhammad itu merupakan Nur yang terpancar dari Zat Tuhan. Nur Muhammad adalah yang pertama diciptakan dan
merupakan roh dari segala makhluk. Sehingga tidak ada
makhluk tanpa adanya Nur Muhammad karena dengan Nur Muhammad inilah Tuhan SWT melahirkan secara nyata sifat ketuhanan – Nya dalam diri setiap makhluk ( bukan Zat )
Sekarang kita akan mencoba melanjutkan kajian tentang Hakikat Nur Muhammad dalam bentuk pemahaman
lanjutan [ sebelumnya perlu disampaikan bahwa, kajian ini
merupakan lanjutan dari kajian sebelumnya ( Hakikat Nur
Muhammad danHakikat Zat Pada Sifat Allah ) ,mohon tidak
melanjutkan memahami kajian ini apabila belum memahami secara benar apa yang dimaksud dengan kajian tersebut ]
Hidup kita karena hidupnya Muhammad dalam alam batang
tubuh kita, Hidupnya Muhammad dalam batang tubuh kita karena Hayat – Nya Allah Ta’ala. Jika tidak hidup Muhammad dalam alam batang tubuh kita, maka tidak nyata Hayat – Nya
Allah Ta’ala. Bukan kita yang hidup melainkan Muhammad. Tahu kita karena tahunya Muhammad pada hati kita, Tahunya
Muhammad pada hati kita dengan Ilmu – Nya Allah Ta’ala. Jika tidak tahu Muhammad pada hati kita, maka tidak nyata Ilmu –
Nya Allah Ta’ala. Bukan kita yang tahu melainkan Muhammad. Kuasa kita karena kuasa Muhammad pada tulang kita, Kuasanya
Muhammad pada tulang kita dengan Qudrat – Nya Allah Ta’ala. Jika tidak kuasa Muhammad pada tulang kita, maka tidak
nyata Qudrat – Nya Allah Ta’ala. Bukan kita yang kuasa melainkan Muhammad.
Berkehendak kita karena kehendak Muhammad pada nafsu
kita, Berkehendaknya Muhammad pada nafsu kita
Allah Ta’ala. Bukan kita yang berkehendak melainkan
Muhammad.
Mendengar kita karena pendengaran Muhammad pada telinga
kita, Mendengarnya Muhammad pada telinga kita dengan Samik
– Nya Allah Ta’ala. Jika tidak mendengar Muhammad pada
telinga kita, maka tidaklah nyata Samik – Nya Allah Ta’ala. Bukan kita yang mendengar melainkan Muhammad.
Melihat kita karena penglihatan Muhammad pada mata kita,
Melihatnya Muhammad pada mata kita dengan Basir – Nya
Allah Ta’ala. Jika tidak melihat Muhammad pada mata kita, maka
tidaklah nyata Basir – Nya Allah Ta’ala. Bukan kita yang melihat melainkan Muhammad.
Berkata kita karena Berkatannya Muhammad pada lidah kita,
Berkatanya Muhammad pada lidah kita dengan Kalam – Nya
Allah Ta’ala. Jika tidak berkata Muhammad pada lidah kita, maka
tidaklah nyata Kalam – Nya Allah Ta’ala. Bukan kita yang berkata melainkan kata Muhammad.
Awal Muhammad adalah Nurani, menjadi nyawa atau roh
dalam alam batang tubuh kita. Akhir Muhammad itu adalah
Ruhani, menjadi hati dalam alam batang tubuh kita. Zahir
Muhammad itu adalah Insani, menjadi rupa atau wajah dalam
alam batang tubuh kita. Batin Muhammad itu adalah
Rabbani, menjadi ujud dalam alam batang tubuh kita
Sedangkan anasir Nyawa atau Roh Muhammad itu dapat difahami dalam empat kedudukan yaitu :
Ujud – Ujud merupakan penzahiran dari Zat Allah jadi
rahasia pada kita dan pada hakikatnya merupakan keberadaan Muhammad
Ilmu – Ilmu merupakan penzahiran dari sifat
Allah menjadi Nyawa atau Roh pada kita dan pada
hakikatnya merupakan Nyawa atau Roh Muhammad
Nur – Nur merupakan penjahiran dari asma Allah menjadi
hati pada kita dan pada hakikatnya merupakan hati Muhammad
Syuhud – Syuhud merupakan penzahiran dari Afa’al
Allah menjadi tubuh pada kita dan pada hakikatnya
merupakan tubuh Muhammad
Pemahaman tentang Ujud adalah Zat Allah, merupakan
diadakan. Pemahamannya adalah bahwa yang ada itu Allah dan yang diadakan itu Muhammad
Pemahaman tentang Ilmu adalah Sifat Allah, merupakan
HAKIKAT nyawa atau roh, Artinya Ilmu itu mengetahui dan yang diketahui. Pemahamannya adalah bahwa yang mengetahui itu Allah dan yang diketahui itu Muhammad
Pemahaman tentang Nur adalah Asma Allah, merupakan
HAKIKAT hati, Artinya Nur itu terang dan yang
diterangi. Pemahamannya adalah bahwa yang terang itu Allah dan yang diterangi itu Muhammad
Pemahaman tentang Syuhud adalah Afa’al Allah, merupakan
HAKIKAT tubuh insan, Artinya Syuhud itu memandang dan yang dipandang. Pemahamannya adalah bahwa yang memandang itu Allah dan yang dipandang itu Muhammad
Demikian Pemahaman Tentang Hakikat Nur
Muhammad, semoga bermanfaat untuk menambah wawasan
dan bahan dalam diskusi di majelis masing – masing dan sekalian mohon sampaikan salam hormat saya kepada para guru kita yang dimuliakan Allah dan tak lupa dan tak bosan – bosannya saya mengharapkan do’a dari beliau semoga Allah selalu
merahmati kami sekeluarga dengan hidayah-Nya yang tek terhingga. Amin ( Hakikat Nur Muhammad )
Bahagian ke 2
Hakikat Nur Muhammad. Banyak pendapat dan pertentangan
pendapat tentang Hakikat Nur Muhammad yang akan menjadi topik bahasan dalam “ Kajian Hakikat Tauhid “ ini. Perbedaan pendapat itu pada umumnya terdapat pada kisaran
tentang Penciptaan Nur Muhammad dan Awal Muhammad. Masing-masing pendapat berusaha untuk menampilkan dan menyandarkan pendapatnya kepada ayat-ayat
Al-Quran dan hadist-hadist serta penjelasan-penjelasan yang logis
dan ilmiah untuk mendukung kebenaran pendapat mereka.
Mungkin saya, Myrazano atau anda termasuk salah satu diantara mereka
Masing-masing pihak berusaha untuk membantah pendapat yang lainnya. Bahkan ada diantaranya yang menyatakan
bahwa hadist-hadist yang disampaikan sebagai dasar dari pendapat yang berseberangan dengan pendapatnya
Sehingga pada akhirnya hanya pendapat dia sajalah yang paling benar.
Mengenai hal tersebut, Myrazano lebih tertarik dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Ibnu Hajar yang menyatakan bahwa, setiap pendapat yang berusaha menjelaskan suatu
urusan tentang agama yang tidak mempunyai penjelasan yang tegas, pada umumnya hanya berupa penafsiran yang berusaha untuk menyelaraskan maksud dan
pemahamannya dengan apa yang dimaksud oleh Allah swt. Sedangkan yang dimaksud oleh Allah swt bisa jadi adalah demikian atau sama sekali bukan demikian, kebenaran yang sesungguhnya adalah milik Allah swt
Sedangkan tentang saling kalim bahwa hadist yang disampaikan satu pihak oleh pihak yang lain adalah hadist lemah atau hadist
palsu. Mayrazano berpendapat bahwa, sesuai dengan konsep
dasar pembelajaran ilmu hadist, dalam perkembangannya
memang terdapat bebarapa hadist yang sebelumnya dinyatakan sahih ternyata belakangan ditemukan lemah sanadnya atau
bahkan ternyata bukan hadist. Namun dengan pemahaman bahwa apabila satu hadist yang sebelumnya dianggap
lemah tenyata diriwayatkan oleh banyak orang dengan jalan yang berbeda, bisa jadi hadist tersebut adalah sahih. Karena tidak mungkin atau kecil sekali kemungkinannya banyak orang berbohong pada masalah yang sama pada saat yang bersamaan.
Tapi apabila dicermati kedua pendapat yang yang saling bertolak belakang tentang keberadaan Nur Muhammad tersebut pada hakikatnya adalah sama-sama mengakui keberadaannya kecuali dari pemahaman wahabi yang memang pada awal keberadaan fahamnya menolak setiap pendapat diluar dari pendapatnya sendiri. Sedangkan pendapat yang lain, selain pendapat dari faham wahabi atau dari kalangan Ahlu Sunnah Wal
Jamaah cendrung hanya mempersoalkan tentang penciptaan
mana yang lebih dahulu diciptakan antara Kalam dan Nur
Muhammad. Sehingga keberadaan Nur Muhammad tersebut
sebetulnya sudah disepakati.
Perlu juga disampaikan dalam kajian awal pada category “
Hakikat Nur Muhammad “ ini, bahwa Nur Muhammad yang
diMakkah dan wafatnya di Medinah, Ayahnya
bernama Abdullah dan Ibunya bernamaAminah, tetapi Nur
Muhammad yang dimaksud dalam Kajian Hakikat Tauhid ini
adalahsesuatu yang diciptakan Allah swt yang akan
membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia yang berhak untuk disembah.
Secara logika dapat digambarkan bahwa tidaklah bisa dikatakan sesorang itu sebagai seorang guru apabila dia tidak
mempunyai murid atau tidak ada orang yang belajar kepadanya, dan tidaklah bisa dikatakan bahwa sesorang itu pemimpin kalau tidak adarakyat yang dipimpinnya. Tentunya tidaklah
dikatakan Allah swt itu sebagai Tuhan, apabila tidak ada
makhluk yang menyembahnya dan yang menyembah itulah
yang dikatakan sebagai Nur Muhammad. ( Insya Allah akan dibahas lebih lanjut )
Dengan pemahaman itu, maka sudah jelas bahwa yang pertama sekali diciptakan Allah swt sebagai Tuhan adalah Nur Muhammad, karena tanpa Nur Muhammad itu Allah swt belum menjadi Tuhan, karena belum ada yang menyembah-Nya. Setelah ada yang
menyembah, barulah Allah swt menciptakan kalam untuk berkata-kata karena tidak mungkin Allah swt berkata-kata
sendirian. Setelah memahami konsep sederhana yang disampikan diatas, barulah kita bisa melanjutkan kajian tentang apa dan
siapa Nur Muhammad itu dan bagaimana proses penciptaannya dan hubungannya dengan makhluk yang lain yang diciptakan Allah swt sesudahnya.
Bahagian ke 3
Hakikat Awal Nur Muhammad. Pamahaman tentang
hakikat Nur Muhammadpada umumnya dimulai dari kajian asal yaitu ketika, seluruh alam belum ada dan belum satu pun
makhluk diciptakan Allah swt. Pada saat itu yang ada hanya
zat Tuhan semata-mata, satu-satunya zat yang ada dengan
sifat Ujud-Nya. Banyak dari kalangan sufi memahami bahwa pada saat itu zat yang ujud yang bersifat qidam tersebut
belumlah menjadi Tuhan karena belum bernama Allah, Untuk
yang menyembahnya. Apabila tidak ada yang menyembah maka tidak bisa sesuatu itu dikatakan sebagi tuhan. Logikanya demikian Karena zat yang ujud-Nya besifat qidam tersebut pada saat itu hanya berupa zat, maka pada saat itu Dia belum menjadi
Tuhan dan Dia belum bernama Allah, karena kata Allah
sendiri dipakai dan diperkenalkan oleh Tuhan sendiri setelah ada makhluk yang akan menyembahnya serta hakikat makna dari
kata Allah itu sendiri berarti yang disembah oleh sesuatu yang lebih rendah dari padanya. (pada tahap ini mungkin bisa
difahami demikian )
Setelah itu, barulah diciptakam Muhammad dalam ujud nur
atau cahaya yang diciptakan atau berasal dari Nur atau Cahaya Zat yang menciptakannya ( sebagai perbandingan
kaliamat Adam Diciptakan dariTanah ). Yaitu Nur yang cahanya terang benderang lagi menerangi. ( kemudian nur tersebut
difahami sebagai Nur Muhammad ). Nur itulah yang kemudian
mensifati atau memberi sifat akan Zat yaitusifat Ujud yang
berati ada dan mustahil bersifat tidak ada karena sudah ada yang mengatakan “ ada “ atau meng-“ada”-kan yaitu Nur Muhammad.
Jabir ibn `Abd Allah r.a. berkata kepada Rasullullah s.a.w:
“Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibubapa ku dikorban untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua benda.” Baginda berkata: “Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahayaNya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam KekuasaanNya selama KehendakNya, dan tiada apa, pada masa itu ( Hr : al-Tilimsani,
Qastallani, Zarqani ) `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa hadist ini sahih
Ali ibn al-Husayn daripada bapanya daripada kakaeknya
berkata bahwa Rasullullah s.a.w berkata: “Aku adalah cahaya
dihadapan Tuhanku selama empat belas ribu tahun sebelum
Dia menjadikan Adam a.s. ( HR Imam Ahmad, Dhahabi dan
al-Tabari )
Setelah Nur Muhamamad diciptakan dari Nur atau Cahaya
Zat-Nya, makaselanjutnya Nur Muhammad itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dengan Zat,
karena dengan Nur Muhammad itulah, Zat melahirkan semua sifat yang disifati-Nya
“ Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[ * ], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) [ ** ], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. “ ( QS : 024. : An Nuur : ayat : 35 )
[*] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
[**] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.
Ibn Jubayr dan Ka`b al-Ahbar berkata: “Apa yang dimaksudkan
bagi cahaya yang kedua itu ialah Rasullullah s.a.w kerana baginda adalah PesuruhNya dan Penyampai dari Allah s.w.t terhadap apa yang menerangi dan terdzahir.” Ka`b berkata: ” Minyaknya bersinar akan berkilauan kerana Rasullullah s.a.w bersinar akan diketahui kepada orang ramai walaupun jika baginda tidak
mengakui bahawa baginda adalah seorang nabi, sama seperti minyak itu bersinar berkilauan walaupun tanpa dinyalakan.
Dari dalil-dalil yang disampaikan diatas dapatlah difahami bahwa hubungan antara Nur Muhammad dengan Zat Tuhan adalah
hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu,dimana Allah
berdiri disana nur muhammad berada, Ketika Allah disebut, maka disana Muhammad ikut
menyertainya seperti pada pada kalimat tauhid “ La Ila Ha Illaallah, Muhammad rasululullah “ Ketika Allah disebut, maka mutlak disana Muhammad ikut atau berada. Ibarat
api dengan panasnya. Dimana api berada, maka disana pula panasnya berada. Dimana Zat berada disana pula Nur
Muhammad berada. Bukanlah dikatakan api kalau tidak terasa panas. Ketika api disentuh, maka sesunggunya yang tersentuh hanyalah panasnya saja dan ketika terasa panasnya api pada hakikatnya yang dirasakan adalah api itu sendiri. Sehingga untuk memudahkan pemahaman, kalau diibaratkan “ api “ adalah zat dan “ panas “ adalah Nur Muhammad yang menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari pada api.
Sebagai contoh lain dapat difahami melalui konsep laut dan gelombang. Tidaklah dikatakan sesuatu itu laut kalau dia tidak bergelombang ( ombak ). Karena gelombang itu adalah sifat dari pada laut. Dimana ada laut, maka disana pula ada
gelombangnya. Tidak bergoncang atau bergerak gelombang itu apabila laut tidak bergoncang. Karena gelombang itu adalah laut yang bergocang. Ketika kita memandang laut yang terlihat adalah gelombangnya. Dan ketika mata memandang gelombang, pada hakikatnya yang dipandang adalah laut. ( pemahaman ini
mungkin sebaiknya disimpan dulu untuk memudahkan pemahaman pada kajian selanjutnya )
Coba pelajari dan fahami hadist berikut dalam acuan pemahaman diatas
“ Aku telah dimasukkan ke dalam tanah pada Adam dan adalah yang dijanjikan kepada ayahanda ku Ibrahim dan khabaran gembira kepada Isa ibn Maryam “ ( HR :Ahmad, Bayhaqi ) “ Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam
dirinya (Adam). Dia meletakkan aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan
memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia
mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar “. ( HR : Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani )
Mungkin postingan ini terlalu singkat sehingga tidak mudah untuk difahami. Tapi cukup untuk sekedar bahan yang berguna untuk menyegarkan kembali pemahaman yang sudah ada dan sebagai pelengkap wawasan dalam diskusi di majelis taklim
masing-masing. Sebagai kajian awal myrazano merasa sudah cukup. Para guru dan mursyid kita tentunya akan mempunyai waktu dan
kesempatan yang banyak untuk menjelaskan secara terperinci. Apabila para pembaca dan pengunjung blog ini belum
pernah menurunkan beban ujian diluar kesanggupan hambanya “. dan “ Dibalik Pendakian itu pasti ada penurunan “ Itu adalah janji Allah yang pasti akan ditepati-Nya. Amin. Untuk sementara, kalau ada bagian yang meragukan atau belum jelas. Silahkan
menyampaikan tanggapan, sanggahan, bantahan, pertanyaan pada kotak komentar yang tersedia. Komentar anda adalah
bagian terbaik dari postingan ini. Terimakasih [ Hakikat
Tauhid ]
BAHAGIAN KE 4
Nur Muhamnmad adalah Realitas Ruhani. Sesungguhnya
yang pertama sekali diciptakan Allah SWT adalah suatu realitas gaib yang bersifat ruhani sebagaimana yang telah disampaikan Rasulullah Muhammad SAW yaitu bahwa yang mula – mula
diciptakan oleh Allah adalah Nur Muhammad yang diciptakan dari cahaya Ketuhanan. Selanjutnya juga
disampaikan bahwa yang pertama sekali diciptakan
adalah Qalam dan ‘Aqal, sehingga realitas ruhani dari hakikat
Nur Muhammadtersebut difahami dalam beberapa realitas
konsep yang pada hakikatnya adalah satu yaitu Sifat dari Zat
yang bernama Allah
Disebut Nur atau Cahaya karena Nur Muhammad itu
bebas dan bersih dari segala kegelapan dan atau karena dengan Nur Muhammad tersebut segala kegelapan hilang dan musnah.
Disebut Akal yaitu Akal Alam semesta karena dengan Nur
Muhammad ini Allah melahirkan sifat Ilmu – Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu
Disebut Qalam atau Pena karena dengan Nur Muhammad
ini Allah menyampaikan dan menyebarkan ilmu dan hikmah dalam bentuk dan rupa huruf, angka dan perkataan
Disebut Ruh atau Nyawa karena dengan Nur Muhammad
ini Allah melahirkan sifat hayat yang berarti hidup dan menghidupkan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan makhluk dengan Tuhannya Dengan pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa Nur
berwujud. Dialah yang awal yang menjadi hakikat alam semesta.
Allah menciptakan segala ruh dari ruhnya.
Nur Muhammad adalah nama bagi insan di alam gaib yaitu
alam tempat berkumpulnya seluruh ruh sebelum diturunkan ke
alam yang paling rendahyaitu alam kebendaan yang nyata.
“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya “ ( QS : 095 : At Tiin : Ayat : 04 – 05 )
Bahwa nyatanya Hayat Allah Ta’ala adalah pada
hidupnya Muhammad,nyatanya hidup Muhammad itu pada tubuh kita. Apabila tidak hidup tubuh kita itu , maka tidak nyata hidup Muhammad. Apabila tidak nyata
hidup Muhammad, maka tidak nyata Hayat-Nya Allah
Ta’ala
Bahwa nyatanya Ilmu Allah Ta’ala adalah pada tahunya
Muhammad,nyatanya tahu Muhammad itu pada hati kita. Apabila tidak tahu hati kita itu , maka tidak nyata tahu Muhammad. Apabila tidak nyata tahu Muhammad, maka tidak nyata Ilmu-Nya Allah Ta’ala
Bahwa nyatanya Qudrat Allah Ta’ala adalah pada
kuasanya Muhammad,nyatanya kuasa Muhammad itu pada tulang kita. Apabila tidak kuasa tualang kita itu , maka tidak nyata kuasa Muhammad. Apabila tidak nyata
kuasa Muhammad, maka tidak nyata Qudrat-Nya Allah
Ta’ala
Bahwa nyatanya Iradat Allah Ta’ala adalah pada
kehendaknya Muhammad, nyatanya kehendak
Muhammad itu pada nafsu kita. Apabila tidak
berkehendak nafsu kita itu , maka tidak nyata kehendak
Muhammad. Apabila tidak nyata kehendak Muhammad, maka tidak nyata Iradat-Nya Allah Ta’ala
Bahwa nyatanya Samik Allah Ta’ala adalah pada
pendengaran Muhammad,nyatanya pendengaran
Muhammad itu pada telinga kita. Apabila tidak mendengar telinga kita itu , maka tidak nyata
pendengaran Muhammad.Apabila tidak nyata
pendengaran Muhammad, maka tidak nyata Samik-Nya
Bahwa nyatanya Basir Allah Ta’ala adalah pada
penglihatan Muhammad,nyatanya penglihatan
Muhammad itu pada mata kita. Apabila tidak melihat mata kita itu , maka tidak nyata penglihatan
Muhammad. Apabila tidak nyata penglihatan
Muhammad, maka tidak nyata Basir-Nya Allah Ta’ala
Bahwa nyatanya Kalam Allah Ta’ala adalah pada
perkataan Muhammad,nyatanya perkataan
Muhammad itu pada lidah kita. Apabila tidak berkata lidah kita itu , maka tidak nyata perkataan
Muhammad. Apabila tidak nyata perkataan
Muhammad, maka tidak nyata Kalam-Nya Allah Ta’ala Maka tidak satu pun yang ada pada diri kita melainkan semua adalah pada Muhammad yaitu Nur Muhammad dan
tidak ada segala sesuatu itu melainkanadanya Nur Muhammad, sehingga pemahaman ini adalah kelanjutan dari pemahaman kajian terdahulu yang telah disampaikan bahwa. Zat pada Allah,
Sifat pada Muhammad. Rupa pada Adam dan Rahasia pada Kita. Dan semoga kajian yang singkat ini bisa sedikit memberikan
kejelasan tentang Rahasia dari Kajian Tariqat Tentang
Hakikat Nur Muhammad dan selanjutnya bisa menjadi materi
dan bahan dalam diskusi di majelis masing – masing. Amin… ( Hakikat Nur Muhammad )
BAB TAUHID
Hakikat Tauhid. Sesungguhnya “ Allah “ adalah nama
zat dari Tuhan swt yang diperkenalkan sendiri oleh-Nya. Selain
sebagai nama bagi zat Tuhan swt, “ Allah “ adalah juga tempat
terkumpulnya atau terhimpunnya seluruh sifat yang dikandung zat-Nya, sehingga “ Allah “ sebagai sebutan yang utama untuk Tuhan sudah meliputi Tuhan secara keseluruhan yang terdiri dari zat dan sifat-Nya.
Hubungan antara zat dan sifat pada hakikatnya adalah hubungan sebab akibat yang saling terkait dan saling menerangkan antara keduanya. Keberadaan sifat disebabkan karena adanya zat
sifat, sehingga melalui hubungan tersebut Tuhan telah
membukakan satu celah yang bisa dimasuki oleh akal
manusia untuk mengetahu hakikat zat-Nya dengan benar
Sebelum melanjutkan kepada kajian tentang pemahaman sifat Allah, yang pertama yang harus diyakini tentang kajian sifat Allah itu adalah bahwa sifat yang dimiliki Allah adalah sifat yang
maha sempurna yang tidak dimiliki oleh selain Allah.
Karena apabila terjadi persamaan antara sifat yang dimiliki oleh Allah dengan sifat yang dimiliki oleh selain Allah, maka sifat
tersebut bukan lagi menjadi sifat Allah, karena Allah tidak bisa
dipersandingkan dengan apapun sebagaimana yang
dinyatakan dalam Al-Quran “ dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.” ( QS : 112 : Surat : Al Ikhlash Ayat 04 ) Setelah prinsip dasar tersebut difahami dan diyakini secara sungguh-sungguh dengan hati yang sabar dan ikhlas, baru bisa dilanjutkan dengan kajian tentang sifat-sifat Allah.
Bila tidak, kajian tentang sifat-sifat Allah itu akan melahirkan pemahaman yang sesat seperti “ faham serba Tuhan yang
berkeyakinan bahwa semuanya alam ini adalah
perwujudan dari zat Tuhan “, atau “ faham yang menyakini bahwa makhluk setelah melewati fase-fase pemahaman tertentu bisa melakukan penyatuan dengan Tuhan “ dan
beberapa pemahaman lain yang dikatagorikan sebagai faham yang menyimpang seperti faham Muta’zilah, Wahabi, Ibnu
Taimiyah dll
Sekarang kita lanjutkan :
Imam Abu Hasan ‘Ali al Asy’ary dan Imam Abu Mansur al Muturidi sebagai pelopor berdirinya faham Ahlul Sunnah Wal Jamaah telah menerangkan sebagai sebuah syariat bahwa sifat
Allah itu dikelompokkan menjadi 41 ( empat puluh satu ) sifat dan dikelompokkan lagi menjadi 4 ( empat ) kelompok besar yaitu :
1. Sifat Nafsiah
Sifat nafsiyah adalah sifat yang melekat pada Zat Allah.
Sifat nafsiyah ini mengakibatkan lahirnya sifat-sifat yang lain. Sifat nafsiyah itu adalah Ujud yang berarti ada. Jika sifat Ujud ini tidak ada pada Zat Allah, maka sifat-sifat yang lain pun menjadi tidak ada, sehingga mustahil Allah itu tidak ada,
karena adanya Allah dengan sifat Ujud ini. Jika sifat Ujud ini tidak ada, maka Allah pun menjadi tidak ada.
2. Siaft Salbiyah Sifat
Salbiyah cendrung dikatakan sebagai sifat yang membedakan
Allah dengan selain Allah, tapi myrazano lebih memahami
bahwa sifat salbiyah adalah sifat yang menerangkan sifat
nafsiyah karena apabila dinyatakan sebagai sifat yang
membedakan antara Allah dengan selain Allah tentunya sifat-sifat Allah yang lain selain sifat salbiyah bisa dipersamakan dengan sifat selain Allah sedangkan zat, sifat dan perbuatan Allah tidak bisa disetarakan sesuatu apapun juga
Sifat-sifat salbiyah itu adalah Qidam yang berarti dahulu yang
tidak bermula, Baqa,berarti kekal yang tidak berkesudahan atau abadi yang tidak berakhir, sehingga melahirkan
sifat Mukhalifatu lil hawaditsi yang berarti tidak sama dengan dengan segala sesuatu. Allah itu bersifat Qiyamuhu
binafsihi yang berati berdiri sendiri secara mutlak. Allah tidak
membutuhkan apapun atau siapapun juga untuk mengurus
urusannya dan juga tidak mau urusannya dicampuri, Selanjutnya dinyatakan bahwa, Allah itu bersifat Wahdaniyah yang berarti Maha Esa atau Maha Tunggal tidak berbilang dengan pengertian bahwa :
Allah itu Maha Esa Zat-Nya yang berati Zat Allah itu tidak
sama dengan apapun juga
Allah itu Maha Esa Sifat-Nya yang berarti Allah itu
bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang tidak sama atau dipersamakan dengan sifat selain Allah
Allah itu Maha Esa Perbuatan-Nya yang berarti seluruh
perbuatan Allah tidak bisa ditiru atau dicontoh oleh siapapun. hanya Allah yang berkuasa untuk melakukan sesuatu
Sifat yang tergabung dalam kelompok sifat nafsiyah dan sifat
salbiyah ini merupakan dasar utama dari pemahaman tauhid. Apabila sifat-sifat nafsiyah dan salbiyah ini difahami
secara salah, maka faham tersebut telah terjerumus kepada pemahaman tauhid yang sesat sebagaimana bebarapa
pemahaman yang telah disampaikan diatas
Sudah banyak orang-orang alim yang tersesat dalam memahami sifat-sifat Allah ini, sehaingga myrazano sangat
menyarankan untuk jangan memaksakan logika dan
pemikiran dalam melakukan kajian tentang tauhid. Apabila
pada saat itu logika dan pemikiran belum bisa menumbuhkan pemahaman yang benar tentang kajian yang sedang
diuraikan. Tinggalkan saja dulu untuk sementara.
Tapi jagan berhenti, Ketahuilah bahwa sesungguhnya hukum mempelajari dan memahami tauhid secara benar adalah wajib atau fardhu ‘ain ( wajib bagi setiap
diri ) karena hanya dengan pemahaman dan keyakinan yang
benar seluruh amal dan ibadah yang dilakukan bisa diterima Allah swt, selain dari itu ditolak apabila ibadah tersebut tidak menjadi tambahan dosa.
Kalau memungkinkan belajarlah melalui seorang guru atau
mursyid yang bebar-benar telah memahami tentang hakikat tauhid yang benar. Jangan sekali-kali belajar pada
mursyid ( guru hidup ) yang masih atau sedang mencari-cari hakikat tauhid yang sesungguhnya, karena itu sama artinya
dengan membukakan celah yang lebar bagi iblis untuk
menyesatkan.
3). Ma’ani dan sifat 4). Ma’nawiyah. Apabila sampai kajian ini
terdapat hal-hal yang kurang bisa difahami dengan baik silahkan
penyampaikan pertanyaan melalui kotak komentar yang tersedia, termasuk bantahan, sanggahan atau apapun yang
ingin disampaikan, mohon disampikan secara santun dan
jangan menyebut nama orang lain yang tidak
berhubungan dengan myrazano.Seluruh pertanyaan,
tanggapan, bantahan, sanggahan atau sekedar komentar yang disampaikan, Insya Allah, myrazano akan berusaha menjawab dan menjelaskannya dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. karena ilmu Allah itu maha luas dan tanpa
batas. [ Kajian Hakikat Tauhid ]
Hakikat Tauhid. Setelah pada posting sebelumnya telah
disampaikan tentang
sifatSifat Nafsiah dan Sifat Salbiyah, pada posting ini kita akan mencoba melakukan kajian tentang Sifat
Ma’ani dan Sifat Ma’nawiyah sebagai berikut : 3. Sifat Ma’ani
Sifat Ma’ani cendrung dikatakan sebagai sifat yag absatrak tetapi myrazano lebih memahaminya sebagai sifat yang
membuktikan atau pembuktian ujud Allah, karena dengan
sifat ma’ani ini Allah membuktikan sifat ujudnya yang dijelaskan dengan sifat salbiyah ( Qidam, Baqa, Mukhalifatu lil
hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah ) yaitu :
a). Hayat berarti Allah itu bersifat hidup b). Ilmu berarti Allah itu bersifat tahu c).Qudrat berarti Allah itu
bersifat kuasa d). Irodat berarti Allah itu
bersifatberkehendak e). Sama’ berarti Allah itu bersifat mendengar f). Bashor berarti Allah itu
bersifat melihat g). Kalam berarti Allah itu bersifat
berkata-kata Pembuktian sifat ma’ani sebagai sifat yang melekat pada ujud Allah dapat dibuktikan melalui metoda
pemahaman Tauhid Rububiyah yang berarti menyakini keberadaan Allah melalui ciptaan-Nya yaitu :
Karena Allah mempunyai sifat hayat, maka kita bisa
membuktikannya pada hidupnya tubuh kita, jika tidak
hidup tubuh kita itu, maka tidak terbukti hayatnya Allah, karena hidup tubuh kita itu dengan hayatnya Allah
Karena Allah mempunyai sifat ilmu, maka kita bisa
membuktikannya pada tahunya hati kita, jika tidak tahu
hati kita itu, maka tidak terbukti ilmunya Allah, karena
tahu hati kita itu dengan ilmunya Allah
Karena Allah mempunyai sifat qudrat, maka kita bisa
membuktikannya pada kuasanya tulang kita, jika tidak
kuasa tulang kita itu, maka tidak terbukti qudratnya Allah, karena kuasa tulang kita itu dengan qudratnya Allah
Karena Allah mempunyai sifat iradat, maka kita bisa
membuktikannya pada berkehendaknya nafsu kita, jika
tidak berkehendak nafsu kita itu, maka tidak terbukti iradatnya Allah, karena berkehendak nafsu kita itu dengan
iradatnya Allah
Karena Allah mempunyai sifat sama’, maka kita bisa
membuktikannya pada mendengarnya telinga kita, jika
tidak mendengat telinga kita itu, maka tidak terbukti sama’nya Allah, karena mendengar telinga kita dengan
sama’nya Allah
Karena Allah mempunyai sifat bashor’, maka kita bisa
membuktikannya pada melihatnya mata kita, jika tidak
Allah, karena mendengan telinga kita dengan bashornya
Allah
Karena Allah mempunyai sifat kalam’, maka kita bisa
membuktikannya pada berkata-katanya lidah kita, jika
tidak berkata-kata lidah kita itu, maka tidak terbukti kalamnya Allah, karena berkata lidah kita dengan
kalamnya Allah
Dengan pembuktian ujud Allah melalui sifat ma’ani ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa sifat hayat
merupakan pokok atau ibu dari sifat yang menjelaskan tentang zat Allah, sehingga tanpa sifat hayat, sifat ujud tidak berarti apa-apa. 4. SifatMa’nawiyah Sifat ma’nawiyah merupakan sifat
penegasan dari sifat ma’anidengan pemahaman sebagai
berikut :
Karena Allah bersifat hayat, maka wajib Zat Allah
bersifat Hayun berarti maha hidup
Karena Allah bersifat ilmu, maka wajib Zat Allah
bersifat Aliman berarti maha mengetahui
Karena Allah bersifat qudrat, maka wajib Zat Allah
bersifat Qodiron berartimaha kuasa
Karena Allah bersifat Iradat, maka wajib Zat Allah
bersifat Muridan berartimaha berkehendak
Karena Allah bersifat sama’, maka wajib Zat Allah
bersifat Sami’an berartimaha mendengar
Karena Allah bersifat bashor, maka wajib Zat Allah
bersifat Bashiron berartimaha melihat
Karena Allah bersifat kalam, maka wajib Zat Allah
bersifat Mutakallimanberarti maha berkata-kata
Itulah sifat-sifat yang wajib ada pada Zat Allah. Hanya Pada Zat
Allah. Selain Allah tidak ada yang memiliki sifat ini, sedangkan
sifat-sifat yang mustahil pada Allah adalah kebalikan dari sifat yang wajib ini. ( myrazano tidak membahas sifat yang mustahil ini )
Sebelum melanjutkan dengan hakikat sifat yang mungkin pada Allah, kembali myrazano menyampaikan bahwa apabila sampai kajian ini terdapat hal-hal yang kurang bisa difahami dengan baik silahkan penyampaikan pertanyaan melalui kotak
komentar yang tersedia, termasuk bantahan,
disampikan secara santun dan jangan menyebut nama orang lain yang tidak berhubungan dengan myrazano.
Seluruh pertanyaan, tanggapan, bantahan, sanggahan atau
sekedar komentar yang disampaikan, Insya Allah, myrazano akan berusaha menjawab dan menjelaskannya sesuai dengan segenap kemampuan. Karena ilmu Allah itu maha luas dan tanpa batas. [ Kajian Hakikat Tauhid ]
Hakikat Zat Pada Sifat Allah. Sebelum melanjutkan membaca
dan memahami kajian “ Hakikat Zat Pada Sifat Allah “ pada bagian ini, perlu disampaikan bahwa mulai dari kajian ketiga
ini dan kajian-kajian selanjutnya, lebih bersifat pemahaman
dan sangat membutuhkan kemurnian pemikiran dari
pengararuh nafsu yang menyesatkan. Karena pada kajian ini
dan kajian selanjutnya merupakan salah satu kajian inti dari faham tariqat satariyah yang mengklaim bahwa, pemahaman tauhid dari faham satariyah merupakan satu-satunya cara tercepat atau jalan pintas untuk bertemu Allah swt. (faham
tauhid satariyah tidak menyatakan dirinya sebagai bagian dari aliran tariqat yang ada karena sangat bersifat logika dan pemahamannya timbul dari proses pembelajaran sedangkan faham tauhid dari faham tariqat lainnya
pemahamannya timbul dari pengamalan ; Kedua metoda ini sah dan sama benarnya, tergantung kesanggupan untuk mengikuti metoda pembelajaran dan pembetukan faham tauhidnya ), sehingga Myrazano sangat menyarankan
untuk terlebih dahulu atau kembali membaca dan mempelajari serta memahami kajian-kajian sebelumnya yang berhubungan dengan alasan :
1. Kajian ini sangat membutuhkan pemahaman sehingga apabila hanya sekali baca saja diyakini bahwa pembaca tidak akan mendapatkan apa-apa dari kajian ini, bahkan mungkin saja menyesatkan Aqidah ( bukan alasan Page
View atau Alexa Rank ).
2. Untuk Hal-Hal yang kurang difahami dan meragukan
jangan difahami sendiri, tapi disarankan untuk bertanya kepada para guru di majelis taklim / pengajian masing-masing dan atau sampaikan pertanyaan langsung di kotak
komentar sebagai alternatif solusi ( solusi pertama tetap
para guru / point pertama )
3. Yang lebih penting dari pada itu adalah, bahwa yang difahami
dalam kajian ini ada sifat Allah swt, bukan zat Allah swt atau hubungan antara sifat dengan zat-Nya. Apabila
salah dalam memahami ini, maka akan jatuh kepada
pemahaman tauhid sesat yang menyakini bahwa
makhluk bisa menyatu dengan zat Allah swt ( salah satu keyakinan tauhid dari faham syi’ah )
4. Ikuti point pertama, point kedua dan point ketiga
5. Mari Kita lanjutkan Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ( 3 ) Setelah pada kajian yang lalu difahami bahwa melalui sifat-sifat yang diperkenalkan Allah swt kepada manusia sebagai makhluk, berarti Allah swt telah membukakan satu celah yang sangat lebar bagi kita untuk mengenal zat-Nya secara lebih terang dan nyata, karena melalui sifat.-sifat Allah tersebutlah kita mengenal hakikat zat itu dengan sesungguhnya.
Diantara dua puluh sifat yang difahami dalam keyakinan Ahlul
sunnah wal jamah terdapat dua sifat utama yang sangat
menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan sifat yang lain.
Pada kajian ini kita akan melakukan pembahasan tentang sifat yang pertama dari sifat yang menentukan itu, yaitu sifat ujud. Sebagai beriku :
Sifat Ujud
Ujud adalah sifat yang menandakan keberadaan zat. Tanpa sifat ujud ini, sifat-sifat yang lain akan menjadi tidak berarti bahkan bisa jadi menjadi tidak ada. Sifat ujud difahami melalui sifat-sifat ma’ani, sehingga untuk menjawab bagaimana ujud-Nya Allah ?. sudah bisa dijelaskan melalui sifat-sifat ma’ani ( baca kajian
yang lalu ) yang dikelompokkan sebagai berikut :
Ujud Zat. Yaitu ujud yang melekat pada zat difahami
dengan zat Allah yaitu ujud yang sebenar-benarnya zat
pada Allah. Merupakan suatu yang tidak bisa diucapkan
tapi secara nyata bisa dirasakan. Seperti rasa manis pada gula, seperti rasa asin pada garam. Hanya bisa dirasakan tanpa bisa terkatakan.
Ujud Sifat. Yaitu ujud yang melekat pada sifat
zat difahami dengan sifat Allah yaitu terhimpunnya sekalian sifat. Ujud ini dinamakan juga Nur
muhammad. Merupakan nyawa atau roh pada diri kita
Ujud Afa’al. Yaitu ujud yang melekat pada perbuatan
zat difahami dengan perbuatan Allah yaitu ujud yang
keberadaannya disebabkan oleh suatu sebab sehingga
tidak terjadi dengan sendirinya. Ujud ini dinamakan juga Ujud Adam. Merupakan tubuh pada diri kita
Ujud Asma. Yaitu ujud yang melekat pada
keimanan difahami denganberiman kepada Allah yaitu
ujud terdapat dalam keyakinan setiap makhluk yang
memahami tentang zat Allah. Ujud ini dinamakan jugaUjud
iman. Merupakan hati pada diri kita
Sehingga pemahaman tentang ujud Allah ini adalah “ Zat Allah
jadi rahasiapada diri Aku. Sifat Allah jadi Nur
Muhammad jadi nyawa atau roh pada diri Aku. Perbuatan Allah jadi tubuh pada diri Aku. Nama Allah jadi hati atau iman pada diri Aku. “
Jadi Bukan Zat melainkan Rahasia Pada Diri Aku. Bukan
Sifat melainkan Nur Muhammad Nyawa atau Roh
Aku, Bukan Perbuatan melainkan Batang Tubuh Aku. Bukan Asma atau Nama melainkan Keyakinan atau Keimanan Hati Aku.
Ctt :
Rahasia Diri Insya Allah Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya Terutama Pada Kajian Hakikat Diri
Nur Muhammad Insya Allah Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya Terutama Pada Kajian-Kajian Awal Muhammad Demikian kajian tentang Sifat Ujud yang merupakan sifat yang utama dan terutama pada Allah swt. Tanpa bosan untuk
menghimbau kepada pengunjung blog Kajian Hakikat Tauhid ini “
Belajarlah Melalui Guru ”. Kajian Blog ini hanyalah sebagai
pelengkap dan sarana pembantu pendalaman materi dan pemahaman.
Jika ada yang dirasa kurang jelas karena keterbatasan kemampuan. Silahkan menyampaikan pertanyaan atau
sanggahan, bantahan atau apa saja pada kotak komentar yang tersedia. Insya Allah semua pertanyaan tentang kajian ini,
myrazano akan mengusahan untuk menjawab dan menjelaskan sesuai dengan ilmu Allah yang tiada batas yang dilahirkan pada hamba-hamba yang dikehendakinya.
Hakikat Zat Pada Sifat Allah. Sekarang kita sudah memasuki
kajian ke empat dari Hakikat Zat Pada Sifat Allah, tapi kalau dilihat dari awal, kajian keempat ini sudah merupakan kajian keenam yang saling berhubungan dimana sebelumnya telah
dibahas “ Ternyata Allah Bukan Tuhan Yang Sesungguhnya “
dan “ Allah Adalah Nama Yang Utama Bagi Tuhan “ dan telah
mendapat tanggapan yang beragam dari pembaca dan pengunjung blog “ Kajian Hakikat Tauhid “ ini.
Seluruh tanggapan dan komentar tersebut akan kita coba, insya Allah membahasnya satu per satu setelah kajian Hakikat “ Zat
Pada Sifat Allah “ ini selesai secara tuntas yaitu
berhasil mengantarkan seluruh pembaca dan pengunjung
blog ini menemui tuhannya masing-masing. Insya Allah
Selanjunya dari awal myrazano selalu dan tidak akan pernah bosan mengingatkan bahwa, Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini adalah sebuah kajian yang bersifat pendalaman dari ilmu tauhid yang sangat membutuhkan pemahaman, maka bacalah
setiap postingan ini secara berulang-ulang karena kalau hanya sekali baca saja dijamin tidak akan mendapatkan pemahaman apa-apa.
Beberapa istilah yang dipakai, mungkin kelihatan asing bagi sebagian orang, karena kajian ini adalah kajian yang
sebelumnya bersifat terutup dan dipelajari secara exclusive di berbagai tempat. Itu pun murid-muridnya
kebanyakan sudah berusia lanjut. Sehingga belum tentu semua
orang pernah belajar dan mempelajari ilmu ini. Sehingga
untuk hal-hal yang kurang dimengerti dan difahami
taklim dan pegajian masing-masing dibawah bimbingan para guru yang memahami ilmu taswauf secara baik agar
jangan tersesat.
Mari Kita lanjutkan kajian kita.
Sifat Hayat
Sebagaimana yang telah disampikan pada kajian sebelumnya bahwa diantara dua puluh sifat yang difahami dalam
keyakinan Ahlul sunnah wal jamahterdapat dua sifat utama yang sangat menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan sifat yang lain.
Diantara Dua sifat Allah swt tersebut yang pertama telah
disampaikan pada kajian sebelunya yaitu sifat ujud. Pada kajian ini kata akan memahami sifat kedua yaitu sifat Hayat yang berarti hidup. Sifat hayat ini sering juga dinyatakan sebagai ibu dari
segala sifat Allah, karena tanpa sifat hayat ini sifat ujud pada zat Allah swt menjadi tidak berati sama sekali, sehingga mustahil sifat-sifat yang lain pada Allah swt bisa dibuktikan.
Allah Bersifat Hayat. Artinya Hidup. Allah hidup dengan sifat
hayat-Nya. Sehingga dengan sifat hayat itu Allah maha hidup
dan wajib bagi Allah untuk selalu hidup ( Hayun /
Hayan ). Karena bukti hayat Allah swt tersebut pada hidupnya
tubuh kita, maka hakikatnya bukan hidup kita, melainkan
hayatnya Allah swt. Pemahamanya adalah “ Bukan hidup aku
melainkan hidup-Nya Allah “
Allah Bersifat Ilmu. Artinya Mengetahui. Allah tahu
dengan sifat ilmu-Nya. Sehingga dengan sifat ilmu itu Allah maha mengetahui dan wajib bagi Allah untuk selalu
mengetahui ( Alimun / Aliman ). Karena bukti ilmu Allah swt
tersebut pada tahunya hati kita, maka hakikatnya bukan tahu kita, melainkan ilmunya Allah swt. Pemahamanya adalah “
Bukan ilmu aku melainkan ilmu-Nya Allah “
Allah Bersifat Kudrat. Artinya Kuasa. Allah berkuasa
dengan sifat kudrad-Nya. Sehinga dengan sifat kudrat itu Allah maha kuasa dan wajib bagi Allah untuk selalu
berkuasa ( Kadirun / Kadiran ). Karena bukti kudrat Allah
swt tersebut pada kuasanya tulang kita, maka hakikatnya bukan kuasa kita, melainkan kudratnya Allah swt.
Pemahamanya adalah “ Bukan kuasa aku melainkan
kuasa-Nya Allah “
Allah Bersifat Iradat. Artinya Berkehendak. Allah berkehendak dengan sifat iradat-Nya ( Maridun / Muridan ). Sehingga dengan sifat iradat itu Allah maha berkehendak dan wajib
bagi Allah untuk selalu menghendaki. Karena bukti iradat
Allah swt tersebut pada kehendaknya nafsu kita, maka
hakikatnya bukan kehendak kita, melainkan iradatnya Allah swt. Pemahamanya adalah “ Bukan kehendak aku
melainkan kehendak-Nya Allah “
Allah Bersifat Basyar. Artinya Melihat. Allah melihat
dengan sifat basyar-Nya. Sehingga dengan sifat basyar itu Allah maha melihat dan wajib bagi Allah untuk selalu
melihat ( Basyirun / Basyiran ). Karena bukti basyar Allah
swt tersebut pada melihatnya mata kita, maka hakikatnya bukan penglihatan kita, melainkan basyarnya Allah swt.
Pemahamanya adalah “ Bukan penglihatan aku melainkan
penglihatan-Nya Allah “
Allah Bersifat Samik. Artinya Mendengar. Allah mendengar dengan sifat samik-Nya. Sehingga dengan sifat samik itu Allah maha mendengar danwajib bagi Allah untuk selalu
mendegar ( Sami’un / Sami’an ). Karena bukti samik Allah
swt tersebut pada mendengarnya telinga kita, maka
hakikatnya bukan pendengaran kita, melainkan samiknya Allah swt. Pemahamanya adalah “ Bukan pendengaran aku
melainkan pendengaran-Nya Allah “
Allah Bersifat Kalam. Artinya Berkata-kata. Allah berkata dengan sifat kalam-Nya. Sehingga dengan sifat kalam itu Allah maha berkata-kata danwajib bagi Allah untuk selalu
berkata-kata ( Mutakalimun / Mutakaliman ). Karena bukti
kalam Allah swt tersebut pada berkatanya lidah kita, maka hakikatnya bukan perkataan kita, melainkan kalamnya Allah swt. Pemahamanya adalah “ Bukan perkataan aku
melainkan perkataan-Nya Allah “
Jadi sampai dengan kajian keempat atau kajian keenam tentang “ Hakikat Zat Pada Sifat Allah “ ini sudah bisa sedikit
dirasakan bahwa “ Tidak satu pun yang ada pada diri kita,
melainkan hanyalah sifat Allah swt “. Dengan pemahaman
Terakhir, sebelum memasuki kajian selanjutnya, myrazano kembali mengingatkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang difahami kepada para guru kita, dan sebagai solusi alternafif, silahkan menyampaikan pertanyaan, saran, tanggapan, kritikan, batahan terhadap seluruh kajian ini pada kotak komentar yang terdia. Insya Allah myrazano akan berusaha menjawab dan
menjelaskannya sesuai dengan segenap kemampuan yang ada. [ Kajian Hakikat Tauhid ]
Hakikat Zat Pada Sifat Allah. Setelah menyelesaikan kajian
tentang sifat ujud dan sifat hayat yang merupakan dua sifat yang utama bagi Allah swt, maka mulai dari kajian ke lima Hakikat Zat Pada Zat Allah ini sesungguhnya kita sudah memasuki kajian kesimpulan dan aplikasi dari pemahaman yang sudah dibahas dalam aktivitas kehidupan kita sehari-hari dan ritualitas ibadah wajib dan ibadah sunnah sebagai pengamalan syariat ajaran agama islam sebagai agama tauhid terakhir.
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam kajian-kajian
sebelumnya bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt sebagai tuhan adalah sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah swt saja. Tidak dimiliki oleh makhluknya. Apabila sifat-sifat tersebut terdapat pada makhluk, maka berarti sifat tersebut bukan sifat Allah swt karena Allah swt sebagai tuhan tidak bisa disamakan, tidak bisa disetarakan dengan apapun juga baik itu zat, sifat ataupun perbuatannya. Itulah tauhid yang benar lagi lurus yang kita tidak boleh tersesat didalamnya.
Pada kajian sebelumnya juga telah difahami bahwa, dengan pendevinisian dari sifat-sifat Allah swt yang telah dilakukan oleh ulama-ulama Ahlul Sunna Wal Jamaah sebelumnya sesungguhnya telah membuka satu celah kepada kita sebagai makhluk yang berakal untuk mengungkap tentang hakikat dari Allah swt itu secara nyata, karena hubungan antara zat dan sifat adalah
hubungan yang saling terkait, dimana keberadaan suatu zat akan bisa diketahui dan dijelaskan melalui sifat-sifatnya dan sifat-sifat yang dikandung oleh zat adalah penggambaran dari zat itu
sendiri. Dengan logika sederhana dapat dinyatakan bahwa,
dimana ada zat, maka disitulah sifatnya berada dan dimana sifat terlahir, maka disitu juga sesungguhnya zatnya berada
Ungkapan atau contoh yang sangat logis dan gampang untuk difahami tentang hubungan antara zat dan sifat adalah dengan memahami sifat dari api. Yaitu Panas, panas merupakan sifat yang dikandung oleh api, dimana panas itu terasa, maka disitulah api itu berada. Apabila semakin panas kita rasakan, maka
sesungguhnya semakin dekat kita dengan sumber panas itu yaitu api, sehingga semakin dekat kita dengan api maka kita akan semakin merasakan panasnya api itu. Dan sebaliknya, apabila semakin jauh kita dari api, maka panasnya api akan semakin berkurang kita rasakan. Dimana ada panas disitulah ada api. Panas adalah sifat dan api adalah zatnya.
Akibat dari panas yang ditimbulkan akan berbanding lurus dengan jarak yang berhasil dicapai oleh suatu benda dengan sumber panas atau api tersebut.
Semakin dekat keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin besar panas yang diserap benda dan
semakin besar juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada benda-benda disekitarnya
Semakin jauh keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin kecil panas yang diserap benda itu dan
semakin kecil juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada benda-benda disekitarnya
Sehingga ketika tidak ada lagi jarak yang tersisa antara suatu benda dengan sumber panas, maka benda itu dinyatakan berada dalam sumber panas itu, maka benda itu akan terbakar, menjadi bagian bahan bakar yang menyalakan atau menghidupkankan api. Bukan Menjadi Api
Kedekatan Allah swt sebagai Tuhan dengan Makhluk pada
hakikatnya tidak merubah makhluk menjadi tuhan. Tetapi hanya mempertegas pembuktian atau memperjelas keberadaan sifat Allah swt saja.
Pada tataran inilah sebetulnya faham tauhid lebih banyak disesatkan oleh iblis dari golongan jin sehingga terbentuk pemahaman bahwa makhluk bisa menyatu dengan
Tuhannya ( untuk yang memahami jin adalah bagian dari iblis ) Dan pada tataran ini jugalah sebagian ahli sihir yang mengaku menguasi atau memiliki ilmu putih ( padahal itu
adalah sihir juga ) menekankan pemahamannya, sehingga para iblis yang telah menguasi sihir tertentu menyakinkan kepada
para budaknya itu ( tukang sihir ), seolah-olah kehendak
penyihir tersebut merupakan iradat-Nya Allah swt, padahal
semua itu hanyalah tipuan iblis dari kelompok jin belaka.
Telah banyak para alim dan orang-orang yang mengaku sebagai ahli tariqat dan ahli tasawuf terjebak dalam pemahaman ini, sehingga banyak sekali ditemui
kelompok-kelopok tariqat dan pengajian tasawuf yang sesat dan menyesatkan pengikutnya seperti pemahaman bahwa, pencapaian maqam tertentu pada keyakinan tauhid
yang difahami, telah menggugurkan ikatan hukum syariat
padanya.Setiap yang dilakukan adalah Haq atas kehendak Allah swt.
Sesungguhnya pemahaman tauhid seperti itu ( dan masih banyak lagi pemahaman tauhid yang tersesat dan atau dianggap sesat ) lebih banyak disebabkan oleh kurang lengkapnya dan tidak
sempurnanya pemahaman tauhid yang diyakininya. Sebagian lagi disebabkan dorongan nafsu yang dikendalikan oleh jin yang
memang bertugas dan telah mendapat izin resmi dari Allah swt untuk menyesatkan umat manusia yang tidak mampu menguasai dan mengendalikan nafsunya dengan baik.
Pada bagian akhir dari kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada kajian kelima atau ketujuh ini kembali myrazano mengingatkan jangan berhenti memahami kajian hakikat zat Allah swt melalui sifat-sifat Allah sampai pada kajian ini saja. Pada kajian
selanjutnya kita akan mencoba melanjutkan Hakikat Zat Pada Sifat Allah secara lebih mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dan ibadah. Insya Allah.
Fahamilah kembali kajian ini dari awal dari secara berulang-ulang. materi kajian yang sudah disampaikan merupakan kajian
bersambung dalam satu rangkaian. Kalau hanya memahami satu bagian saja justru bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan atau melahirkan pemahaman tanpa dasar yang pada akhirnya menimbulkan fanatisme yang sombong, yang selalu merasa paling benar. Selain dari pemahaman yang diyakininya adalah salah atau dianggap bid’ah. Padahal Kebenaran Yang
Sesungguhnya Hanya Milik Allah swt saja. Tugas kita hanya meyakini sebanyak yang kita fahami saja
Pahami semua kajian ini secara utuh dan konprehensif dan
para guru kita yang ada dimajelis masing-masing atau sebagai solusi pertama sampaikan pertanyaan, kritikan, saran, bantahan, sanggahan pada kotak komentar yang tersedia. Insya Allah
myrazano akan mencoba menjelaskan setiap pertanyaan yang timbul dari kajian ini. [ Kajian Hakikat Tauhid ]
Sifat Jaiz atau Mungkin Pada Allah swt. Postingan ini adalah
lanjutan dari kajian yang berjudul “ Hakikat Zat Pada Sifat
Allah ( 1 – 5 )“ yang lalu. ( kalau belum baca atau sudah lupa
silahkan dibaca kembali mulai dari postingan ini sini ).
Sebagai mana postingan yang lalu, dimana kita telah melakukan kajian tentang 20 ( dua puluh ) sifat yang wajib pada Allah
swt, maka pada kajian ini kita akan mencoba melakukan kajian
tentang sifat yang Jaiz pada Allah swt
Jaiz pada sifat Allah swt berarti “ mungkin “ yaitu sesuai sifat
Allah swt Iradat yang berati berkehendak, Allah swt
berkehendak dengan sifat iradat-Nya, sehingga segala sesuatu bisa bersifat mungkin dan tidak ada yang mustahil bagi Allah
swt. Secara syariat dinyatakan bahwa “ manusia
punya kehendak, Allah punya kehendak, tapi kehendak Allah swt lah yang akan berlaku “, “ Nyatanya iradat Allah swt itu pada nafsu kita, kalau tidak berkehendak nafsu kita, tindak nyata iradat Allah swt itu, karena berkehendak nafsu kita itu dengan iradat Allah swt “
Dalam “ Kajian Hakikat Tauhid “ ini kita memahami bahwa sifat Jaiz pada Allah swt terbagi atas 4 ( empat ) kelompok atau empat bagian dengan namnya masing-masing yaitu :
1. Mungkin pada masa lalu ( wajadda wa’angqada )
Mungkin pada masa lalu ini adalah seperti mungkin pada nenek moyang atau leluhur kita termasuk didalamnya asal usul dan segala hal yang berhubungan dengannya. Dalam mungkin wajadda wa’angqada ini pemahaman kita adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah swt memberi bekas pada setiap ciptaan-Nya. Taksyariyah namanya
2. Mungkin pada saat ini ( Maujudad )
Mungkin pada saat ini adalah seperti bumi dan langit dan segala isinya termasuk didalamnya mungkin saja yang dikatakan alien itu ada dan mungkin saja tidak ada dll.
Dalam mungkin Maujudad ini pemahaman kita adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah swt berserta dengan dengan ciptaan-Nya dalam arti meliputi . Ma’iyah namanya 3. Mungkin pada masa datang ( Sayujad )
Mungkin pada masa yang akan datang seperti adanya anak-anak cucu serta keturunan kita. Dalam mungkin Sayujad ini pemahaman kita segala sesuatu yang akan datang itu
merupakan penetapan dan hukum atau sebab dariQudrat
dan Iradat Allah swt. Hukmiyah namanya
4. Mungkin dalam Ilmu Allah swt ( ‘Alimullahu annahu lam
yu jad )
Mungkin dalam ilmu Allah swt berarti tidak ada yang tidak mungkin bagiAllah swt apabila Dia berkehendak dengan atau tanpa sebab sesuai hukum syariat atau diterima atau tidak oleh akal seperti Allah swt menciptakan manusia berkepala tujuh atau ular berkaki sembilan atau
memasukkan orang kafir kedalam surga. Semua mungkin saja terjadi karena Allah swt adalah Zat Yang Maha
Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dalam
mungkin ‘Alimullahu annahu lam yu jad ini pada
pemahaman kita adalah Qudrat dan IradatAllah swt yang memberi kekuatan dan yang menguatkan
ciptaannya.Qawiyah namanya
Dengan selesainya kajian sifat Mungkin atau Jaiz pada Allah
swt, maka lengkaplah sifat-sifat Allah itu menjadi 41 sifat yang
terdiri atas :
Sebanyak 20 Sifat yang wajib pada Allah swt
Sebanyak 20 Sifat yang mustahil pada Allah ( lawan dari
sifat yang wajib / belum dibahas )