HASIL-HASIL PENELITIAN
Isi bab terakhir ini terdiri atas (1) Diskusi Hasil-hasil Penelitian, (2) Kesimpulan, dan (3) Implikasi
Hasil-hasil Penelitian, baik teoretis maupun praktis. Sesuai de ngan data yang disajikan pada bab IV, maka uraian pada ba
gian ini disusun dalam urutanvsebagai berikut.
Pertama. diskusi tentang hasil analisis skor sikap
mahasiswa TTUC Bandung terhadap materi bidang studi MPT, Diskusi ini menyangkut sikap mahasiswa dengan status bel ajar in-service dan pre-service maunpun sikap mahasiswa da ri masing-masing jurusan yang ada di lingkungan TTUC Ban
dung.
Kedua. diskusi tentang hasil uji perbedaan dua
rata-rata antara sikap mahasiswa dengan status belajar in-service dan pre-service. Masalah utama yang akan didiskusikan pada bagian kedua ini adalah : "Mengapa terdapat perbedaan yang
signifikan antara sikap mahasiswa dengan status belajar
in-service dan pre-in-service terhadap materi bidang studi MPT ?" Ketiga. diskusi tentang hasil uji perbedaan dua ra ta-rata antara prestasi belajar mahasiswa dengan status
belajar in-service dan pre-service dalam bidang studi
MPT. Masalah utama yang akan didiskusikan pada bagian yang ketiga ini adalah : "Mengapa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara prestasi belajar mahasiswa dengan status belajar in-service dan pre-service dalam bidang studi MPT ?"
Keempat. diskusi tentang hasil uji perbedaan lebih
dari dua rata-rata antara sikap mahasiswa dari jurusan sa
tu dengan jurusan lainnya yang ada di lingkungan TTUC Ban dung terhadap materi bidang studi MPT. Masalah utama yang akan didiskusikan pada bagian ini adalah : "Mengapa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dari jurusan satu dengan jurusan lainnya di lingkungan TTUC
Bandung ?"
Kelima. diskusi tentang hasil uji korelasi antara sikap mahasiswa dengan status belajar in-service terhadap materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya.
Keenam. diskusi tentang hasil uji korelasi antara
sikap mahasiswa dengan status belajar pre-service terhadap materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya.
Ketu.iuh. diskusi tentang hasil uji korelasi antara
sikap mahasiswa TTUC Bandung secara keseluruhan terhadap materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya,
A. Diskusi Hasil-hasil Penelitian
1. Sikap Mahasiswa Terhadap Materi Bidang Studi MPT
Berdasarkan hasil analisis skor sikap mahasiswa ter
hadap materi bidang studi MPT pada penelitian ini, dapat
(dengan skor rata-rata tiap item 2,54); mahasiswa xre-servJuoe bersikap positif (2,57); mahasiswa ilurusan Bangunan bersi kap positif (2,58); mahasiswa Jurusan Elektronika bersikap
ragu-ragu (2,54); mahasiswa Jurusan Listrik bersikap posi
tif (2,56); mahasiswa Jurusan Mesin bersikap ragu-ragu
(2,43); mahasiswa Jurusan Otomotif bersikap positif (2,56); mahasiswa Jurusan Las Fabrikasi Logam bersikap ragu - ragu
(2,44). Sedangkan secara keseluruhan mahasiswa TTUC Bandung
bersikap ragui-ragu terhadap materi bidang studi MPT' dengan skor rata-rata setiap item 2,54.
Dari hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa sikap mahasiswa terhadap materi bidang studi MPT bergerak
di sekitar ragu-ragu dan positif (setuju). Namun mahasiswa TTUC Bandung secara keseluruhan bersikap ragu-ragu terha
dap materi bidang. studi MPT. Sikap yang ragu-ragu ini me-nunjukkan bahwa materi bidang studi MPT yang diberikan ke
pada mahasiswa di TTUC Bandung diterima dengan pengertian yang samar oleh mahasiswa. Pengertian yang samar ini
me-nunjukkan bahwa mahasiswa belum merasakan manfaat apa jeng
dapat mereka petik dari adanya materi bidang studi MPT, sehingga materi bidang studi MPT tersebut masih belum da pat mempergiat kondisi belajar mereka.
Namun, apabila ditilik lebih dalam lagi dari sikap
mahasiswa terhadap materi bidang studi MPT ini, terutama
apabila ditinjau dari status belajar yang ada, maka dapat diungkapkan bahwa mahasiswa dengan status belajar
pre-service yang jumlahnya 56% dari keseluruhan mahasiswa TTUC
Bandung, memiliki sikap yang positif (setuju) terhadap ma
teri bidang studi MPT. Sikap yang positif dari mahasiswa
dengan status belajar pre-service ini memberikan makna bah
wa bagi mereka yang rata-rata belum punya pengalaman menga
jar ini, materi bidang studi MPT' yang diberikan sekokah
ke-padanya diterima dengan pengertian positif, serta lebih da
ri itu, mahasiswa dengan status belajar pre-service ini me
rasa bahwa materi bidang studi MPT yang mereka
terima itu
ada manfaatnya bagi pengajaran teknik, khususnya pengajar
an dalam bengkel. Oleh karenanya, adanya bidang studi
MPT
ini bagi mahasiswa pre-service akan lebih mempergiat
kon
disi belajar mereka yang pada akhirnya akan lebih
memper-tinggi prestasi belajarnya.
Mahasiswa dengan status belajar in-service sendiri
bersikap ragu-ragu terhadap materi bidang studi MPT. Per
bedaan sikap positif (untuk mahasiswa pre-service) dan ra gu-ragu (untuk mahasiswa in-service) terhadap materi bi dang studi MPT ini ternyata sangat signifikan (kesimpulan
2. penelitian ini). Namun dalam prestasi belajarnya untuk
bidang studi MPT, mahasiswa kedua status belajar tersebut tidak berbeda secara signifikan (kesimpulan 3. penelitian
ini). Kondisi ini menunjukkan bahwa sikap yang cenderung
rendah pada mahasiswa dengan status belajar in-service ter nyata tidak menghalangi mereka untuk berprestasi belajar
yang tinggi (sama dengan prestasi belajar mahasiswa dengan
status belajar pre-service yang sikapnya terhadap materibidang studi MPT cenderung berkadar lebih tinggi). Dan
ke-nyataan ini dipertegas lagi dari kesimpulan 5. penelitian
ini, bahwa ternyata tidak terdapat hubungan positif yang
signifikan antara sikap mahasiswa in-service terhadap ma teri bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya. Sedang
kan sikap mahasiswa pre-service terhadap materi bidang stu
di MPT berhubungan dengan sangat signifikan dengan presta
si belajarnya (kesimpulan 6. penelitian ini).
Menilik hasil-hasil di atas, dapat dijelaskan bahwa
pengalaman mengajar dalam bidang keteknikan bagi mahasiswa dengan status belajar in-service memeganag peranan penting pada sikapnya terhadap materi bidang studi MPT dan prestasi
belajarnya dalam bidang studi MPT. Pengalaman mengajar yang rata-rata di atas lima tahun tersebut, membuat mahasiswa in-service ini memberikan reaksi sikap yang wajar (apa ada
nya) dan selektif terhadap materi bidang studi MPT, Dan pe ngalaman mengajar ini pula yang membuat mereka sudah menge-tahui, memahami dan bahkan telah mengimplementasikannya se cara nyata di lapangan, sehingga walaupun sikap mereka cen derung rendah dan selektif, namun prestasi belajar mereka tetap tinggi. Dan memang, bukan hanya sikap yang mempenga
ruhi prestasi belajar, namun banyak faktor lainnya baik
bersifat internal siswa maupun eksternal.
masing-masing jurusan yang ada di lingkungan TTUC Bandung,
bervariasi antara positif (setuju) dan ragu-ragu.
Namun,
secara keseluruhan sikap mahasiswa antar jurusan ini ter
hadap materi bidang studi MPT tidak berbeda secara signify
kan (kesimpulan 4. penelitian ini). Sikap yang tidak ber
beda dari mahasiswa antar jurusan ini terhadap materi bi dang studi MPT menunjukkan bahwa pengajaran materi bidang studi MPT tersebut kepada masing-masing jurusan yang ada tidak menimbulkan dampak yang berbeda. Hal ini antara lain disebabkan karena kondisi dan situasi pengajaran praktek dalam bengkel untuk masing-masing jurusan tersebut tidak jauh berbeda.
Sikap ragu-ragu mahasiswa TTUC Bandung secara kese
luruhan terhadap materi bidang studi MPT ada kemungkinan
disebabkab oleh belum operasionalnya perumusan materi bi dang studi MPT tersebut, Yang dimaksud dengan belum
opera-sional di sini adalah materi yang ada pada bidang studi
MPT tersebut sebagian besar masih tidak jauh berbeda dengan apa yang disebut metodologi pengajaran sosial. Dari
sembi-lan komponen materi bidang studi MPT yang menjadi sasaran
penelitian ini, hanya dua komponen saja yang diperkirakan
khusus membahas matodologi pengajaran teknik, yaitu materi
keselamatan kerja dan pengelolaan bengkel. Sedangkan kom-ponen-komponen lainnya sifatnya masih generaltdan belum menunjukkan bnhwa materi tersebut khusus untuk digunakan
Namun secara keseluruhan sikap mahasiswa TTUC Ban dung ini terhadap materi bidang studi MPT mempunyai hubung an positif yang sangat signifikan dengan prestasi belajar nya^ (kesimpulan 7. penelitian ini), Kondisi ini menunjuk1* kan bahwa walau bagaimanapun sikap mahasiswa TTUC Bandung
secara keseluruhan mempengaruhi prestasi belajarnya, Dan ini secara teoretis mengandung makna bahwa sikap merupak.ti
salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
2. Hasil U.1i Perbedaan Dua Rata-rata antara Sikap
Mahasiswa dengan Status Bela.iar In-service dan Pre-servi ce Dari perhitungan pengujian perbedaan dua rata -rata
diperoleh
\±tung =
-2,44 sedangkan ttabel (#01)(126)
2,33. Dengan demikian H yang berbunyi "tidak terdapat per bedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dengan status
belajar in-service dan pre-service terhadap materi bidang
pene-rimaan hipotesis. Dengan kata lain, terdapat. perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dengan status belajar in-service dan pre-in-service terhadap materi bidang studi MPT.
Adanya perbedaan sikap mahasiswa terhadap materi bi dang studi MPT antara mahasiswa dengan status belajar in-service dan pre-in-service ini besar kemungkinan disebabkan oleh faktor usia dan pengalaman mengajar,
Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu the sis ini, bahwa mahasiswa dengan status belajar in-service
adalah mereka yang sudah mempunyai pengalaman mengajar pa ling sedikit 5 tahun pada saat mulai terdaftar sebagai ma hasiswa TTUC Bandung, Sedang yang pre-service belum punya sama sekali pengalaman mengajar atau punya pengalaman me ngajar tapi kurang dari 5 tahun,
Dengan adanya hasil penelitian ini, ternyata status belajar mahasiswa yang in-service dan pre-service tersebut mempunyai pengaruh yang besar dan signifikan pada sikap me reka terhadap materi bidang studi MPT. Hal ini menunjukkan bahwa faktor usia dan pengalaman mengajar memegang peranan
penting terhadap sikap seseorang <pada objek tertentu. Mahasiswa yang pre-service cenderung memberikan si kap positif yang lebih dari mahasiswa yang berstatus bel ajar in-service. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata
sikap mereka, di mana mahasiswa dengan status belajar
pre-service mempunyai skor rata-rata 159,610,dan termasuk ka tegori sikap positif-setuju. Sedangkan mereka yang
bersta-tus belajar in-service mempunyai skor rata-rata 154,196 de ngan kategori sikap positif-ragu-ragu.
Menilik hasil di atas, kadar sikap yang lebih posi
tif yang diberikan oleh kelompok mahasiswa berstatus
bel
ajar pre-'service ini mungkin disebabkan oleh usia mereka yang relatif masih muda. Dari keseluruhan mahasiswa dengan
status belajar pre-service tersebut sebagian besar ( 70% ) adalah mereka yang baru menyelesaikan pendidikannya di STM,
sedangkan sisanya mereka yang sudah mempunyai pengalaman mengajar atau sudah menjadi pegawai negeri dengan masa ker
ja di bawah 5 tahun.
Dilihat dari segi usia, mereka yang berstatus bel
ajar pre-service dan relatif masih muda ini cenderung mem berikan reaksi, khususnya sikap, yang berlebihan terhadap suatu objek yang baru untuk pertama kali dikenalnya. Objek
sikap ini, khususnya materi bidang studi MPT, menarik bagi
mereka karena belum pernah mendapatkannya selama ini. Di samping itu kehendak mereka yang ingin mengatakan bahwa, mereka, walaupun usia masih muda dan relatif .belum punya pengalaman dalam mengajarkan meteri keteknikan, dapat mem berikan hal yang sama baiknya dengan mereka yang berstatus belajar in-service. Gejala psikologis-emosional ini dite-rangkan oleh Nasution (1982 : 95) sebagai berikut.
Anak-anak mempunyai dorongan untuk memuaskan keinginan untuk mengetahui sesuatu, untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan jalan bahasa, pekerjaan, lukisan, seni suara, atau gerak. Mereka ingin menguasai suatu keterampilan, ingin merasai kepuasan atas hasil atau
sukses yang mereka capai. Mereka ingin dipuji atas usa
ha mereka, sekalipun hasil mereka itu jauh di bawah norma-norma orang dewasa.
Pendapat di atas luas dan dalam sekali artinya. Se
cara keseluruhan dapat dikatakan bahwa mereka yang mempu-nyai usia relatif masih muda cenderung tidak ingin dibeda-kan dari orang dewasa, dan merupakan suatu kebutuhan bagi-nya untuk memperoleh pengakuan sebagai orang dewasa.
Be-rangkat dari sinilah mereka yang mempunyai status belajar
pre-service tersebut ternyata memberikan kadar sikap yang lebih positif dibandingkan dengan mereka yang berstatus be lajar in-service.
Di samping faktor usia seperti yang telah diuraikan
di atas, faktor pengalaman mengajaraa.juga besar pengaruhnya
pada sikap mahasiswa terhadap materi bidang studi MPT. Ma hasiswa yang mempunyai status belajar in-service adalah me reka yang sudah mempunyai pengalaman mengajar lebih dari 5
tahun bahkan mungkin ada yang sampai puluhan tahun, sehing ga mereka praktis sudah banyak mengetahui tentang bagaima na cara mengajarkan materi keteknikan. Hal ini mengakibat kan materi bidang studi MPT menurut mereka bukanlah suatu
hal yang baru dan bahkan sudah mereka impleraentasikan se cara nyata dalam praktek. Yang baru bagi mereka mungkin adalah sistematika dan pembahasan materi bidang studi MPT sebagai suatu disiplin ilmu.
Mahasiswa-mahasiswa dengan status belajar in-servioe
pengetahuan dan keterampilan dalam mengajarkan materi ke
teknikan dalam suatu praktek interaksi proses belajar-me
ngajar, Dengan pengalaman mengajar yang telah dimilikinya
itu, ia akan semakin selektif dalam sikapnya terhadap se
suatu objek, dalam hal ini materi bidang studi.MPT,
Bersasarkan kondisi di atas, maka adalah suatu :.Hal yang wajar apabila mahasiswa dengan status belajar in-ser vice, yang rata-rata dari mereka merupakan guru yang sudah banyak pengalaman mengajarnya, memberikan kadar sikap yang
lebih rendah dan selektif bila dibandingkan dengan mahasis
wa dengan status belajar pre-service.
3. Hasil U.ii Perbedaan Dua Rata-rata antara Prestasi
Bela.iar Mahasiswa dengan Status Bela.iar In-service dan
Pre.-service dalam Bidang Studi MPT
Dari perhitungan pengujian perbedaan dua rata-rata,
diperoleh thitung = 0,37 sedang ttabel (#01)(126) = 2»33 *
Dengan demikian HQ yang berbunyi "tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara prestasi belajar mahasiswa dengan status belajar in-service dan pre-service dalam bidang stu
di MPT" di terima, karena *hj_t.unR berada dalam batas peneri
maan hipotesis. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar mahasiswa dengan status belajar in-service dan pre-service dalam bidang stu
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dikatakan bah
wa adanya perbedaan sikap terhadap materi bidang studi MPT yang sangat signifikan antara mahasiswa dengan status bel ajar in-service dan pre-service. tidak diikuti adanya per bedaan yang signifikan dalam prestasi belajarnya. Dalam pe ngertian lain, walaupun sikap mahasiswa dengan status bel ajar in-service kadarnya lebih rendah bila dibandingkan de ngan sikap mahasiswa dengan status belajar pre-service. dan ini sangat signifikan, namun prestasi belajar mahasiswa ke
dua status belajar tersebut tidak berb«da secara signififcan.
Prestasi belajar yang tidak berbeda secara signifi kan, walaupun kadar sikap cenderung lebih rendah dari maha siswa dengan status belajar in-service ini bila dibanding kan dengan mahasiswa pre-service lebih disebabkan oleh fak tor pengalaman mengajar, Mahasiswa dengan status belajar
in-service adalah mahasiswa TTUC Bandung yang rata - rata telah mempunyai pengalaman mengajar dalam bengkel 5 tahun ke atas, Dengan pengalaman mengajar tersebut, materi bidang
studi MPT yang mereka pelajari, sebenarnya telah mereka im-plementasikan secara nyata dalam kurun waktu yang cukup la ma. Pengalaman mengajar dan implementasi yang mendalam ini telah cukup bagi mereka untuk mendapatkan prestasi belajar dalam bidang studi MPT yang tidak lebih rendah dari maha siswa dengan status belajar pre-service.
Di samping faktor pengalaman mengajar tersebut,
ten-tunya masih banyak faktor lagi yang mempengaruhi prestasi belajar mereka (mahasiswa dengan status belajar in-service) baik faktor internal maupun faktor yang eksternal sifatnya. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penga laman mengajar tersebut diperkirakan merupakan faktor yang dominan mempengaruhi sikap mahasiswa in-service terhadap materi bidang studi MPT maupun prestasi belajarnya dalam bidang studi MPT.
Salah satu kenyataan lagi yang memperkuat dugaan tersebut adalah ternyata hubungan positif yang ada antara sikap mahasiswa dengan status belajar in-service terhadap materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya ( r =
0,0873) tidak signifikan, Ini mengandung makna bahwa tidak
ada skor sikap mahasiswa dengan status belajar in-service tersebut dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar nya (hasil lain dari penelitian ini),
4. Hasil U.li Perbedaan Lebih dari Dua Rata-rata an
tara Sikap Mahasiswa dari Jurusan Satu dengan Jurusan Lain
nya di Lingkungan TTUC Bandung
Dari hasil perhitungan didapat Fv.-ifunff = 2,48 S F.
b 1 ( 01)(5 1??) = 3,17. Hal ini mengandung makna bahwa ti
dak terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap mahasis wa antar jurusan di TTUC Bandung terhadap materi bidang studi
MPT.
Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dari jurusan satu dengan jurusan lainnya di
ling-kungan TTUC Bandung terhadap materi bidang studi MPT ini antara lain disebabkan oleh dua faktor. Pertama. faktor la-tar belakang disiplin ilmu, khususnya ilmu teknik, yang di ajarkan pada masing-masing jurusan di lingkungan TTUC
Ban-dung yang lebih menekankan praktek, Dalam disiplin ilmu teknik, kondisi dan situasi praktek dalam bengkel tidak me ngandung banyak perbedaan dalam metodologi pengajarannya,
baik itu untuk jurusan Bangunan, Elektronika, Listrik,
Me6in, Otomotif dan Las Fabrikasi Logam, Oleh karena itu lah materi bidang studi MPT ini, yang lebih banyak mene
kankan pada proses belajar-mengajar dalam bengkel, diajar kan secara umum untuk semua jurusan.
Faktor lainnya yang mengakibatkan "sikap mereka ter hadap materi bidang studi MPT ini tidak berbeda secara sig
nifikan antara jusan satu dengan jurusan lainnya, karena bidang studi MPT diajarkan dalam suatu ruangan yang besar
(kuliah umum) yang mahasiswanya terdiri atas beberapa ju rusan sekaligus. Perkuliahan bidang studi MPT dilaksanakan dalam dua waktu dengan dua orang instruktur yang secara bergantian melaksanakan tugasnya. Kalau seandainya dalam
jam tertentu kelompok mahasiswa A (yang terdiri atas maha
siswa jurusan Bangunan dan Elektronika) sedang melaksana kan proses belajar-raengajarnya dalam bidang studi MPT de
ngan instruktur Bapak A', maka dalam saat bersamaan maha siswa kelompok B (yang terdiri atas mahasiswa jurusan Lis trik, Mesin, Otomotif dan Las Fabrikasi Logam) juga sedang
melaksanakan proses belajar-mengajarnya dalam bidang stu di MPT di kelas lain dengan instruktur B1. Dan untuk perio de tertentu (3 bulan) kemudian di "change" dengan kelompok
A diajar oleh instruktur Bi dan sebaliknya. Kondisi perku
liahan seperti ini juga menjadi faktor penyebab lain
dari
tidak berbedanya secara signifikan sikap mahasiswa antar
jurusan di lingkungan TTUC Bandung terhadap materi
bidang
studi MPT.
5. Hasil Uji Korelasi antara Sikap Mahasiswa dengan Status Bela.iar In-service Terhadap Materi Bidang Studi MPT
dengan Prestasi Belajarnya
Setelah diadakan penelitian, ternyata hipotesis yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang sig
nifikan antara sikap mahasiswa dengan status belajar
in-service terhadap materi bidang studi MPT dengan prestasi
belajarnya, diterima. Di antara keduanya terdapat korelasi positif sebesar r = 0,0873 namun korelasi tersebut tidak
signifikan (thitung =0,64 (ttabel (,01)(54) =2'3^ '"^
ini memberi makna bahwa tidak ada skor sikap mahasiswa in-service yang dapat dipakai untuk memprediksikan prestasi belajarny/a.
Seperti telah didiskusikan pada bagian-bagian ter dahulu, hasil korelasi yang tidak signifikan ini kembali mempertegas dominannya pengaruh faktor pengalaman mengajar
dalam praktek bengkel bagi guru-guru dengan status belajar in-service terhadap sikapnya pada materi bidang studi MPT,
Pengalaman mengajar tersebut telah membuat mereka selektif dalam memberikan sikapnya terhadap materi bidang studi MPT sehingga ajiabila dibandingkan dengan mahasiswa yang bersta tus belajar pre-service. kadar sikap mereka itu lebih ren dah. Dan berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata, ternyata di antara keduanya terdapat perbedaan yang signifikan. Na mun dengan kadar sikap yang lebih rendah itu, prestasi bel ajarnya tidak berbeda secara signifikan dengan prestasi belajar mahasiswa pre-service, Kondisi inilah yang menye babkan korelasi positif di antara keduanya tidak signifi
kan.
6. Hasil U.ii Korelasi antara Sikap Mahasiswa dengan
Status Belajar Pre-service Terhadap Materi Bidang Studi
MPT dengan Prestasi Belajarnya
Setelah dilakukan penelitian, ternyata hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap mahasiswa dengan status belajar pre-service terhadap materi bidang studi MPT dengan presta
si belajarnya, ditolak. Dengan kata lain, terdapat hubung an positif yang signifikan antara sikap mahasiswa dengan
status belajar pre-service terhadap materi bidang studi
MPT dengan prestasi belajarnya. Hal ini ditunjukkan dengan
tingkat kepercayaan 0,99 (thitung =3,65 )ttflbel (.0l)(70)
= 2,3895). Angka ini memberi makna bahwa urunan sikap maha
siswa dengan status belajar pre-service terhadap materi bi
dang studi MPT pada prestasi belajarnya adalah 16%. Dan ini
cukup mengandung makna bahwa sikap mahasiswa dengan status belajar pre-service terseburt berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Apabila hasil penelitian ini dijabarkan lebih
lan-jut, dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap mahasiswa de ngan status belajar pre-service terhadap materi bidang stu di MPT, akan semakin naik pula prestasi belajarnya. Seba liknya, semakin kurang baik sikap mahasiswa dengan status
belajar pre-service terhadap materi bidang studi MPT, se makin turun prestasi belajarnya.
Urunan sikap mahasiswa dengan status belajar
pre-service terhadap materi bidang studi MPT sebesar 16% pada
prestasi belajarnya, juga memberi makna bahwa 84% dari prestasi belajar mahasiswa tersebut dipengaruhi oleh ' fak tor- faktor lainnya, baik faktor dalam diri siswa sendiri maupun faktor di luar diri siswa yang di samping guru ju ga terdapat faktor sekolah, keluarga, serta lingkungan so
7. Hasil U.1i Korelasi antara Sikap Mahasiswa
TTUC
Bandung Secara Keseluruhan Terhadap Materi Bidang Studi
MPT dengan Prestasi Belajarnya
Uji korelasi ini dimaksudkan untuk menjawab masalah
bagaimana hubungan antara sikap mahasiswa TTUC Bandung se
cara keseluruhan terhadap materi bidang studi Metodologi
Pengajaran Teknik (MPT) dengan prestasi belajarnya.
Setelah diadakan penelitian, ternyata hipotesis yang
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan
antara sikap mahasiswa terhadap materi bidang studi MPT de
ngan prestasi belajarnya, ditolak. Dengan kata lain,
ter
dapat hubungan positif yang signifikan antara sikap
maha
siswa terhadap materi bidang studi MPT dengan prestasi be
lajarnya. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi di
antara keduanya sebesar r = 0,24 dengan tingkat keperca
yaan 0,99 (thitung = 2.78<ttabel(.01)(126) = 2'33)' Angka
ini memberikan makna bahwa urunan sikap mahasiswa terhadap
materi bidang studi MPT pada prestasi belajarnya adalah 6%.
Dan ini cukup memberi arti bahwa sikap mahasiswa terhadap
materi bidang studi MPT berpengaruh pada prestasi belajar
nya.
Ian-jut, dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap mahasiswa terhadap materi bidang studi MPT, akan semakin naik pula prestasi belajarnya, Sebaliknya, semakin kurang baik sikap mahasiswa terhadap materi bidang studi MPT, semakin turun prestasi belajarnya, Hal ini berarti mendukung hasil pene
litian yang pernah dilakukan McGauvran (Lavin, 1965
*
67)
yang mengungkapkan bahwa baik di tingkat perguruan tinggi, menengah maupun dasar, sikap yang positif terhadap institu si pendidikan dan pendidikan pada umumnya berkorelasi po sitif dengan prestasi belajarnya, .
Urunan sikap mahasiswa terhadap materi bidang studi
MPT. sebesar 6% pada prestasi belajarnya, juga memberi mak na bahwa 94% dari prestasi belajar mahasiswa tersebut di
pengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, baik faktor dalam di
ri siswa sendiri maupun faktor di luar diri siswa yang di
sampinjg guru juga terdapat faktor sekolah, keluarga serta
lingkungan sosial.
Keadaan ini kembali memperjelas bahwa faktor inter
nal siswa, khususnya sikap, mempunyai pengaruh yang tidak
kecil terhadap prestasi belajarnya, Dan memang bukan fak
tor internal siswa saja yang berpengaruh terhadap prestasi belajarnya, tapi juga faktor di luar diri siswa terutama
guru, seperti yang diungkapkan oleh Benson (Alan Thomas,
1971 : 21) : "We are led to the conclution that the caliber
of the teachers is the single most important factor". Na
pa-ling terlibat dalam proses belajar-mengajar merupakan fak tor yang lain tak bisa diabaikan. Hanya dengan usaha dan kerja kerasnyalah prestasi belajar yang baik akan dicapai, karena pada hakekatnya belajar adalah sesuatu di mana se
tiap orang harus memperoleh dari usahanya sendiri (Staton,
1978 : 23-24).
B. Kesimpulan Hasil-hasil Penelitian
Hasil-hasil studi ini selengkapnya telah disajikan
pada bab IV dan telah diadakan diskusi sekitar hasil-hasil
tersebut, seperti dikemukakan pada bagian awal bab ini. Berdasarkan hasil-hasil diskusi tersebut, berikut ini di
kemukakan beberapa kesimpulan penelitian ini.
1. Sikap Mahasiswa Terhadap Materi Bidang Studi MPT Berdasarkan hasil analisis skor sikap mahasiswa ter
hadap materi bidang studi MPT, maka dapat diungkapkan bah
wa mahasiswa dengan status belajar in-service memiliki si kap ragu-ragu; mahasiswa dengan status belajar pre-service
memiliki sikap positif (setuju); mahasiswa Jurusan Bangunan memiliki sikap positif (setuju); mahasiswa Jurusan Elektro
nika memiliki sikap ragu-ragu; mahasiswa Jurusan Listrik memiliki sikap positif (setuju); mahasiswa Jurusan Mesin memiliki sikap ragu-ragu; mahasiswa Jurusan Otomotif memi
liki sikap positif (setuju); mahasiswa Jurusan Las Fabri kasi Logam memiliki sikap ragu-ragu* Sedangkan secara ke
terhadap materi bidang studi MPT. Sikap ragu-ragu dari ma hasiswa TTUC Bandung ini mengandung makna bahwa mereka ma
sih belum merasakan manfaat apa yang dapat dipetik dari
adanya materi bidang studi MPT, sehingga kondisi ini masih
belum dapat mempergiat belajar mereka.
2. Perbedaan Dua Rata-rata antara Sikap Mahasiswa dengan Status Bela.iar in-service dan Pre-service Terhadap
Materi Bidang Studi MPT
Terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap^ ma hasiswa dengan status belajar in-service dan pre-service terhadap materi bidang studi MPT. Signifikansi perbedaan
sikap mahasiswa antar status belajar ini ada dalam taraf
nyata 0,99 (thitung = -2,44 dan ttabel (#01)(126) = 2'33)*
3. Perbedaan Dua Rata-rata antara Prestasi Bela.iar Mahasiswa dengan Status Bela.iar In-service dan Rre-service
dalam Bidang Studi MPT
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar mahasiswa dengan status belajar in-service dan pre-service dalam bidang studi MPT. Signifikansi hasil
pengujian ini ada dalam taraf nyata 0,99 (thitung
= °,37
4« Perbedaan Lebih dari Dua Rata-rata antara Sikap Mahasiswa dari Jurusan Satu dengan Jurusan Lainnya di Ling
kungan TTUC Bandung Terhadap Materi Bidang Studi MPT
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara si
kap mahasiswa dari jurusan satu dengan jurusan lainnya di
lingkungan TTUC Bandung terhadap materi bidang studi MPT. Signifikansi hasil pengujian ini ada dalam taraf nyata 0,99
(Fhitung =2^8 'Ftabel (.01)(5,122) =3'17)'
5. Korelasi antara Sikap Mahasiswa dengan Status
Bela.iar In-service Terhadap Materi Bidang Studi MPT dengan
Prestasi Belajarnya
Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan an
tara sikap mahasiswa dengan status belajar in-service, ter hadap materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya. Di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi sebe
sar
r = 0,0873, namun korelasi ini tidak signifikan (thi_
tung =°'6/> <^bel (.01)(54) =2'38)' Hal ±ni memberi
makna bahwa tidak skor sikap mahasiswa dengan status belajar in-service terhadap materi bidang studi MPT yang da pat dipakai untuk memprediksi prestasi belajarnya.
6. Korelasi antara Sikap Mahasiswa dengan Status Bela.iar Pre-service Terhadap Materi Bidang Studi MPT-deman
Prestasi Bela.iarnya
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara
materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya. Dengan
Koefisien korelasi sebesar
r = 0,40 (tnitung = 3,65/ tta_
(
01)(70) = 2»3395) maka sikap mahasiswa dengan status
belajar pre-service terhadap materi bidang studi MPT
mem
berikan urunan sebesar 16% terhadap prestasi belajarnya.
Apabila prestasi belajar mahasiswa dengan status
belajar
pre-service dalam bidang studi MPT ini naik, berarti seba
nyak 16% kenaikan tersebut dipengaruhi oleh sikapnya
ter
hadap materi bidang-studi MPT.7. Korelasi antara Sikap Mahasiswa TTUC Bandung Se^
cara Keseluruhan Terhadap Materi Bidang Studi MPT dengan
Prestasi Bela.iarnya
Terdapat hubungan korelatif positif yang signifikan
antara sikap mahasiswa TTUC Bandung s«eara keseluruhan ter
hadap materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya.
Di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi sebe
sar r=0,24 (thitung =2,78 >ttflbel (#01)(126) =2'33)#
Dengan koefisien korelasi sebesar r = 0,24 maka sikap ma hasiswa TTUC Bandung secara keseluruhan terhadap materi bi
dang studi MPT memberikan urunan sebesar 6% terhadap pres
tasi belajarnya. Apabila prestasi belajar mahasiswa
dalam
bidang studi MPT ini naik, berarti sebanyak 6% kenaikan
tersebut dipengaruhi oleh sikapnya terhadap materi
"bidang
C. Implikasi Hasil-hasil Penelitian
Berikut ini dikemukakan beberapa implikasi hasil-ha
sil penelitian ini, baik secara teoretis maupun praktis.
Pada bagian akhir implikasi hasil-hasil penelitian ini ju
ga dikemukakan implikasi bagi penelitian-penelitian selan
jutnya,1. Implikasi Teoretis
Hasil-hasil penelitian ini lebih banyak memperkuat teori yang sudah ada atau penemuan-penemuan terdahulu, Di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Penelitian ini berhasil mengungkapkan adanya per bedaan sikap antara mahasiswa dengan status belajar
in-service dan pre-in-service terhadap materi bidang studi
MPT.
Perbedaan yang signifikan ini kembali mempertegas
teori
yang mengatakan bahwa faktor usia dan pengalaman
mengajar
mempegaruhi sikap seseorang terhadap objek tertentu, dalam
hal ini materi bidang studi MPT. Mereka yang berstatus bel ajar in-service cenderung memberikan sikap yang lebih se lektif daripada yang berstatus belajar Pre-service. Dengan kadar sikap yang lebih selektif ini, tidak berarti presta
si belajarnya akan lebih rendah, karena dengan
pengalaman-nya dalam mengajar disiplin keteknikan sudah merupakan be
kal yang sangat berharga bagi mereka untuk mengejar presta
si yang baik.
adalah ditemukannya pola hubungan yang positif dan signifi
kan antara sikap mahasiswa TTUC Bandung terhadap materi bi dang studi MPT dengan prestasi belajarnya. Korelasi kedua variabel tersebut sebesar r = 0,24 dengan tingkat keper-cayaan 0,99. Juga ditemukan pola hubungan yang positif dan
signifikan antara sikap mahasiswa dengan status belajar pre-service terhadap materi bidang studi MPT dengan pres
tasi belajarnya ( r = 0,40 dan signifikan dengan tingkat kepercayaan 0,99). Hasil ini berarti memperkuat teori-teori yang mengatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara sikap seseorang terhadap suatu objek, dalam hal ini
materi bidang studi MPT, dengan prestasi belajarnya. Namun
hasil penelitian ini menemukan juga bahwa sikap mahasiswa dengan status belajar in-service terhadap materi bidang studi MPT tidak berkorelasi positif yang signifikan dengan
prestasi belajarnya. Kondisi ini mengandung makna teoretis bahwa bukan hanya sikap yang mempengaruhi faktor belajar mahasiswa, namun banyak faktor lainnya yang di antaranya adalah faktor usia dan pengalaman.
c. Bersamaan dengan hasil studi ini telah
dikembang-kan secara empirik alat ukur sikap mahasiswa terhadap ma
teri bidang studi MPT. Alat ini telah diuji-cobakan terle
bih dahulu sebelum dipakai untuk mengumpulkan data lapang
an. Data hasil uji-coba ini diolah sesuai dengan kebaikan skala sikap ala Likert. Reliabilitas alat ukur ini adalah
2. Implikasi Praktis
Hasil studi ini memberikan dampak positif bagi pe ngembangan materi bidang studi MPT, khususnya bagi TTUC Bandung yang telah merintisnya dan terus akan mengembang-kannya, umumnya bagi pendidikan guru kejuruan teknologi.
Dalam rangka semuanya itu, maka implikasi praktis dari ha sil studi ini adalah sebagai berikut.
a. Dengan terungkapnya sikap mahasiswa TTUC Bandung yang ragu-ragu terhadap materi bidang studi MPT, maka im
plikasi pratisnya bagi TTUC Bandung adalah perlu adanya peninjauan korektif kembali terhadap materi bidang studi
MPT. Sikap yang ragu-ragu ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih belum merasakan manfaat adanya materi bidang studi
MPT dalam pengajaran teknik, karena materi bidang studi MPT
tersebut belum sepenuhnya dirumuskan secara operasional khusus untuk pengajaran teknik. Dari sembilan komponen ma
teri bidang studi MPT' yang menjadi sasaran penelitian ini hanya dua komponen saja yang telah dirumuskan secara ope rasional sebagai suatu cara mengajarkan disiplin ilmu tek
nik, yaitu komponen keselamatan kerja dan pengelolaan beng
kel. Sedang komponen-komponen lainnya masih tidak berbeda jauh dengan metoda mengajar ilmu-ilmu sosial. Untuk itu perlu dikembangkan apa yang dimaksud dengan perpustakaan
teknologi, pengetahuan kUrikulum teknologi, proses
belajar-mengajar teknologi, pengembangan persiapan pelajaran tekno
micro-teaching teknologi. Bagaimana penggunaan OHP untuk
pelajaran teknologi ? Tentunya penggunaan OHP untuk
mate
ri ilmu-ilmu sosial berbeda dengan materi ilmu-ilmu tekno
logi, sehingga jelas apa yang terkandung dalam materi
bi
dang studi MPT benar-benar merupakan hal yang khas
untuk
digunakan dalam proses belajar-mengajar teknologi.
Apabi-^
la rumusan operasional ini telah terwujud dalam materi bidang studi MPT, maka semestinya
mahasiswa akan lebih
ber-gairah dalam belajar sehingga kadar sikapnya akan
semakin
baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi
bel
ajarnya.
b. Hasil lainnya dari penelitian ini adalah
terung-kapnya perbedaan yang sangat signifikan antara sikap maha
siswa dengan status belajar in-service dan pre-service ter
hadap materi bidang studi MPT. Mahasiswa dengan status bel
ajar in-service memiliki sikap ragu-ragu terhadap materi
bidang studi MPT, sedangkan mahasiswa dengan status belajar
pre-service bersikap positif (setuju). Implikasi praktis dari hasil ini adalah perlu dilibatkannya mahasiswa, khu
susnya yang in-service, dalam penyusunan dan perencanaan materi bidang studi MPT karena mereka ini sudah banyak pe
ngalaman dan bahkan sudah mengimplementasikan MPT itu sen
diri secara nyata. Oleh karenanya, apa yang terkandung da
lam materi bidang studi MPT tersebut telah diketahuinya
dan lebih dari itu telah diimplementasikannya,
perencana-an materi bidperencana-ang studi MPT akperencana-an bperencana-anyak memberikperencana-an masukperencana-an
operasional yang sangat berharga bagi pengembangan materi bidang studi MPT ini. Di samping itu implikasi praktis la
innya dari hasil ini adalah perlu dipikirkannya
kemungkin-an pembedakemungkin-an-pembedakemungkin-an dalam pengajarkemungkin-an materi bidkemungkin-ang stu di MPT bagi mahasijswa dengan status belajar in-service dan pre-service. Khususnya bagi mahasiswa dengan status bel
ajar in-service. kalau ada materi yang kiranya tidak perlu
diberikan kepada mereka karena diperkirakan mereka sudah mengetahuinya lev/at pengalaman mengajarnya, maka jangan paksakan mereka untuk menerima itu, Lebih baik waktunya di-pergunakan untuk mengerjakan tugas-tugas lain agar belajar nya lebih efektif.
c. Dengan terungkapnya adanya hubungan positif yang
signifikan antara sikap mahasiswa terhadap materi bidang studi MPT dengan prestasi belajarnya, maka salah satu ja lan yang dapat ditempuh para pendidik, khususnya para in
struktur di TTUC Bandung, guna meningkatkan prestasi bel
ajar mahasiswa, khususnya dalam bidang studi MPT, adalah
dengan menaikkan kadar sikap mareka terhadap materi bidang studi MPT. Sikap yang baik dapat dibina dan dikembangkan dengan melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses bel
ajar-mengajar, di mana mereka ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaan program yang akan diajarkan melalui "group process" dan "cooperation" (Nasution, 1982 : 149-150).
Dalam proses kelompok ini mahasiswa mengadakan re-lasi. Relasi dalam kelompok ini demokratis sifatnya.
Ar-nya, setiap individu berpartisipasi, ikut serta secara
ak-tif, dan turut bekerja-sama. Dengan demikian individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan menjalani pe rubahan sikap serta kelakuan. Dalam hal ini proses kelom pok mempunyai dua ciri utama, yakni partisipasi oleh siswa dalam segala kegiatan dan kerja-sama antara individu-indi vidu dalam kelompok.
Mengenai efektivitas diskusi kelompok dalam mengu-bah dan mengembangkan sikap-sikap tertentu telah diteliti
oleh Kurt Lewin dan kawan-kawannya (Shaw, 1976 : 46). Me nurut hasil penelitian mereka, keikutsertaan ibu-ibu rumah
tangga dalam diskusi dan pengambilan keputusan - keputusan
mengenai perubahan menu makanan yang sedang dipropagandakan
pemerintah ternyata sangat efektif dalam merubah sikap ibu-ibu tersebut terhadap masalah ini, dibandingkan dengan me
toda ceramah.
Yang tidak kalah pentingnya dalam menanamkan sikap
yang baik kepada para mahasiswa adalah sikap para instruk
tur sendiri sebagai identifying figure (Sulaeman, 1984 : 237) bagi para mahasiswanya. Apabila instruktur
memperli-hatkan sikap yang positif terhadap materi bidang studi MPT yang diajarkannya, menyenangi pelajaran tersebut,
menghar-gai peraturan tata-tertib kelas yang telah ditentukan, me-nerima dan menghargai pandangan serta perasaan para maha
siswanya, maka sikap tersebut akan "menular" kepada para mahasiswanya.
3. Implikasi Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini tidak sempat untuk mengungkapkan se
mua aspek yang ada pada diri siswa maupun di luar diri sis wa yang mempengaruhi prestasi belajarnya dalam bidang stu
di MPT. Untuk itu masih perlu diadakan penelitian -lebih
Ianjut mengenai bidang studi MPT ini. Hal-hal yang
dapat
dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut tersebut adalah
sebagai berikut.
a • Faktor sikap mahasiswa terhadap materi bidang stu
di MPT berhubungan erat dengan prestasi belajarnya
telah
terungkap melalui penelitian ini, namun bagaimana dengan faktor-faktor lainnya ? Seperti motif berprestasi, kebia saan belajar, kecemasan, mental, dan yang Iain-lain lagi
yang merupakan karakteristik siswa, Juga faktor-faktor di
luar diri siswa seperti guru, sekolah, keluarga, lingkung an sosial dan sebagainya. Untuk mengetahui itu semua masih
diperlukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan le bih luas terhadap materi bidang studi MPT di masa-masa men-datang,
h. Dari sembilan komponen materi bidang studi MPT
yang menjadi sasaran penelitian ini, ada dua komponen yang diperkirakan telah benar-benar dirumuskan secara operasio-nal khusus untuk mengajar disiplin ilmu teknik, yaitu kom-ponen keselamatan kerja dan pengelolaan bengkel, Bagaimana
sikap mahasiswa terhadap kedua komponen tersebut ? Hal ini menjadi penting untuk diteliti mengingat pada penelitian
yang sudah penulis lakukan ini materi bidang studi MPT da
ri komponen-komponen lainnya belum dirasakan benar - benar
menjamah apa yang disebut dengan Metodologi Pengajaran Tek
nik (MPT).C. Objek penelitian ini hanya terbatas pada
materi
bidang studi MPT I dan MPT II. Sedangkan materi bidang stu
di MPT ini dibagi dalam tiga bagian yang diajarkan selama tiga semester (semester I, III dan V). Mahasiswa TTUC Ban
dung yang telah menyelesaikan perkuliahan MPT I, MPT II dsn
MPT III secara keseluruhan adalah mahasiswa angkatan
VII
(terdaftar sebagai mahasiswa TTUC Bandung sejak
Januari
1984), namun pada saat penelitian ini dilakukan mereka se dang mengikuti program praktek lapangan (PPL) pada semes
ter VI yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, Untuk
itu, penelitian yang mencakup mahasiswa yang sudah menda
patkan materi bidang studi MPT secara keseluruhan
(MPT I,
MPT II dan MPT III) masih diperlukan dimasa-masa mendatang.
d . Ada dugaan, bahwa salah satu sebab rendahnya ko relasi antara sikap mahasiswa terhadap materi bidang stu di MPT dengan prestasi belajarnya yang terungkap pada pe
nelitian ini adalah sempitnya rentangan skor prestasi bel
ajar, oleh karena penelitian ini menggunakan angka presta
si belajar yang sudah ada (studi dokumentasi). Untuk' meng
uji hal ini perlu dilakukan penelitian bandingan dengan in