• Tidak ada hasil yang ditemukan

JKGT VOL.2, NOMOR 2, DESEMBER (2020) 48-52

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JKGT VOL.2, NOMOR 2, DESEMBER (2020) 48-52"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 JKGT VOL.2, NOMOR 2, DESEMBER (2020) 48-52

(Penelitian)

Gambaran Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Holdaway

Kajian terhadap pasien ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti

1

Sherly Betris, 2Yuniar Zen

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti,

2

Staf Pengajar Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti,

ABSTRACT

Background:The purpose of orthodontics treatment is to create the best balance among occlusal relationship, dental, and facial aesthetic, also the stability of the result. Facial profile analysis is one of proper method to precisely diagnose and decide an accurate treatment planning. Holdaway analysis considered as one of the most detailed because, Holdaway evaluate the entire facial profile. In general, malocclusion is associated with unaesthetic facial and dental appearances. So that, it becomes a main reason for patients to visit orthodontics clinic, especially to RSGM-FKG Usakti. Objective:To describe the average facial profile on orthodontics patient of RSGM-FKG Usakti using Holdaway’s method. Method:Observational research using cross sectional method to orthodontics patient of RSGM-FKG Usakti that came from January to December 2014. Eleven of Holdaway’s parameter was used as a measurement on sefalogram. The result of analytical line measurement collected in a tabulation of distribution-frequency. Result:Furthermore, The 11 measurements ; soft tissue facial angle, skeletal profile convexity, and H angle was convex. Sulcus labialis superior, lower lip to H line, and soft tissue chin thickness was ideal. Basic upper lip, upper lip strain, subnasal to H line and sulcus labialis inferior to H line was less ideal and prominence of small nose. Conclusion:The average facial profile on orthodontics patient of RSGM-FKG Usakti using Holdaway’s parameter is convex based on skeletal profile convexity and H angle.

Keywords: Soft Tissue Profile, Holdaway, Lateral Sefalogram

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan perawatan ortodonti adalah menciptakan keseimbangan oklusi dengan estetika

yang optimal.1 Perawatan ortodonti terbagi menjadi

3 fase perawatan yaitu preventif, interseptif dan

korektif.2 Maloklusi merupakan suatu

penyimpangan dari oklusi di luar batas normal atau

ideal yang telah ditetapkan oleh para ortodontis.3

Keadaan maloklusi umumnya diasosiasikan dengan estetika wajah dan dental yang kurang baik sehingga hal ini yang biasanya menjadi keluhan utama yang sering memotivasi pasien untuk pergi

ke dokter.2,4 Sehingga untuk melakukan suatu

perawatan ortodonti perlu dilakukan diagnosis yang tepat agar dapat menentukan rencana perawatan

yang akurat.5

Analisis profil wajah adalah merupakan salah satu analisis untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan ortodonti dengan mengukur profil wajah seseorang. Profil wajah seseorang

dipengaruhi oleh bentuk cranium juga hubungan

rahang atas dan rahang bawah. Selain itu, posisi dari gigi-gigi di dalam jaringan lunak dari wajah

juga memiliki pengaruh terhadap estetika wajah.6

Profil wajah dapat ditentukan dengan melakukan

analisis jaringan keras dan analisis jaringan lunak. Analisis jaringan keras dilakukan dengan mengevaluasi kedudukan rahang bawah tehadap rahang atas, juga kedudukan rahang atas terhadap

basis cranium.7 Namun, pada umumnya, perawatan

ortodonti, dilakukan dengan melakukan

perbaikan-perbaikan pada jaringan keras dan gigi saja.8

Sedangkan, perbaikan maloklusi tidak selalu menyebabkan perbaikan penampilan wajah, jika hanya difokuskan pada oklusi gigi, tanpa

memerhatikan pada bagian wajah.9 Mengingat

adanya wajah yang harmonis tetapi dengan

kedudukan gigi-geligi dalam maloklusi.8

Perawatan ortodonti yang hanya berdasarkan koreksi jaringan keras tanpa mempertimbangkan profil jaringan lunak tidak dapat memberikan hasil yang akurat, karena penampilan terluar dari wajah yaitu pada bagian jaringan lunak, tidak selalu mengikuti jaringan keras baik dalam struktur,

variasi ketebalan, dan pola pertumbuhan.9,10 Maka

dari itu, kerincian dari intepretasi atau analisis pada jaringan lunak memegang peranan penting dalam rencana perawatan juga retensi hasil dari perawatan

ortodonsi yang adekuat.10

Analisis jaringan lunak merupakan upaya

(2)

2 untuk mengungkapkan secara kuantitatif hubungan

jaringan lunak yang harmonis maupun hubungan yang tidak, dan untuk membedakan hubungan satu dengan yang lainnya, juga untuk menjelaskan

bagaimana informasi ini digunakan dalam

perencanaan perawatan ortodonti.9 Analisis profil

jaringan lunak untuk penilaian estetis telah dilakukan penelitian oleh ahli-ahli ortodonti pada ras Kaukasoid antara lain analisis Schwarz,

Holdaway, Ricketts. 11,12,13 Schwarz menarik 2

garis melalui titik pada mata dan dahi, tegak lurus dengan garis yang ditarik melalui titik mata dan porion, Holdaway menarik garis pada jaringan dari bibir atas ke dagu, dan Ricketts memakai garis

hidung sampai dagu sebagai garis referensi.9,13,14

Dari metode-metode yang ada, analisis profil jaringan lunak Holdaway dianggap sebagai metode yang paling terperinci, dan memiliki beberapa komponen yang memungkinkan praktisi untuk menilai struktur jaringan lunak secara menyeluruh

dan efektif.9 Beberapa penelitian analisis wajah

menggunakan metode Holdaway telah dilakukan sebelumnya seperti di Eropa, Hussain melakukan penelitian tentang evaluasi parameter jaringan lunak Holdaway pada populasi Palestina yang menunjukan hasil rata-rata populasinya masuk

kategori ideal.15 Thomas melakukan penelitian

jaringan lunak pada populasi Lambada di India yang juga mendapatkan rata-rata populasinya

adalah ideal menurut Holdaway.16

Di Indonesia, Rosina telah melakukan penelitian analisis profil jaringan lunak menurut metode Holdaway terhadap mahasiswa FKG Universitas Sumatera Utara (USU) suku Deutro Melayu pada usia 20-25 tahun. Penelitian tersebut menunjukan kecembungan skeletal dan besar sudut H lebih besar pada mahasiswa FKG USU suku

Deutro Melayu dibandingkan dengan ras

Kaukasoid yang menunjukkan profil Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu lebih cembung. Namun tidak ada perbedaan yang terhadap rata-rata konveksitas wajah jaringan lunak antara laki-laki

dan perempuan.12

Wirjodiarjo yang meneliti analisis sefalometri profil jaringan lunak wajah dari sefalogram pasien orang Indonesia yang datang ke bagian ortodonti FKG Universitas Indonesia salah satunya dengan

menggunakan analisis Holdaway. Penelitian

tersebut dilakukan pada pasien yang belum pernah

melakukan perawatan ortodonti sebelumnya

sehingga didapat sampel yaitu kelompok pasien laki-laki berumur antara 9 - 17 tahun dan perempuan berumur antara 9 - 16 tahun dengan hasil penelitian yaitu profil jaringan lunak wajah pada orang Indonesia rata-rata adalah cembung baik pria maupun wanita, namun profil pria lebih

cembung.17

Sijabat juga telah melakukan penelitian tentang hubungan konveksitas skeletal dengan konveksitas jaringan lunak wajah pada pasien remaja suku batak yang dirawat di klinik ortodonti FKG Universitas Sumatera Utara (USU) dengan metode Holdaway. Sijabat membedakan rentang usia pada jenis kelamin yang berbeda, yaitu laki-laki pada usia 12-14 tahun dan perempuan pada usia 10-12 tahun. Hasil penelitian tersebut adalah relasi rahang memberikan pengaruh yang berarti terhadap nilai konveksitas jaringan lunak, namun tidak ada

penjelasan mengenai perbedaan pada jenis

kelamin.18

Penentuan diagnosis tidak hanya berarti pada manusia dewasa dan remaja namun juga pada anak-anak dalam masa pertumbuhan. Apalagi karena sesungguhnya penampilan wajah merupakan hasil kombinasi dari pertumbuhan tiap-tiap bagian wajah, terutama pertumbuhan rahang dan erupsi gigi. Pertumbuhan wajah normalnya dikaitkan dengan erupsi gigi geligi susu antara usia 1-3 tahun,

dan gigi geligi tetap antara usia 6-14 tahun.13 Pada

waktu gigi molar pertama tetap erupsi,

pertumbuhan dasar kranium mencapai pertumbuhan paling besar. Pertumbuhan ini erat kaitannya dengan pertumbuhan maksila, mandibula, dan

nasopharynx. Pada usia 8 sampai 11 tahun terjadi

pertumbuhan ke arah vertikal dan horizontal, dan perubahan wajah bergerak ke arah anterior dan

bawah.19 Pertumbuhan juga dapat dibedakan sesuai

jenis kelamin, yang terlihat sejak awal masa

perkembangan.20 Dari latar belakang tersebut di

atas, penulis akan melakukan penelitian tentang profil jaringan lunak wajah pasien ortodonti pada RSGM-FKG Usakti menurut Holdaway.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

observasional pada pasien ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti bagian Ortodonti, Jakarta

dengan metode Cross-Sectional. Sampel penelitian

adalah seluruh pasien ortodonti RSGM-FKG USAKTIyang datang pada bulan Januari hingga Desember tahun 2014, besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 20. Data diambil dari sefalogram lateral rekam medik pasien ortodonti di RSGM-FKG USAKTIyang datang pada bulan Januari 2014 sampai Desember 2014. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015 sampai Oktober 2015.

Cara penelitian dimulai dengan memasang

kertas tracing di atas sefalogram dengan

menggunakan solatip. Menentukan batas-batas anatomi pada jaringan keras dan jaringan lunak di

atas tracing box. Menentukan titik-titik referensi

(3)

3 pada jaringan keras dan jaringan lunak diatas

Tracing box (titik A, titik B, titik S (sella), titik N

(nasal), titik ANS (Anterior Nasal Spine), titik

PTM (pterygomaxillary fissure), titik PNS

(Posterior Nasal Spine), titik Me (menton), titik Ar

(articulare), titik od (odontoid), titik Go (gonion).

Menentukan garis analitik sesuai metode Holdaway

di atas Tracing box (Sudut fasial, prominensi

hidung, kedalaman sulcus labialis superior,

jaringan lunak subnasal terhadap garis H, kecembungan profil skeletal, ketebalan basis bibir

atas, strain bibir atas, dan Sudut H. Mengukur

masing-masing garis analitik pada kertas tracing

tersebut sesuai dengan metode Holdaway

menggunakan penggaris ukuran 30cm dan dicatat dalam satuan millimeter (mm), juga menggunakan

busur 360o lalu dicatat dalam satuan derajat (o).

Hasil yang didapat kemudian dikumpulkan dan dibuat tabulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis profil jaringan lunak wajah pada

pada pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti

berdasarkan 11 parameter analisis jaringan lunak Holdaway,yaitu : pertama tentang Sudut fasial. Rata-rata sudut fasial pasien ortodonti RSGM-FKG

Usakti adalah 96,300 . Dari hasil tersebut terlihat

bahwa rata-rata profil pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti masih masuk ke dalam kategori ideal. .

Idealnya besar sudut fasial adalah 90o tetapi masih

dapat diterima jika dijumpai 92o ±7o untuk

beberapa kasus. Walaupun masih masuk kategori ideal namun hasil ini termasuk sudut yang besar, hampir bisa dikatakan sebagai profil cekung. Hal ini mungkin dikarenakan kulit dagu sering tertimbun lemak yang kadang-kadang sangat tebal, yang berbeda ketebalannya disetiap individu sehingga seakan-akan tulang rahang pasien terlalu

maju atau maloklusi kelas III.5

Di Indonesia, Koesoemahardja meneliti sudut

fasial pada anak-anak yaitu rata-rata 87o-90o pada

laki-laki dan 89o-92o pada perempuan.5 Rosina

mengukur besar sudut fasial pada mahasiswa FKG

USU suku deutromelayu dengan rata-rata 91,6o

yang masih masuk dalam kategori ideal pada ras

Kaukasoid.12 Wirjodiarjo melihat besar rata-rata

sudut fasial pada kelompok pasien laki-laki yaitu

86,960 ± 3,820 dan kelompok pasien perempuan

yaitu 88,770 ± 3,540.20 Ketiga penelitian tersebut

juga menyatakan bahwa profil wajah rata-rata

populasinya dapat dikatakan ideal menurut

parameter Holdaway.

Kedua, prominensi hidung, yaitu garis yang dapat diukur dengan cara menarik garis tegak lurus

Frankfort Horizontal dan menjalankan garis ke

perbatasan vermilion dari bibir atas (ls). Holdaway

mengatakan hidung ras Kaukasian di bawah 14 mm dianggap kecil, sementara yang di atas 24 mm

berada dikisaran besar atau menonjol.9 Sesuai

dengan hasil penelitian pada tabel 3, rata-rata prominensi pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah 6,30 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata prominensi hidung pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah kecil, jauh dari rata-rata

ras Kaukasian. Di Indonesia, Wirjodiarjo

mendapatkan hasil prominensia hidung pasien laki-laki yaitu: 12,80 mm ± 1,65 mm dan pasien perempuan yaitu 12,44 mm ± 2,14 mm pada sampel dewasa, dan tidak termasuk kedalam ketegori ideal

menurut parameter Holdaway.17 Holdaway

mengatakan bahwa prominensia hidung hendaknya

dilihat secara individual.3 Hal ini dikarenakan

kemancungan hidung tidak mempunyai hubungan dengan pertumbuhan jaringan keras dibawahnya,

karena pertumbuhannya mandiri, sehingga

perawatan ortodonti perlu dilakukan dengan

perhitungan prominensia hidung agar tidak

merusak garis profil.21

Ketiga, kedalaman sulcus labialis superior,

yang diukur dengan menarik garis tegak lurus

terhadap Frankfurt Horizontal dan bersinggungan

dengan perbatasan vermilion ke bibir atas adalah jarak horizontal dari titik terdalam pada lengkung pertemuan bibir atas dengan hidung kearah garis vertikal yang menghubungkan batas tepi vermilion

bibir atas dengan Frankfurt Horizontal Plane. Jarak

antara 1 – 4 mm masih dapat diterima dengan jarak idealnya yaitu 3mm. Pada tabel 4 terlihat bahwa

rata-rata kedalaman sulcus labialis superior pasien

ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah 3,45 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata

kedalaman sulcus labialis superior dari pasien

ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah ideal.

Keempat, subnasal terhadap garis H,

penilaiannya dengan menghitung jarak yang diukur dengan cara menarik garis dari titik subnasal (sn) tegak lurus garis harmoni. Nilai idealnya adalah 5

mm, dengan jarak antara 3 – 7 mm.9,12 Dapat dilihat

dari tabel 5 rata-rata garis subnasal terhadap garis H pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah adalah 11,35 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata jarak subnasal terhadap garis H ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah jauh dari ideal.

Kelima, kecembungan skeletal, merupakan pengukuran dari titik A ke garis Na-Pog jaringan keras atau garis fasial. Titik A yaitu titik tercekung

antara Spina nasalis anterior dengan puncak

prosessus alveolar maksila. Kecembungan skeletal

idealnya berada pada jarak -2mm - +2mm.9 Dapat

dilihat dari tabel 6 bahwa rata-rata kecembungan skeletal pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah +3,31 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat

(4)

4 bahwa rata-rata kecembungan skeletal ortodonti

RSGM-FKG Usakti adalah cembung.

Kecembungan profil skeletal sesungguhnya bukan ukuran untuk jaringan lunak, namun sebagai

observasi untuk menunjukan bila besar

kecembungan profil skeletal bertambah, maka kecembungan profil jaringan lunak juga akan

bertambah.17

Keenam, ketebalan basis bibir atas, yang merupakan jarak yang diukur dari titik, kira-kira 3 mm di bawah titik A kearah titik pertemuan antara

hidung dan bibir atas.9 Holdaway mengatakan

bahwa idealnya basis bibir atas adalah 15mm. Rata-rata ketebalan basis bibir atas pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti yang terlihat pada tabel 7 adalah adalah 12,67 mm.

Ketujuh, strain bibir atas, yaitu pengukuran

tegangan bibir atas, yaitu jarak titik paling menonjol pada permukaan labial mahkota gigi insisivus pertama atas (Is) dengan batas tepi

vermilion bibir atas. Ketebalan ideal di batasan

vermilion adalah 13 sampai 14 mm.9 Dari tabel 8

terlihat bahwa rata-rata strain bibir atas pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah 11,04 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata jarak strain bibir atas pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah kurang ideal. Sudut tajam yang berlebihan menyebabkan adanya penipisan bibir atas akibat gigi anterior yang protrusif. Apabila ketebalan bibir pada vermilion border lebih besar daripada ketebalan dasar bibir atas, hal ini biasanya mengindikasikan adanya pertumbuhan vertikal wajah bagian bawah yang buruk dengan gigitan

yang dalam dan menghasilkan redudansi bibir.22

Kedelapan, sudut H, yaitu pengukuran sudut dari garis H ke Na-Po jaringan lunak atau garis fasial jaringan lunak. Sudut H juga merupakan penentuan bentuk profil jaringan lunak cembung, lurus, dan cekung. Besar sudut H ini dikatakan

harmonis dan seimbang yaitu kisaran 7o – 15o .6 Di

tabel 9 nampak bahwa rata - rata sudut H pasien

ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah 17,67o. Dari

hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata profil pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah cembung. Secara klinis, sudut H jaringan lunak pada terletak lebih tinggi dari sudut H jaringan keras skeletal. Keadaan ini disebabkan karena letak dan besar sudut H jaringan lunak lebih ditentukan daerah dagu, bukan oleh besar kecilnya sudut

ANB.17

Kesembilan, jarak bibir bawah ke garis H, yaitu jarak tegak lurus antara titik paling anterior dari bibir bawah dengan garis harmoni. Pada ras Kaukasoid ideal jarak bibir bawah ke garis H yaitu 0 mm atau garis H menyinggung titik Li. Namun demikian menurut Holdaway pada ras Kaukasoid

masih dapat dikatakan harmonis dan seimbang jika jarak Li ke garis H dalam batasan -1 sampai +2mm. Tanda negatif menunjukan letak Li dibelakang garis H, sebaliknya dikatakan positif jika terletak di

depan garis H.9 Rata-rata jarak bibir bawah ke garis

H pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti yang terlihat pada tabel 10 adalah +1,32 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata jarak bibir bawah ke garis H adalah harmonis.

Kesepuluh, Sulcus Labialis Inferior terhadap

garis H, yaitu jarak antara garis harmoni dengan titik terdalam dari cekungan yang dibentuk oleh bibir bawah dan jaringan lunak dagu. Profil jaringan lunak seseorang untuk kedalaman sulkus labialis inferior dikatakan harmonis dan seimbang

jika kedudukan sulcus labialis inferior terhadap

garis H sama seperti kedalaman sulcus labialis

superior yaitu mendekati 5 mm.12 Pada tabel 11

nampak bahwa kedalaman Sulcus Labialis Inferior

pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti adalah 3,47 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa

rata-rata jarak sulcus labialis inferior tersebut kurang

harmonis. Menurut Holdaway mungkin rata-rata

tersebut kurang harmonis, namun apabila

dibandingkan dengan rata-rata sulcus labialis

superior terhadap garis H yang mendapatkan hasil

hampir sama yaitu 3,45 mm sehingga masuk kedalam kategori ideal.

Kesebelas, tebal dagu, yaitu merupakan jarak horizontal dan jarak antara dua garis vertikal yang mewakili jaringan keras dan bidang fasial jaringan lunak setinggi titik pogonion skeletal dan titik pogonion jaringan lunak. Suatu tebal jaringan lunak dagu dikatakan harmonis dan seimbang pada ras

Kaukasoid jika tebalnya kisaran 10-12 mm.9

Rata-rata pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti yang tertera pada tabel 12 adalah 12,6 mm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata tebal dagu pasien adalah cukup harmonis atau seimbang.

Dapat disimpulkan bahwa profil wajah

rata-rata pasien ortodonti RSGM-FKG Usakti

berdasarkan kecembungan skeletal dan sudut H adalah cembung. Profil cembung dapat dikaitkan dengan hubungan rahang kelas II skeletal atau

maloklusi dental kelas II.22 Hal ini sesuai dengan

penelitian Winoto dan Kusnoto yang menyatakan bahwa orang Indonesia mempunyai tipe fasial

bimaksilar protrusif.23,24 Perbedaan antara populasi

yang berbeda pada profil wajah dengan norma-norma yang ada dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk latar belakang etnis yang berbeda, ukuran sampel yang dipilih , proporsi dari laki-laki untuk perempuan dalam sampel yang dipilih, dan usia dipelajari populasi.

Asia juga memiliki profil wajah yang berbeda pada setiap negaranya, seperti pada populasi

(5)

5 Jepang, penelitian Bronfmann yang mengatakan

bahwa dari analisis jaringan lunak menunjukan adanya retrognatisme dari hubungan maksila dan

juga mandibular dengan hubungannya ke glabella

jaringan lunak. Populasi jepang memiliki bilabial

protrution jika dibandingkan dengan ras kulit putih

yang lain.25 Sedangkan pada penelitan Thomas

pada profil wajah ras India masih dikategorikan

ideal pada parameter Holdaway.16 Dapat

disimpulkan bahwa apa yang terlihat normal pada satu etnik tertentu belum tentu terlihat normal pada

etnik lainnya.25

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari

penelitian analisis fasial menurut Holdaway yang dilakukan pada seluruh pasien ortodonti RSGM-FKG USAKTI yang datang pada bulan Januari hingga Desember tahun 2014 menunjukan bahwa gambaran rata-rata kecembungan skeletal, dan

sudut H adalah cembung. Gambaran Sulcus labialis

superior, jarak bibir bawah ke garis H, dan juga

tebal dagu adalah ideal. Namun gambaran sudut H,

ketebalan basis bibir atas, strain bibir atas, subnasal

terhadap garis H dan, sulcus labialis inferior

terhadap garis H adalah kurang ideal, dan prominensi hidung adalah kecil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Proffit W.R Contemporary Orthodntics 3rd Edition. United States: St.Louis.2000;4,5-6

2. Sivaraj A. Essentials of Orthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher, 2013;9-12 3. Gill S.D. Ortodonsia at a Glance (Orthodontics at a

Glance). Diterjemahkan oleh : Titiek Suta. Jakarta: EGC. 2014;5,9-12

4. Sarver DM. Esthetic Orthodontics and Orthognatic Surgery. ST Louis: Mosby Elsevier, 1998;13

5. Koesoemahardja HD. Pola Pertumbuhan Jaringan Lunak Kraniofasial serta Kaitannya dengan Pola Pertumbuhan Jaringan Keras Kraniofasial dan Pertumbuhan Umum. Jakarta: Usakti, 1991; 17,20-21;38 6. Cobourne MT, DiBiase AT. Handbook of orthodontics.

London: Mosby Elsevier, 2010;21

7. Peck H, Peck. A concept of facial esthetic. Angle Orthodod, 1970;40

8. Wuerpel EH. On Facial Balance and Harmony. Angle Orthod, 1937;7

9. Holdaway RA. A Soft Tissue Cephalometric Analysis and its use in Orthodontic Treatment Planning Part I. Am. J. Orthod, 1983;1-2,3-13

10. Anam R, Iqbal R, Ayub A, Ahmed I. Soft Tissue Analysis in Class I and Class II Skeletal Malocclusion in Patients Reporting to Departement of Orthodontic, Khyber College of Dentistry, Peshawar. Pakistan: Pakistan Oral & Dental Journal Vol.34 no.1. 2014;87

11. AlBarakati SF, Bindayel NA. Holdaway Soft Tissue Chepalometric Standards for Saudi Adults. Saudi Arabia:King Saud University Journal of Dental Sciences 2012; 28;30

12. Rosina T. Analisa Profil Jaringan Lunak Menurut Metode Holdaway Pada Mahasiswa FKG Suku Deutro Melayu. Tesis. Medan: FKG-USU, 2009;1-2

13. Koesoemahardja HD, Indrawati A, Jenie I. Tumbuh Kembang Dentofasial Manusia Ed ke-2. Jakarta: Usakti, 2008;32-37;137

14. Koesoemahardja HD. Sistem Kompleks Dentofasial, Buku Ajar Orto I. Jakarta: Usakti, 1997;30-44

15. Hussein E, Al-khateeb S, Watted N, Aksoy A, Acar Ahu, Mowais MH. Evaluation of Facial Soft Tissue Parametes for Palestinians Using Holdaway Analysis. Arab: The Saudi Dental Journal.2011;191-195

16. Thomas M, Reddy V.D, Lakhsmi H.V. Soft Tissue Cephalometric Norms for the Lambada

Population in Telegana Region of Andhra Pradesh. India: Sri Sai College of Dental Surgery. 2012

17. Wirjodiarjo, W. Analisis Sefalometris Profil Jaringan Lunak Fasial dari Sefalogram Pasien Orang Indonesia Yang Datang Ke Bagian Ortodonsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta: FKG UI. 1992;29- 30

18. Sijabat, Dessy N. Hubungan Konveksitas Skeletal Dengan Konveksitas Jaringan Lunak Wajah Pada Pasien Usia Remaja Suku Batak Yang Dirawat Di Klinik Ortodonti FKG Usu. Medan: Universitas Sumatera Utara.2011

19. Foster T.D. Buku Ajar Ortodonsi. Edisi 3. Diterjemahkan oleh: Lilian Yuwono.Jakarta: EGC, 1997;7;102 20. Salzmann, J.A. Practice of Orthodontics. Volume I. USA:

J.B Lippincott Company. 1966;89-90,527

21. Genecove S.J, Sinclair P.M, Dechow P.C. Development of Nose and Soft Tissue Profile. Angle Orthod.1990;194-197

22. Yusra Y. Evaluasi Jaringan Lunak Fasial Finalis Abang-None Jakarta Kelompok Etnik Deutero-Melayu Tingkat Propinsi DKI Jakarta Tahun 2002.Jakarta: Fkg Universitas Trisakti. 2004;65

23. Kusnoto H. Studi Morfologi Pertumbuhan Kraniofasial Orang Indonesia Kelompok etnik Deutro Melayu, umur 6-15 tahun di Jakarta dengan Metode Sefalometri Radiografi. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 1988

24. Winoto N.S. Studi Profil Fasial Skeletal Indonesia di Surabaya Jawa Timur dengan Pendekatan Sefalometri. Surabaya: FKG Universitas Airlangga. 1990 25. Bronfman CN, Janson G, Pinzan A, Rocha TL.

Cephalometric norms and esthetic profile preference for the Japanese: a systematic review. Brazil:Dental Press J Orthod. 2015;43-51

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena yang muncul dari kesenjangan antara daerah perdesaan dengan perkotaan , yang secara substansial merupakan faktor penarik dan faktor pendorong migrasi

Tujuan khusus kurikulum teknisi akuntansi adalah, setelah mengikuti proses belajar mengajar, peserta didik dan/atau pelatihan dapat melakukan pengelolaan administrasi

Eigen fungsi yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan program utama menghasilkan fungsi gelombang elektron berbentuk sinusoidal dengan amplitudo bergantung

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan camuran berdasarkan ukuran partikel adalah suatu proses pemisahan camuran berdasarkan ukuran partikel dengan cara

Penelitian ini berdasarkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah design research type

Bagi Galeri Investasi UIN Walisongo, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan maupun sumbangan pemikiran kepada Galeri Investasi BEI untuk lebih

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa manfaat Customer Relationship Management dalam wujud membership yang meliputi financial benefits, social benefits dan structural

Sumber data primer yaitu sumber data pokok yang dijadikan bahan penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, maka yang menjadi sumber data utama adalah