• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal. Rumput Laut Indonesia. Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal. Rumput Laut Indonesia. Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI INDONESIA

Pusat Unggulan Ipteks

Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL)

Universitas Hasanuddin

urnal

Rumput Laut Indonesia

J

PUI-P2RL-UNHAS

ISSN 2548-4494

Vol. 1 No. 2, Desember 2016

(2)

SINOPSIS

Jurnal Rumput Laut Indonesia merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Unggulan Ipteks

Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) yang terdapat di Universitas

Hasanuddin. Jurnal Rumput Laut Indonesia memuat tulisan hasil penelitian dan

pengembangan yang terkait dengan aspek ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial yang

berhubungan dengan rumput laut.

PENANGGUNG JAWAB

Ketua PUI-P2RL Universitas Hasanuddin

DEWAN REDAKSI

Dr. Inayah Yasir, M.Sc. (Ketua)

Andi Arjuna, S.Si., M.Na. Sc.T. Apt. (Sekretaris)

Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA. (Anggota)

Moh. Tauhid Umar, S.Pi., M.P (Anggota)

Raiz Karman, S.Pd. (Anggota)

DEWAN PENYUNTING

Prof. Dr. Ir. Agus Heri Purnomo, M.Sc. (Ekonomi Sumberdaya)

Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA. (Ekologi)

Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc. (Bioteknologi dan Pasca Panen)

Prof. Dr. Jana Tjahna Anggadiredja, M.S. (Teknologi Pangan dan Farmasi)

Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc. (Budidaya Rumput Laut)

Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc (Pasca Panen)

Agung Sudariono, Ph.D. (Pakan Akuakultur)

Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Si. (Bioteknologi)

Asmi Citra Malina, S.Pi., M.Agr., Ph.D (Biotek)

Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc (Penyakit Rumput Laut)

Dr. Ir. St. Hidayah Triana, M.Si. (Rekayasa Genetika)

Dr. Lideman, S.Pi., M.Sc (Reproduksi Biologi)

ALAMAT REDAKSI:

Jurnal Rumput Laut Indonesia, Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan

Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin.

Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai V Kampus Unhas Tamalanrea Km. 10.

Makassar 90245

Telepon

: 085212108106

Email

: jrli-p2rl@unhas.ac.id

Website

: http://journal.indoseaweedconsortium.or.id/

SAMPUL DEPAN:

Panen Bibit Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii

di Unit Bisnis Pembibitan

Rumput Laut PUI-P2RL-UNHAS (Foto: Inayah Yasir)

(3)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 82-87 ISSN 2548-4494

Pengaruh Perbedaan Bobot Tallus Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut

Kappaphycus

alvarezii

Strain Coklat yang Dikayakan

The Effect of Seed Weight on the

Thallus

Growth of

Kappaphycus alvarezii

Brown-Enriched Strain

Irawati1, Badraeni1,3, Abustang1,3, Ambo Tuwo2,3

Diterima: 19 Agustus 2016 Disetujui: 20 September 2016

ABSTRACT

SeaweedKappaphycus alvarezii an export commodity that is widely cultivated by coastal communities because it is easy to implement and does not require high capital investment. It also has an important economic value, as an important commodity for export and is widely used in the food industry, cosmetics, pharmaceuticals and other industries such as the paper industry, textiles, photography, pasta, and fish canning. The purpose of this study was to analyze the effect of initial weight of the seaweeds seed to growth rate. There are four treatments, which are A (1 g), B (5 g), C (10 g) and D (20 g), each with three replications. Seeds soaked first in Conway fertilizer solution 2 ml/l before placed to the sea in long line culture system. This research was conducted in December 2014 until January 2015, in the village of Punaga, District Mangarabombang, Takala Regency. Parameters measured were absolute growth (g) and a specific daily growth rate (%). The results of this study showed that the highest absolute growth rate found in treatment A (2.13 g), while the lowest is D (-0.67 g). The highest specific daily growth rate was found in treatment A (0.54%). The range of water quality parameters for temperature maintenance culture medium (23-270c) salinity (30-38 ppt) pH (7-9) NO3 (0.26 to 3.31 ppm) and PO 4 (0.88 to 2, 41 ppm).

Keywords:Kappaphycus alvarezii, seaweed growth, enriched strain.

PENDAHULUAN

Rumput laut khususnyaKappaphycus alvarezii me-rupakan komoditi ekspor yang saat ini banyak dibu-didayakan oleh masyarakat pesisir. Selain karena budidayanya mudah dan tidak memerlukan modal investasi yang besar, namun memiliki nilai ekono-mis penting. Sebagai komoditas hasil perikanan yang menjadi sumber utama penghasil karagenan, banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, dan industri lainnya seperti in-dustri kertas, tekstil, fotografi, pasta dan pengale-ngan ikan. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, diperlukan kesinambungan produksi rumput laut hasil budidaya dari pengembangan usaha budidaya yang berkelanjutan (Utojoet al., 2007).

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya adalah pemilihan bibit. Bibit rum-put laut yang baik berasal dari tanaman induk yang sehat, segar, bebas penyakit, percabangannya ba-nyak, saat dipegang terasa elastis, dan bebas dari tanaman lain (Indriani & Sumiarsih, 1999). Peng-gunaan bibit yang baik akan bepengaruh pada per-tumbuhan dan kandungan karaginan.

Tingkat pertumbuhan dan kandungan karaginan K. alvareziiberbeda-beda tergantung jenis/strain.

1Departemen Perikanan, FIKP Universitas Hasanuddin 2Departemen Ilmu Kelautan, FIKP Univ. Hasanuddin 3PUI-P2RL Universitas Hasanuddin

Badraeni ( )

Email: reniarfan@yahoo.com

Strain hijau memiliki laju pertumbuhan tertinggi (8,1% per hari) dengan kadar karaginan 40,7%. Untuk strain coklat (7,1% per hari) dengan kadar karaginan 37,5%. dan merah (6,5%) dengan kadar karaginan 32,7% (Muñoz, et al., 2004). Tingkat pertumbuhan akan berpengaruh pada produksi dan kandungan karaginan rumput laut.

Saat ini produksi K. alvarezii yang dibudidayakan masih memiliki kualitas yang rendah. Berdasarkan hasil pemantauan langsung di lapangan, hal ini di-duga karena bibit yang digunakan adalah bibit turun temurun dari hasil kegiatan budidaya. Selain itu, ada masa dimana cuaca tidak mendukung proses kegiatan budidaya yang mengakibatkan pertum-buhan drop dan mudah terserang penyakit. Ice-ice merupakan salah satu penyakit yang sangat sering menyerang rumput laut yang menyebabkan pertum-buhan rumput laut yang dibudidayakan menjadi terhambat atau bisa mengakibatkan rumput laut mati (Anggadiredjaet al., 2006).

Pemecahan masalah dalam budidaya rumput laut telah banyak diteliti. Media kultur memberi penga-ruh terhadap pertumbuhan tallus rumput laut K. alvarezii (Nisa, 2009). Penelitian Arsyad (2013) sampai pada kesimpulan bahwa panjang tallus K. alvarezii dengan berat awal yang sama menghasil-kan pertumbuhan yang berbeda pula.

Peningkatan kualitas bibit dengan pemberian nutri-en tertnutri-entu pada media kultur dapat dilakukan seca-ra outdoor (skala besar dan terbuka) yaitu teknik membudidayakan tanaman rumput laut diluar ru-angan tanpa harus berada dalam ruru-angan yang

(4)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 82-87

Pengaruh perbedaan bobot tallus terhadap ... 83

steril, sedangkan kultur jaringan indoor yang dila-kukan dengan cara mengkultur potongan tallus rumput laut pada media yang sudah diperkaya dengan bahan-bahan kimia tertentu (Santoso & Nursandi, 2001). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh per-bedaan bobot tallus terhadap pertumbuhan rumput lautK. alvareziistrain coklat yang dikayakan untuk mendapatkan pertumbuhan dan kandungan karagi-nan yang tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan januari 2015 di Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Tanaman uji yang digunakan adalah rumput lautK. alvarezii yang berasal dari sekitar wilayah pene-litian, dengan bobot awal 200 g, yang sudah dipo-tong pada bagian tallus yang cerah dan masih muda.

Media kultur yang digunakan adalah air laut Sali-nitas 30 ppt yang ditambahkan dengan larutan con-way sebagai asupan nutriennya. Media kultur yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam toples yang dilengkapi dengan aerator yang berfungsi untuk mengaduk nutrien sehingga dapat dimanfaatkan oleh bibit rumput laut.

Air laut yang digunakan sebagai media tumbuh disterilkan dengan menggunakan chlorin sebagai disinfektan dan thiosulfat untuk menetralkan chlo-rin, lalu disaring untuk menghilangkan kotoran atau benda-benda asing yang terdapat dalam stock air tersebut. Wadah dan peralatan lainnya disterilkan dengan pencucian menggunakan deterjen. Bibit rumput lautnya disterilkan dengan menggunakan bethadine.

Wadah yang digunakan berupa toples plastik sebanyak 12 buah. Toples terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan detergen dan dibilas dengan air hingga bersih, lalu dikeringkan dalam ruangan yang bersih. Toples yang sudah kering diisi air laut steril sebanyak 4 liter dan diaerasi kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan yang digunakan.

Gambar 1. Penimbangan berat awal bibit, dengan 1 g, 5 g, 10 g dan 20 g.

Bibit rumput laut yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut K. alvarezii yang tallusnya memiliki kriteria yang baik. Rumput laut yang te-lah diseleksi, kemudian dipotong pada bagian tallus yang memiliki banyak titik tumbuh dengan meng-gunakan pisau pemotong, lalu direndam dalam air yang telah diberi bethadin yang bertujuan untuk mensterilkan. Rumput laut kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi air 4 liter. Bibit dengan berat 1 g, 5 g, 10 g, 20 g dengan berat awal 200 g (Gambar 1).

Rumput laut yang telah dipotong pada bagian tallus, dipelihara selama 6 minggu, setiap hari dilakukan pengontrolan tallus. Selama 7 hari dilakukan pe-nimbangan, penggantian media air laut dan pem-berian pupuk conway. Air laut yang akan dimasuk-kan ke dalam wadah penelitian harus dalam keada-an steril dengkeada-an bahkeada-an ykeada-ang akkeada-an digunakkeada-an harus selalu dalam keadaan steril.

Penelitian ini menggunakan pupuk conway dengan dosis 2 ml/liter dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan dengan tiga ulangan, sehingga jumlah satuan percobaan adalah 12 unit. Perlakuan yang diujikan adalah bibit awal 1 g/potong (perla-kuan A), bibit awal 5 g/potong (perla(perla-kuan B), bibit awal 10 g/potong (perlakuan C) dan bibit awal 20 g/potong (perlakuan D). Pada penelitian dilakukan pengukuran peubah pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik harian.

Pertumbuhan mutlak rumput laut dihitung dengan menggunakan rumus Effendi (2003).

Ket.:

W = pertumbuhan mutlak (g) Wt = berat akhir rumput laut (g) Wo = berat awal rumput laut (g)

Laju pertumbuhan spesifik harian rumput laut dihi-tung dengan rumus:

Ket.:

SGR= laju pertumbuhan harian rumput laut (% harian) W = bobot akhir rumput laut (g)

Wo = bobot awal rumput laut (g) t = lama pemeliharaan (hari)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan mutlak

Rata-rata pertumbuhan mutlak pada setiap perlaku-an mengalami tingkat pertumbuhperlaku-an yperlaku-ang berbeda (Tabel 1). Pada perlakuan A, pertumbuhan tallus lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan B, C dan D. Diduga karena adanya respon atau tanggap-an ekspltanggap-an terhadap pemberitanggap-an pupuk conway. Pupuk yang diserap oleh eksplan digunakan untuk

(5)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 82-87

84 Irawati, dkk.

proses-proses biokimia di dalam tubuh eksplan se-perti terjadinya pembelahan sel dan proses mem-pertahankan hidup.

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan mutlak rumput laut K. alvarezii pada setiap perlakuan selama enam minggu penelitian.

Perlakuan Pertumbuhan MutlakRata-rata (g)

A (1 g) 2,13

B (5 g) 0,77

C (10 g) 0,43

D (20 g) -0,67

Hal ini sesuai dengan pendapat Setyatidalam Wah-yono (2005), bahwa fase vegetatif dari suatu tum-buhan berhubungan dengan tiga proses penting yaitu fase pembelahan sel terjadi pembuatan sel-sel baru, proses pepanjangan sel terjadi pembesaran sel- sel baru dan proses tahapan pertama dari diferensiasi atau pembentukan jaringan. Selain itu jumlah eksplan dan potongan tallus juga sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut, pada per-lakuan A jumlah eksplan lebih banyak daripada perlakuan B, C dan D tetapi potongan tallus lebih kecil sehingga permukaan kontak pada media lebih luas.

Penyerapan unsur hara oleh eksplan yang terkan-dung dalam pupuk conway dimanfaatkan dengan baik karena adanya pergerakan air yang optimal dengan pemberian aerasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Aslan (1998) menyatakan bahwa gerakan air merupakan faktor yang mempengaruhi pertum-buhan K. alvarezii, sebab gerakan air atau arus berperan penting dalam memperbaiki kondisi per-tukaran zat hara dan menghindarkan pengendapan untuk menunjang pertumbuhan juga merupakan alat transportasi nutrien. Indriani & Suminarsih (2003) menyatakan bahwa gerakan air, berfungsi untuk mensuplai zat hara dan membersihkan kotoran yang menempel pada permukaan tallus.

Selanjutnya pada perlakuan B, C dan D terjadi penurunan pertumbuhan bahkan terjadi kematian atau pertumbuhan di bawah nol (negatif) karena penyerapan unsur hara tidak tercukupi untuk men-dukung pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan penda-pat Hamid (2009) bahwa pertumbuhan rumput laut disebabkan karena nutrisi yang terkandung dalam air tercukupi untuk pertumbuhan. Penyerapan unsur hara yang tidak tercukupi disebabkan karena poto-ngan tallus dan jumlah eksplan. Bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, umur fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran tallus merupakan faktor penting dalam tahap awal media kultur.

Pada perlakuan B, C dan D jumlah eksplan sedikit tetapi potongan-potongan tallusnya lebih besar

sehingga pada permukaan wadah lebih sempit me-ngakibatkan pergerakan air yang tidak optimal se-hingga media kultur tidak merata, kultur cair (sus-pensi) sangat diperlukan adanya aerasi untuk meno-pang kelangsungan hidup sel-sel tanaman.

Laju pertumbuhan spesifik harian

Rata-rata laju pertumbuhan spesifik harian rumput laut K. alvarezii yang dikayakan pada setiap per-lakuan dengan lama pemeliharaan selama enam minggu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik harian rumput laut K. alvarezii pada masing-masing perlakuan selama enam minggu

Perlakuan Pertumbuhan SpesifikHarian (% per hari)

A (1 g) 0,54

B (5 g) 0,23

C (10 g) 0,09

D (20 g) -0,08

Rata-rata laju pertumbuhan spesifik harianK. Alva-rezii, nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan A setiap minggu mengalami peningkatan, disusul de-ngan perlakuan B, sedangkan perlakuan C pada setiap minggu mengalami peningkatan akan tetapi pada minggu ke-1 mengalami penurunan, nilai ter-endah pada perlakuan D (Tabel 2).

Pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A yang mempunyai potongan atau berat awal 1 g, lebih banyak menyerap nutrien sehingga pertumbuhan-nya lebih cepat dibanding perlakuan B, C dan D. Pada perlakuan B mengalami peningkatan diban-ding dengan perlakuan C dan D diduga karena semakin berat bobot potongan tallus akan semakin sulit menyerap nutrien lebih banyak sehingga kebu-tuhan untuk pertumbuhan tidak terpenuhi, sehingga tallus menjadi kerdil dan pertumbuhan menjadi lambat (Hamid, 2009) bahwa pertumbuhan rumput laut disebabkan karena nutrisi yang terkandung dalam air tercukupi untuk pertumbuhan.

Penurunan bobot pada perlakuan B, C dan D juga dikarenakan rumput laut tersebut terkena penyakit ice-ice pada minggu pertama. Penyakit rumput laut merupakan suatu gejala gangguan fungsi yang menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada tanaman yang ditandai dengan perubahan warna, tallus menjadi kerdil, mengalami pertumbuhan yang lambat. Penyakit yang sangat umum terjadi pada rumput laut adalah penyakit bercak putih ice- ice (Anggadiredjaet al., 2006).

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam yang meliputi ketersedia-an unsur hara (makro dketersedia-an mikro), suhu, pH dketersedia-an salinitas dalam media, sedangkan faktor luar yang penting yaitu cahaya Matahari melalui proses foto-síntesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Isnan-setyo & Kurniastuti, 1995) bahwa pertumbuhan alga erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara

(6)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 82-87

Pengaruh perbedaan bobot tallus terhadap ... 85

serta kondisi lingkungan perairan yang meliputi cahaya, suhu dan pH air serta salinitas atau kadar garam perairan. Menurut Lobban & Harrison (1994), cahaya Matahari secara langsung berpenga-ruh dalam penyerapan nutrien, transpor aktif dan meningkatkan laju pertumbuhan rumput laut. Cahaya yang berasal dari sinar Matahari melalui proses fotosintesis mampu melepaskan sejumlah energi dan energi inilah yang digunakan oleh ion-ion dan unsur-unsur untuk melewati membran sel. Pada saat ion-ion tersebut masuk maka ion-ion tersebut bekerja menurut fungsinya masing-masing, diantaranya sebagai kofaktor enzim, aktivator en-zim, dan kerja umum ion lainnya. Selain itu, unsur-unsur yang masuk ke dalam sel membawa sejumlah energi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lobban & Harrison (1994) bahwa unsur- unsur yang terdapat di dalam perairan akan masuk ke dalam alga me-lalui proses absorpsi, difusi dan osmosis dan

kemudian terjadi keseimbangan ion dan unsur anta-ra luar sel dengan dalam sel.

Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh dua fak-tor yaitu fakfak-tor dalam yang meliputi ketersediaan unsur hara (makro dan mikro), suhu, pH dan salini-tas dalam media, sedangkan faktor luar yang pen-ting yaitu cahaya Matahari melalui proses foto-sintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnan-setyo & Kurniastuti (1995) bahwa pertumbuhan alga erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara serta kondisi lingkungan perairan yang meliputi cahaya, suhu dan pH air serta salinitas atau kadar garam perairan.

Menurut Lobban & Harrison (1994), cahaya Mata-hari secara langsung berpengaruh dalam penyerap-an nutrien, trpenyerap-anspor aktif dpenyerap-an meningkatkpenyerap-an laju pertumbuhan rumput laut.

Tabel 3. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air selama penelitian, dibandingkan dengan kebutuhan optimalnya.

No Parameter Nilai KualitasAir Kisaran YangLayak Referensi

1 Suhu (oC) 23 – 29 27 – 29 Mubarak & Wahyuni, 1981

2 Salinitas (ppt) 30 – 38 30 – 37 Aslan, 1998

3 pH 7 – 9 7,3 – 8,2 Indriani & Suminarsih, 2003

4 Nitrat (NO3) 0,26 – 3,31 0,9 – 3,5 Atmadjaet al., 1996

5 Fosfat (PO4) 0,88 – 2,41 0,9 – 1,8 Andarias, 1997

Suhu

Rumput laut mempunyai kisaran suhu yang spesifik karena adanya enzim pada rumput laut yang tidak dapat berfungsi pada suhu yang terlalu dingin mau-pun terlalu panas (Dawes, 1981). Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis dan dapat merusak enzim serta membran sel. Pada suhu yang rendah, membran sel, yang terdiri atas protein dan lemak, dapat mengalami kerusakan sebagai akibat terben-tuknya kristal di dalam sel. Hal ini akan mempe-ngaruhi kehidupan rumput laut termasuk pertum-buhan dan perkembangan, reproduksi, fotosintesis dan respirasinya (Luning, 1990).

Kisaran suhu yang diperoleh selama penelitian antara 23oC-31oC (Tabel 3). Kisaran suhu tersebut

sudah cukup mendukung pertumbuhan rumput laut. Mubarak dan Wahyuni (1981) menyatakan bahwa kisaran suhu antara 27-29oC memberikan laju

pertumbuhanK. alvarezii, di atas 5%.

Suhu yang berubah-ubah dapat mengakibatkan tallus terinfeksi bakteri ice-ice sehingga rumput laut mengalami pembusukan (Sulistijo, 1996). Suhu perairan yang tinggi akan mengakibatkan tallus rumput laut pucat kekuningan. Ini salah satu ciri tallus yang terinfeksi ice-ice.

Salinitas

Salinitas yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 30-38 ppt. Nilai sangat mendukung pertum-buhan K. alvarezii. Salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan. Menurut Aslan (1998), kisaran yang baik bagi usa-ha budidaya rumput lautK. alvarezii adalah 30–37 ppt.

pH

Derajat keasaman atau pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuhan dan hewan air se-hingga digunakan sebagai petunjuk untuk menya-takan baik atau buruknya suatu perairan. Derajat keasaman (pH) merupakan faktor kimia yang me-nentukan pertumbuhanK. alvarezii.

Tinggi rendahnya pH air dipengaruhi oleh senyawa/ kandungan dalam air, seperti CO2, konsentrasi

ga-ram-garam karbonat dan proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan (Sutika, 1989). Selama penelitian diperoleh pH berkisar 7–9. Menurut Indriani & Suminarsih (2003) pH antara 7,3–8,2 sesuai untuk budidaya rumput laut, sedangkan me-nurut Kusnendar (2002) bahwa pH optimal bagi pertumbuhanK. alvareziiberkisar 7,5 – 8.

(7)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 82-87

86 Irawati, dkk.

Nitrat

Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen diairan alami dan merupakan nutrien utama bagi per-tumbuhan tanaman. Kadar nitrat yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,26–3,31 ppm. Kisaran yang didapatkan sudah cukup optimal untuk pertumbuhan rumput laut K. alvarezii yang membutuhkan kisaran nitrat sebesar 0,9-3,5 ppm (Atmadjaet al., 1996).

Fosfat

Kesuburan rumput laut dipengaruhi oleh kandungan nitrat dan phospat. Fosfat berperan dalam mening-katkan aktifitas tanaman untuk proses metabolisme yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kisaran fosfat yang diperoleh selama penelitian adalah 0,88–2,41 ppm, kisaran ini melebihi batas optimal yang dibutuhkan oleh rumput laut. Menu-rut Andarias (1997) bahwa kisaran phospat yang layak untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0,9– 1,8 ppm.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perbedaan ukuran tallus pada awal penanaman memberi laju pertumbuhan yang berbeda, ukuran tallus yang lebih kecil mempunyai luas permukaan yang lebih besar dibandingkan yang lain sehingga mampu menyerap nutrien lebih banyak.

Pertumbuhan mutlak rumput laut K. alvarezii ter-tinggi dihasilkan pada berat awal 1 g, begitu pula dengan laju pertumbuhan spesifik harian, tertinggi dihasilkan pada perlakuan 1 g.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Inayah Yasir atas saran dan tanggapannya terhadap naskah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andarias, I. 1997. Pengaruh Takaran Urea dan TSP Terhadap Produksi Bobot Kering Klekap.

Buletin Ilmu Perikanan dan Peternakan. Anggadiredja, J.T. Zatnika, A. Purwoto & S. Istini.

2006.Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta. Arsyad, G. 2013. Pengaruh Panjang Tallus Berbeda dengan Berat Awal yang Sama Terhadap Pertumbuhan Bibit Rumput Laut (K. alvarezii).Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

Aslan, L.M. 1998.Budidaya Rumput Laut. Kasinus, Yogyakarta.

Asmawi, 1996. Pemeliharaan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.

Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistijo & R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis Algae Merah (Rhodo-phyta). In: Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Dawes, J. C. 1981. Pengaruh Kedalaman pada Laju Pertumbuhan Halymenia durvillaei yang Dibudidayakan pada Kurungan Keramba Jaring Apung.Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon. Effendi, H. 2003. Telaah Air. Kanasius,

Yogya-karta.

Hamid, A. 2009. Pengaruh Berat Bibit Awal dengan Metode Apung (Floating Method) Terhadap Persentasi Pertumbuhan Harian Rumput Laut (Eucheuma cottoni). Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Makassar.

Indriani, H. & Suminarsih. 2003. Rumput Laut, Budidaya Pengolahan dan Pemasaran. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Isnansetyo, A. & Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton, Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kusnendar, E. 2002. Pentujuk Teknis Budidaya Rumput Laut dalam Rangka Program Intensi-fikasi Pembudidayaan Ikan. Direktorat Jendral Perikanan. Direktorat Pembudidayaan, Jakarta. Lobban, C.S. & P.J. Harrison. 1994. Seaweed Ecology and Physiology. Cambridge Univer-sity Press, Australia.

Luning, K. 1990. Seaweed; Their Environment, Biogeography and Ecophysiology. A Wiley Interscience Publication. John Wiley and Sons. Inc, New York.

Muñoz, J., Y. Freile-Pelegrin & D. Robledo. 2004. Mariculture ofKappaphycus alvarezii (Rhodo-phyta, Solieriaceae) Color Strains in Tropical Waters of Yucatan, Mexico.Aquaculture. 239: 161-171.

Mubarak, H. & I.S. Wahyuni. 1981. Percobaan Budidaya Rumput LautEucheuma spinosumdi Perairan Lorok Pacitan dan Kemungkinan Pengembangannya. Bul. Panel. Perikanan. 1 (2): 157-166.

Nisa, D.F.A. 2009. Pengaruh Media Kultur Berbeda Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Kappa-phycus alvareziiSecara Outdoor.

(8)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 82-87

Pengaruh perbedaan bobot tallus terhadap ... 87

Santoso, U. & F. Nursandi. 2001. Kultur Jaringan Tanaman. UMM press, Malang.

Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. In: Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Pusat Penelitian & Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Sutika, N. 1989. Ilmu Air. Universitas Padjadja-rang. Unpad, Bandung.

Utojo, A. Mansyur, B. Pantjara, A.M. Pirzan & Hasnawati. 2007. Kondisi Lingkungan

Perair-an Teluk Mallasora yPerair-ang Layak untuk Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut ( Eu-cheumasp.).J. Ris. Akua. (2): 243-255. Wahyono. 2005. Pengaruh Frekuensi Perendaman

dalam Campuran Larutan Pupuk Urea TSP Terhadap Laju Pertumbuhan, Produksi dan Kandungan Keragenan. Skripsi. Jurusan Peri-kanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

(9)

Format Penulisan Jurnal Rumput Laut Indonesia

Naskah merupakan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan hurufTime New Roman font 11.Panjang naskah tidak lebih dari 10 halaman yang diketik satu spasi pada kertas ukuran A4, dengan jarak 2,5cm dari semua sisi, tanpaheadnotedanfootnote.

Bagian awal tulisan terdiri atas judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; nama penulis denganfootnote berisi nama institusi penulis dan alamat email penulis korespondensi; serta abstrak dan keywords yang ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak tidak lebih dari 250 kata yang berisi tentang inti permasalahan atau latar belakang penelitian, cara penelitian atau pemecahan masalah, dan hasil yang diperoleh. Keywords merupakan kata yang menjadi inti dari uraian abstrak.Keywordsmaksimal lima kata, istilah yang lebih dari satu kata dihitung sebagai satu kata. Bagian utama tulisan terdiri atas, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran. Bagian akhir tulisan terdiri atas ucapan terima kasih (jika ada), dan daftar pustaka.

Dalam penulisan naskah, semua kata asing ditulis dengan huruf miring. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat yang kurang dari sepuluh harus dieja. Rumus matematika ditulis secara jelas denganMicrosoft Equationatau aplikasi lain yang sejenis dan diberi nomor.

Tabel harus diberi judul yang jelas dan diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul tabel diletakkan sebelum tabel. Batas tabel berupa garis hanya menjadi pembatas bagian kepala tabel dan penutup tabel, tanpa garis pembatas vertikal. Tabel tidak dalam bentuk file gambar (jpg). Keterangan diletakkan di bawah tabel.

Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul gambar diletakkan di bawah gambar dengan posisi tengah (center justified). Gambar diletakkan di tengah, kualitas gambar harus jelas dan tidak pecah bila dibesarkan (minimal 1000 px). Gambar dilengkapi dengan keterangan yang jelas. Bilamana gambar dalam bentuk grafik yang dibuat di excel, maka gambar dikirimkan dalam bentuk excel, kecuali bila menggunakan Word 2010 atau yang lebih mutakhir, sehingga gambar dapat diedit bilamana diperlukan.

Penulisan daftar pustaka menggunakan sistemHarvard Referencing Standard. Semua pustaka yang tertera dalam daftar pustaka harus dirujuk di dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat diutamakan. Bila penulis pertama memiliki lebih dari satu referensi dengan tahun yang sama, maka penandaan tahun ditambahkan dengan a, b, c, d, dst berdasarkan urutan kemunculan di dalam tulisan. Penulisan disesuaikan dengan tipe referensi, yaitu buku, artikel jurnal, prosiding seminar atau konferensi, skripsi, tesis atau disertasi, dan sumber rujukan dari website.

A. Buku dan Tulisan Dalam Buku:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul Buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi. Contoh:

O’Brien, J.A. & J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems. Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.

B. Tulisan dalam Buku:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Judul Tulisan. In (Nama belakang, nama depan disingkat dari editor) (Ed.) Judul Buku dicetak miring. Vol. Nomor. Penerbit. Tempat Publikasi, Rentang Halaman. Contoh:

Zhang, J. & B. Xia. 1992. Studies on two newGracilariafrom South China and a summary ofGracilariaspecies inChina. In Abbott, I. A. (Ed.) Taxonomy of Economic Seaweeds with Reference to Some Pacific and WesternAtlantic Species, Vol. III. Report no. T-CSGCP-023, California Sea Grant College Program, La Jolla, CA, pp. 195–206.

C. Artikel Jurnal:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Jurnal dicetak miring, Vol, Nomor, rentang halaman. Contoh:

Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal of Artistic and Creative Education, 6 (1): 94-111.

D. Prosiding Seminar atau Konferensi:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Konferensi dicetak miring. Tanggal, Bulan dan Tahun, Kota, Negara, Halaman. Contoh:

Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18 February 2011, Zurich, Swis, pp. 776-786.

E. Skripsi, Tesis atau Disertasi:

Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi, Tesis, atau Disertasi dicetak miring.Universitas, Kota. Contoh:

Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.

F. Sumber Rujukan dari Website:

Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator dicetak miring (URL). Tanggal Diakses. Contoh:

Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2013.

(10)

JRLI Vol. 1 No. 2 Hal. 71 - 142 Makassar, Desember 2016 ISSN 2548-4494

Huyyirnah

Hartono, Khusnul Yaqin, Farida G. Sitepu

Irawati, Badraeni, Abustang, Ambo Tuwo

Ruth Angka Palayukan, Badraeni, Hasni Yulianti Azis, Ambo Tuwo

Muhammad Hendra, Rajuddin Syamsuddin, Muchlis Syamsuddin, Inayah Yasir

Rizal Pribadi, Edison Saade, Haryati Tandipayuk

Supriadi, Rajuddin Syamsuddin, Abustang, Inayah Yasir

Uswaton Khasanah, Muhammad Farid Samawi, Khairul Amri

Asmaul Husna, Metusalach, Fachrul

Amal Aqmal, Ambo Tuwo, Haryati

Keanekaragaman Jenis Rumput Laut di Perairan Littoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan

Magarabombang Kabupaten Takalar

Metode Maserasi Kinetik untuk Analisis Antibakteri dari Rumput Laut Hijau

Ulva reticulata

Terhadap

Bakteri Patogen Tanaman Kentang

Pengaruh Perbedaan Bobot Tallus Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii

Strain

Coklat yang Dikayakan

Efektifitas Rumput Laut

Gracilaria

sp. sebagai Bioremediator dalam Perubahan N dan P dalam Bak

Pemeliharaan Udang Vaname

Litopenaeus vannamei

Pengaruh Pupuk Organik Cair yang Mengandung Vitamin Terhadap Pertumbuhan Bibit

Kappaphycus

alvarezii

yang Dipelihara dalam Sistem Resirkulasi

Pengaruh Metode Pengerasan Terhadap Kualitas Fisik dan Kimiawi Pakan Gel Ikan Koi

Cyprinus carpio

haematopterus

Menggunakan Tepung Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii

sebagai Pengental

Pertumbuhan dan Kandungan Karotenoid Lawi-Lawi

Caulerpa racemosa

yang Ditumbuhkan pada Tipe

Substrat Berbeda

Analisis Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut

Eucheuma cottonii

di Perairan

Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo

Fisika Kimia Karaginan

Kappaphycus alvarezii

Hasil Ekstraksi Menggunakan Natrium Hidroksida

(NAOH) dan Penjendal Isopropil Alkohol (IPA) dan Etanol

Analisis Hubungan antara Keberadaan Alga Filamen Kompetitor Terhadap Pertumbuhan dan

Kandungan Karaginan Rumput Laut

Kappaphycus

sp. di Provinsi Sulawesi Selatan

71 - 76

77 - 81

82 - 87

88 - 93

103 - 107

108 - 116

117 - 122

123 - 131

132 - 142

94 - 102

urnal

Rumput Laut Indonesia

J

ISSN. 2548-4494

Vol. 1 No. 2, Desember 2016

Vol. 1 No. 2, Desember 2016

ISSN 2548-4494

Gambar

Gambar 1. Penimbangan berat awal bibit, dengan 1 g, 5 g, 10 g dan 20 g.
Tabel 1. Rata-rata  pertumbuhan  mutlak  rumput  laut K.
Tabel 3.  Hasil  pengukuran  beberapa  parameter  kualitas  air selama  penelitian,  dibandingkan  dengan kebutuhan optimalnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengamati video dan gambar, siswa dapat menuliskan hasil pengamatan sederhana tentang lingkungan sehat menggunakan ejaan yang tepat dengan baik..

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988

Perwakilan SPB yang terdiri atas kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta perwakilan pengawas, dinas pendidikan, Kemenag, dan dosen LPTK mitra, juga mendapatkan kesempatan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka simpulan dari penelitian adalah (1) kemampuan berfikir keatif mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran termasuk

Berbeda dengan buku yang disunting Kunkler dan Stepan yang lebih menekankan dimensi aktor bagi ketahanan demokrasi di Indonesia, buku Horowitz mengajukan analisis yang

Bagi Produsen, produsen dapat menggunakan hasil penelitian sebagai informasi pendukung, supaya dapat memahami gambaran persepsi dari konsumen sehingga dapat

Hal ini tentu semakin menunjukkan bahwa sudah timbul gejala over budget yang mungkin akan selalu terjadi pada perusahaan dikarenakan munculnya biaya-biaya yang tidak terduga

Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal, disebabkan Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal